Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - ajita

Pages: [1] 2 3 ... 5
1
Arya Mahayana / Maha Purissa Lakkhana Suttram
« on: June 05, 2017, 08:41:42 am »
Namo Triratna
Namo Maha Purissa Lakkhana Sarva Arya Cakkravartin SamyakSambuddha

Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, Anathapindika arama, dekat kota Savatthi.
Demikianlah Sabda Sang Bhagava: "Para Bhikkhu,seorang Manusia Agung (Maha Purissa) memiliki 32 Tanda (Lakkhana).
Bagi Maha Purissa yang memiliki 32 lakkhana ini hanya ada dua kemungkinan cara hidup-Nya dan tidak ada yang lain.
Jika Ia hidup sebagai Manusia biasa, maka Ia akan menjadi Raja Dunia (Cakkavati), Raja berdasarkan Raja-Dhamma, penguasa empat penjuru dunia, penakluk, pelindung rakyat, pemilik tujuh Ratna. Tujuh Ratna itu adalah: Cakka, gajah, kuda, permata, wanita, kepala rumah tangga dan panglima perang. Memiliki banyak anak yang gagah perkasa dan penakluk musuh. Namun Ia akan menaklukkan muka Bumi bukan dengan pedang, tetapi dengan Kebenaran. Bilamana Ia meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi tanpa berumah tangga (Pabbaja), maka Ia akan menjadi Arahat Samyak SamBuddha. Para Bhikkhu, apakah 32 Maha Purissa Lakkhana yang menyebabkan hanya ada dua kemungkinan cara hidup-Nya dan tidak ada yang lain, jika Ia hidup sebagai manusia biasa, maka Ia akan menjadi Raja Dunia (Cakkavati), Raja berdasarkan Raja-Dhamma, penguasa empat penjuru dunia, penakluk, pelindung rakyat, pemilik tujuh Ratna. Tujuh Ratna itu adalah: Cakka, gajah, kuda, permata, wanita, kepala rumah tangga dan panglima perang. Memiliki banyak anak yang gagah perkasa dan penakluk musuh. Namun Ia akan menaklukkan muka Bumi bukan dengan pedang, tetapi dengan Kebenaran. Bilamana Ia meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi tanpa berumah tangga (Pabbaja), maka Ia akan menjadi Arahat Samma SamBuddha, yaitu;
1) Telapak kaki rata (Suppatitthita-pado). Ini merupakan satu Lakkhana dari Maha Purissa.
2) Pada telapak kaki-Nya terdapat cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk sempurna.
3) Tumit yang bagus (Ayatapanhi).
4) Jari-jari panjang (Digha-angali).
5) Tangan dan kaki yang lembut serta halus (Mudu-taluna).
6) Tangan dan kaki bagaikan jala (Jala-hattha-pado).
7) Pergelangan kaki yang agak tinggi (Ussankha-pado).
8 ) Kaki yang bagaikan kaki kijang (Enijanghi).
9) Kedua tangan dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut tanpa membungkukkan badan.
10) Kemaluan terbungkus selaput (Kosohitavattha-guyho).
11) Kulit-Nya bagaikan perunggu berwarna emas (Suvanna-vanno).
12) Kulit-Nya sangat lembut dan halus sehingga tidak ada debu yang dapat melekat pada kulit-Nya.
13) Pada setiap pori kulit ditumbuhi sehelai bulu roma.
14) Rambut yang tumbuh pada pori-pori berwarna biru-hitam.
15) Potongan tubuh yang agung (Brahmuiu-gatta).
16) Tujuh tonjolan (Sattussado), yaitu pada kedua tangan, kedua kaki, kedua bahu, dan badan.
17) Dada bagaikan dada singa (Sihapubbaddha kayo).
18 ) Pada kedua bahu-Nya tak ada lekukan (Citantaramso).
19) Tinggi badan sama dengan panjang rentangan kedua tangan, bagaikan pohon (beringin), Nigrodah.
20) Dada yang sama lebar-Nya (Samavattakkhandho).
21) Indera perasa sangat pekat ( Rasaggusuggi).
22) Rahang bagaikan rahang singa (Siha-banu).
23) Empat puluh buah gigi (Cattarisa-danto).
24) Gigi-geligi rata(Sama-danto).
25) Antara gigi-gigi tak ada celah (Avivara-danto).
26) Gigi putih bersih (Susukka-datho).
27) Lidah panjang (Pahuta-jivha).
28 ) Suara bagaikan suara Brahma, seperti suara burung kalavinka.
29) Mata biru (Abhinila netto).
30) Bulu mata lentik bagaikan bulu mata sapi (Gapakhumo).
31) Diantara alis-alis mata tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan kapas yang lembut.
32) Kepala bagaikan beserban (Unhisasiso).
Para Bhikkhu, inilah 32 Maha Purissa Lakkhana, yang hanya ada 2 kemungkinan cara hidup-Nya dan tidak ada yang lain.
jika Ia hidup sebagai Manusia biasa, maka Ia akan menjadi Raja Dunia (Cakkavati), Raja berdasarkan Raja-Dhamma, penguasa empat penjuru dunia, penakluk, pelindung rakyat, pemilik tujuh Ratna. Tujuh Ratna itu adalah: Cakka, gajah, kuda, permata, wanita, kepala rumah tangga dan panglima perang. Memiliki banyak anak yang gagah perkasa dan penakluk musuh. Namun Ia akan menaklukkan muka Bumi bukan dengan pedang, tetapi dengan Kebenaran. Bilamana Ia meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi tanpa berumah tangga (Pabbaja), maka Ia akan menjadi Arahat Samyak SamBuddha.Maha Purisa lakkhana ini diketahui oleh para pertapa, tetapi mereka tidak tahu karena apa yang menghasilkan Maha Purisa lakkhana itu.

1)Telapak Kaki Rata (Suppatitthita-pado)

Para bhikkhu, pada kehidupan lampau mana pun, pada kelahiran mana pun atau di mana pun Tathagata berada, telah terlahir sebagai Manusia yang melakukan perbuatan-perbuatan besar dengan maksud yang baik; tak tergoncangkan melakukan perbuatan baik melalui jasmani, ucapan dan pikiran, dermawan, disiplin diri, melaksanakan hari Uposatha; menghormati orang tua, para pertapa, pendeta dan para pemimpin, serta melakukan perbuatan-perbuatan yang sangat terpuji lainnya. Karena melakukan perbuatan-perbuatan baik seperti itu, menimbun dan mengumpul kamma-kamma baik, setelah Ia meninggal dunia, Ia terlahir kembali di alam bahagia, di alam surga, hidup melebihi dewa lain dalam sepuluh hal, yaitu: lamanya kehidupan surga, keindahan, kebahagiaan, kemegahan, pengaruh, penglihatan, pendengaran, pembauan, pengecapnya dan sentuhan (kontak). Setelah meninggal di alam surga, Ia terlahir kembali di alam ini sebagai manusia dengan memiliki Maha Purissa Lakkhana:

(1) Telapak kaki rata (Suppatitthita-pado), sehingga Ia menempatkan telapak kaki-Nya rata di tanah, mengangkat-Nya sama rata, dan menyentuh tanah sama rata dengan semua telapak kaki-Nya.

Dengan memiliki ini, jika Ia hidup berumah-tangga, Ia akan menjadi Raja Dunia (Cakkavati), Raja berdasarkan Raja-Dhamma, penguasa empat penjuru dunia, penakluk, pelindung rakyat, pemilik tujuh Ratna. Tujuh Ratna itu adalah: Cakka, gajah, kuda, permata, wanita, kepala rumah tangga dan panglima perang. Memiliki banyak anak yang gagah perkasa dan penakluk musuh. Namun Ia akan menaklukkan muka Bumi bukan dengan pedang, tetapi dengan Kebenaran. Ia menguasai dunia ini sampai ke batas lautan, kerajaan yang bebas dari penjahat, kuat, sejahtera, bahagia dan bebas dari bencana. Apa manfaat yang didapat-Nya sebagai Cakkavati? Ia tidak akan terganggu oleh kemauan jahat manusia. Bilamana Ia meninggalkan kehidupan duniawi, maka Ia akan menjadi Arahat Samyak SamBuddha. Apa manfaat yang di dapat-Nya sebagai Samyak Sambuddha? Ia tidak dapat di ganggu oleh: musuh atau gangguan dari dalam maupun luar, keserakahan, kebencian dan kebodohan, pertapa, brahmana, dewa, mara, brahma atau makhluk apa pun di dunia ini. Itulah manfaat-Nya sebagai Buddha. Inilah yang dinyatakan oleh Sang Bhagava.

Mengenai hal ini disebutkan:
"Kejujuran, kebenaran, jinak dan sepi,
Murni dan bermoral (sila, melaksanakan Uposatha sila)
Berdana, tak melukai, selalu damai
Ia melaksanakan tugas maha besar ini
Pada akhir hidup-Nya Ia ke surga
Hidup dengan gembira dan bahagia
Terlahir kembali di bumi
Dengan telapak kaki rata menyentuh tanah
Para ahli menyatakan:
"Bagi Dia yang menapak rata di tanah,
Tak ada gangguan yang dapat menghalangi jalan-Nya,
Jikalau Ia hidup berumah-tangga,
Atau jikalau Ia meninggalkan kehidupan duniawi.
Inilah tanda yang jelas menunjukkan-Nya
Sebagai orang biasa, tidak ada halangan,
Tidak ada lawan yang dapat melawan-Nya.
Tidak ada kekuatan manusia yang dapat
Menghilangkan buah kamma-Nya.
Atau jikalau Ia memilih kehidupan tanpa berumah-tangga
Meninggalkan kehidupan duniawi, dengan pandangan jelas -- Ia akan menjadi pemimpin manusia
Tanpa bandingan, tak akan terlahir kembali:
Inilah Hukum Kesunyataan(dhammata) bagi-Nya."

2)Telapak kaki terdapat cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk yang sempurna.

Para bhikkhu, pada kehidupan lampau mana pun, pada kelahiran mana pun atau di mana pun Tathagata berada, telah terlahir sebagai Manusia yang telah hidup demi kebahagiaan, menghilangkan rasa takut dan ancaman, memberikan perlindungan dan naungan yang benar serta menyediakan kebutuhan orang banyak. Karena melakukan perbuatan-perbuatan baik seperti itu, ketika Ia meninggal, Ia terlahir kembali di alam bahagia, di alam surga, hidup melebihi dewa lain dalam sepuluh hal, yaitu: lamanya kehidupan surga, keindahan, kebahagiaan, kemegahan, pengaruh, penglihatan, pendengaran, pembauan, pengecapnya dan sentuhan (kontak). Setelah meninggal di alam surga, Ia terlahir kembali di alam ini sebagai manusia dengan memiliki Maha Purissa Lakkhana:


(2) Telapak kaki-Nya terdapat cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk yang sempurna.

Dengan memiliki Maha Purisa Lakkhana ini, bila Ia hidup berumah-tangga, Ia akan menjadi Raja Dunia (Cakkavati), Raja berdasarkan Raja-Dhamma, penguasa empat penjuru dunia, penakluk, pelindung rakyat, pemilik tujuh Ratna. Tujuh Ratna itu adalah: Cakka, gajah, kuda, permata, wanita, kepala rumah tangga dan panglima perang. Memiliki banyak anak yang gagah perkasa dan penakluk musuh. Namun Ia akan menaklukkan muka Bumi bukan dengan pedang, tetapi dengan Kebenaran. Ia menguasai dunia ini sampai ke batas lautan, kerajaan yang bebas dari penjahat, kuat, sejahtera, bahagia dan bebas dari bencana. Apa manfaat yang didapat-Nya sebagai Cakkavati? Ia memiliki banyak pengikut: brahmana, penduduk, rakyat, bendahara, pengawal, penjaga, menteri, raja-raja lain, tuan tanah dan pelayan. Bila Ia meninggalkan kehidupan duniawi, maka Ia akan menjadi Arahat Samyak SamBuddha. Apa manfaat yang di dapat-Nya sebagai Samyak Sambuddha? Ia memiliki pengikut yang banyak: bhikkhu, bhikkhuni, upasaka, upasika, manusia, dewa, asura, naga dan gandharva. Itulah manfaat-Nya sebagai Buddha. Inilah yang dinyatakan oleh Sang Bhagava.

Mengenai hal ini disebutkan:
Dalam perjalanan waktu, dalam kehidupan-kehidupan yang lampau,
Sebagai Manusia melakukan banyak perbuatan baik,
Menghilangkan ketakutan dan kecemasan,
Ia melaksanakan pekerjaan besar ini,
Pada akhir hidupnya, Ia ke surga,
Hidup gembira dan bahagia
Terlahir kembali di bumi, telapak kaki-Nya
Memiliki tanda lingkaran-lingkaran
Masing-masing dengan seribu ruji, sempurna
Melihat banyak tanda pahala ini,
Para ahli menyatakan:
"Pengikut-Nya akan besar,
Semua lawan ditaklukkan-Nya.
Ini jelas ditunjukkan oleh tanda lingkaran.
Jika Ia meninggalkan kehidupan duniawi,
Ia akan memutar Roda dan menguasai dunia.
Para kesatria akan menjadi pengikut-Nya.
Semua pembantu dalam kekuasaan-Nya.
Tetapi, jikalau Ia memilih hidup tanpa berumah tangga:
Meninggalkan kehidupan dunia dengan pandangan jelas --
Para manusia, dewa, asura, sakka, raksasa
Gandharva, naga, garuda dan
Binatang berkaki empat akan melayani-Nya pula,
Tak tertandingi oleh para dewa dan manusia
Demikian pula tentang keagungan-Nya."

3) Tumit yang bagus.
4) Jari-jari panjang.
15) Potongan tubuh yang agung.

Para bhikkhu, pada kehidupan lampau mana pun, pada kelahiran mana pun atau di mana pun Tathagata berada, telah terlahir sebagai Manusia, menolak melakukan pembunuhan dan pantang melakukannya, meletakkan pemukul dan pedang, hidup dengan baik hati dan kasih sayang, rasa persahabatan dan simpati kepada semua makhluk. Karena telah melakukan perbuatan-perbuatan baik seperti itu, ketika Ia meninggal dunia, Ia terlahir kembali di alam bahagia, di alam surga, hidup melebihi dewa lain dalam sepuluh hal, yaitu: lamanya kehidupan surga, keindahan, kebahagiaan, kemegahan, pengaruh, penglihatan, pendengaran, pembauan, pengecapnya dan sentuhan (kontak). Setelah meninggal di alam surga, Ia terlahir kembali di alam ini sebagai manusia dengan memiliki Maha Purissa Lakkhana:

(3) Tumit yang bagus.
(4) Jari-jari kaki dan tangan yang panjang.
(15) Potongan tubuh yang agung.

Dengan memiliki Maha Purissa Lakkhana seperti itu, bila Ia hidup berumah-tangga, Ia akan menjadi Raja Dunia (Cakkavati), Raja berdasarkan Raja-Dhamma, penguasa empat penjuru dunia, penakluk, pelindung rakyat, pemilik tujuh Ratna. Tujuh Ratna itu adalah: Cakka, gajah, kuda, permata, wanita, kepala rumah tangga dan panglima perang. Memiliki banyak anak yang gagah perkasa dan penakluk musuh. Namun Ia akan menaklukkan muka Bumi bukan dengan pedang, tetapi dengan Kebenaran. Ia menguasai dunia ini sampai ke batas lautan, kerajaan yang bebas dari penjahat, kuat, sejahtera, bahagia dan bebas dari bencana. Apa manfaat yang didapat-Nya sebagai Cakkavati? Ia berusia panjang, selama hidupnya tidak ada orang lain yang dapat membunuh-Nya. Bila Ia meninggalkan kehidupan duniawi, maka Ia akan menjadi Arahat Samyak SamBuddha. Apa manfaat yang di dapat-Nya sebagai Samyak Sambuddha? Ia berusia panjang, dan tidak ada lawan pertapa, brahmana, dewa, mara, brahma atau seorang pun yang dapat membunuh-Nya. Itulah manfaat-Nya sebagai Buddha. Inilah yang dinyatakan oleh Sang Bhagava.

Mengenai hal ini disebutkan:
Mengetahui dengan baik tentang ketakutan akan kematian
Ia menolak membunuh makhluk
Kebaikan ini menyebabkan kelahiran di surga,
Tempat Ia bergembira karena pahala.
kemudian Ia terlahir kembali di bumi
Pada tubuh-Nya terdapat tiga tanda:
Tumit-Nya penuh dan panjang
Tubuh-Nya tegap bagaikan Brahma
Menarik dilihat, potongan tubuh sempurna
Jari-jari halus, lembut dan panjang.
Dengan tiga tanda yang terbaik ini
Diketahui bahwa anak akan berumur panjang.
Panjang kehidupan-Nya bila berumah-tangga
Lebih panjang kehidupan-Nya bila tak berumah-tangga
Dengan mengembangkan iddhi (iddhi bhavana)
Demikianlah makna dari tiga tanda."

2
Arya Mahayana / Cakravartin Simhanada Suttram
« on: June 05, 2017, 08:38:38 am »
CAKKAVATTI SIHANADA SUTTA
Sutta Auman Singa Raja Pemutar Roda Dharma

Om Vajrasattva Hum
Om Ah Hum Benza Guru Padma sambhava Sarva Siddhi Hum
Om Ratna Sambhava Tram

Demikian yang telah Kami dengar :

Pada suatu ketika Sang Bhagava berdiam di Matula dalam Kerajaan Magadha. Ketika itu Sang Bhagava berkata kepada Para Bhikkhu :"Para Bhikkhu". Para Bhikkhu menjawab:"Ya, Bhante". Kemudian Sang Bhagava berkata :

"Para Bhikkhu, jadikanlah Diri-Mu sebagai Pelita, berlindunglah pada Diri-Mu Sendiri dan jangan berlindung pada yang lain; hiduplah dalam Dhamma sebagai Pelita-Mu, Dhamma sebagai Pelindung-Mu dan jangan berlindung pada yang lain".

Para Bhikkhu, tetapi bagaimanakah Seorang Bhikkhu menjadi Pelita bagi Diri-Nya Sendiri, sebagai Pelindung bagi Diri-Nya Sendiri dan tidak berlindung pada yang lain ? Bagaimana Ia hidup dalam Dhamma yang sebagai Pelita bagi Diri-Nya dan tidak berlindung pada yang lain ?

Para Bhikkhu, dalam hal ini Seorang Bhikkhu mengamati tubuh (kaya) sebagai tubuh dengan rajin, penuh pengertian dan perhatian, melenyapkan keserakahan dan ketidaksenangan dalam dunia. Seorang Bhikkhu mengamati perasaan (vedana) sebagai perasaan dengan rajin, penuh pengertian dan perhatian, melenyapkan keserakahan dan ketidaksenangan dalam dunia. Seorang Bhikkhu mengamati kesadaran (citta) sebagai kesadaran dengan rajin, penuh pengertian dan perhatian, melenyapkan keserakahan dan ketidaksenangan dalam dunia dan Seorang Bhikkhu mengamati Dhamma sebagai Dhamma dengan rajin, penuh pengertian dan perhatian, melenyapkan keserakahan dan ketidak senangan dalam dunia.

Para Bhikkhu, beginilah Seorang Bhikkhu menjadikan Diri-Nya sebagai Pelita bagi Diri-Nya Sendiri, menjadikan Diri-Nya sebagai Pelindung bagi Diri-Nya Sendiri dan tidak berlindung pada hal yang lain. Ia menjadikan Dhamma sebagai Pelita bagi Diri-Nya Sendiri, Ia menjadikan Dhamma sebagai Pelindung bagi Diri-Nya Sendiri dan tidak berlindung pada yang lain.

Para Bhikkhu, jalanlah di lingkungan-Mu (gocara) Sendiri, yang pernah dijalani oleh Para Pendahulu-Mu. Jikalau Kamu Sekalian berjalan di Tempat Itu, maka mara tidak akan mendapat tempat untuk di tempati dan tidak ada tempat untuk dihancurkan. Sesungguhnya dengan mengembangkan Kebaikan, maka Jasa-Jasa bertambah-tambah.

Para Bhikkhu, pada zaman dahulu, ada Seorang Maha Raja Dunia (Cakkavatti) yang bernama Dalhanemi, Yang Jujur, Memerintah Berdasarkan Kebenaran, Raja Dari Empat Penjuru Dunia, Penakluk, Pelindung Rakyat-Nya, Pemilik Tujuh Macam Permata. Ke Tujuh Macam Permata itu adalah Cakka (Cakra), Gajah, Kuda, Permata, Wanita, Kepala Rumah Tangga, dan Penasehat. Ia memiliki Keturunan lebih dari Seribu Orang yang merupakan Ksatriya-Ksatriya Perkasa Penakluk musuh. Ia menguasai seluruh dunia sampai ke batas lautan, yang ditaklukkan-Nya bukan dengan kekerasan atau dengan pedang, tetapi dengan Kebenaran (Dhamma).

Para Bhikkhu, setelah banyak tahun, ratusan tahun dan ribuan tahun, Raja Dalhanemi memerintah Seseorang dengan berkata:"Bilamana Kau melihat Cakka Permata Surgawi (Dibba Cakka Ratana) telah terbenam sedikit dan telah bergeser dari tempat-Nya, maka beritahukanlah Hal itu kepada-Ku".

"Baiklah, Raja," jawab Orang itu.

Setelah banyak tahun, ratusan tahun dan ribuan tahun, Orang itu melihat bahwa Cakka Ratana Surgawi telah terbenam sedikit dan telah bergeser sedikit dari tempat-Nya. Setelah Ia melihat Kejadian ini, Ia pergi menghadap Raja Dalhanemi dan melapor:"Maha Raja, ketahuilah bahwa Cakka Ratana Surgawi telah terbenam sedikit dan telah bergeser sedikit dari tempat-Nya".

Para Bhikkhu, Raja Dalhanemi memanggil Putra Tertua dan berkata :"Anak-Ku, dengarkanlah, Cakka Ratana Surgawi telah terbenam sedikit dan telah bergeser sedikit dari tempat-Nya. Juga telah diberitahukan kepada-Ku:'Bilamana Cakka Ratana Surgawi dari Maha Raja Dunia (Cakkavatti) terbenam dan bergeser dari tempat-Nya, maka Raja itu tidak akan hidup lama lagi'. Saya telah menikmati kenikmatan duniawi. Anak-Ku, pimpinlah dunia ini sampai di batas lautan. Karena Saya akan mencukur rambut serta janggut-Ku, mengenakan Jubah Kuning, meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa".

Para Bhikkhu, demikianlah setelah Raja Dalhanemi menyerahkan Tahta Kerajaan kepada Putra-Nya, Ia mencukur rambut serta janggut-Nya, mengenakan Jubah Kuning, meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa. Pada Hari Ke-Tujuh, Cakka Ratana Surgawi lenyap.

Kemudian Seseorang menghadap Raja dan melapor kepada Beliau dengan berkata :"Raja, demi Kebenaran, ketahuilah bahwa Cakka Ratana Surgawi telah lenyap !"

Para Bhikkhu, ketika Raja mendengar kabar itu, Ia menjadi sedih dan berdukacita. Lalu Ia pergi menemui Pertapa Raja dan berkata:"Tuan-Ku, demi Kebenaran, ketahuilah bahwa Cakka Ratana Surgawi telah lenyap".

Setelah Raja berkata demikian, Pertapa Raja menjawab:"Anak-Ku, janganlah bersedih dan berdukacita karena tidak ada hubungan keluarga antara Kau dan Cakka Ratana Surgawi. Tetapi, Anak-Ku, putarlah Roda Kewajiban Maha Raja Yang Suci dan pada hari Uposatha di bulan purnama, Kau membasuh Kepala-Mu serta melaksanakan Uposatha di Teras utama pada tingkat atas Istana, maka Cakka Ratana Surgawi akan muncul lengkap dengan seribu ruji, roda dan as serta bagian-bagian lain".

"Tetapi, Tuan-Ku, apakah yang dimaksud dengan Roda Kewajiban Maha Raja Yang Suci itu ?"

"Anak-Ku, hiduplah dalam Kebenaran; berbakti, hormati dan bersujudlah pada Kebenaran, pujalah Kebenaran, sucikanlah Diri-Mu dengan Kebenaran, jadikanlah Diri-Mu Panji Kebenaran dan Tanda Kebenaran, jadikanlah Kebenaran sebagai Tuan-Mu. Perhatikan, jaga dan lindungilah dengan baik Keluarga-Mu, Tentara, Para Bangsawan, Para Menteri, Para Rohaniawan Berumah Tangga, Para Penduduk kota dan desa, Para Samana dan Pertapa, serta Binatang-Binatang. Jangan biarkan kejahatan terjadi di dalam Kerajaan-Mu. Bila dalam Kerajaan-Mu ada orang yang miskin, berilah dia dana. Anak-Ku, apabila Para Samana dan Pertapa dalam Kerajaan-Mu meninggalkan minuman keras yang menyebabkan kekurang waspadaan dan Mereka sabar serta lemah lembut, menguasai Diri, menenangkan Diri serta menyempurnakan Diri Mereka masing-masing, lalu selalu datang menemui-Mu untuk menanyakan kepada-Mu apa yang baik dan apa yang buruk, perbuatan yang pantas dilakukan, perbuatan yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat di masa yang akan datang; Kau harus mendengar apa yang akan Mereka katakan dan Kau harus menghalangi Mereka berbuat jahat serta anjurkanlah Mereka berbuat baik. Anak-Ku, inilah Roda Kewajiban Maha Raja Yang Suci".

"Baiklah, Tuan-Ku," jawab Raja. Ia patuh melaksanakan Roda Kewajiban Maha Raja Yang Suci. Pada Hari Uposatha, Raja membasuh Kepala-Nya dan melaksanakan Uposatha di Teras utama pada tingkat atas Istana. Kemudian Cakka Ratana Surgawi muncul lengkap dengan seribu ruji, roda, as serta bagian-bagian lain. Ketika Raja melihat Kejadian ini, Ia berpikir :"Telah diberitahukan kepada-Ku bahwa Raja yang melihat
Cakka Ratana Surgawi yang muncul, maka Ia menjadi Cakkavatti (Maha Raja Dunia Pemutar Roda Agung). Semoga Saya menjadi Penguasa dunia !"

Para Bhikkhu, kemudian Raja bangkit dari tempat duduk-Nya, membuka jubah dari bagian salah satu bahu-Nya, dengan Tangan kiri Ia mengambil sebuah kendi dan dengan Tangan Kanan-Nya Ia memercikkan air pada Cakka Ratana Surgawi dengan berkata:"Berputarlah Cakka Ratana. Maju dan Taklukkanlah, Cakka Ratana".

Para Bhikkhu, kemudian Cakka Ratana berputar maju ke arah daerah timur dan Raja Cakkavatti mengikuti Cakka Ratana itu. Raja pergi bersama Tentara-Nya, Kuda-Kuda, Kereta-Kereta, Gajah-Gajah dan Pasukan. Di Tempat mana pun Cakka Ratana itu berhenti, di Tempat itu pula Raja Penakluk bersama Empat Kelompok Pasukan-Nya tinggal. Kemudian semua Raja yang merupakan musuh di daerah bagian timur datang menemui Cakkavatti dengan berkata :"Datanglah, Maha Raja ! Selamat datang, Maha Raja !" Semua ini milik-Mu, Maha Raja ! Pimpinlah Kami, Maha Raja !" Raja Cakkavatti menjawab:"Kamu sekalian janganlah membunuh mahluk, jangan mengambil barang yang tidak diberikan, jangan berzinah, jangan berdusta dan jangan minum-minuman keras. Nikmatilah apa yang menjadi Hak Kamu Sekalian." Semua raja-raja yang merupakan musuh di daerah bagian timur menjadi takklukkan Raja Cakkavatti.

3
Arya Mahayana / Maha Samaya Suttram
« on: June 05, 2017, 08:37:32 am »
Namo Sang Hyang Adi Buddhaya
Namo Dharmakaya Vajradhara Adi Buddhaya
Namo Dharmakaya Samantabhadra Adi Buddhaya
Namo Dharmakaya Maha Vairocana Adi Buddhaya
Namo Dharmakaya Ruchira Buddhaya
Namo Dharmakaya Purushottama Buddhaya
Namo Dharmakaya Ashvamedha Buddhaya
Namo Paramadvaita Buddhaya
Namo Padampa Sangye Buddhaya

"Semoga semua Sarira Sang Sakyamuni Buddha dilindungi oleh semua Bodhisattva Mahasatta Dharmapala Deva."

"Semoga semua Sarira Sang Sakyamuni Buddha tetap ada dan menetap di dunia ini hingga Kedatangan Sang Ajita Maitreya seperti Stupa Sarira Sang Kasyapa Buddha yang Telah di Agungkan oleh Sang Sakyamuni Buddha."

"Semoga semua mahluk memperoleh Kebijaksanaan untuk menghormati Sarira Buddha."

"Semoga semua bencana yang akan menimpa Negara China dan Negara Thailand musnah dengan Kebijaksanaan Mahayana Puja ini.

Na Mo Yao Chi Jin Mu (瑤池金母)

Maha Samaya Sutta

Demikianlah telah kudengar, Pada suatu ketika, Sang Bhagava bersama sekelompok besar Bhikkhu Sangha yang berjumlah lima ratus Bhikkhu, Yang Semua-Nya Arahat, berada di Mahavana, di daerah Suku Sakya di Kapilavatthu. Dan Para Dewa dari sepuluh ribu tata-surya datang kesana mengunjungi Sang Bhagava dan Bhikkhu Sangha.

Ketika itu, ada empat Dewa alam Suddhavasa berpikir:"Sekarang, Sang Bhagava dengan sekelompok besar Bhikkhu Sangha yang berjumlah lima ratus Bhikkhu , Yang Semua-Nya Arahat, berada di Mahavana, di daerah Suku Sakya di Kapilavatthu. Dan Para Dewa dari sepuluh ribu tata-surya datang kesana untuk mengunjungi Sang Bhagava dan Bhikkhu Sangha. Bukankah sebaiknya Kita juga mengunjungi Beliau, dan masing-masing Kita mengucapkan sebuah syair di depan-Nya?"

Maka Para Dewa itu, bagaikan Seorang yang gagah perkasa merentangkan tanganNya atau merapatkan tanganNya yang telah direntangkan, lenyap dari alam Suddhavasa dan muncul didepan Sang Bhagava. Mereka menghormat Beliau dan berdiri disamping. Dan dengan berdiri demikian, salah seorang Dewa dari Para Dewa itu mengucapkan Syair ini kepada Sang Bhagava:"Pertemuan Besar di Hutan! Para Dewapun datang berkumpul, Kamipun datang untuk menyaksikan Pertemuan Agung dari Bhikkhu Sangha Yang Tidak Terkalahkan." Dan Dewa yang lain mengucapkan Syair ini kepada Sang Bhagava:"Disana Para Bhikkhu memusatkan Pikiran Mereka, meluruskan Batin Mereka. Pandai bagaikan Kusir yang memegang tali-kekang, Mereka menjaga inderanya." Dewa yang lain mengucapkan Syair ini kepada Sang Bhagava:"Semua rintangan dan penghalang telah dihancurkan, tiangpun dicabut, Mereka berjalan dalam Kesucian, tanpa noda, dengan mata yang terang, bagaikan gajah-gajah yang telah terlatih baik." Lalu, Dewa yang lain mengucapkan Syair ini kepada Sang Bhagava:"Mereka yang terlindung pada Buddha tidak akan terlahir dialam yang menyedihkan, setelah meninggalkan kehidupan manusia, Mereka akan terlahir kembali dialam Surga."

Kemudian Sang Bhagava bersabda kepada Para Bhikkhu:"Para Bhikkhu, hampir semua Dewa dari sepuluh ribu tata-surya datang kesini untuk melihat Sang Tathagata dan Bhikkhu Sangha. Di masa yang lampau, Para Dewa sebanyak ini pun mengunjungi Para Arahat Samma Sambuddha yang muncul pada masa yang akan datang. Para Bhikkhu, Aku akan menerangkan kepada kamu, nama dari Para Dewa, Saya akan uraikan nama Mereka, Saya akan nyatakan nama Mereka. Dengarkanlah dan perhatikan sungguh-sungguh kata-kata-Ku." "Baiklah Bhante", jawab Para Bhikkhu, Dan Sang Bhagava Bersabda:

Saya akan mengucapkan seloka; dialam manapun Kamu akan bertemu dengan Para Dewa, tetapi Mereka akan tinggal di lereng-lereng gunung, duduk dengan Batin Bersih dan Terlatih. Bagaikan Singa-Singa yang terbaring dengan tenang, telah menaklukkan ketakutan yang mencekam, dengan Pikiran Yang Jernih, Luhur, Tenang, dan Suci. Lebih dari 500 Bhikkhu yang diketahui berada di Hutan dekat Kapilavatthu. Kepada Siswa-Siswa yang menyenangi kata-kata-Nya, Sang Guru bersabda:"Para Bhikkhu, ketahuilah; Para Dewa tenang. Mereka berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendengar Buddha Sasana.

Dalam Diri Mereka muncul Pengetahuan yang tak nampak oleh manusia biasa. Ada yang dapat melihat seratus Dewa, seribu Dewa, dan ada yang dapat melihat tujuh puluh ribu Dewa, dan ada pula yang dapat melihat jumlah Dewa yang tidak dapat dihitung banyakNya disekelilingNya. Setelah diundang oleh Cakkhuma, Mereka semua melihat dan mengerti.
Kepada Siswa-Siswa yang menyenangi kata-kata-Nya, Sang Guru bersabda:"Para Bhikkhu, ketahuilah, Para Dewa datang!" Seperi apa yang telah Saya uraikan, uraikanlah Itu dengan teratur.

Tujuh ribu Yakkha dari Bhumi Kapilavatthu, Yang Sakti, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Enam ribu Yakkha dari Himalaya dengan bentuk tubuh Yang indah, Sakti, perkasa, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Tiga ribu Yakkha dari Satagiri dengan bentuk tubuh Yang indah, Sakti, perkasa, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Jadi, ada enam belas ribu Yakkha dengan bentuk tubuh Yang indah, Sakti, perkasa, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Lima ratus Yakkha dari Vessamitta dengan bentuk tubuh Yang indah, Sakti, perkasa, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Kumbhiro yang tinggal di Gunung Vepulla di Rajagaha dengan disertai seratus ribu pengikutNya. Mereka datang semua ke Hutan.
Raja Dhratarasttra, Penguasa Penjuru Timur, Maha Raja Pemimpin Para Gandharva, disertai Para PengikutNya Yang Terpuji, Yang memiliki Putera banyak dan perkasa, Yang SemuaNya bernama Inda, Sakti, perkasa, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Raja Virudhaka, Penguasa Penjuru Selatan, Maha Raja Pemimpin Para Khumbanda, disertai Para PengikutNya Yang Terpuji, Yang memiliki Putera banyak dan perkasa, Yang SemuaNya bernama Inda, Sakti, perkasa, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Raja Virupaksa, Penguasa Penjuru Barat, Maha Raja Pemimpin Para Naga, disertai Para PengikutNya Yang Terpuji, Yang memiliki Putera banyak dan perkasa, Yang SemuaNya bernama Inda, Sakti, perkasa, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Raja Kuvera, Penguasa Penjuru Utara, Maha Raja Pemimpin Para Yakkha, disertai Para PengikutNya Yang Terpuji, Yang memiliki Putera banyak dan perkasa, Yang SemuaNya bernama Inda, Sakti, perkasa, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Empat Maha Raja menerangi alam sekeliling dengan sinar Tubuh Mereka, Berdiri di empat penjuru di Hutan Kapilavatthu.
Raja Dhratarasttra menyinari sebelah timur, Raja Virudhaka menyinari sebelah Selatan, Raja Virupaksa menyinari sebelah Barat, Raja Kuvera menyinari sebelah Utara.
Bersama Mereka ikut pula Para Pengikut mereka Yang Ahli Tenaga Sakti, dan pintar berperan, yaitu: Maya, Kutendu, Vetendu, Vitu, Vitucca, Candana, Kamasettha, Kinnughandu, Nighandu, Panado Opamanna, dan Matali Kusir Dewa. Cittaseno, Gandharva, Nalo, Raja Janesabho. Selanjutnya Pancasikha dan Suryavaccasa, Puteri Timbaru. Bersama Mereka, ada pula Para Pemimpin dan Para Gandharva. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Selanjutnya, Para Naga datang dari Nabhasa, Vesala, Taccahka, Kambalassatera, Payaga bersama Keluarga Mereka, Pranaga dari Yamuna dan Dhratarasttra Yang Termashur, Dan Maha Naga Eravana. Datang ke Hutan belukar.
Raja Naga Yang Menakutkan dan Burung-Burung Surgawi Dija Yang Bermata Tajam, Yang masing-masing bernama Citta dan Supanna telah terbang ke Hutan.
Raja Naga Yang Baik, Burung Supanna terlindung karena Sang Buddha. Dengan kata-kata yang lemah lembut, Naga dan Supanna beriringan berlindung Pada Sang Buddha.
Vajira Si Tangan Penakluk, Para Asura dari Samudera Vesavassa dan Bhataro Yang Sakti dan Terpuji. Para Kalakanjaka Yang Berbentuk Menakutkan, Para Asura Danaveghasa, Vepacitti, Paharado dan Namuci. Seratus Putera Bali Yang SemuaNya bernama Veroca, Yang merupakan Prajurit Yang Gagah Perkasa, Yang sesuai dengan leluhur Mereka.
Dan Rahu berkata:"Semoga Semua Yang Berkumpul Di Hutan Berbahagiah Karena AdaNya Pertemuan Para Bhikkhu."
Para Dewa Apo, Pathavi, Tejo, dan Vayo datang disitu. Dewa Soma, Yasasa dan Varuna yang disertai Para Varuni. Dewa yang terlahir karena Metta dan Karuna nan Terpuji.
Mereka semua dalam sepuluh kelompok dengan tubuh yang berbeda-beda, Sakti, perkasa, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Para Dewa Venhu, Sahali, Asama, Yama Kembar, Dewa Canda dan Penghuni Bulan, Dewa Surya dan Para Penghuni Matahari, Dewa Nakkhatta dan Para Penghuni Planit-Planit, Dewa Manda dan Para Penghuni Awan, Dewa Sakka Purindada, Dewa Vesu disertai Vasuna PengikutNya. Mereka semua dalam sepuluh kelompok dengan tubuh yang berbeda-beda, Sakti, perkasa, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Selanjutnya, Dewa Sahabhu dengan sinar menyala bagaikan api membara. Dewa Aritthaka, Raja yang bagaikan Bunga Umma. Dewa Accuta, Anejaka, Varuna dan Sahadhamma.
Dewa Suleyya, Rucira dan Vasavanesino juga datang. Mereka semua dalam sepuluh kelompok dengan tubuh yang berbeda-beda, Sakti, perkasa, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Para Dewa Samana, Para Dewa Maha Samana, Para Dewa Manusa, Para Dewa Manusuttama, Para Dewa Khiddapadusika, Para Dewa Mano-padusika, Para Dewa Lohita-Vasino, Para Dewa Harayo, Para Dewa Paraya, dan Para Dewa Maha Paraya Yang Terpuji. Mereka semua dalam sepuluh kelompok dengan tubuh yang berbeda-beda, Sakti, perkasa, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Para Dewa Sukka, Karumha, Aruna, Veghanasa, Odata gayha, Dewa Vicakkhana sebagai Pemimpin, dan Sadamatta, Haragaja, dan Misaka, Pajjuno yang menggelegar datang dan menghujani empat penjuru. Mereka semua dalam sepuluh kelompok dengan tubuh yang berbeda-beda, Sakti, perkasa, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Para Dewa Khemiya, Tusita, Yama, Katthaka Yang Terpuji. Para Dewa Lambitaka, Lamasettha, Joti-nama dan Asava. Para Dewa Nimmanarati dan Paranimmitavasavati. Mereka semua dalam sepuluh kelompok dengan tubuh yang berbeda-beda, Sakti, perkasa, menarik dilihat dan gemilang. Datang dengan gembira ke Hutan belukar untuk menyaksikan Pertemuan Para Bhikkhu.
Keenam puluh Kelompok Para Dewa ini datang dengan bentuk yang berbeda-beda, sesuai dengan nama dan kedudukan Mereka.Dan Mereka disertai yang lain-lain, dengan bentuk Mereka masing-masing berkata:"Dia Yang Telah Terbebas Dari Kelahiran, Yang Telah Menghancurkan Semua Penghalang, Yang Telah Melintasi Arus (Kehidupan), Yang Tanpa Kekotoran Batin, Kepada-Nya Kami Datang. Dia Yang Berada Di Atas Arus Dan Nan Suci, Bagaikan Bulan Yang Menyinari Kegelapan."
Lebih lanjut, Dewa Subrahma, Paramatto dan Putera-Putera Yang Sakti dan Tisa Sanamkumara datang ke-tempat Pertemuan di Hutan.
Maha Brahma dari Seribu Alam Brahma, muncul disitu dengan sangat Gagah Perkasa dan Cemerlang, Cakap Sekali, Gemilang dan Termashur.
Sepuluh Pemimpin-PemimpinNya yang menguasai Alam Brahma juga datang, disertai oleh Harito yang berpakaian lengkap di tengah-tengah Mereka. Mereka Semua datang disertai Dewa Sakra Indra dan Brahma. Pasukan Mara pun datang, juga kanha yang bodoh:"Marilah, tangkap dan ikatkan ini untukku, biarkanlah Mereka Semua dikuasai nafsu indera! Kepunglah Mereka semua dari berbagai penjuru dan jangan biarkan siapapun yang terlepas!" Demikianlah panglima memerintahkan pasukan hitamnya. Dan dengan telapak tangannya yang dipukulkan ke tanah menyebabkan tanah bergetar bagaikan halilintar bergelegar bersama kilat dan hujan lebat. Kemudian ia mundur dengan gusar, tapi tanpa tenaga dan tak sanggup berreaksi lagi.
Dan Sang Cakkhuma, dengan Penglihatan-Nya Yang Terang, mengetahui dan mengerti semua apa yang terjadi. Lalu Sang Guru bersabda kepada Siswa-Siswa Yang Menyenangi Kata-Kata-Nya:"Para Bhikkhu, ketahuilah, pasukan mara datang!" Mereka telah mendengar Buddha Sasana, Semuanya waspada! si jahat mundur karena Mereka telah melenyapkan nafsu inderia dan tidak ada sehelai rambut pun berdiri di Tubuh Mereka." (lalu mara berkata); "Mereka semua menang dalam pertempuran, karena tidak ada ketakutan lagi yang menguasai Mereka, dan telah melenyapkan semuanya. Pengikut-Nya Yang Termashur, terkenal sampai jauh dan luas. Sekarang Mereka bergembira dengan segala sesuatu yang ada."

Simhamukha Mantra 獅面空行母心咒

ah-kah-sah-mah, la-dza-sah-dah, la-sah-mah-la-yah, pei

阿加薩嘛。拉雜沙達。拉薩嘛拉耶。呸。

4
Arya Mahayana / Brahma Jala Suttram
« on: June 05, 2017, 08:32:12 am »
BRAHMAJALA SUTTA

Demikianlah yang telah kami dengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berjalan di jalan antara kota Rajagaha dan Nalanda, diikuti oleh 500 orang Bhikkhu. Pada saat itu pula Pertapa Suppiya paribbajaka bersama muridnya seorang pemuda bernama Brahmadatta sedang dalam perjalanan antara Rajagaha dan Nalanda. Ketika itu Suppiya paribbajaka mengucapkan bermacam-macam kata yang merendahkan Sang Buddha, Dhamma dan Sangha. Tetapi sebaliknya muridnya Brahmadatta memuji Sang Buddha, Dhamma dan Sangha. Demikianlah antara guru dan murid masing-masing memiliki pandangan yang berbeda, sambil berjalan mengikuti rombongan Sang Bhagava.

Kemudian Sang Bhagava bersama-sama dengan para bhikkhu berhenti dan bermalam di Ambalatthika, tempat peristirahatan raja. Demikian pula Suppiya paribbajaka dan muridnya Brahmadatta berhenti di Ambalatthika. Di tempat itu pula mereka berdua melanjutkan perbincangan mereka tadi.

Pagi harinya, sekelompok bhikkhu berkumpul di Paviliyun Mandalamale sambil membicarakan beberapa hal sebagai berikut: "Avuso, aneh dan sungguh mengherankan bukankah Sang bhagava sebagai seorang Arahat, Sammasambuddha telah melihat dan menyadari serta telah melihat dengan jelas kecenderungan yang beraneka ragam yang ada di dalam diri manusia. Bukankah Beliau mengetahui bagaimana Suppiya paribbajaka merendahkan Sang Buddha, Dhamma dan Sangha. Demikian pula bukankah Sang Bhagava mengetahui pula pandangan yang berbeda antara guru dan murid yang berjalan mengikuti rombongan Beliau.

Ketika Sang Bhagava mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan, beliau lalu pergi ke Mandalamale, dan duduk di tempat yang telah disediakan. Setelah duduk beliau bertanya: "Apakah yang kalian sedang bicarakan dan apakah yang menjadi pokok pembicaraan dalam pertemuan ini?" Mereka lalu menceritakan masalah yang mereka bicarakan.

"Para Bhikkhu, bilamana orang mengucapkan kata-kata yang merendahkan Saya Dhamma dan Sangha, janganlah karena hal itu kamu membenci, dendam atau memusuhinya. Bilamana karena hal tersebut kalian marah atau merasa tersinggung, maka hal itu akan menghalangi jalan pembebasan diri kalian, dan mengakibatkan kalian marah dan tidak senang. Apakah kalian dapat merenungkan ucapan mereka itu baik atau buruk?"
"Tidak demikian, Bhante".
"Tetapi bilamana ada orang mengucapkan kata-kata yang merendahkan saya, Dhamma dan Sangha, maka kalian harus menyatakan mana yang salah dan menunjukkan kesalahannya dengan mengatakan bahwa berdasarkan hal ini atau itu, ini tidak benar, atau itu bukan begitu, hal demikian tidak ada pada kami, dan bukan kami".

Tetapi para bhikkhu, bilamana orang lain memuji Saya, Dhamma dan Sangha, janganlah karena hal tersebut kamu merasa bangga, gembira dan bersuka cita. Bila kamu bersikap demikian maka hal itu akan menghalangi jalan pembebasan diri kalian. Bilamana orang lain memuji Saya, Dhamma dan Sangha, maka kamu harus menyatakan apa yang benar dan menunjukkan faktanya dengan mengatakan bahwa, 'berdasarkan hal ini atau itu, ini benar, itu memang begitu, hal demikian ada pada kami, dan benar pada kami".

Walaupun hanya hal-hal kecil, hal-hal yang kurang berharga, atau pun karena sila (Peraturan Sangha), maka orang-orang memuji Sang Tathagata. Apakah hal-hal kecil, hal-hal yang kurang berharga atau pun sila yang menyebabkan orang-orang memuji Tathagata?

Cula Sila
'Tidak membunuh makhluk, Samana Gotama menjauhkan diri dari membunuh makhluk. Ia telah membuang alat pemukul dan pedang, ia malu melakukan kekerasan karena cinta kasih, kasih sayang dan kebaikan hatinya kepada semua makhluk, menyebabkan semua orang memuji Sang Tathagata.'
Atau ia berkata: "Tidak mengambil apa yang tidak diberikan, Samana Gotama tidak mau memiliki apa yang bukan kepunyaan-Nya. Ia hanya mengambil apa yang diberikan dan tergantung pada pemberian. Ia hidup dengan jujur dan suci (puthujjano)". Atau ia berkata: "Tidak melakukan hubungan kelamin (abrahma cariya), Samana Gotama menjalani hidup brahmacari (membujang). Ia menjauhkan diri dari perbuatan yang ternoda dan tidak melakukan hubungan kelamin".

Atau ia berkata: "Tidak berdusta, Samana Gotama telah menjauhkan diri dari dusta. Ia berbicara benar, tidak menyimpang dari kebenaran, jujur dan dapat dipercaya, dan tidak mengingkari kata-kataNya di dunia".
Atau ia berkata: "Tidak memfitnah, Samana Gotama menjauhkan diri dari fitnah. Apa yang Ia dengar di sini tidak akan diceritakannya di tempat lain yang dapat menyebabkan timbulnya pertentangan dengan orang di tempat ini. Apa yang ia dengar di tempat lain tidak akan diceritakan-Nya di sini sehingga tidak menyebabkan timbulnya pertentangan dengan orang di tempat lain. Dalam hidupnya Ia menyatukan mereka yang berlawanan, mengembangkan persahabatan di antara mereka, pemersatu, mencintai persatuan, menyenangi persatuan, membicarakan kesatuan (Samagga). Atau ia berkata: "Tidak mengucapkan kata-kata kasar, Samana Gotama menjauhkan diri dari ucapan-ucapan kasar. Ia hanya mengucapkan kata-kata yang tidak tercela, yang menyenangkan, menarik, mengena di hati, sopan, menggembirakan orang dan disukai orang".

Atau ia berkata: "Tidak menghabiskan waktu dengan ceritera yang tidak berguna, Samana Gotama menjauhkan diri dari obrolan tentang hal-hal yang tidak berguna. Ia berbicara pada waktu yang tepat, sesuai dengan kenyataan, bermanfaat, yang berhubungan dengan Dhamma dan Vinaya. Ia berbicara pada saat yang tepat dengan kata-kata yang bermanfaat bagi pendengar dan dengan gambaran yang tepat, memberikan uraian yang jelas dan tepat".

Atau ia berkata: "Samana Gotama tidak merusak biji-bijian yang masih dapat tumbuh dan tidak mau merusak tumbuh-tumbuhan. Ia makan sekali sehari, tidak makan setelah tengah hari atau tidak makan di malam hari. Ia tidak menyaksikan pertunjukan-pertunjukan, tari-tarian, nyanyian dan musik.
Ia tidak menggunakan alat-alat merias, bunga-bunga, wangi-wangian dan perhiasan. Ia tidak menggunakan tempat tidur yang besar dan mewah. Ia tidak menerima: emas, perak, padi, daging mentah, wanita, budak, biri-biri atau kambing, babi, gajah, sapi, kuda dan unggas. Ia tidak bertani. Ia tidak melakukan perdagangan, penipuan dengan timbangan atau dengan ukuran, penyogokan, penipuan atau pemalsuan, melukai, membunuh, memperbudak, merampok, menodong dan menganiaya.
Demikianlah para bhikkhu, yang menyebabkan orang-orang memuji sang Tathagata.

Majjhima Sila
Atau ia berkata: "Sementara beberapa pertapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, namun mereka masih tetap merusak : biji-bijian yang masih dapat tumbuh, akar yang masih dapat tumbuh, potongan, ruas, tunas yang masih dapat tumbuh. Tetapi Samana Gotama hidup dengan tanpa merusak biji-bijian maupun tumbuh-tumbuhan".

Atau ia berkata: "Sementara beberapa pertapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, namun mereka masih tetap melakukan penimbunan makanan, minuman, jubah, alat-alat tidur, alat-alat lainnya, wangi-wangian, bumbu makanan. Tetapi Samana Gotama sama sekali tidak mau menimbun barang-barang demikian".

Atau ia berkata: "Sementara beberapa pertapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, namun mereka masih tetap mengunjungi pertunjukan-pertunjukan seperti: tari-tarian, nyanyi-nyanyian, musik tontonan, nyanyian epis, musik, pelafalan syair, permainan tam-tam, drama, akrobat yang dimainkan oleh orang-orang mengadu gajah, kerbau, sapi, kambing, domba, kuda, ayam dan burung; pertandingan dengan menggunakan pemukul, tinju, gulat; perang-perangan, pawai dan parade. Tetapi Samana Gotama sama sekali tidak mau melihat pertunjukan demikian".

Atau ia berkata: "Sementara beberapa pertapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, namun mereka masih tetap malakukan permainan-permainan atau rekreasi sebagai berikut: permainan dengan papan yang berpetak-petak delapan atau sepuluh baris, permainan dengan melangkah pada diagram yang digariskan di tanah dengan cara hanya melangkah sekali; permainan dengan cara memindahkan benda atau orang dari satu tempat ke tempat yang lain dengan tanpa melepaskan benda atau orang tersebut; main dadu, kayu pendek dipukul dengan kayu panjang, mencelupkan tangan ke dalam air berwarna dan menempelkan telapak tangan ke dinding, main bola, meniup pipa yang dibuat dari daun, menggali dengan alat mainan, bersalto, main kincir angin yang dibuat dari daun palem, main kereta-keretaan atau panah-panahan, menebak tulisan di udara atau di punggung seseorang, menebak pikiran orang lain, atau bertingkah laku seperti orang cacad. Tetapi Samana Gotama tidak pernah melakukan permainan-permainan tersebut".

Atau ia berkata: "Sementara beberapa pertapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, namun mereka masih tetap menggunakan tempat tidur yang besar dan mewah sebagai berikut: dipan yang tinggi, panjang enam kaki dan dapat dipindah-pindahkan; dipan dengan tiang-tiangnya diukir bergambar binatang; menggunakan selimut yang berwarna-warni; menggunakan selimut putih; menggunakan seprei disulam dengan motif bunga-bungaan; menggunakan selimut dari wol dan kapas; menggunakan seprei yang disulam dengan gambar singa atau harimau; menggunakan seprei dengan bulu binatang di kedua tepinya; menggunakan seprei dengan bulu binatang di salah satu tepinya; menggunakan seprei dari sutra; menggunakan selimut yang dapat digunakan oleh enam belas orang; menggunakan selimut gajah, kuda atau kereta; menggunakan selimut antelope yang dijahit; menggunakan selimut dari kulit sebangsa kijang; menggunakan permadani yang berpenutup di atasnya; menggunakan tempat duduk dengan bantal merah untuk kepala dan kaki. Tetapi Samana Gotama tidak menggunakan barang-barang tersebut".

Atau ia berkata: "Sementara beberapa pertapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, namun mereka masih tetap menggunakan perhiasan dan mempercantik diri dengan cara: menggunakan bedak harum, shampoo, mandi dengan bunga-bungaan; tubuh dipukul-pukul secara perlahan dengan tongkat seperti tukang gulat; menggunakan cermin meminyak diri (bukan untuk obat); menggunakan bunga-bungaan, pemerah pipi, kosmetik, gelang, kalung, tongkat jalan (untuk bergaya saja), kotak bulu untuk obat, pedang, penahan sinar matahari, sandal bersulam, turban, perhiasan di dahi, alat mengkebut dibuat dari ekor yak, jubah putih berumbai. Tetapi Samana Gotama tidak menggunakan benda-benda tersebut".

Atau ia berkata: "Sementara beberapa pertapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, namun mereka masih tetap membicarakan hal-hal yang rendah seperti berikut: ceritera tentang kepala negara, menteri, pencuri, peperangan, terror, makanan dan minuman, pakaian, tempat tidur, bunga kalung, wangi-wangian, keluarga, kendaraan, desa, kampung, kota, negara, pertempuran, pahlawan, gosip jalanan, ditempat pengambilah air, setan, yang tidak ada ujung pangkalnya, spekulasi tentang terciptanya daratan dan lautan atau tentang eksistensi dan non eksistensi. Tetapi Samana Gotama tidak membicarakan hal-hal tersebut".

Atau ia berkata: "Sementara beberapa pertapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, namun mereka masih tetap menggunakan kata-kata bantahan, seperti:
"Kamu tidak mengerti dhamma vinaya ini, seperti apa yang saya ketahui. Bagaimanakah kamu dapat mengetahui dhamma vinaya ini? Kamu berpandangan salah. Saya benar". "Saya bicara langsung ke pokok persoalan, kamu tidak".
"Kamu membicarakan bagian akhir lebih dahulu daripada bagian permulaan".
"Apa yang telah kamu persiapkan untuk dibicarakan, itu telah usang". "Kata-kata bantahanmu diterima". "Kamu terbukti salah". "Bebaskanlah dirimu bila kau sanggup". Tetapi Samana Gotama tidak melakukan bantahan-bantahan seperti itu".

Atau ia berkata: "Sementara pertapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, namun mereka masih tetap berlaku sebagai pembawa berita, pesuruh, sebagai perantara sebagai berikut: perantara raja-raja, menteri, kesatria, brahmana, atau pemuda dengan berkata, 'pergilah kesana, kesitu, bawalah ini, dan bawalah itu dari sana. Tetapi Samana Gotama tidak melakukan hal-hal tersebut".

Atau ia berkata: "Sementara beberapa pertapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, namun mereka masih tetap melakukan penipuan dengan cara: berkomat-kamit dengan kata-kata tertentu berlaku seperti orang suci, mengusir setan atau kesialan, dan kehausan untuk menambah keuntungan karena serakah. Tetapi Samana Gotama tidak melakukan hal-hal tersebut".

5
Arya Mahayana / Usnisa Vijaya Dharani Suttram
« on: June 05, 2017, 08:29:28 am »
Dharani Mahkota kemenangan Buddha
(Usnisa Vijaya Dharani)

Namo Bhagavate Adi Tathagata Arhate SamyakSamBuddha
Terpujilah Sang Maha suci yang terunggul didalam tiga dunia!
Terpujilah Sang Tercerahkan, untuk Sang Penolong!
yaitu:
Om!mensucikan, mensucikan! O Yang Selalu Adil! O Sang Penguasa yang meliputi semuanya,
semua cahaya penerangan, adalah murni kealamianNya,
mensucikan kegelapan pada lima bagian dari kehidupan!
Abhisekakan kami dengan nectar,O Yang Terbahagiah, dengan sebuah abhiseka abadi yang terdiri dari
kata-kata terbaik, ungkapan kebenaran yang Maha Agung!
hilangkan bencana, hilangkan bencana, O Sang Pemilik Keabadian!
sucikan kami, sucikan kami, O Yang Murni seperti langit!
O Yang murni bagaikan Mahkota Kemenangan Buddha!
O Yang bergelora dengan ribuan sinar cahaya!
O Semua Tathagata yang memeriksa dunia sempurna dalam enam Paramita!
O Sang Pemilik Materai yang diberi kuasa dengan tenaga batin yang berasal dari hati setiap Tathagata!
O Sang Pemilik Tubuh sekeras dan semurni Vajra!
O Yang sepenuhnya bersih,suci dari semua rintangan, semua ketakutan, dan semua bagian kejahatan!
Jauhkanlah kami semua dari kejahatan O Yang menikmati kehidupan suci!
O Yang memberikan kuasa kepada kami dengan perjanjian asli!
O Permata, Permata, Permata Agung! O Bagaikan yang sungguh terbatas dan sangat murni!
O Yang Suci didalam Pencerahan terkembang!
Jadilah Kemenangan,Jadilah Kemenangan, Jadilah Yang Telah Menang,Jadilah Yang Telah Menang!
Pertahankan didalam pikiran,pertahankan didalam pikiran!
O Sang Maha Suci Yang telah mendapat Kuasa dari Semua Buddha!
O Sang Vajragarbha yang memegang Vajra! Izinkan tubuh saya seperti Vajra!
Izinkan tubuh semua makhluk bagaikan Vajra juga!
O Sang Pemilik Tubuh yang Maha Suci!
O Yang Tersuci dari semua bagian kehidupan! Dan biarlah saya dihibur oleh Semua Tathagata!
O Yang mendapat kuasa dengan Tenaga Yang Menghibur dari Semua Yang Telah Datang!
Jadilah Tercerahkan, Jadilah Tercerahkan,Jadilah Yang Telah mencapai Penerangan Sempurna,
Jadilah Yang Telah mencapai Penerangan Sempurna!
Cerahkanlah mereka, Cerahkanlah mereka,tercerahkanlah mereka,tercerahkanlah mereka!
O Yang Tersuci didalam Jalan Yang Paling Sempurna!
O Sang Pemilik Materai yang diberi kuasa dengan tenaga batin yang berasal dari hati setiap Tathagata!
serukanlah!

om amrta tejovati svaha (Mantra Hati Usnisa Vijaya Dharani)


NAMO USNISA VIJAYA DHARANI
NAMO SARVA TATHAGATA

NAMO MAHAKARUNIKAYA SARVA TATHAGATA TRAILOKA PUJITO
TADYATHA:"OM AMILIDA DEKA FADI SVAHA"!

Sutra ini telah saya, Ananda, mendengar sendiri daripada Bhagavan Buddha.

Demikianlah telah kudengar, pada suatu ketika, Bhagavan Buddha berdiam di Shravasti di Jetavana, dalam Taman Anathapindaka (orang yang berkebajikan terhadap anak yatim piatu dan mereka yang tinggal berseorangan), bersama pengikut-pengikut tetap-Nya yang terdiri daripada seribu dua ratus lima puluh Maha Bhiksu dan dua belas ribu Sangha Maha Bodhisattva kesemuanya.

Ketika itu juga, dewa-dewa Surga Trayastrimsa telah mengadakan perhimpunan di Dewan Dharma Sempurna. Di antara mereka yang hadir ialah Dewaputra Tusita. Bersama dewaputra-dewaputra lain, Dewaputra Tusita turut bersuka ria di dalam dewan serta di luar, di halaman, taman bunga dan menara, asyik menikmati kebahagiaan hidup surga. Mereka sangat gembira, menyanyi-nyanyi, menari-nari menghibur diri bersama dewi-dewi surga.

Sejurus malam menjelma, Dewaputra Tusita tiba-tiba mendengar suara di angkasa yang berkata, "Dewaputra Tusita, engkau hanya akan hidup selama tujuh hari lagi. Selepas mangkat, engkau akan dilahir semula di Jambu-dvipa (Bumi), sebagai binatang selama tujuh hayat berturut-turut. Kemudian, akan jatuhlah kamu ke alam neraka untuk
menderita lagi. Hanya setelah menerima karmamu, barulah akan engkau lahir semula dalam dunia manusia, tetapi ke dalam keluarga terhina dan miskin. Semasa dalam kandungan ibu, engkau tidak akan mempunyai mata, dan buta apabila lahir."

Setelah mendengar kata-kata tersebut, Dewaputra Tusita begitu takut sehingga tegak bulu romanya. Dengan hati yang diselubungi risau dan derita, Dewaputra Tusita lantas berkejar ke istana Dewaraja Sakra (Raja Dewata di Surga Trayastrimsa), Sambil menangis sekuat hati karena tidak tahu apa lagi yang harus dilakukannya, Dewaputra Tusita pun bersujud di kaki Dewaraja Sakra lalu memberitahu Dewaraja Sakra tentang apa yang telah berlaku.

"Sewaktu hamba asyik menghayati lagu dan tarian bersama dewi-dewi surga, tiba-tiba hamba mendengar suara di angkasa yang berkata bahwa hidup hamba tinggal tujuh hari saja, dan kemudian hamba akan lahir semula sebagai binatang dalam dunia Jambu-dvipa selama tujuh hayat berturut-turut. Setelah itu, hamba akan terjerumus ke alam neraka untuk menderita lagi. Setelah penghukuman karma hamba selesai, barulah hamba akan lahir semula dalam dunia manusia. Walau demikian, hamba akan lahir cacat tanpa mata dalam keluarga miskin dan terhina. Raja Surga, bagaimanakah dapat hamba melepaskan diri daripada penderitaan ini? "

Dewaraja Sakra merasa sungguh heran dan terkejut atas penjelasan dan ratapan Dewaputra Tusita itu. Hati kecilnya berfikir, "Dalam tujuh haluan buruk dan rupa buruk manakah akan Dewaputra Tusita ini dilahirkan semula berturut-turut?"

Dewaraja Sakra dengan serta-merta menenangkan mindanya untuk memasuki keadaan Samadhi lalu membuat pemerhatian teliti. Dengan segera, Dewaraja Sakra mendapati bahawa Dewaputra Tusita akan dilahir semula tujuh kali berturut-turut dalam haluan buruk berupa babi, anjing, musang, monyet, ular sawa, gagak serta burung nasar, kesemuanya yang hidup memakan makanan kotor dan busuk. Setelah memperhatikan bakal keadaan tujuh rupa lahir semula Dewaputra Tusita, hati Dewaraja Sakra hancur dan penuh duka, tetapi Dewaraja Sakra tiada ikhtiar untuk menolong Dewaputra Tusita. Raja Sakra berpendapat bahwa hanya Tathagata, Arhat, Samyak-sambuddha sajalah yang dapat menyelamatkan Dewaputra Tusita dari penderitaan haluan buruk yang bakal menimpanya.

Maka, awal malam hari itu, Dewaraja Sakra telah menyediakan
berbagai jenis bunga malai serta wangi-wangian. Selepas menjubahi diri dengan pakaian dewa yang halus, Dewaraja Sakra membawa barang pemujaannya ke Taman Anathapindaka, tempat penginapan Bhagawan Buddha. Sesampainya di sana, Dewaraja Sakra mula-mula bersujud di kaki Bhagavan Buddha sebagai tanda memberi hormat, kemudian memuja Bhagavan dengan berjalan perlahan-lahan mengelilingi-Nya tujuh kali mengikut arah jam, sebelum membentangkan puja (barang-barang penyembahan) Dewaraja Sakra yang mewah itu. Sambil berlutut di hadapan Bhagavan, Dewaraja Sakra telah menerangkan dan menguraikan nasib Dewaputra Tusita yang bakal terjerumus ke haluan buruk, dengan tujuh hayat lahir-semula berturut-turut dalam rupa binatang, dan hal yang akan menimpanya selepas kesemua itu.

Dengan serta-merta, dari usnisa (puncak silara) Tathagata, berbagai sinaran cahaya memancar dan menerangi seluruh penjuru dunia dalam kesemua sepuluh arah, lalu memantul mengelilingi Bhagavan Buddha tiga kali sebelum kembali ke mulut-Nya. Selepas itu, Bhagavan Buddha tersenyum dan bersabda kepada Dewaraja Sakra, "Raja Surga, dengarlah dengan penuh perhatian. Pada waktu asamkhyeya eon yang tidak terkira dahulu, terdapat seorang Buddha yang bergelar Vipasyin, Yang Telah Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah
Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna,
Sempurna Pikiran dan Perbuatan, Yang Terbahagia, Maha Tahu Dunia,
Pemimpin Tiada Tandingan, Guru Dewa dan Manusia, Yang Telah Sadar, Yang
Dihormati Dunia, lengkap dengan sepuluh gelaran bagi seorang Buddha. Selepas afiniti untuk menyelamatkan makhluk-makhluk di dunia ini berakhir, Vipasyin Buddha telah memasuki Maha Parinirvana. Pada Zaman Dharma Imej Buddha itu, terdapat sebuah negara yang dikenali sebagai Varanasi. Di dalam negara tersebut, terdapat seorang Brahmin yang telah meninggal dunia sejurus selepas isterinya melahirkan seorang cahaya mata lelaki. Anak yatim ini dibesarkan sepenuhnya oleh ibunya. Setelah dewasa, dia bersawah untuk memenuhi hidup. Namun, disebabkan mereka amat miskin, ibunya terpaksa mengemis merata-rata untuk mendapatkan makanan bagi anaknya.

Pada suatu hari, ibunya gagal mendapatkan makanan dan waktu makan juga telah berlalu. Anaknya menjadi marah lalu mendendami ibunya disebabkan kelaparan dan kehausan. Dengan api kemarahan yang marak, dia tidak henti-hentinya menyalahkan ibunya, "Mengapakah ibu belum mengantarkan makanan ke sini pada hari ini?"

Lantas, dia mengutuk lagi, "Cis! Ibu saya tidak pun layak dibandingkan dengan binatang. Saya melihat babi, anjing, musang, monyet, ular sawa, gagak serta burung nesar semuanya menjaga dan membesarkan anak-anak dengan begitu penuh belas kasihan. Anak-anak tidak dibiarkan kelaparan atau kehausan, malah tidak seketika pun ditinggalkan. Mengapakah ibu saya masih belum datang? Saya sudah merasa amat lapar dan haus sedangkan ibu masih belum mengantarkan makanan ke sini!"

Tidak lama selepas hatinya menaruh dendam, ibunya segera memohon makanan lantas bergegas ke sawah sambil mebujuk anaknya supaya ia tidak marah. Mereka baru saja mau duduk dan makan, tiba-tiba, seorang Pratyekabuddha muncul dalam rupa seorang Bhiksu, dan terbang di angkasa dari arah selatan ke utara. Anak yatim ini melihat fenomena yang ganjil tersebut lalu merasa hormat dan kagum. Dia dengan segera bangun dan menyusunkan kedua telapak tangannya bersama lalu bersujud penuh sambil menjemput Pratyekabuddha itu turun. Pada masa itu, Pratyekabuddha itu telah menerima jemputannya. Dia amat gembira dan giat menyediakan tempat duduk dengan lalang putih. Selain itu, dengan penuh hormat, dia telah mempersembahkan bunga yang bersih dan suci, serta sebagian makanannya kepada Pratyekabuddha itu dengan dua belah tangan. Selepas makan, Bhiksu itu menkhutbahkan ajaran penting Dharma Buddha kepadanya agar dia merasa sukacita. Atas sebab dan afiniti ini, anak yatim tersebut kemudian menjadi Sramanera dan juga dilantik sebagai Bhiksu yang menguruskan urusan dalam Vihara.

Pada waktu itu, seorang Brahmin telah mendirikan sebuah Vihara untuk penginapan para Sangha. Seorang lagi penderma pula menghadiahkan banyak mentega dan makanan kepada mereka. Secara kebetulan, terdapat banyak Bhiksu mengembara yang menetap di situ dan sedang makan pada masa itu, Bhiksu yang mengurus urusan Vihara itu setelah melihat keadaan tersebut lalu timbul perasaan benci dan tamak. Dia menganggap para Bhiksu yang mengembara itu sebagai orang yang amat menyusahkan dan menimbulkan masalah. Oleh karena itu, dia telah menyimpan semua mentega dan makanan yang dihadiahkan lalu tidak membenarkan mereka makan. Karena hal demikian, Bhiksu yang mengembara itu telah mempersoalkannya, "Penyembahan ini telah dimaksudkan untuk semua ahli Sangha yang berada di dalam Vihara. Mengapa kamu menyimpan penyembahan makanan tersebut dan tidak membenarkan semua orang memakannya? "

Bhiksu yang mengurus urusan Vihara itu merasa benci dan melepaskan kemarahannya, "Kamu semua, Bhiksu yang mengembara, mengapa kamu tidak makan saja najis dan kencing? Kenapa kamu mau meminta mentega? Sudahkah mata kamu menjadi buta? Apakah kamu melihat saya menyembunyikan mentega itu?" Bhagavan Buddha memberitahu Dewaraja Sakra, "Anak yatim lelaki Brahmin pada waktu itu ialah Dewaputra Tusita sekarang. Disebabkan dia mendendami dan membandingkan ibunya dengan binatang, kini dia akan menerima pembalasan dalam rupa hewan untuk tujuh hayat berturut-turut. Ada lagi, sewaktu dia menjadi Bhiksu yang mengurus urusan Vihara, dia telah mengeluarkan ucapan-ucapan memakan najis dan kencing yang kotor. Pada pembalasan karmanya ialah dia akan selalu makan makanan yang tidak bersih. Karena tamak dan tidak mau memberi makanan yang disembahkan kepada para Sangha, dia akan menderita di alam neraka. Sebagai pembalasan memarahi Sangha,dia akan buta, dia tidak akan mempunyai mata. Untuk tujuh ratus hayat, dia akan sentiasa buta dan hidup dalam kegelapan serta mengalami kesengsaraan yang amat.

6
Arya Mahayana / Maha Govinda Suttram
« on: June 05, 2017, 08:25:08 am »
Namo Bhagavate Mahabijnagiriraja Tathagata SamyakSambuddhassa

Namo Arya Jnanabhadra Bodhisattva Mahasattva

Namo Arya BoddhiCittam Nagajuna Bodhisattva Mahasattva

Anirodham anutpadam anucchedam ashvasatam
anekartham ananartham anagmamam anirgamam
yah Pratityasamutpadam praponchopasham shivam
deshyamas sambuddhastam vandevadatavaran

Namo Buddhaya guruve namo Dharmaya tayine namah Sanghaya mahatte tribhyopisatatam namah ratnatryam me sharanam sarvam pratidishayamgam anumode jagatpunyam Buddha Baudho dadhe manah abodhe sharanamyami Buddham Dharmam ganottaman Baudhociitam karomyesh svaparthaprasiddhaye utpadayami var Bodhiciitam nimantryam sarvasattvan ishtam carishye var Bodhicarikam Buddho bhaveyam jagatohitaya deshana sarvapapanam punyanam ca anumodana kritopvasam carishyami Arya Ashtangika poshadam.

Maha Govinda Sutta

Demikianlah telah ku dengar,
Pada suatu ketika, Sang Bhagava berada di bukit Gridhakuta di Rajagaha. Dan pada suatu hari, ketika malam semakin larut, Pancasikha Gandhabbaputto yang perkasa menyinari seluruh Gridhakuta, datang menemui Sang Bhagava:"Bhante, ada hal yang telah saya lihat dan dengar sendiri dari para Dewa Tavatimsa, dan saya akan menceritakannya kepada Sang Bhagava."
"Ceritakanlah kepada-Ku, Pancasikha," jawab Sang Bhagava.

Bhante, pada waktu lampau, setelah berselang masa yang lama, pada malam yang kelimabelas di bulan purnama sempurna, di hari Uposatha, di hari Pavarana, para dewa Tavatimsa berkumpul dan duduk di gedung pertemuan Sudhamma. Dan mereka pun disertai oleh mahluk-mahluk surga yang telah duduk, dan diempat penjuru didiami oleh Empat Maharaja Langit. Di sebelah timur, Raja Dhatarattho dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke barat. Disebelah selatan, Raja Virudhaka dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke utara. Disebelah barat, Raja Virupakkha dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke timur. Disebelah utara, Raja Vaisravana dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke selatan. Bhante, ketika para Dewa Tavatimsa telah berkumpul di gedung pertemuan Sudhamma, dengan dikelilingi oleh semua mahluk surga lainnya yang telah duduk pula, dan diempat penjuru Empat Maharaja Langit telah duduk sesuai dengan urutan susunan kedudukan Mereka masing-masing. Selanjutnya, barulah urutan tempat duduk Kami. Bhante, para dewa yang baru saja lahir di alam dewa Tavatimsa, yang terlahir disitu karena Mereka telah hidup sesuai dengan Penghidupan Suci, yang telah dibabarkan oleh Sang Bhagava, maka cahaya tubuh Mereka melampaui cahaya tubuh dewa lainnya. Kemudian terdengar kata-kata dari para Dewa Tavatimsa yang sedang diliputi kegembiraan, kegiuran dan kesenangan:"O, cahaya tubuh mahluk surga bertambah gemilang, sedangkan cahaya tubuh para asura memudar!

Bhante, ketika Raja dewa Sakka melihat kepuasan yang diperlihatkan oleh para Dewa Tavatimsa, Ia menyatakan kata-kata simpatinya sebagai berikut:
"Para Dewa dan penguasa Surga Tavatimsa, semuanya gembira, semuanya menghormat Sang Tathagata dan Dhamma (Hukum Kebenaran Sang Buddha). Di sini Mereka melihat Para Dewa yang baru lahir, indah dan bercahaya, karena Mereka telah melaksanakan Penghidupan Suci yang dibabarkan oleh Sang Sugata, datang kemari dengan penuh kemegahan melampaui kegemilangan para Dewa yang lain. Karena melihat hal ini, maka Para Dewa Tavatimsa dan Penguasanya bergembira. Semua menghormat Sang Tathagata dan Dhamma-kebenaran."

Bhante, berdasarkan hal ini, Para Dewa Tavatimsa bertambah gembira, senang dan penuh kegiuran, berkata:"Cahaya tubuh mahluk surga bertambah gemilang, sedangkan tubuh para asura memudar.!" Bhante, ketika Raja Dewa Sakka menyaksikan kepuasan Para Dewa Tavatimsa, Ia bertanya pada Mereka:"Apakah Kamu mau mendengarkan delapan fakta kebenaran dari Sang Bhagava Yang Terpuji?"
"Kami mau mendengar hal-hal itu."
Bhante, kemudian Raja Dewa Sakka memberitahukan kepada Para Dewa Tavatimsa tentang Delapan Fakta Kebenaran dari Sang Bhagava Yang Terpuji:

"O, Para Dewa Tavatimsa, bagaimanakah pendapat Kamu? Begitu lama Sang Bhagava telah melakukan banyak Perbuatan untuk kesejahteraan orang banyak, karena kasih sayang-Nya kepada dunia, untuk kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan Para Dewa dan manusia. Kita tidak akan dapat menemukan Guru seperti Sang Bhagava atau semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa lampau maupun dimasa yang akan datang.

Demikian pula dengan Dhamma, telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagava, dapat dilihat, tidak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, menuntun kedalam batin, dan dapat diselami oleh Para Bijaksana dalam batin masing-masing. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan pengajar Dhamma kebenaran yang membimbing Kita itu atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.

'Ini baik, itu buruk', hal ini telah di babarkan dengan jelas oleh Sang Bhagava. Beliau telah membabarkan dengan jelas tentang; 'ini salah, itu benar, itu perlu dituruti, itu dihindari, ini kasar, ini halus, ini kebahagiaan yang meragukan'. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan pembabar Dhamma, Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.

Sang Bhagava telah membabarkan dengan sempurna Jalan Ke Nibbana kepada Siswa-Siswa-Nya, dan Mereka mengikuti Jalan dan mencapai Nibbana. Bagaikan air Sungai Gangga dan Yamuna yang mengalir bersama-sama dan bersatu, demikian pula dengan Jalan yang menuju Nibbana yang telah dibabarkan dengan Sempurna, yaitu dilaksanakan bersama-sama dan menjadi satu. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan pembabar Jalan Ke Nibbana seperti Dia, walau pun Kita mencari di masa lampau maupun di masa yang akan datang.

Sang Bhagava telah menerima Siswa-Siswa, dan Mereka telah mengikuti Jalan, dan Para Arahat yang telah hidup dengan 'memanfaatkan kehidupan'. Beliau tidak berpisah dengan Mereka, karena tetap bersama dengan Mereka dalam batin yang bersatu. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan Guru yang seperti Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.

Telah sempurna apa yang didapat Sang Bhagava, Kemasyuran-Nya telah tersebar, demikian pula menurut Pendapat-Ku, banyak Kesatria yang berkecendrungan baik kepada Beliau. Namun demikian, Sang Bhagava tidak terpengaruh sedikit pun dengan segala Pujian. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan Guru yang tidak terpengaruh seperti Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.

Perbuatan Sang Bhagava adalah sesuai dengan Perbuatan-Nya, ucapan-Nya adalah sesuai dengan Perbuatan-Nya. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan orang yang melaksanakan Dhamma dari yang mudah sampai sulit sekali dengan hasil seperti Dia atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.

Sang Bhagava telah menyeberangi lautan keragu-raguan, demikian pula semua yang perlu diketahui telah diketahui, segala sesuatu yang perlu dikerjakan telah diselesaikan dengan sempurna berdasarkan tekad-Nya yang teguh dan Penghidupan Suci-Nya. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan guru yang telah mencapai Pencapaian seperti Dia, atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang. Bhante, Kedelapan Fakta Kebenaran Sang Bhagava Yang Terpuji ini, telah dikatakan oleh Raja Dewa Sakka kepada Para Dewa Tavatimsa. Setelah mendengar hal ini, Para Dewa Tavatimsa bertambah gembira, senang penuh kegiuran dan bahagia.

Bhante, kemudian Para Dewa tertentu berkata:"O! Andaikata ada Empat Samma SamBuddha muncul di dunia dan mengajarkan Dhamma seperti Sang Bhagava! Mereka akan menyebabkan Kesejahteraan orang banyak, Kebahagiaan orang banyak, karena kasih sayang kepada dunia, untuk Kemajuan, Kesejahteraan dan Kebahagiaan Para Dewa dan manusia."
'Dan Para Dewa tertentu lain berkata:"Cukup, apabila ada tiga Samma SamBuddha yang muncul di dunia."
'Dan Para Dewa tertentu lain berkata:"Cukup, apabila ada Samma SamBuddha dua yang muncul di dunia dan mengajarkan Dhamma seperti Sang Bhagava! Mereka akan menyebabkan Kebahagiaan orang banyak, Kesejahteraan orang banyak, demi kasih sayang kepada dunia, untuk Kemajuan, Kesejahteraan dan Kebahagiaan Para Dewa dan manusia."

Kemudian Raja Dewa Sakka berkata kepada Para Dewa Tavatimsa: "Kawan-Kawan, tidak akan pernah dan tidak mungkin dalam satu tata surya ada dua Arahat Samma SamBuddha muncul bersama-sama, hal ini tidak pernah ada di masa yang lampau maupun di masa yang akan datang. Hal ini tidak akan pernah terjadi. O, Kawan-Kawan, namun, bila Sang Bhagava dapat hidup umur panjang, bebas dari penyakit dan kesakitan, hal ini yang dapat menyebabkan Kesejahteraan orang banyak, Kebahagiaan orang banyak, karena kasih sayang-Nya kepada dunia, untuk Kemajuan, Kesejahteraan dan Kebahagiaan Para Dewa dan manusia!" Bhante, setelah Para Dewa Tavatimsa selesai merundingkan dan membicarakan bersama-sama pokok persoalan sehingga Mereka berkumpul dan duduk di gedung Pertemuan Sudhamma, dan berkenaan dengan maksud tertentu, maka Keempat Maharaja menerima pembicaraan tersebut, dan dengan berdiri dari tempat duduk, Keempat Maharaja menerima nasehat.
"Kata-kata pemberitahuan dan nasehat diterima oleh Para Raja tersebut di situ, dengan Pikiran Mereka yang terpusat dan tenang Mereka berdiri di tempatnya masing-masing."

7
Arya Mahayana / Amitabha Suttram
« on: June 05, 2017, 08:24:24 am »
Namo Bhagavate Dharmakaya Lokesvararaja Buddhaya
Namo Bhagavate Dharmakaya Amitabha Buddhaya
Namo Bhagavate Dharmakaya Maha Vairocana Buddhaya
Namo Bhagavate Dharmakaya Amoghasiddhi Buddhaya
Namo Bhagavate Dharmakaya Aksobhya Buddhaya
Namo Bhagavate Dharmakaya Ratna Sambhava Buddhaya
Namo Bhagavate Dasa Bhumaya Mega Dharma Mahastamaprapta Bodhisattvaya Mahasattvaya
Namo Bhagavate Dasa Bhumaya Mega Dharma Avalokitesvara Bodhisattvaya Mahasattvaya

Terpujilah para Buddha dan Bodhisattva dalam persamuan agung kolam terata[3x]

Sabda Sang Buddha tentang AMITABHA SUTTA. Demikianlah telah kudengar : Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam di Sravasti pertapaan Jeta Taman Anthapindaka bersama serombongan Bhiksu yang berjumlah 1.250 semuanya Arahat yang namanya telah dikenal semua orang seperti : Arahato Sariputra, Arahato Mahamaudgalyayana, Arahato Mahakasyapa, Arahato Mahakatyayana, Arahato Mahakausthila, Arahato Revata, ArahatoSuddhipanthaka, Arahato Nanda, Arahato Ananda, Arahato Rahula, Arahato Gavampati, Arahato Pindolabharadvaja, Arahato Kalodayin, Arahato Mahakaphina, Arahato Vakula, Arahato Aniruddha dan beserta Siswa-siswa terkemuka lainnya ; dan para
Bodhisattva Mahasattva, Sang Pangeran Dharma Manjusri Bodhisattva Mahasattva, Ajita Bodhisattva Mahasattva, Gandhastin Bodhisattva Mahasattva, Nityodyukta Bodhisattva Mahasattva,dengan para Bodhisattva Mahasattva lainnya ; dan hadir pula Sakra Devanam Indra atau raja para dewata yang tak terhingga jumlahnya. Pada saat itu,Sang Buddha bersabda kepada sesepuh Sariputra. Sebelah Barat dari sini melewati ratusan ribu koti negeri Buddha, terdapat sebuah alam yang bernama Sukhavati. Ada seorang Tathagata yang bernama Amitabha. Kini beliau sedang mengajarkan Dharma. Sariputra,apakah sebabnya alam itu disebut Sukhavati? Dan lagi,oh,Sariputra! Di surga Sukhavati terdapat tujuh tingkat Veranda dengan tujuh tirai rajutan, tujuh baris jajaran pohon semua terbentuk dari empat macam mustika, karenanya negeri itu disebut kebahagiaan sempurna. Lagi pula Sariputra,di alam Sukhavati terdapat tujuh kolam permata berisi air yang memiliki delapan sifat kebaikan, dasar kolam penuh dengan hamparan pasir emas, keempat sisinya terdapat tangga yang terbuat dari : emas, perak, batu lazuardi dan batu kristal, diatas terdapat pagoda-pagoda yang terhias emas, perak, beryl, kristal, Musaragarbha batu-batu akik ,indung mutiara. Dikolam-kolam terdapat bunga teratai sebesar roda pedati, berwarna hijau dengan kemilau hijaunya, berwarna kuning dengan kemilau kuningnya, berwarna merah dengan kemilau merahnya dan berwarna putih dengan kemilau putihnya, lembut, menakjubkan, indah dan murni.
O Sariputra, demikianlah negeri Buddha itu dihiasi dengan pahala dan kebajikan yang indah, megah dan agung, lagi pula Sariputra,di negeri Buddha ini senantiasa terdengar musik surga dan tanahnya kuning emas. Dalam enam periode sehari semalam, turun hujan bunga-bunga Mandarawa. Tiap mahluk di negeri ini sepanjang pagi yang cerah dengan jubahnya mengumpulkan bunga dan mempersembahkannya kepada beratus ribu koti Buddha dari penjuru lain.
Pada waktu makan, mereka kembali ke negerinya masing-masing dan selesai makan, mereka istirahat. O Sariputra,di negeri kebahagiaan sempurna dengan pahala dan kebajikan terhias indah,megah dan agung. Lagi pula Sariputra, di negeri ini selalu ada burung-burung beraneka warna nan indah dan langka. Burung seriap putih, merak, kakatua, bangau putih kecil, kalavinka dan burung berkepala dua. Kumpulan burung ini bernyanyi dalam enam periode sehari semalam dengan suara merdu dan harmonis. Suara mereka yang jernih dan riang membabarkan lima akar kebajikan, tujuh bagian Bodhi, delapan jalan suci dan Dharma-Dharma lain. Bila mahluk di negeri itu mendengar suara-suara ini,mereka bersama-sama ingat akan Buddha, ingat akan Dharma dan ingat akan Sangha.
O Sariputra, jangan mengira bahwa burung-burung ini lahir akibat pelanggaran karma mereka, karena alasan apakah? Di negeri ini tidak ada tiga jenis kelahiran sesat. O Sariputra, di negeri Buddha ini bahkan nama-nama tiga jenis kelahiran sesat tidak ada. Bagaimana sebenarnya? Kumpulan burung ini semuanya diciptakan melalui penjelmaan oleh Amitabha Buddha agar suara Dharma tersiar luas. O Sariputra,di negeri Buddha itu, ketika semilir angin berhembus,barisan pohon-pohon permata dan tirai-tirai permata menimbulkan suara-suara lembut dan indah laksana seratus ribu jenis musik dialunkan pada saat yang sama. Mereka yang mendengar suara ini dengan sendirinya ingat akan Buddha, ingat akan Dharma,ingat akan Sangha. O Sariputra, negeri Buddha itu dihiasi dengan pahala dan kebajikan terhias indah, megah dan agung. O Sariputra,apa yang kau pikirkan? Mengapa Buddha ini disebut Amitabha? O Sariputra, kemilau cahaya Buddha ini tak terhingga menerangi sepuluh penjuru dunia,tanpa halangan. Oleh karenanya disebut Amitabha. Lagipula O Sariputra, kehidupan Buddha ini dan rakyatnya mencapai kalpa Asankhyeya tiada terbatas tiada terhingga. Oleh karenanya disebut Amitabha.
O Sariputra, sejak Amitabha mencapai tingkat kebuddhaan, sepuluh kalpa telah berlalu. Lagipula Sariputra, di negeri kebahagiaan sempurna mahluk hidup yang lahir semuanya Avaivartika. Diantara mereka banyak yang dalam kehidupan ini mencapai tingkat kebuddhaan. Jumlah mereka sangat banyak, tidak dapat dihitung dan hanya dapat disebut dalam kalpa Asankhyeya yang tiada terbatas, tiada terhingga. O Sariputra, mahluk hidup yang mendengar ini seyogyanya berikrar agar dilahirkan di negeri itu, mengapa demikian? Agar mereka yang berhasil adalah orang suci dan baik semua berkumpul bersama-sama di satu tempat. O Sariputra,seorang tidak boleh kurang dalam perbuatan-perbuatan baik, berkah, kebajikan dan hubungan penyebab untuk mencapai kelahiran di negeri itu. Sariputra, kalau ada seorang lelaki berbudi dan wanita berbudi mendengar nama Amita Buddha dan memanjatkan nama itu baik selama satu hari, dua hari, tiga hari, empat hari, lima hari, enam hari, tujuh hari, dengan sepenuh hati dan tanpa ganguan,bila orang itu mendekati akhir hayatnya,Amita Buddha beserta para orang suci akan muncul dihadapannya. Ketika akhir hayatnya tiba,hatinya tidak goyah. Ia akan terlahir di negeri kebahagiaan sempurna Amitabha Buddha.Sariputra, karena aku melihat manfaatnya, maka Ku-ucapkan kata-kata ini. Jika mahluk hidup mendengar ucapan ini,mereka seharusnya berikrar untuk lahir di negeri itu.
O Sariputra, sebagaimana aku sekarang memuji manfaat yang tak terkira dari jasa dan kebajikan Amita Buddha, demikian juga di Timur ada Aksobhya Buddha, Merudhvaja Buddha, Mahameru Buddha, Meruprabhasa Buddha, Sughosa Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negeriNya masing-masing mengemukakan penampilan lidah Maha luas dan panjang menutupi Trisuhasra Mahasahasra loka datu. Dengan kata-kata tulus dan nyata,semua mahluk hidup patut percaya,memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa dan kebajikan tak terkira dari sutta yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini.
O Sariputra, di dunia sebelah Selatan ada Candrasuryapradipa Buddha, Yasahprabha Buddha, Maharciskamdha Buddha, Merupradipa Buddha, Arantavirya Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah Maha luas dan panjang menutupi Trisuhasra Mahasahasra loka datu. Dengan kata-kata tulus dan nyata,semua mahluk hidup patut percaya,memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa dan kebajikan tak terkira dari sutta yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini. O Sariputra,di dunia sebelah Barat ada Amitayus Buddha, Amitaskamdha Buddha, Amitadhavaja Buddha, Mahaprabha Buddha, Maharasmiprabha Buddha, Maharatnaketu Buddha, Suddharasmi Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah Maha luas dan panjang menutupi Trisuhasra Mahasahasra loka datu. Dengan kata-kata tulus dan nyata,semua mahluk hidup patut percaya,memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa dan kebajikan tak terkira dari sutta yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini. O Sariputra,di dunia sebelah Utara ada Maharciskamdha Buddha, Dumdubhisvaranirghosa Buddha, Duspradharsa Buddha, Adityasambhava Buddha, Jalemiprabha Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah Maha luas dan panjang menutupi Trisuhasra Mahasahasra loka datu.
Dengan kata-kata tulus dan nyata, semua mahluk hidup patut percaya, memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa dan kebajikan yang tak terkira dari sutta yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini. Sariputra,di dunia sebelah Bawah ada Simha Buddha, Yasas Buddha, Yasahprabha Buddha, Dharma Buddha, Dharmadhvaja Buddha, Dharmadhara Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah Maha luas dan panjang menutupi Trisuhasra Mahasahasra loka datu.
Dengan kata-kata tulus dan nyata, semua mahluk hidup patut percaya, memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa dan kebajikan yang tak terkira dari sutta yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini.
O Sariputra, di dunia sebelah Atas ada Brahmaghosa Buddha, Naksatraraja Buddha, Gamdhottama Buddha, Gamdhaprabhasa Buddha, Maharciskamdha Buddha, Ratnakusumasampuspitagatra Buddha, Salendraraja Buddha, Ratnotpalasri Buddha, Sarvarthadarsa Buddha, Sumerukalpa Buddha dan Buddha-Buddha lainnya Yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah Maha luas dan panjang menutupi Trisuhasra Mahasahasra loka datu. Dengan kata-kata tulus dan nyata, semua mahluk hidup patut percaya, memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa dan kebajikan yang tak terkira dari sutta yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini. O Sariputra, apa yang kau pikirkan? Mengapa sutta ini disebut sutta yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha?
O Sariputra, kalau seorang lelaki berbudi dan wanita berbudi mendengar sutta ini dan mengucapkan nama-nama semua Buddha ini, lelaki berbudi atau wanita berbudi ini akan menjadi orang yang ingat akan Buddha dan dilindungi oleh semua Buddha dan tidak akan gagal mencapai Anuttara Samyak Sambodhi. Sebab itu Sariputra, kalian semua patut percaya dan menerima kata-kataKu dan ucapan semua Buddha.Sariputra, kalau ada orang yang telah berikrar yang sedang berikrar atau yang akan berikrar, ”aku berhasrat lahir di negeri Amitabha.” Orang-orang ini semua tidak akan gagal mencapai Anuttara Samyak Sambodhi apakah dia lahir pada masa lampau, sekarang atau pada masa mendatang. Sebab itu Sariputra, semua laki-laki berbudi dan wanita berbudi jika mereka orang-orang yang memiliki keyakinan, seyogyanya berikrar untuk lahir di negeri ini.
O Sariputra, sebagaimana sekarang Aku memuji jasa dan kebajikan semua Buddha,semua Buddha juga memuji jasa dan kebajikanKu yang tak terkirakan, dengan mengucapkan kata-kata : “Sakyamuni Buddha dapat melaksanakan secara luar biasa perbuatan-perbuatan yang sulit di dunia Saha, dikurun kejahatan dari lima kekeruhan, diantara kekeruhan kalpa, kekeruhan pandangan,kekeruhan penderitaan, kekeruhan mahluk hidup dan kekeruhan kehidupan. ”Ia dapat mencapai Anuttara Samyak Sambodhi demi mahluk hidup, membabarkan Dharma ini yang diseluruh dunia sulit dipercaya.” Sariputra,kamu seharusnya mengerti bahwa Aku,dikurun kejahatan dari lima kekeruhan, mempraktekkan perbuatan yang sulit ini. Mencapai Anuttara Samyak Sambodhi.Demi semua mahluk Ku-ucapkan Dharma yang sulit dipercaya ini, benar-benar sulit dipercaya. Setelah Sang Buddha mengucapkan sutta ini, Sariputra dan semua Bhiksu, semua dewa dan manusia dan para asura dan yang lain-lain dari dunia, mendengar apa yang telah Sang Buddha sabdakan,menyambut dengan suka cita, menyembah dengan sujud dan mohon diri.
Sabda Sang Buddha tentang Amitabha Sutta. Dharani untuk menghapus semua karma buruk penghalang-penghalang untuk lahir di tanah suci Surga Sukhavati.

NAMO SUKHAVATI VYUHA DHARANI

NAMO RATNA TRAYAYA, NAMAH ARYA AMITABHAYA TATHAGATAYA ARHATE SAMYAKSAMBUDDHAYA! TADYATHA : OM AMRTA AMRTOD BHAVE, AMRTA SAMBHAVE, AMRTA GARBHE, AMRTA SIDDHE, AMRTA TEJE , AMRTA VIKRANTE , AMRTA VIKRANTA GAMINI , AMRTA GAGANA KIRTI KARE ,
AMRTA DUNDUBHI SVARE, SARVATHA SADHANE. SARVA KARMA KLESA KSAYAM KARE SVAHA !

(Mantra Hrdaya /Mantra Hati Amitabha Tathagata)
om amrta teje hara hum

TERPUJILAH DHARANI PENGHIASAN TANAH KEBAHAGIAAN TERBAIK

TERPUJILAH SANG TIGA PERMATA, TERPUJILAH SANG CAHAYA TANPA BATAS, YANG TELAH DATANG, SANG ARAHAT, YANG TELAH MENCAPAI PENERANGAN SEMPURNA, YAKNI :O! NEKTAR, TERCIPTALAH NEKTAR, MENINGKATLAH NEKTAR, TERSIMPANLAH NEKTAR DIDALAM KANDUNGAN, TERSEMPURNALAH DENGAN NEKTAR, SANG NEKTAR YANG CEMERLANG, SANG NEKTAR YANG AJAIB, YANG MELAKUKAN KEAJAIBAN DENGAN NEKTAR, YANG MEMBUAT NEKTAR BERJAYA DI LANGIT, SANG RAJA NEKTAR YANG SANGAT BAGUS, DIDALAM MENDAPATKAN KEUNTUNGAN UNTUK SEMUA, YANG MELAKUKAN PEMUSNAHAN SEMUA KARMA DAN PENDERITAAN, SERUKANLAH!

PA I CHIEH YEH CHANG KEN PEN TE SHEN CING TU TO LO NI

NA MO A MI TO PO YEH, TO THA CHIEH TO YEH, TO TI YEH THA, A MI LI TU PO PI, A MI LI TO, SI TAN PO PI,
A MI LI TO, PI CIA LAN TI, A MI LI TO, PI CIA LAN TO, CHIEH MI NI, CHIEH CHIEH NA, CHIH TO CIA LI, SA PO HO.


namo amitabhaya tathagataya tad-yatha om amitod bhave amrta siddham bhave amrta vikrante amrta vikranta-gamini gagana kirti-kare svaha

Namo AmitoFo
Namo Ta Pei Kwan Shi Yin Pusa Mohosa
Namo Tapei Ta She Che Siek Khai Yi Pusa Mohosa

8
SUTTA BUNGA TERATAI DARI KEGHAIBAN HUKUM KESUNYATAAN YANG MENAKJUBKAN

BAB XXVII


Namo Bhagavate Arya Tara
AKHIR PASAMUAN

Pada saat itu Sang Sakyamuni Buddha bangkit dari tempat duduk Hukum-Nya untuk memperlihatkan Kekuatan Ghaib, dan meletakkan Tangan kanan-Nya diatas kepala-kepala dari Para Bodhisattva-Mahasattva yang tak terhitung jumlah-Nya serta bersabda demikian :
“Selama ratusan ribu koti asamkhyeya kalpa yang tanpa hitungan, Aku telah melaksanakan Hukum Kesunyataan Penerangan Agung yang aneh ini. Sekarang Aku percayakan kepada kalian. Sebar luaskanlah Hukum Kesunyataan ini dengan sepenuh hati Kalian dan tingkatkan serta suburkanlah di seluruh pelosok alam semesta.”

Dengan sikap yang sama, sebanyak tiga kali Beliau meletakkan Tangan-Nya diatas kepala Para Bodhisattva-Mahasattva dan bersabda demikian :”Selama ratusan ribu koti asamkhyeya kalpa yang tanpa hitungan telah Aku jalankan Hukum Kesunyataan Penerangan Agung yang aneh ini. Sekarang Aku percayakan Hukum Kesunyataan itu kepada kalian. Terimalah dan peliharalah, baca dan hafalkanlah serta maklumkanlah Sutra ini secara luas sehingga semua umat seluruhnya dapat mendengar dan mengetahui-Nya. Karena Sang Tathagata adalah Maha Pengasih dan Penyayang, tidak loba dan tidak kikir, Beliau mampu dengan tiada gentar memberikan Kebijaksanaan Sang Buddha, Kebijaksanaan Sang Tathagata, dan Kebijaksanaan Pribadi Diri kepada semua mahluk hidup. Ikutilah dan pelajarilah juga contoh-contoh Sang Tathagata untuk tidak menjadi manusia loba dan kikir.

Jika didalam masa-masa yang mendatang terdapat putera maupun puteri yang baik yang mempercayai Kebijaksanaan Tathagata, maka maklumkanlah Sutra Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini kepada mereka sehingga mereka dapat mendengar dan mengetahui-Nya supaya mereka semua dapat memperoleh Kebijaksanaan Sang Buddha. Seandainya terdapat para umat yang tidak mempercayai-Nya, kalian perlihatkanlah dan ajarilah, selamatkan dan gembirakanlah mereka dengan Hukum-Hukum Kesunyataan Sang Tathagata lainnya yang penuh Kebijaksanaan. Jika kalian mampu berbuat demikian, maka kalian telah membalas kemarahan Para Buddha.”

Setelah Para Bodhisattva-Mahasattva ini mendengar Wejangan yang diberikan oleh Sang Buddha itu, Mereka diliputi kegembiraan yang meluap-luap serta menghormati-Nya dengan membungkukkan tubuh dan menundukkan kepala, dan dengan tangan terkatup Mereka memuji Sang Buddha dengan berbareng :” Kami semua akan melaksanakan apa yang Engkau Titahkan. Wahai Yang Maha Agung ! Janganlah Engkau khawatir.” Dengan sikap yang sama, Para Bodhisattva-Mahasattva ini berkata dengan suara bulat sebanyak tiga kali:” Kami akan melaksanakan apa yang Engkau Titahkan. Wahai Yang Maha Agung ! Janganlah Engkau khawatir.”

Kemudian Sang Sakyamuni Tathagata Arhan SamyakSamBuddha menitahkan Semua Tathagata Arhat SamyakSamBuddha yang telah datang dari segala penjuru agar masing-masing kembali keTanah-Nya Sendiri-Sendiri seraya bersabda : “Wahai Para Tathagata ! Sejahteralah Kalian. Biarlah Stupa dari Prabhutaratna berlimpah kembali seperti semula.”

Ketika kata-kata ini terucapkan, Ribuan Para Buddha yang telah datang dari segala penjuru yang sedang duduk diatas Tahta-Tahta Singa dibawah Pepohonan Permata begitu juga Sang Buddha Prabhutaratna, kelompok para Bodhisatva yang jumlah-Nya sebanyak asamkhyeya yang tak terbatas, Sang Visishtakaritra serta asamkhyeya Bodhisattva Mahasattva lain-Nya, juga Para Maha Sravaka dan keempat Kelompok Pendengar, Sang Sariputra dan lain-lain-Nya, serta seluruh dunia para dewa, manusia, asura dan sebagainya, demi mendengar khotbah Sang Buddha itu, semua-Nya sangat bersuka-cita.

Demikianlah Yang Maha Suci  Sutra Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan, Tentang Akhir Pesamuan, Bab 27.

9
SUTTA BUNGA TERATAI DARI KESAKTIAN HUKUM KESUNYATAAN YANG MENAKJUBKAN

BAB 26


NASEHAT SANG BODHISATTVA SAMANTABHADRA
Pada saat itu, Sang Bodhisattva Samanta Bhadra dengan kekuatan saktiNya yang sempurna,agung dan tenar,dengan ditemani oleh para Bodhisattva yang terkemuka,yang tak terbatas,tak terhingga, dan tak terhitung jumlahNya,datang dari kawasan sebelah timur.Negeri-negeri yang Ia lalui semuanya bergoncangan,bunga-bunga teratai berhias manikam bertaburan turun dan ratusan ribu koti jenis musik teralunkan.Ia tiba di Gunung Grdhrakuta di dunia Saha ini dengan dikelilingi pula oleh kelompok para deva,naga,yaksha,gandharva,asura,garuda,kinnara,ma horaga,manusia,dan yang bukan manusia serta lain-lainnya yang seluruhnya memperlihatkan kesaktian Mereka yang sempurna. Setelah merendahkan diri dihadapan Sang Sakyamuni Buddha,kemudian Ia berarak mengitariNya kearah kanan sebanyak 7 kali dan menyapa Sang Buddha seraya berkata:"Yang Maha Agung! Kami yang berada didalam kawasan Sang Buddha Ratnatejobhyudgataraja yang ketika mendengar dari jauh bahwa Hukum Sutta Bunga Teratai sedang dikhotbahkan didalam dunia Saha ini,telah datang bersama ratusan ribu koti para Bodhisattva untuk mendengar dan menerimaNya.Yang Maha Agung, berkenanlah Engkau kiranya untuk mengkhotbahkanNya kepada Kami dan beritahukanlah pula bagaimana jalannya agar para putera-puteri yang baik dapat memperoleh Hukum Sutta Bunga Teratai ini sesudah kemokshaan Sang Tathagata nanti."

Sang Buddha menjawab Sang Bodhisattva Samanta Bhadra :"Seandainya terdapat putera maupun puteri yang baik,yang melaksanakan keempat kewajiban,maka Ia akan memperoleh Hukum Sutta Bunga Teratai ini sesudah kemokshaan Sang Tathagata nanti. Pertama, Ia harus berada dibawah asuhan Para Buddha. Kedua, Ia harus menanam akar-akar kebajikan. Ketiga, Ia harus menguasai tingkat konsentrasi yang benar, dan keempat, Ia harus berusaha menyelamatkan para umat. Putera-puteri yang baik,yang melaksanakan keempat kewajiban itu pastilah akan memperoleh Sutta ini sesudah kemokshaan Sang Tathagata nanti."

Kemudian Sang Bodhisattva Samanta Bhadra berkata pada Sang Buddha:"Yang Maha Agung! Didalam 500 tahun terakhir dari masa yang penuh kejahatan dan keangkaraan nanti, siapapun juga yang menerima dan memelihara Sutta ini selalu akan Aku jaga dan Aku lindungi, serta akan Aku musnahkan kecemasan hatinya dan Aku tentramkan hati mereka sehingga tidak ada satupun godaan yang beroleh peluang.Tidak juga mara ataupun anak-anak mara, tidak juga puteri-puteri mara ataupun orang-orang mara, dan tidak juga pengikut-pengikut mara, tidak pula yaksha,rakshasa,kumbhandas,pisacaka,kritya,putana, vetada dan pengganggu manusia lainnya.Semuanya ini tidak akan mendapatkan kesempatan sedetikpun jua. Dimanapun orang ini berjalan atau berdiri, sedang membaca atau menghafalkan Sutta ini, Aku akan segera meniti seekor Raja Gajah putih bergading enam dan pergi bersama sekelompok Para Bodhisattva Agung ke tempat itu serta menunjukkan diri bahwa Aku akan menjaga dan melindunginya dengan menghibur hatinya dan dengan cara itu pulalah Aku memelihara Hukum Sutta Bunga Teratai. Dimanapun juga orang ini duduk merenungkan Sutta,maka dengan segera Aku akan meniti lagi Raja Gajah putih itu dan menampakkan diri kepadanya.Seandainya Ia lupa meskipun hanya sepatah kata ataupun seuntai syair dari Sutta Bunga Hukum ini, maka Aku akan mengajarkanNya kepadanya,membaca dan menghafalkanNya bersamanya serta membuat dia menguasaiNya kembali.Kemudian Ia yang menerima dan memelihara,membaca dan menghafalkan Hukum Sutta Bunga Teratai ini akan sangat bersuka-cita dan memperbaharui semangatnya ketika Ia melihatku. Dengan melihatKu, ia akan memperoleh Perenungan dan Dharani yang disebut Dharani tentang Perubahan, Dharani dari Ratusan Ribu Koti Perubahan, dan Dharani dari Keahlian Ajaran Dharma. Dharani-Dharani seperti inilah yang akan Ia dapatkan.

"Yang Maha Agung! Seandainya didalam ujung masa yaitu didalam 500 tahun terakhir dari masa yang penuh kedurhakaan dan keangkaraan nanti, para bhiksu,bhiksuni,upasaka,dan upasika,para pencahari,penerima dan pemelihara,pembaca dan penghafal serta penurun yang berhasrat menjalankan Hukum Sutta Bunga Teratai ini,maka mereka harus dengan sepenuh hati mencurahkan diri pada Sutta itu selama 3 minggu.Setelah 3 minggu itu terlaksana, barulah Aku akan meniti Gajah Putih Bergading Enam dan bersama-sama dengan ribuan Para Bodhisattva yang mengelilingiKu, muncul dihadapan orang-orang itu dalam wujud yang semua orang akan memandangnya serta Aku akan berkhotbah kepada mereka itu dengan memaparkan, memberi mereka petunjuk, menyelamatkan dan membuat mereka semua bersukaria.Lebih-lebih lagi akan Aku berikan Dharani kepada mereka.Dan dengan memperoleh Dharani ini, tidak ada satupun manusia maupun yang bukan manusia yang dapat menyakitinya, serta tidak ada lagi seorang wanitapun yang dapat menggodanya.Aku sendiri juga akan selalu melindunginya. Berkenanlah Engkau, Yang Maha Agung, untuk mengizinkan Aku membacakan Mantra Dharani ini."

Kemudian Ia mengucapkan Mantra Dharani itu dihadapan Sang Buddha,yakni:
"adande dandapati dandavartani dandakusale dandasudhari sudharapati buddhapasyane sarvadharani avartani samvartani samghaparīksite samghanirghatani dharmaparīksite sarvasattvarutakausalyanugate simhavikrīdite anuvarte vartani vartali svaha."
"Yang Maha Agung! Jika terdapat Bodhisattva-Bodhisattva yang mendengar Dharani-Dharani ini,maka Mereka akan sadar akan daya sakti dari Sang Samantabhadra.Jika khotbah Sutta Bunga Hukum ini sedang berlangsung diseluruh Jambudvipa dan disitu terdapat orang-orang yang menerima serta memeliharaNya, maka biarlah Mereka berpikir demikian:"Ini semua karena Kekuatan Yang Agung dari Sang Samantabhadra."Seandainya ada yang menerima serta memelihara,membaca dan menghafalkanNya,mengingatNya dengan benar, memahami maknaNya dan bertindak seperti apa yang telah dikhotbahkan, maka ketahuilah bahwa orang-orang ini sedang melaksanakan perbuatan Sang Samantabhadra dan telah menanam dengan dalam akar-akar kebajikan dibawah naungan Ribuan Buddha yang tanpa hitungan jumlahNya dan kepala-kepala Mereka akan dibelai dengan penuh kasih sayang oleh tangan-tangan Para Tathagata.Jika orang-orang ini hanya menurunNya,maka Mereka akan terlahir didalam Surga Tavatimsa ketika hidup Mereka berakhir nanti, dimana pada kesempatan itu 84 ribu betari dengan mengalunkan dendang lagu akan datang untuk menyambutnya dan Mereka dengan mengenakan Mahkota-Mahkota yang berhias 7 benda berharga akan bergembira dan bersuka-cita ditengah-tengah betari-betari yang Anggun itu.Betapa banyaknya orang-orang yang menerima, memelihara, membaca, dan menghafalkanNya, mengingatNya dengan benar, memahami maknaNya serta melaksanakanNya seperti apa yang telah dikhotbahkan!
Seandainya terdapat orang-orang yang menerima dan memelihara, membaca dan menghafalkanNya serta memahami maknaNya, maka setelah hidup mereka berakhir, tangan-tangan dari ribuan Para Buddha akan terulur sehingga Mereka tidak akan merasa takut terjatuh dalam nasib yang buruk.Mereka akan langsung menuju kearah Sang Bodhisattva Maitreya didalam Surga Tusita dimana Sang Boldhisattva Maitreya yang memiliki 32 tanda itu sedang dikelilingi oleh sekelompok Bodhisattva-Bodhisattva Agung dan Beliau memiliki pula ratusan pengikut betari.Diantara Mereka itulah Orang-Orang tadi akan terlahir. Demikianlah pahala dan karunia Mereka.Oleh karenanya, Para Orang Bijak harus dengan sepenuh hati menurunNya atau membuat orang lain menurunNya, menerima dan memelihara, membaca dan menghafalkanNya, mengingat-ingatNya dengan benar serta melaksanakanNya seperti apa yang telah dikhotbahkan.Yang Maha Agung! Aku akan menjaga dan melindungi Sutta ini dengan kekuatan saktiKu sehingga sesudah kemokshaan Sang Tathagata nanti,Sutta ini akan tersebar luas tanpa henti-hentinya didalam Jambudvipa."
Kemudian Sang Sakyamuni Buddha memujiNya dengan bersabda:"Bagus,bagus,Sang Samantabhadra,bahwa engkau mampu melindungi dan membantu Sutta ini serta membawa kebahagiaan dan ketentraman kepada para umat dibanyak tempat.Engkau telah mencapai jasa-jasa yang tak terlukiskan lagi dan telah mencapai kebajikan serta kasih sayang yang sangat begitu dalam.Semenjak dahulu Engkau telah berusaha untuk mencapai Penerangan Agung dan telah mampu membuat Prasetya Sakti untuk menjaga dan melindungi Sutta ini dan Aku dengan Kekuatan SaktiKu, akan melindungi dan menjaga Mereka yang dapat menerima serta memelihara nama dari Sang Bodhisattva Samantabhadra.
Wahai Samantabhadra! Jika terdapat Orang-Orang yang menerima dan memelihara, membaca dan menghafalkan, mengingat-ingatNya dengan benar,melaksanakan serta menurun Hukum Sutta Bunga Teratai ini,maka ketahuilah bahwa Orang-Orang ini sedang berada dihadapan Sang Sakyamuni Buddha dan seakan-akan Mereka sedang mendengarkan Sutta ini dari Mulut Sang Sakyamuni Buddha sendiri.ketahuilah pula bahwa Mereka sedang memuliakan Sang Sakyamuni Buddha. ketahuilah pula bahwa Sang Buddha itu sedang memuji Mereka"Bagus Sekali".ketahuilah pula bahwa kepala Mereka sedang dibelai oleh Tangan -Tangan Sang Sakyamuni Buddha. ketahuilah pula bahwa Mereka itu diselimuti Jubah Sang Sakyamuni Buddha. Orang-Orang seperti ini tidak lagi akan tertarik oleh kesenangan duniawi ataupun senang akan kitab-kitab serta tulisan-tulisan yang kolot ataupun menyukai lagi persahabatan akrab dengan orang-orang semacam itu maupun orang-orang angkara lainnya, baik mereka para tukang jagal ataupun pengembala babi hutan,domba,unggas,dan anjing, ataupun pemburu maupun orang-orang bawahannya.Tetapi Orang semacam ini akan selalu Berpikiran Benar, Bertujuan Benar serta Agung. Orang-Orang seperti itu tidak akan terhinggapi 3 racun ataupun terhinggapi oleh rasa dengki,sombong,tinggi hati dan congkak. Mereka akan berpuas hanya dengan beberapa keinginan saja dan mampu melaksanakan Titah-Titah Sang Keluhuran Semesta.
Wahai Samantabhadra! Sesudah Kemokshaan Sang Tathagata, seandainya terdapat Seseorang yang menerima dan memelihara, membaca dan menghafalkan Hukum Sutta Bunga Teratai ini didalam 500 tahun yang terakhir nanti, maka Ia harus berpikir begini:"Orang ini akan segera menuju ke tingkat Kebijaksanaan untuk menghancur-leburkan kelompok mara dan mencapai Penerangan Agung serta memutar Roda Hukum, menabuh genderang, meniup nafiri Hukum dan mencurahkan hujan Hukum serta akan duduk diatas Tathta Singa Hukum ditengah-tengah persidangan para deva dan manusia."
Wahai Samantabhadra! Siapapun juga yang didalam masa-masa mendatang menerima dan memelihara,membaca dan menghafalkan Sutta ini ,maka Mereka tidak akan tergila-gila pada pakaian, perabot-perabot tidur, makanan dan minuman serta segala benda-benda lainnya untuk penunjang hidup.Apapun yang Mereka ingini akan selalu tercapai dan didalam kehidupannya sekarang ini Mereka akan memperoleh karunia pahalaNya. Seandainya ada seseorang yang menghina dan menfitnahnya dengan berkata:"Kalian hanyalah orang-orang gila yang melakukan semuanya ini dengan sia-sia belaka tanpa sesuatupun yang dapat diperoleh." Maka Hukuman bagi Kejahatan ini ialah kebutaan yang turun temurun.
Jika terdapat seseorang yang membuat persembahan dan memuliakan Mereka, maka Ia akan memperoleh pahala yang dapat terlihat didalam dunia ini.Lagi, jika terdapat seseorang melihat Mereka yang menerima dan memelihara Sutta ini, kemudian ia memaklumkan salah dan dosa Mereka, maka benar ataupun salah, orang ini akan terjangkiti penyakit lepra didalam masa hidupnya yang sekarang. Jika ia kurang ajar terhadap Mereka, maka turun temurun giginya akan menjadi jarang dan hilang, bibirnya buruk, hidungnya rata, tangan dan kakinya pengkor, matanya pedet, tubuhnya berbau busuk dan terkotori dengan bopeng-bopeng yang menjijikkan serta bernanah darah, bernapas berat dan pendek serta terjangkiti oleh penyakit-penyakit mengerikan lainnya.
Oleh karenanya Wahai Samanta Bhadra, jika terdapat seseorang melihat Mereka yang menerima dan memelihara Sutta ini, maka Ia harus berdiri dan menyapaNya dari kejauhan seakan-akan Ia sedang menghormati Sang Buddha sendiri."
Pada saat bab tentang Pembesaran hati dari Sang Bodhisattva Samanta Bhadra sedang dikhotbahkan, sejumlah Bodhisattva yang tak terhitung jumlahNya, yang banyakNya seperti pasir Sungai Gangga, semuaNya telah mencapai Dharani dari Ratusan Ribu Koti Perubahan dan Para Bodhisattva yang jumlahNya seperti atom-atom dari jutaan dunia, semuaNya menjadi sempurna didalam jalan Agung dari Sang Keluhuran Semesta.
Tatkala Sang Buddha selesai menkhotbahkan Sutta ini, Sang Samanta Bhadra dengan Para Bodhisattva lainNya, Sang Sariputra dengan Para Sravaka lainNya, serta seluruh Para deva,naga,manusia dan yang bukan manusia dan mahluk-mahluk lainnya yang berada didalam Persidangan Agung itu, semuanya bersuka cita bersama dan setelah mendapatkan ajaran-ajaran Sang Buddha itu, kemudian Mereka membuat Penghormatan KepadaNya serta sesudahnya Mereka semua mengundurkan diri.
Demikianlah Sutta Bunga Teratai Dari Kesaktian Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan, Tentang Nasehat Sang Bodhisattva Samantabhadra, Bab 26.

10
SUTTA BUNGA TERATAI DARI KEGHAIBAN HUKUM KESUNYATAAN YANG MENAKJUBKAN

BAB XXV

KISAH RAJA CAHAYA GEMILANG

Pada saat itu Sang Buddha menyapa Persidangan Agung :"Konon, didalam suatu masa lampau yang terdahulu pada sekian asamkhyeya kalpa yang tak terbatas, tak terhitung dan tak dapat dibayangkan yang telah lalu, adalah Seorang Buddha yang bernama Jaladharagarjitaghosasusvaranaksatrarajasamkusumit abhijna (Raja Kumpulan Suara Awan dan Petir Bunga Kebijaksanaan), Yang Telah Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Sempurna Pikiran dan Perbuatan, Yang Terbahagia, Maha Tahu Dunia, Pemimpin Tiada Tandingan, Guru Dewa dan Manusia, Yang Telah Sadar, Yang Dihormati Dunia, Yang Kalpa-Nya disebut Priyadarsana dan Kawasan-Nya disebut Vairocanarasmipratimandita. Di bawah Ajaran KeAgamaan dari Buddha itu, terdapatlah Seorang Raja yang bernama Vimaladatta yang berPutra dua orang, yang satu bernama Vimalagarbha dan yang satu lagi bernama Vimalanetra. Kedua Putera itu memiliki Daya Ghaib Yang Agung, memiliki Karunia dan Kebijaksanaan dan telah sekian lama mencurahkan Diri pada Jalan dimana Para Bodhisattva bertindak, yaitu
Dana Paramita, Sila Paramita, Ksanti Paramita, Virya Paramita, Dhyana Paramita, Prajna Paramita, Keluhuran Budi, Ramah Tamah, Welas Asih, Gembira, Tiada membeda-bedakan dan ke 37 Jenis Pertolongan Pada Jalan Agung. Semuanya ini Mereka benar-benar paham. Mereka juga telah mencapai Perenungan Bodhisattva, yaitu Vimala Samadhi, Naksatrarajaditya Samadhi, Vimalanirbhasa Samadhi, Vimalabhasa Samadhi, Alamkarasubha Samadhi, Mahatejogarbha Samadhi. Mereka benar-benar telah sempurna dalam Perenungan-Perenungan ini.

"Kemudian Buddha itu yang ingin membimbing Raja Subhavyuha dan ingin mengasihi semua umat, Beliau mengkhotbahkan Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ini. Pada saat itu, kedua Putera yaitu Vimalagarbha dan Vimalanetra, pergi menghadap Ibu-Nya dan dengan mengatupkan kesepuluh Jari-Nya, Mereka berkata kepada-Nya:"Ibu, Kami mohon kepada-Mu agar pergi dan mengunjungi Sang Buddha Jaladharagarjitaghosasusvaranaksatrarajasamkusumit abhijna. Kami juga suka melayani-Nya, mendekati, memuja dan memuliakan-Nya. Karena Buddha itu mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai Dari Kegaiban Hukum Yang Menakjubkan di tengah-tengah kelompok para dewa dan manusia, dan Kami harus mendengar-Nya." Sang Ibu menjawab Putera-Putera-Nya : "Ayah Kalian percaya pada hukum-hukum kolot dan sangat terpancang pada hukum Brahman. Kalian pergilah dan bicaralah pada Ayah Kalian agar suka pergi bersama Kita." Sang Vimalagarbha dan Sang Vimalanetra bersama-sama mengatupkan sepuluh Jari-Nya serta berkata pada Sang Ibu : "Kami adalah Putera-Putera Sang Raja Hukum meskipun dilahirkan didalam rumah yang berpandangan kolot ini."

"Karena demi Sang Ayah, Kedua Putera ini meloncat keatas langit setinggi tujuh pohon tala serta mempertunjukkan aneka ragam perbuatan-perbuatan ghaib dengan berjalan, berdiri, duduk atau berbaring di langit itu. Tubuh-Nya bagian atas memancarkan air dan yang bawah memancarkan api, atau bagian bawah memancarkan air dan yang atas memancarkan api. Ataupun membesarkan Diri-Nya sampai memenuhi langit dan kembali mengecil, atau mengecil kemudian membesar lagi. Kemudian Mereka menghilang dari langit itu dan dengan tiba-tiba muncul diatas Bumi atau memasuki Bumi seperti menyelam kedalam air, atau berjalan diatas air seperti diatas Bumi. Dengan mempertunjukkan berbagai Perbuatan-Perbuatan Ghaib itu, Mereka membimbing Sang Ayah untuk mensucikan Hati-Nya agar percaya dan meyakini.

"Ketika Sang Ayah melihat Kedua Putera-Nya memiliki Kekuatan Ghaib seperti itu, Ia sangat gembira karena hal-hal yang belum pernah Ia ketahui dan dengan mengatupkan Tangan-Nya Ia menghormat Kedua Putera-Nya seraya berkata : "Siapakah Guru Kalian? Murid Siapakah Kalian?" Kedua Putera-Nya menjawab :"Sang Raja Agung! Yaitu Sang Buddha Jaladharagarjitaghosasusvaranaksatrarajasamkusumit abhijna yang sekarang sedang berada dibawah Pohon Bodhi 7 Permata dan duduk diatas Tahta Hukum Kesunyataan, sedang menyiarkan Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ditengah-tengah dunia para dewa dan manusia. Beliaulah Guru Kami dan Kami adalah Murid Beliau." Kemudian Sang Ayah berkata kepada Putera-Nya :"Aku sekarang juga suka sekali menjumpai Guru-Mu dan marilah Kita pergi bersama."

"Karenanya, Kedua Putera itu turun dari langit dan menghadap Sang Ibu, serta dengan tangan terkatup berkata kepada-Nya :"Ayah Kita, Sang Raja, sekarang telah percaya dan sadar hati serta telah mampu berketetapan untuk mencapai Penerangan Agung. Kami telah melaksanakan Perbuatan Buddha kepada Ayah Kami. Ibu, berkenanlah Engkau mengizinkan Kami meninggalkan rumah dan menjalankan Jalan Agung dibawah Sang Buddha itu."

"Kemudian Kedua Putera itu yang ingin memaklumkan kembali keinginan-Nya berkata kepada Sang Ibu dalam Syair:

"Ibu, berkenanlah Engkau melepas Kami
Untuk meninggalkan rumah dan menjadi Sramanera.
Alangkah sulitnya bertemu dengan Para Buddha
Dan Kami ingin menjadi Pengikut Seorang Buddha.
Seperti Bunga Udumbara,
Lebih sulitlah lagi bertemu dengan Seorang Buddha,
Berkenanlah Engkau melepas Kami untuk
meninggalkan rumah."

"Kemudian Sang Ibu berkata :"Aku izinkan Kalian meninggalkan rumah karena sesungguhnyalah Seorang Buddha sulit ditemui."

"Karena hal ini, kemudian Kedua Putera itu berkata kepada Ibu-Bapa-Nya :"Bagus, Ayah dan Ibu ! Kami mohon agar Ayah dan Ibu sekarang ini pergi pada Sang Buddha Jaladharagarjitaghosasusvaranaksatrarajasamkusumit abhijna untuk mendekati dan memuliakan-Nya. Karena Seorang Buddha sangat sulit sekali dijumpai seperti Bunga Udumbara, ataupun seperti seekor kura-kura bermata satu menjumpai lubang pada sebuah balok yang terapung. Tetapi Kita yang memiliki banyak sekali berkah selama Kehidupan yang terdahulu, telah menjumpai Seorang Buddha didalam Hidup ini. Oleh karena-Nya, duhai Ayah dan Ibu, dengarkanlah Kami dan marilah Kita berangkat. Karena Para Buddha sulit sekali dijumpai dan kesempatan-Nya pun sulit pula ditemui."

"Pada saat itu 84 Ribu Prameswari-Prameswari Istana dan Sang Raja Subhavyuha semua-Nya mendapatkan Kemampuan untuk menerima dan memelihara Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Yang Menakjubkan ini. Sang Bodhisattva Vimalanetra telah sekian lama menguasai Perenungan Bunga Hukum Kesunyataan (Dharmaparyaya). Sang Bodhisattva Vimalagarbha selama ratusan ribu koti kalpa yang tanpa batasan, telah sempurna didalam Perenungan Sarvasattvapapajahana, yang berguna untuk membimbing Umat menjauhi segala Perwujudan yang buruk. Ratu dari Raja itu telah mencapai Perenungan Kumpulan Para Buddha dan dapat mengetahui sumber-sumber rahasia dari Para Buddha. Demikianlah dengan cara yang Bijaksana, Kedua Putera itu mentakbiskan Ayah-Nya serta membuat Hati-Nya percaya, yakin dan senang didalam Hukum Kesunyataan Buddha.

"Kemudian Sang Raja Subhavyuha dengan ditemani oleh menteri dan rombongan-Nya, dan Sang Ratu Vimaladatta dengan ditemani oleh para puteri-puteri istana-Nya yang cantik-cantik bersama rombongan-Nya, serta Kedua Putera Raja dengan ditemani oleh 42 Ribu Orang, Semua-Nya dengan segera berangkat bersama untuk mengunjungi Sang Buddha itu. Setelah tiba disana, Mereka bersujud pada Kaki-Nya dan membuat pawai mengelilingi Buddha itu sebanyak tiga kali, dan sesudahnya Mereka menarik Diri kesatu sisi.

"Kemudian Sang Buddha itu berkhotbah pada Sang Raja dengan mempertunjukkan, mengajar, menyelamatkan dan membuat-Nya gembira sehingga Sang Raja sangat suka-cita. Kemudian Sang Raja Subhavyuha dan Sang Ratu Vimaladatta melepas kalung-kalung mutiara berharga ratusan ribu dari leher Mereka dan melemparkannya keatas Buddha itu, yang diangkasa berubah menjadi sebuah Menara Permata Berpilar Empat dan di Menara itu terdapat sebuah Depan Permata Yang Besar, yang diselimuti dengan ratusan ribu selimut-selimut kasurgan dimana Sang Buddha itu Duduk Bersila memancarkan Cahaya Yang Bergemerlapan.

Kemudian Sang Raja Subhavyuha berpikir :"Aneh, Agung dan Luar Biasa Tubuh Buddha ini, Sempurna KeAgungan-Nya dan Berwarna Bagus sekali !

"Kemudian Sang Buddha Jaladharagarjitaghosasusvaranaksatrarajasamkusumit abhijna menyapa Keempat Kelompok seraya berkata :"Melihatkah Kalian akan Sang Raja Subhavyuha yang sedang berdiri dihadapan-Ku dengan Tangan terkatup ? Raja ini setelah menjadi Seorang Bhiksu dibawah Ajaran-Ku dan menjadi bersemangat di dalam mempelajari Hukum Kesunyataan Yang Membantu Jalan KeBuddhaan, akan menjadi Seorang Buddha dengan gelar Salendraraja, Yang Telah Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Sempurna Pikiran dan Perbuatan, Yang Terbahagia, Maha Tahu Dunia, Pemimpin Tiada Tandingan, Guru Dewa dan Manusia, Yang Telah Sadar, Yang Dihormati Dunia, Yang Kawasan-Nya disebut Cahaya Agung (Vistirnavatya), dan Kalpa-Nya disebut Abhyudgataraja. Sang Buddha Salendraraja ini akan memiliki Para Bodhisattva dan Para Sravaka yang tak terhitung jumlah-Nya dan Kawasan-Nya akan datar dan lurus. Demikianlah Pahala-Pahala-Nya."

"Seketika itu, Sang Raja memasrahkan Kawasan-Nya kepada Saudara muda-Nya dan Sang Raja bersama Ratu-Nya, Kedua Putera-Nya dan Rombongan-Nya, meninggalkan rumah-Nya dan mengikuti Jalan dibawah Ajaran Buddha itu. Setelah meninggalkan Rumah-Nya, selama 84 ribu tahun Sang Raja selalu rajin dan bersemangat di dalam mempelajari Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan, dan sesudah waktu ini berlalu, Ia mencapai Tingkat Samadhi Sarvagunalamkaravyuha.

"Kemudian Ia membumbung ke angkasa setinggi 7 Pohon tala dan berkata pada Buddha itu :"Yang Maha Agung ! Kedua Putera-Ku ini telah melakukan Perbuatan Seorang Buddha yang dengan Penjelmaan Ghaib Mereka, telah merubah pikiran kolot-Ku, menyadarkan Aku kedalam Jalan Buddha dan menyebabkan Aku melihat Yang Maha Agung. Kedua Putera ini adalah Sahabat-Ku yang baik, karena dengan setulusnya telah membina akar-akar Kebajikan yang ditanam di dalam Kehidupan-Ku yang lampau dan menyelamatkan Aku, Mereka datang dan terlahir di Rumah-Ku.

Kemudian Sang Buddha Jaladharagarjitaghosasusvaranaksatrarajasamkusumit abhijna menyapa Sang Raja Subhavyuha seraya berkata :"Begitulah, begitulah, begitulah seperti apa yang telah Engkau katakan. Seorang Putera maupun Seorang Puteri dengan menanam Akar-Akar Kebajikan akan memperoleh Teman-Teman Baik di setiap generasi yang Teman-Teman Baik itu akan mampu melakukan Perbuatan Seorang Buddha dengan menunjukkan, mengajar, menyelamatkan dan membuat-Nya bahagia serta menyebabkan-Nya masuk kedalam Penerangan Agung. Ketahuilah, Wahai Raja Agung ! Seorang Teman Yang Baik adalah sebab Yang Agung dengan mana manusia ditakbiskan dan dibimbing untuk melihat Sang Buddha dan menuju kearah Penerangan Agung. Wahai Raja Agung ! Melihatkah Engkau akan Kedua Putera ini? Kedua Putera ini telah memuliakan Para Buddha yang jumlah-Nya sebanyak 65 kali ratusan ribu koti nayuta pasir Sungai Gangga, Dia telah menerima dan memelihara Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan. Dia mengasihi semua umat yang berpandangan palsu dan menyadarkan mereka kedalam Pandangan Yang Benar."

"Kemudian Sang Raja Subhavyuha turun dari atas langit dan berkata kepada Sang Buddha itu: "Yang Maha Agung ! Aneh benar Pandangan dari Sang Tathagata, dengan Jasa dan Kebijaksanaan-Nya, Tonjolan pada Kepala-Nya bersinar cemerlang, Mata-Nya terbuka lebar dan berwarna biru tua, Rambut diantara kedua Alis Mata-Nya Putih seperti Bulan Purnama, Gigi-Nya putih, rata, rapat dan selalu bersinar, Bibir-Nya merah dan indah seperti Buah Bimba." Setelah Raja Subhavyuha memuji Jasa-Jasa yang beratus ribu koti jumlah-Nya dari Sang Buddha itu, kemudian dengan sepenuh Hati-Nya Ia mengatupkan Tangan-Nya di hadapan Sang Tathagata dan kembali Ia menyapa Sang Buddha seraya berkata :"Yang Maha Agung sangat begitu Sempurna. Ajaran Sang Tathagata sangat Paripurna didalam Berkah-Nya yang mengagumkan dan tak dapat dibayangkan. Ajaran Moral yang Ia ajarkan sangat menggembirakan dan menggairahkan. Mulai hari ini, Aku tidak akan mengikuti jalan pikiran-Ku Sendiri, ataupun menaruh pikiran yang palsu, atau menaruh kesombongan, kemarahan ataupun jiwa yang penuh dosa lainnya." Setelah mengucapkan Kata-Kata ini, kemudian Ia menghormat Buddha itu dan berjalan ke muka."

Kemudian Sang Sakyamuni Buddha bersabda kepada Persidangan Agung itu :"Bagaimanakah pendapat Kalian ? Sang Raja Subhavyuha ini apakah Orang lain adanya ? Sesungguhnyalah Ia itu Sang Padmasri Bodhisattva Mahasattva adanya. Bagaimanakah pendapat Kalian ? Sang Ratu Vimaladatta ini apakah Orang lain adanya ? Sesungguhnyalah Ratu Vimaladatta adalah Sang Vairocanarasmipratimanditadhvajaraja Bodhisattva Mahasattva yang sekarang berada dihadapan Sang Buddha yang mengasihi Sang Raja Subhavyuha dan Orang-Orang-Nya akan terlahir diantara Mereka. Dan Kedua Putera-Nya, apakah Orang lain adanya ? Kedua Putera ini ialah Sang Bhaisajyaraja Bodhisattva Mahasattva dan Sang Bhaisajyasamundata Bodhisattva Mahasattva. Sang Bhaisajyaraja Bodhisattva Mahasattva dan Sang Bhaisajyasamundata Bodhisattva Mahasattva ini yang setelah menyempurnakan Jasa yang sedemikian besar itu dibawah Naungan Ratusan Ribu Koti Buddha, telah menanam Akar-Akar Keluhuran dan dengan sempurna telah mencapai Kebajikan Yang Tak Dapat Dibayangkan lagi. Jika terdapat seseorang yang mengenal Nama dari Kedua Bodhisattva Mahasattva ini, maka para dewa dan manusia di seluruh dunia akan memuliakan-Nya."

Pada saat Sang Buddha mengkhotbahkan Bab ini yaitu tentang "KISAH SANG RAJA SUBHAVYUHA", 84 Ribu Orang lepas dari ketidak sucian Mereka dan memisahkan Diri dari hal-hal yang kotor, dan memperoleh mata hati yang suci yang berkenaan dengan hal-hal kebatinan.

Demikianlah Sutta Bunga Teratai Dari Kegaiban Hukum Yang Menakjubkan, Tentang Sang Raja Subhavyuha, Bab 25.

11
Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan

Bab 24


Samanta mukha parivartah

Pada saat itu, Sang Bodhisattva Akshayamati bangkit dari tempat duduk-Nya dan dengan menutup bahu kanan-Nya serta merangkapkan Tangan-Nya ke arah Sang Buddha, Ia berkata:"Yang Maha Agung! Karena alasan apakah maka Sang Bodhisattva Avalokitesvara di sebut Sang Avalokitesvara?"

Sang Buddha menjawab Sang Bodhisattva Akshayamati:"Wahai Putera Yang Baik! Jika terdapat ratusan ribu koti mahluk yang sengsara karena penderitaan dan kenestapaan, maka mereka yang mendengar tentang Sang Bodhisattva Avalokitesvara ini dan dengan sepenuh hatinya menyebut Nama-Nya, maka dengan segera Sang Bodhisattva Avalokitesvara akan memperhatikan jeritan mereka dan semuanya akan terbebas dari segala penderitaan mereka."

Jika terdapat orang yang memelihara Nama dari Sang Bodhisattva Avalokitesvara ini, maka meskipun mereka terjatuh ke dalam api yang besar, api itu tidak akan mampu membakarnya karena daya kekuatan ghaib dari Keagungan Bodhisattva itu. Jika terdapat orang yang hanyut terbawa banjir dan mereka menyebut Nama-Nya, maka mereka akan segera mencapai tempat yang dangkal. Jika terdapat ratusan ribu koti mahluk yang bertolak ke samudra untuk mencari emas, perak, lapis lazuli, batu-batu bulan, batu mulia, coral, amber, mutiara dan harta kekayaan yang lain dan seandainya ada badai hitam yang meniup perahu mereka sehingga terdampar di negeri para rakshasa dan jika salah satu dari mereka itu menyebut Nama dari Sang Bodhisattva Avalokitesvara, maka semua orang-orang itu akan selamat dari aniaya sang rakshasa itu. Karena sebab inilah Ia disebut Sang Avalokitevara.

Lagi, seandainya ada seorang yang sedang berada di ambang maut yang menyebut Nama dari Sang Bodhisattva Avalokitesvara ini, maka pedang dari si penyerang itu akan berderak hancur dan ia pun akan selamat. Bahkan seandainya jutaan dunia terpenuhi oleh para yaksha dan rakshasa yang berkeliaran untuk menggoda manusia maka mahluk jahat ini ketika mendengar para manusia itu menyebut Nama dari Sang Bodhisattva Avalokitesvara tidak akan berani melihat mereka dengan matanya yang kejam bahwa betapa akan sia-sia untuk menggoda mereka.

Lebih-lebih lagi jika terdapat seseorang yang bersalah maupun yang tidak bersalah, yang dibebani dengan belenggu, ikatan, balok atau rantai, menyebut Nama dari Sang Bodhisattva Avalokitesvara maka segala beban itu akan berderak dan patah dan ia pun akan selamat.

Seandainya saja jutaan dunia penuh dengan musuh serta penyamun dan disitu terdapat seorang ketua pedagang yang memimpin banyak saudagar-saudagar yang sedang membawa permata-permata berharga melewati sebuah jalanan yang berbahaya, kemudian seseorang diantara mereka berkata:"Putera-putera yang baik! Janganlah takut. Dengan sepenuh hati serukanlah gelar Sang Bodhisattva Avalokitesvara, karena Bodhisattva ini mampu memberi keberanian (Daya Abhayanda) pada semua umat. Jika kalian menyerukan Nama-Nya maka kalian akan selamat dari musuh dan penyamun-penyamun ini.

Ketika mendengar hal ini dan jika seluruh pedagang-pedagang itu secara serempak berteriak:"Namo Avalokitesvara Bodhisattvaya Mahasattvaya !" kemudian dengan menyeru-nyerukan Nama-Nya, maka mereka akan selamat. Wahai Akshayamati! Sedemikianlah daya ghaib yang membangkitkan rasa hormat dari Sang Bodhisattva Avalokitesvara ini.

Jika para umat yang memanjakan nafsu birahinya memelihara didalam hatinya serta memuliakan Sang Bodhisattva Avalokitesvara, maka mereka akan terbebaskan dari belenggu kenafsuannya. Jika ada orang memanjakan rasa kebencian, memelihara didalam hatinya dan memuliakan Sang Bodhisattva Avalokitesvara, maka mereka akan terbebaskan dari belenggu kebenciannya. Jika ada orang yang diliputi oleh kebodohan batin, memelihara di dalam hatinya serta memuliakan Sang Bodhisattva Avalokitesvara, maka mereka akan terbebaskan dari kebodohan batin. Wahai Akshayamati! Sedemikianlah yang dianugerahkan oleh Sang Bodhisattva Avalokitesvara, Pemilik Vikurvanabala yang sedemikian besar manfaat-Nya. Oleh karenanya, biarlah semua umat selalu memelihara-Nya didalam hati.

Jika terdapat seorang wanita yang menginginkan seorang putera, memuliakan Sang Bodhisattva Avalokitesvara ini, maka ia akan melahirkan seorang putera yang bahagia, luhur dan bijak. Jika ia menginginkan seorang puteri, maka ia akan melahirkan seorang puteri yang berkelakuan baik dan berwajah cantik yang pada masa lampau telah menanam akar-akar kebajikan, dicintai dan dihormati oleh semua orang. Wahai Akshayamati! Sedemikianlah kekuatan ghaib dari Sang Bodhisattva Avalokitesvara. Jika ada orang yang memuliakan dan menghormati Sang Bodhisattva Avalokitesvara ini, maka ia akan mendapat berkah.

"Oleh karenanya biarlah semua umat memelihara gelar dari Sang Bodhisattva Avalokitesvara. Wahai Akshayamati! Bayangkanlah seandainya ada seseorang yang memelihara Nama dari Para Bodhisattva yang banyak-Nya seperti pasir-pasir Sungai Gangga, yang selama hidupnya membuat persembahan-persembahan makanan, minuman, pakaian-pakaian, perabot-perabot tidur dan obat-obatan, maka bagaimanakah pendapat-Mu? Apakah jasa dari putera maupun puteri yang baik itu sangat banyak?" Sang Akshayamati menjawab-Nya:"Sangat banyak sekali !" Sang Buddha, Yang Maha Agung melanjutkan lagi:"Tetapi jika seseorang selalu memelihara Gelar dari Sang Bodhisattva Avalokitesvara ataupun memuja dan memuliakan-Nya meskipun hanya sekejap, maka pahala dari kedua orang ini akan benar-benar sama tanpa perbedaan sedikitpun jua dan tidak dapat habis selama ratusan ribu koti kalpa. Wahai Akshayamati ! Sedemikianlah tingkat karunia yang tak terhingga dan tak terbatas itu, yang akan didapatkan oleh dia yang senantiasa memelihara Nama dari Sang Bodhisattva Avalokitesvara."

Sang Bodhisattva Akshayamati berkata lagi pada Sang Buddha:"Yang Maha Agung! Bagaimana dapat Sang Bodhisattva Avalokitesvara ini berkelana di dalam alam semesta? Bagaimana Ia mengkhotbahkan Hukum Kebenaran kepada para umat? Bagaimanakah sifat dari kebijaksanaan-Nya?

Sang Buddha menjawab Sang Bodhisattva Akshayamati:"Putera yang baik! Jika para umat yang berada di dalam dunia manapun yang harus Ia selamatkan dalam tubuh Seorang Buddha, maka Sang Bodhisattva ini akan muncul sebagai Seorang Buddha dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan itu kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam tubuh Seorang PratyekaBuddha, maka Ia muncul sebagai Seorang PratyekaBuddha dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan itu kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam bentuk tubuh Seorang Sravaka, maka Ia muncul sebagai Seorang Sravaka dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam bentuk tubuh Seorang Brahma, maka Ia muncul sebagai Brahma dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam bentuk tubuh Seorang Sakra, maka Ia muncul sebagai seorang Sakra dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam bentuk tubuh Seorang Isvara, maka Ia muncul sebagai Isvara dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam bentuk tubuh Seorang Mahesvara, maka Ia muncul sebagai Mahesvara dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam bentuk tubuh Seorang Jenderal Besar Yang Agung (Senapati), maka Ia muncul sebagai seorang Senapati dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam bentuk tubuh Seorang Vaisravana, maka Ia muncul sebagai Vaisravana dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam bentuk tubuh Seorang Raja Kecil (Culla Cakravarti), maka Ia muncul sebagai Culla Cakravarti dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam wujud seorang kaya (Sresthi), maka Ia muncul sebagai seorang Sresthi dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam wujud seorang Petua (Ghra Pati), maka Ia muncul sebagai seorang Ghra Pati dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam wujud seorang menteri agama (Naigama), maka Ia muncul sebagai seorang Naigama dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam wujud seorang Brahmana, maka Ia muncul sebagai seorang Brahmana dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam wujud seorang Bhiksu-Bhiksuni, upasaka, upasika, maka Ia muncul sebagai seorang Bhiksu, Bhiksuni, upasaka maupun upasika dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam wujud seorang istri dari Ghra Pati, Kula Pati (Penduduk), Naigama atau Brahmana, maka Ia muncul sebagai seorang wanita dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam wujud seorang perjaka (kumara) ataupun seorang perawan (kumari), maka Ia muncul sebagai seorang kumara atau seorang kumari dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam wujud seorang dewa, naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia ataupun mahluk bukan manusia, maka Ia muncul dalam wujud dan seorang dewa, naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia ataupun mahluk bukan manusia dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam wujud seorang dewa pemegang permata (Vajra Pani), maka Ia muncul sebagai seorang Dewa Vajra Pani dan mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada mereka.
Wahai Akshayamati! Sedemikianlah karunia yang telah diperoleh Sang Bodhisattva Avalokitesvara ini dan dengan berbagai wujud Ia mengembara di banyak negeri untuk menyelamatkan para umat. Oleh karenanya, muliakanlah Sang Bodhisattva Avalokitesvara ini dengan sepenuh hati-Mu. Bodhisattva Mahasattva Avalokitesvara ini mampu membuat para umat yang berada dalam kesengsaraan dan penderitaan menjadi berani. Karena sebab inilah maka semua mahluk didalam dunia saha ini memberi-Nya gelar 'Penganugerah Keberanian' (Abhayandah).

12
Terpujilah Sang Kendaraan Agung Sutta Bunga Teratai Dari Kesaktian Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan
SriSaddharma Pundarika Dharmaparyaya Sutram

BAB XXIII

Bodhisattva Gadgadasvara Parivartah

Kemudian Sang Sakyamuni Buddha memancarkan seberkas cahaya dari bagian yang menonjol pada KepalaNya yang merupakan tanda dari Seorang Yang Maha Agung dan Beliau memancarkan pula seberkas cahaya dari Tanda Lingkaran Rambut Putih yang terletak diantara kedua Alis MataNya yang bersinar ke arah Timur menerangi 108 ribu koti nayuta dunia-dunia Buddha dimanapun jua yang banyaknya seperti pasir-pasir dari Sungai Gangga. Diseberang dunia-dunia itu, terdapatlah sebuah Dunia yang bernama
Vairocanarasmipratimandita dan didalam kawasan itu berdiam Seorang Buddha yang Bergelar Kamaladalavimalanaksatrarajasamkusumitabhijno, Yang Telah Datang, Sang Arahat Samyaksambuddha dipuja dan dikelilingi oleh sekelompok Para Bodhisattva yang tak terhitung jumlahnya dan Beliaupun mengkhotbahkan Hukum kepada Mereka itu. Berkas Sinar dari Lingkaran Rambut Putih Sang Sakyamuni Buddha bercahaya di seluruh Kawasan Mereka.

Pada saat itu didalam Kawasan Vairocanarasmipratimandita, terdapat Seorang Bodhisattva Mahasattva Yang Bernama Gadgadasvara, Yang telah sekian lama membina akar-akar Kebajikan, melayani dan memuliakan Ratusan Ribu Koti Para Buddha
yang tak terhitung dan Dia telah pula memperoleh Kebijaksanaan Yang Dalam dengan sangat Sempurna. Ia telah mencapai tingkat perenungan; Samadhi Dhvajagrakeyura, Samadhi Saddharmapundarika, Samadhi Vimaladatta, Samadhi Naksatrarajavikridita, Samadhi Anilambha, Samadhi Jnanamudra, Samadhi Candrapradipa, Samadhi Sarvarutakausalya, Samadhi Sarvapunyasamuccaya, Samadhi Prasadavati, Samadhi Rddhivikridita, Samadhi Jnanolka, Samadhi Vyuharaja, Samadhi Vimalaprabhasa, Samadhi Vimalagarbha, Samadhi Apriktsna, Samadhi Suryavarta.

Ratusan Ribu Koti Perenungan- Perenungan Agung seperti inilah yang telah Ia peroleh, yang jumlahnya sama dengan banyaknya pasir dari sungai-sungai Gangga. Tiada lama setelah Cahaya Dari Sang Sakyamuni Buddha bersinar diatasNya, Ia berkata kepada Sang Tathagata Arahan Samyaksambuddha Kamaladalavimalanaksatrarajasamkusumitabhijna : " Yang Dihormati Dunia! Aku harus pergi mengunjungi Dunia Saha untuk menghormat, mendekati dan memuliakan Sang Sakyamuni Buddha serta untuk menemui Sang Bodhisattva Mahasattva Manjusri Kumara, Putera dari Sang Raja Hukum, Sang Bodhisattva Mahasattva BhaisajyaRaja, Sang Pradanasura Bodhisattva Mahasattva, Sang Naksatrarajasamkusumitabhijña Bodhisattva Mahasattva, Sang Visistacaritra Bodhisattva Mahasattva, Sang Vyuharaja Bodhisattva Mahasattva, Sang Bhaisajyarajasamudgata Bodhisattva Mahasattva.

Kemudian Sang Bhagavan Tathagata'rhan Samyaksambuddha Kamaladalavimalanaksatrarajasamkusumitabhijna menyapa Sang Bodhisattva Gadgadasvara : "Janganlah Engkau memandang rendah pada Kawasan itu ataupun mempunyai Pikiran yang meremehkannya. Wahai Putera Yang Baik! Dunia Saha dengan tempat-tempatnya yang tinggi dan rendah itu tidaklah rata, serta penuh dengan tanah, batu, perbukitan, dan kotoran-kotoran. Tubuh dari Buddha itu pendek dan kecil serta seluruh BodhisattvaNya bertubuh kecil, sedangkan tubuhMu setinggi 42 Ribu Yojana dan TubuhKu 68 Ratus Ribu Yojana. TubuhMu terdiri dari susunan Yang Paling Sempurna dan dikaruniai dengan Ratusan Ribu Kebahagiaan, serta TubuhMu bersinar Cemerlang. Oleh karenanya, ketika Engkau disana janganlah memandang rendah pada kawasan itu ataupun menaruh pikiran yang merendahkan Buddha itu maupun Para Bodhisattva ataupun Negeri itu sendiri."

Kemudian Sang Bodhisattva Mahasattva Gadgadasvara menjawab Pada Sang Buddha : "Yang Dihormati Dunia! Bahwasanya Aku pergi sekarang ini untuk mengunjungi dunia Saha hanyalah karena Kekuasaan Sang Tathagata, Kegaiban Sang Tathagata, serta karena hiasan jasa dan Kebijaksanaan Sang Tathagata saja."

Kemudian Sang Bodhisattva Gadgadasvara memasuki Perenungan tanpa beranjak dari tempat duduknya dan tanpa menggerakkan tubuhNya. Dengan Daya Ghaib dari PerenunganNya diGunung Grdhrakuta, terjelmalah 84 Ribu Bunga-Bunga Teratai Indah Yang Berbatang Jambudvipa Emas, Berdaun Perak Putih, Berbenang Sari Permata dan Berkelopak Manikam Kimsuka, diatas Gunung Grdhrakuta yang terletak tidak jauh dari Kursi Hukum.

Ketika Sang Manjusri, Putera dari Sang Raja Hukum, melihat Bunga-Bunga Teratai itu Kemudian berkatalah Ia Kepada Sang Buddha : "Yang Maha Agung! Karena sebab apakah makna tanda-tanda bertuah ini muncul untuk pertama kalinya ? Disana terdapat beberapa Ribu Bunga-Bunga Teratai berbatang Emas Jambudvipa, Berdaun Perak Putih, Berbenang Sari Permata dan Berkelopak Manik-Manik Kimsuka." Kemudian Sang Sakyamuni Buddha memberitahu Sang Manjusri : "Inilah Tanda-tanda bahwa Sang Bodhisattva Mahasattva Gadgadasvara dari Kawasan Sang Buddha Kamaladalavimalanaksatrarajasamkusumitabhijna dengan ditemani oleh 84 Ribu Bodhisattva Mahasattva akan berkunjung ke Dunia Saha ini untuk memuliakan , mendekati dan menghormati Aku serta ingin memuliakan dan mendengarkan Hukum Sutta Bunga Teratai ini."

Sang Manjusri berkata Pada Sang Buddha : "Yang Maha Agung! Akar Kebajikan apa yang telah ditanam oleh Sang Bodhisattva itu dan jasa apakah yang telah Ia pelihara sehingga Ia dapat memiliki daya Ghaib Yang sebesar ini ? Sudilah kiranya Engkau memberitahukan Kami tentang nama dari Perenungan ini dan Kami Semua berhasrat untuk menjalankanNya dengan rajin, karena dengan melaksanakan Perenungan ini, Kami semua akan dapat melihat Bodhisattva itu, tentang bagaimana warna, bentuk, dan ukuranNya, martabat serta tindak tanduknya. Kami mohon kepadaMu duhai Yang Maha Agung, dengan Kekuatan GhaibMu biarlah Kami melihat Kedatangan dari Sang Bodhisattva itu."

Kemudian Sang Sakyamuni Buddha bersabda pada Sang Manjusri : "Sang Tathagata Prabhutaratna Yang Telah Lama Moksha akan memperlihatkan Tanda itu KepadaMu." Seketika itu, Sang Buddha Prabhutaratna menyapa Bodhisattva itu : "Datanglah Wahai Putera Yang Baik! Sang Manjusri, Putera dari Sang Raja Hukum ingin melihatMu."

Kemudian Sang Bodhisattva Gadgadasvara menghilang dari Kawasan sana dan berangkat bersama-sama dengan 84 Ribu Bodhisattva Mahasattva. Negeri-Negeri Yang Mereka lewati tergoncang dalam 6 cara yang berbeda, Bunga-Bunga Teratai dari 7 Benda Berharga bertebaran dimana-mana dan Ratusan Ribu Alat-Alat Musik Kasurgan mengalun dengan sendirinya. Mata dari Sang Bodhisattva itu seperti daun Bunga Teratai Biru Yang Besar Dan Lebar. Kecemerlangan WajahNya melebihi Paduan GemerlapNya Ratusan Ribu Rembulan. TubuhNya berwarna Emas Murni, terhiasi dengan Ratusan Ribu Tanda-Tanda Jasa Yang Tak Terhitung JumlahNya. Ia memancarkan Cahaya Yang Agung, Gemerlap, dan berkilau terhiasi dengan Tanda-Tanda Sempurna dan Ia pun bertubuh Kekar Perkasa seperti Narayana.

Setelah Ia memasuki Menara dari 7 Benda Berharga, kemudian Ia naik ke Angkasa setinggi 7 pohon Tala diatas Bumi dan dengan dimuliakan serta dikelilingi oleh Kelompok Bodhisattva-BodhisattvaNya, Ia datang ke Gunung Grdhrakuta di Dunia Saha ini. Setelah Ia tiba disitu, turunlah Ia dari Menara 7 Benda BerhargaNya dan melepas seuntai Kalung seharga Ratusan Ribu, lalu pergi kehadapan Sang Buddha dan Sujud di Kaki Nya serta mempersembahkan kalung tadi kepada Sang Buddha seraya berkata : "Yang Maha Agung !
Sang Buddha Kamaladalavimalanaksatrarajasamkusumitabhijna menghaturkan SalamNya pada Yang Maha Agung. "Apakah Engkau mempunyai sedikit rasa sakit dan sedikit kekhawatiran ? Apakah Engkau sehat-sehat dan tenang-tenang saja? Apakah keempat KelompokMu dalam keadaan baik-baik saja? Apakah urusan-urusan keduniawianMu tentram-tentram saja? Apakah para UmatMu mudah diselamatkan dan tidak lagi mempunyai rasa dengki , marah, bodoh, iri, dan congkak, tidak mematuhi kedua orang tuanya, ataupun tidak menghormati Para Sramanera dan apakah Para UmatMu tidak lagi memiliki Pandangan yang sesat atau telah berpikiran baik sehingga Mereka mampu mengekang ke 5 nafsu inderanya? Yang Maha Agung! Apakah Para UmatMu mampu mengatasi godaan-godaan mara? Apakah Sang Tathagata Prabhutaratna Yang Telah Lama Moksa masih berdiam di dalam Stupa dari 7 benda berharga dan telah datang pula untuk mendengarkan Hukum?"

13
Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan

BAB XXII

Bhaisajyarajapurvayogaparivartah

Pada saat itu Sang Bodhisattva Nakshatrarajasamkusumitabhijna menyapa Sang Bhagavan Buddha seraya berkata: "Yang Maha Agung ! Mengapa Sang Bodhisattva Bhaisajyaraja berkelana didalam dunia Saha ini? Yang Maha Agung ! Alangkah banyaknya penderitaan yang harus ditanggung oleh
Sang Bhaisajyaraja ! Akan menjadi sempurnalah kiranya, duhai Yang Maha Agung ! Seandainya Engkau menjelaskannya meskipun hanya sekelumit saja sehingga para dewa, naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia, dan yang bukan manusia serta Para Bodhisattva yang telah datang dari negeri-negeri lain, akan bergembira semuanya setelah mendengarnya."

Kemudian Sang Buddha menyapa Sang Bodhisattva Nakshatrarajasamkusumitabhijna : " Dahulu kala, pada ribuan kalpa yang tak terhitung, yang jumlahnya sebanyak pasir-pasir dari Sungai Gangga yang telah berlalu, adalah Seorang Buddha yang bernama Candrasuryavimalaprabhasasri, Yang Telah Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Sempurna Pikiran dan Perbuatan, Yang Terbahagia, Maha Tahu Dunia, Pemimpin Tiada Tandingan, Guru Dewa dan manusia, Yang Telah Bangun, Yang Maha Agung.
Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasri memiliki 80 koti Bodhisattva Mahasattva Agung dan sekelompok besar Para Sravaka yang jumlahnya seperti pasir-pasir dari 72 sungai gangga. Masa hidup Buddha Candrasuryavimalaprabhasasri adalah 42 ribu kalpa dan masa hidup dari Para Bodhisattva-Nya juga selama itu. Didalam kawasanNya tidak terdapat seorang wanitapun, neraka, iblis-iblis lapar, hewan, asura, dan kesengsaraan. TanahNya datar seperti telapak tangan manusia dan terbuat dari lapis lazuli, terhiasi dengan pepohonan permata, terselimuti oleh tirai-tirai manikam, digantungi dengan bendera-bendera bebungaan permata, pot-pot kembang dan anglo-anglo bertatah permata terlihat di seluruh pelosok negeri itu. Terdapat juga teras-teras yang terbuat dari 7 benda berharga dengan pepohonan disetiap terasnya dimana pohon itu berjarak satu jangkauan anak panah penuh dari teras tadi. Dibawah pepohonan permata ini duduklah para Bodhisattva dan Sravaka. Diatas masing-masing mimbar ini terdapat seratus koti para dewa yang sedang mengalunkan dendang dan lagu pujian kasurgan untuk memuliakan Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasri. Kemudian Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasri mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan Bunga Teratai kepada Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana dan seluruh para Bodhisattva serta kelompok para Sravaka.

Sang Bodhisattva Kecantikan ini telah menikmati khotbah tentang penderitaan dan didalam Hukum dari Sang Buddha
Candrasuryavimalaprabhasasri, Ia telah membuat kemajuan dengan penuh semangat dan dengan sepenuh hatinya Ia mengembara kesana kemari untuk mencari Sang Buddha selama 12 ribu tahun penuh, dimana sesudah itu Ia mencapai Tingkat Samadhi Sarvarupasamdarsanah. Setelah mencapai Perenungan ini, hati-Nya menjadi sangat bergembira dan membayangkan demikian : "Hasil Perenungan Ku sampai Tingkat Samadhi Sarvarupasamdarsanah ini semata-mata hanyalah berkat kekuatan yang timbul dari mendengarkan Sutta Bunga Teratai dari Kegaiban Hukum Yang Menakjubkan. Oleh karenaNya, biarlah Aku sekarang memuliakan Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasri; dan Sutta Bunga Teratai dari Kegaiban Hukum Yang Menakjubkan ini."Tidak lama setelah Ia memasuki Perenungan itu, kemudian dari langit hujan bertaburan Bunga-Bunga Mandarawa, Bunga-Bunga Maha Mandarawa dan 5 macam serbuk kayu cendana yang keras dan hitam yang semuanya ini memenuhi angkasa dan turun seperti segumpal awan. Juga ditaburkan dedupaan dari kayu cendana Urugasara yang 6 karsha dari dedupaan ini berharga satu dunia saha. Semuanya ini Ia lakukan demi untuk memuliakan Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasri.

"Sesudah membuat persembahan ini, kemudian Ia bangkit dari Perenungan itu dan berpikir dalam hati-Nya:"Meskipun dengan kekuatan ghaib-Ku
Aku telah memuliakan Sang Buddha, tetapi hal itu tidaklah sebaik membuat persembahan dengan tubuh-Ku sendiri."Kemudian Ia dahar beberapa macam dedupaan, yaitu dedupaan dari kayu cendana, kunduruka, turushka, prikka, kayu gaharu dan damar, serta meminum pula sari minyak Bunga Campaka dan Bunga-Bunga lainnya. Sesudah 1200 tahun penuh, kemudian Ia melumasi Tubuh-Nya dengan salep-salep harum, dan dihadapan Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasri Ia mengenakan pakaian kasurgan yang indah serta mandi didalam minyak wangi dan dengan seluruh daya ghaib-Nya, Ia membakar sekujur Tubuh-Nya sendiri. Kilau sinar-Nya menerangi seluruh alam semesta yang jumlahnya seperti pasir-pasir dari 80 koti sungai-sungai Gangga, dan Para Buddha-Nya secara serempak memujiNya seraya berkata:"Bagus,bagus! Putera yang baik! Inilah semangat yang nyata yang disebut Penghormatan Hukum Yang Benar Bagi Sang Tathagata. Segala persembahan yang berupa bebungaan, wewangian, kalung-kalung, dedupaan, serbuk-cendana, salep-salep obat, bendera dan tirai-tirai sutera surga serta kayu cendana Uragasara, semuanya tidak dapat mengimbangi-Nya. Begitu pula persembahan-persembahan yang berupa derma, negeri, kota, istri, dan anak, semua persembahan-persembahan ini tidak dapat menyamai-Nya. Wahai Putera-Ku yang baik! Inilah yang disebut persembahan yang paling agung, persembahan yang Maha luhur dan mulia, karena inilah persembahan Hukum bagi Para Tathagata." Sesudah mengucapkan Pernyataan ini, Semuanya diam kembali.

"Tubuh-Nya menyala terus selama 1200 tahun dan sesudah itu mokshalah Tubuh-Nya."

"Setelah Sang Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana selesai membuat persembahan Hukum yang semacam itu, maka disaat Kemokshaan-Nya, Ia terlahir didalam Kawasan Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasri; yang secara tiba-tiba Ia terjelma dalam keadaan duduk bersila di kediaman Sang Raja Vimaladatta yang menjadi Ayah-Nya dimana Ia segera berkata dalam Syair:

"Ketahuilah Wahai Raja Agung! Pada saat berada di tempat kediaman lain, dengan segera Aku mencapai tingkat Samadhi Sarvarupasamdarsanah , dan dengan tulus ikhlas melaksanakan Dharma dari semangat yang agung, dengan cara mengorbankan Tubuh yang Aku cintai."

"Setelah mengucapkan Syair ini, kemudian Ia berkata kepada Ayah-Nya:"Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasri masih tetap ada seperti dahulu kala. Sesudah membuat penghormatan Utama kepada Sang Buddha, Aku mencapai Dharani dari menafsirkan ucapan-ucapan semua mahluk dan lebih-lebih lagi Aku telah mendengar Sutta Bunga Hukum Kesunyataan ini sebanyak 800 ribu koti nayuta, kankara, bimbara, dan Aksobhya Syair. Wahai Raja Agung! Aku harus kembali sekarang dan memuliakan Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasri."
Sesudah mengucapkan ini, kemudian Ia mengambil tempat duduk-Nya diatas menara dari tujuh benda berharga dan membumbung ke angkasa setinggi tujuh pohon tala. Ketika Ia sampai pada Buddha itu, kemudian Ia bersujud di kaki-Nya serta mengatupkan sepuluh jari-Nya dan memuja Buddha itu dalam Syair:

"Raut Wajah yang sangat mengagumkan, cemerlangNya menerangi alam semesta, Dahulu kala Aku memuliakan-Mu, Sekarang Aku kembali lagi untuk memandang-Mu."

"Setelah Sang Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana selesai mengucapkan Syair ini, kemudian berkatalah Ia kepada Buddha itu:"Yang Maha Agung! Yang Dihormati dunia masih tetap berada didalam dunia."

"Kemudian Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasri; menyapa Sang Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana:"Putera-Ku Yang Baik! Saat Nirvana-Ku telah tiba. Saat kemokshaan-Ku telah datang. Engkau aturlah tempat tidur-Ku. Malam nanti Aku akan memasuki Parinirvana." Kembali Beliau mengutus Sang Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana:"Putera-Ku Yang Baik! Aku percayakan Hukum Buddha kepada-Mu dan Aku serahkan pula kepada-Mu seluruh Bodhisattva-Bodhisattva dan Pengikut-Pengikut Utama-Ku, Hukum Penerangan Agung-Ku dan jutaan dunia-Ku yang terbuat dari 7 benda berharga bersama dengan pepohonan permata dan menara Manikamnya serta seluruh pelayan-pelayan-Ku. Aku percayakan juga kepada-Mu segala peninggalan Relik-Relik apapun yang ada sesudah Kemokshaan-Ku. Biarlah mereka menyebar dan memuliakan-Nya sampai jauh dan biarlah ribuan Stupa didirikan pula." Setelah Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasri selesai menitahkan Sang Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana sedemikian itu, kemudian didalam penghujung malam, masuklah Dia kedalam Nirvana.

14
Namo Arya SriSaddharma Pundarika Dharmaparyaya Suttram
(Terpujilah Yang Maha Suci Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan)

Bab XXI

Dharani Parivartah

Pada saat itu Sang Bodhisattva BaisajyaRaja bangkit dari tempat dudukNya dan dengan rendah hati menutup bahu kananNya serta mengatupkan kedua tanganNya kearah Sang Buddha dan berkata:"Yang Maha Agung! Jika terdapat seorang putera maupun seorang puteri yang baik yang dapat menerima dan memelihara Hukum Sutta Bunga Teratai baik dengan menghafalkan atau mempelajari atau menyalin Sutta Itu, maka sampai dimanakah pahala yang Ia peroleh?"

Sang Buddha menjawab Sang BaisajyaRaja:"Seandainya seorang putera maupun puteri yang baik memuliakan 800 ribu koti nayuta Buddha yang jumlahnya seimbang dengan banyaknya pasir-pasir sungai Gangga, maka menurut pendapatMu bukankah pahala yang ia peroleh sudah cukup banyak?" Sang BaisajyaRaja menjawab:"Banyak sekali ! Yang Maha Agung !" Sang Buddha melanjutkan lagi:"Jika terdapat seorang putera maupun puteri yang berkenaan dengan Sutta ini mampu menerima dan memeliharaNya meskipun hanya seuntai bait yang terdiri dari 4 baris saja, membaca dan menghafalkan, memahami maknanya serta bertindak seperti apa yang diajarkan, maka pahalanya akan menjadi lebih banyak lagi."

Kemudian Sang Bodhisattva BaisajyaRaja berkata pada Sang Buddha:"Yang Maha Agung! Sekarang Aku akan memberikan Mantra Dharani kepada para pengkhotbah Hukum sebagai penjaga dan perlindungan mereka."Kemudian Ia mengucapkan Mantra berikut ini:

"Anye manye mane mamane citte carite same samita visante mukte muktatame same avisame samasame jaye ksaye aksaye aksiye sante samite dharani alokabhase pratyaveksani nidhiru abhyantaraniviste abhyantaraparisuddhimutkule arade parade sukanksi asamasame buddhavilokite dharmaparīksite samghanirghosani nirghoni bhayabhayavisodhani mantre mantraksayate rute rutakausalye aksaye aksayavanataye vakkule valodra amanyanataye svaha."
"Yang Maha Agung! Mantra Dharani sakti ini telah diucapkan oleh para Buddha yang jumlahNya seperti pasir-pasir dari 62 koti sungai Gangga.Seandainya seseorang menyakiti guru-guru Hukum ini,maka ia telah menyakiti para Buddha ini semua."
Kemudian Sang Sakyamuni Buddha memuji Sang Bodhisattva BaisajyaRaja:"Bagus,bagus, wahai Sang Bodhisattva BaisajyaRaja! Karena Engkau menyayangi dan melindungi guru-guru Hukum ini, maka Engkau telah mengucapkan Dharani ini yang akan menyelamatkan begitu banyak mahluk hidup."
Kemudian Sang Bodhisattva Pradanasura berkata pada Sang Buddha:"Yang Maha Agung! Aku juga akan memberikan dharani untuk melindungi mereka yang membaca dan menghafalkan, menerima serta memelihara Hukum Sutta Bunga Teratai.Jika para guru Hukum ini memiliki dharani ini,maka tiada satupun dari para yaksa atau rakshasa, atau putana, atau kritya, atau kumbhandas, atau iblis lapar, ataupun yang lain-lainnya yang sedang mencari kelengahan mereka dapat memperoleh kesempatan."Kemudian dihadapan Sang Buddha Ia mengucapkan Mantra berikut ini:
"Jvale mahajvale ukke tukke mukke ade adavati nrtye nrtyavati ittini vittini cittini nrtyani nrtyavati svaha."
"Yang Maha Agung! Mantra-mantra Dharani sakti ini telah diucapkan oleh para Buddha yang jumlahNya seperti pasir-pasir sungai Gangga dan SemuaNya setuju.Jika seseorang menyakiti guru-guru Hukum ini,maka ia telah menyakiti para Buddha ini semua."
Kemudian Sang Raja Agung Vaisravana, yaitu Sang Pelindung dunia, berkata kepada Sang Buddha:"Yang Maha Agung! Aku juga akan menyampaikan dharani-dharani ini karena menyayangi para umat dan untuk perlindungan para guru-guru Hukum ini."Kemudian Ia mengucapkan Mantra berikut:

"Atte tatte natte vanatte anade nadi kunadi svaha."
"Yang Maha Agung! Dengan Mantra ghaib ini, Aku akan melindungi para guru Hukum dan Aku sendiri juga akan melindungi mereka yang memelihara Sutta ini sehingga tidak akan ada perkara yang merusak yang dapat datang dalam jarak 100 yojana."
Kemudian Sang Virudhaka yang hadir didalam persidangan ini bersama dengan sekelompok dari ribuan koti nayuta Gandharva yang dengan takzimnya mengelilingiNya, pergi menghadap Sang Buddha dan dengan mengatupkan tanganNya Ia berkata kepada Sang Buddha:"Yang Maha Agung! Aku juga akan melindungi mereka yang memelihara Sutta Bunga Teratai ini dengan Mantra dharani yang ghaib." Kemudian Ia mengucapkan Mantra berikut ini:
"Agane gane gauri gandhari candali matangi pukkasi samkule vrusali sisi svaha."
"Yang Maha Agung! Mantra Dharani sakti ini telah diucapkan oleh 42 koti Buddha.Jika seseorang menyakiti para guru Hukum ini, maka ia telah menyakiti para Buddha ini semua."
Kemudian terdapat para Rakshasa perempuan, yang pertama bernama Lamba, yang kedua bernama Vilamba, yang ketiga bernama Kutadanti, yang keempat bernama Pushpadanti, yang kelima bernama Makutadanti, yang keenam bernama Kezini, yang ketujuh bernama Akala, yang kedelapan bernama Maladhari, yang kesembilan bernama Kunti, yang kesepuluh bernama Sarvasattvogahari.
Kesepuluh raksasa perempuan ini bersama-sama Sang Ibu Raksasha Hariti dengan anak dan pengikut-pengikutNya, pergi menghadap Sang Buddha dan berkata secara serentak:"Yang Maha Agung!"Kami juga dapat melindungi mereka yang membaca dan menghafalkan, menerima dan memelihara Hukum Sutta Bunga Teratai dan menyelamatkan mereka dari hal-hal yang merusak. Jika terdapat mereka yang mengintai kelengahan dari para guru Hukum ini, maka Kami akan mencegah mereka agar tidak memperoleh kesempatannya."Kemudian mereka mengucapkan Mantra berikut ini dihadapan Sang Buddha:
"Iti me iti me iti me iti me iti me nime nime nime nime nime ruhe ruhe ruhe ruhe ruhe stuhe stuhe stuhe stuhe stuhe svaha."
"Biarlah penderitaan-penderitaan datang diatas kepala-kepala Kami dari pada diatas para guru Hukum itu. Tidak satupun dari para yaksha, atau iblis lapar, atau putana, atau kritya, atau vetada, atau kashaya, atau umaraka, atau apasmaraka, atau yaksha kritya, ataupun orang-orang kritya, ataupun demam, baik hanya sehari saja, ataupun setiap hari, atau berselang tiap satu hari, atau berselang empat hari, atau berselang tiap minggu, ataupun demam yang tiada henti-hentinya, baik dalam bentuk priya, atau wanita,atau dalam wujud perjaka, atau perawan, maka semuanya tidak akan dapat mengganggu mereka meskipun hanya dalam mimpi." Kemudian dihadapan Sang Buddha mereka berkata dalam syair demikian:
"Siapapun yang menahan Mantra kami dan menyusahkan seorang guru, semoga pecahlah kepalanya menjadi 7 bagian seperti sebutir tunas arjaka.Semoga kesengsaraannya seperti orang yang durhaka dan balasannya seperti seorang pembunuh.Atau seperti penipu dengan timbangan dan berat yang palsu.Atau seperti Sang Devadatta yang membawa perpecahan kedalam Sangha.Dia yang menyakiti guru-guru Hukum ini, sedemikianlah balasannya."
Setelah para rakshasa perempuan ini selesai mengucapkan syair tadi, kemudian mereka menyapa Sang Buddha:"Yang Maha Agung! Kami sendiri yang akan melindungi mereka yang menerima dan memelihara, membaca dan menghafalkan serta melaksanakan Sutta ini, dan Kami akan memberi mereka kedamaian hati, bebas dari segala racun.Kemudian Sang Buddha menyapa para Rakshasa perempuan itu:"Bagus,bagus! Bahkan seandainya saja kalian hanya mampu melindungi mereka yang menerima dan memelihara nama dari Bunga Hukum, kebahagiaan kalian sudah tak terhitung, maka betapa lebih banyak lagi jika kalian melindungi mereka secara sempurna menerima, memelihara dan memuliakan Sutta ini dengan bebungaan, dedupaan, kalung-kalung, serbuk cendana, wewangian, bendera, tirai-tirai, dan musik serta dengan berbagai macam lampu minyak, lampu berminyak susu, lampu minyak, lampu minyak wangi, lampu berminyak bunga campaka, lampu berminyak bunga varshika, dan lampu berminyak bunga udumbara.Seperti inilah persembahan yang beratus-ratus ribu macam itu.
Pada saat bab tentang dharani itu dikhotbahkan, 68 ribu orang mencapai Penetapan untuk tidak terlahir kembali.
Demikianlah SriSaddharma Pundarika Dharmaparyaya Suttram, Tentang Mantra Dharani, Bab 21.

15
Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan

Bab XX

Kekuatan Ghaib Sang Tathagata

Pada saat itu, Para Bodhisattva Mahasattva yang telah muncul dari dalam Bumi yang jumlah-Nya sebanyak atom-atom dari jutaan dunia, kesemua-Nya dengan sepenuh Hati mengatupkan Tangan-Nya di hadapan Sang Buddha dan memandang Wajah Agung-Nya dengan berkata:"Yang Maha Agung! Sesudah Kemokshaan Sang Buddha nanti, maka di mana pun jua Beliau Moksha, Kami akan selalu mengkhotbahkan Sutta Dharmaparyaya Ini secara luas. Karena betapa pun juga Kami Sendiri menginginkan pula untuk memperoleh Hukum Kesunyataan Agung Dharmaparyaya Yang Benar-Benar Suci Ini agar Kami dapat menerima dan memelihara, membaca dan menghafalkan, memaparkan, menyalin-Nya serta memuliakan-Nya."

Kemudian Sang Buddha yang berada di hadapan Sang Manjusri dan Ratusan Ribu Koti Bodhisattva Mahasattva lain-Nya juga di hadapan Para Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, Upasika, Dewa, Naga, Yaksa, Gandharva, Asura, Garuda, Kinnara, Mahoraga, Manusia dan yang bukan manusia, di hadapan Para Mahluk ini, Beliau memperlihatkan Kekuatan Ghaib-Nya Yang Sempurna dengan menjulurkan Lidah-Nya Yang Maha Lebar dan Maha Panjang sampai mencapai Dunia Brahma di atas sana. Setiap lubang pori-pori-Nya memancarkan Cahaya yang berwarna-warni, yang menyinari segala sudut penjuru semesta. Semua Para Buddha yang duduk di atas Tathta Singa di bawah PePohonan Permata juga menjulurkan Lidah-Nya Yang Maha Lebar dan Maha Panjang, yang memancarkan Cahaya yang bergemerlapan.

Selagi Sang Sakyamuni Tathagata, Sang Bhagavan Prabhutaratna Tathagata Arhan SamyakSamBuddha di dalam Stupa Agung-Nya dan Buddha-Buddha lain-Nya yang berada di bawah PePohonan Permata itu sedang memperlihatkan Kekuatan Ghaib-Nya Yang Sempurna, sang waktu telah berlalu sebanyak ratusan ribu koti tahun penuh. Sesudah itu, Mereka menarik kembali Lidah-Nya dan berbatuk bersamaan serta dengan bersamaan Mereka mengatupkan Jari-Jari Mereka dengan keras-Nya. Kedua Suara ini memenuhi segala penjuru Dunia-Dunia Sang Buddha dan seluruh Negeri-Negeri Mereka bergoncangan dalam enam cara. Para mahluk hidup yang berada di tengah-tengah Dunia ini, Para Dewa, Naga, Yaksa, Gandharva, Asura, Garuda, Kinnara, Mahoraga, Manusia dan yang bukan manusia, dengan Kekuatan Ghaib Sang Buddha, Mereka melihat di dalam Dunia Saha ini Ratusan Ribu Koti Para Buddha sedang duduk di atas Singgasana-Singgasana Singa di bawah PePohonan Permata dan melihat pula Sang Sakyamuni SamyakSamBuddha bersama Sang Prabhutaratna Tathagata Arhanta SamyakSamBuddha yang juga sedang duduk di atas Tathta Singa di tengah-tengah Maha Stupa Permata. Mereka juga melihat Ratusan Ribu Koti Bodhisattva Mahasattva dan Keempat Kelompok yang sedang mengelilingi Sang Sakyamuni Buddha dengan takzim-Nya.

Sesudah melihat ini, mereka semua sangat bersuka-cita karena telah memperoleh apa yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Pada saat yang sama pula, para Dewa yang berada di atas langit bernyanyi dengan suara yang penuh sanjung:"Di seberang ratusan ribu koti asamkhyeya Dunia tanpa batasan dan hitungan ini, adalah sebuah Dunia yang bernama Saha. Di tengah-tengahnya terdapat Seorang Buddha yang bernama Sang Sakyamuni Tathagata Arhan SamyakSamBuddha. Karena demi Semua Bodhisattva Mahasattva, saat ini Beliau mengkhotbahkan Sutta Kendaraan Agung yang di sebut "Sutta Bunga Teratai Dari Keghaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan" Hukum Kesunyataan Yang Membina Para Bodhisattva dan Yang Senantiasa Di Jaga Dan Di Pelihara Oleh Para Buddha Dalam Hati-Nya. Kalian harus mengikuti-Nya dengan penuh Kegembiraan Hati mu dan Kalian pun harus memuliakan serta membuat persembahan pada Sang Sakyamuni Tathagata Arhanta SamyakSamBuddha dan Sang Prabhutaratna Tathagata Arhanta SamyakSamBuddha."

Setelah mendengar Suara dari atas langit, seluruh mahluk-mahluk itu bersikap anjali dengan mengatupkan tangannya ke arah Dunia Saha serta berseru demikian: "Namo Bhagavate Sakyamunaye Tathagataya Arhate SamyakSamBuddha (Terpujilah Yang Maha Agung Sakyamuni, Yang Telah Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung)." Kemudian dengan segala macam bebungaan, dedupaan, karangan-karangan bunga, tirai-tirai, begitu juga perhiasan-perhiasan pribadi, permata-permata dan benda-benda berharga, mereka menaburi Dunia Saha dari kejahuan. Benda-Benda yang mereka taburkan dari setiap kawasan itu seperti gumpalan-gumpalan mega layaknya dan berubah menjadi tirai berhias permata yang menutupi semua tempat di atas Para Buddha itu. Kemudian dunia-dunia dari alam semesta ini tergabung seluruhnya menjadi satu kesatuan sebagai satu lapang Buddha.

Pada saat itu Sang Bhagava Buddha menyapa Sang Visistacaritra Bodhisattva Mahasattva dan Kelompok-Kelompok Para Bodhisattva Mahasattva yang lain :"Kekuatan-Kekuatan Yang Sempurna dari Para Buddha adalah begitu Tak Terbatas dan Tak Terhingga sehingga tiada dapat di utarakan maupun di lukiskan. Bahkan seandainya Aku Sendiri di minta untuk menyatakan Pahala-Pahala dari Sutta Dharmaparyaya ini selama ratusan ribu koti asamkhyeya kalpa yang tak terhingga dan tak terbatas dengan Kekuatan Ghaib Yang Sempurna ini, demi untuk menyelusuri-Nya, maka Aku masih tidak mampu mencapai ujung dari Pahala-Pahala itu. Pada Hakekat-Nya, segala Hukum Kesunyataan yang di miliki Sang Tathagata, segala Kekuatan Ghaib Yang Sempurna dan Agung dari Sang Tathagata, segala Harta Kekayaan Yang Azazi serta Pelik dari Sang Tathagata, dan Keadaan Yang Sangat Begitu Dalam dari Sang Tathagata, Semua-Nya di nyatakan, di pertunjukkan, di ungkapkan serta di jelaskan di dalam Sutta Dharmaparyaya ini.
Oleh karenanya, sesudah Kemokshaan Sang Tathagata nanti, Kalian harus dengan sepenuh hati menerima dan memelihara, membaca dan menghafalkan, menjelaskan dan menyalin-Nya, membina dan melaksanakan-Nya sebagai Ajaran. Di negeri manapun Sutta Dharmaparyaya ini di terima maupun di pelihara, di baca maupun di hafalkan, di bentangkan maupun di salin, di bina maupun di laksanakan sebagai suatu Ajaran dan di mana pun juga baik di suatu tempat maupun di dalam seuatu Candi, di sesemakan maupun di bawah sebuah pohon, di dalam suatu Sanggar Pamujan maupun di rumah Seorang Pengikut, di Istana maupun di Pegunungan, di lembah maupun di hutan belantara, di mana isi dari Sutta Dharmaparyaya ini di pelihara, maka Kalian semua harus mendirikan sebuah caitya dan membuat persembahan-persembahan di tempat-tempat ini. Kalian ketahuilah, bahwa seluruh Tempat-Tempat ini adalah Singasana-Singasana Penerangan Agung dan di Tempat-Tempat inilah Para Buddha mencapai Penerangan Agung. Di Tempat ini pula Para Buddha memutar Roda Hukum Kesunyataan dan memasuki PariNirvana."

Pada saat itu, Sang Buddha menginginkan untuk mengkhotbahkan Ajaran ini kembali dan bersabdalah Beliau dalam Syair:

"Semua Para Buddha, Penyelamat-Penyelamat Dunia,
Tinggal di dalam Penembusan Ghaib Yang Sempurna,
Demi untuk menggembirakan semua mahluk
Memperlihatkan Kekuatan-Kekuatan Ghaib Mereka Yang Tak Terlukiskan.
Lidah-Nya terjulur ke Surga-Surga Brahma.
Tubuh-Nya memancarkan Cahaya Yang Tak Terhingga,
Bagi mereka yang mencari Jalan Sang Buddha,
Mereka memperlihatkan Tanda-Tanda Yang Aneh ini.
Suara ketika Para Buddha itu berbatuk,
Dan Suara katupan Jari-Jemari Mereka,
Terdengar di seluruh alam semesta
Dan Bumi bergoncangan dalam enam cara.
Oleh karena sesudah Kemokshaan Sang Buddha nanti,
Ada kemungkinan untuk memiliki Sutta ini,
Semua Para Buddha bersuka-cita
Dan memperlihatkan Kekuatan Ghaib Yang Maha Hebat.
Karena sekarang Sutta ini di butuhkan
Kepada Dia yang memelihara-Nya, biarlah memuji,
Selama banyak kalpa yang tak terbatas,
Tanpa habis-habisnya.
Pahala Orang ini
Akan menjadi sangat tak terbatas dan tanpa akhir
Seperti angkasa di segala penjuru,
Yang tidak terdapat batasnya.
Dia yang dapat memelihara Sutta ini
Adalah Orang yang telah melihat Aku
Dan Sang Prabhutaratna,
Serta seluruh Para Buddha yang berasal dari-Ku,
Dan melihat kecuali Para Bodhisattva
Yang Telah Aku asuh sampai sekarang.
Dia yang mampu memelihara Sutta ini
Akan membuat Aku dan Para Buddha yang berasal dari-Ku,
Serta Sang Buddha Prabhutaratna Yang Berada di dalam Nirvana,
Kita benar-benar bahagiah;
Dan Para Buddha yang sekarang berada di alam semesta,
Serta Mereka Yang Telah Berlalu maupun Yang Akan Mendatang,
Ia juga akan melihat dan memuliakan
Dan membuat Mereka bergembira.
Hukum-Hukum Kesunyataan Pelik yang telah di capai
Oleh Para Buddha yang masing-masing berada di atas Tahta Kebijaksanaan-Nya,
Ia yang mampu memelihara Sutta ini
Tidak lama lagi pasti akan mendapatkan-Nya.
Ia yang mampu memelihara Sutta ini,
Akan makna dari Hukum-Hukum Kesunyataan,
Beserta Istilah dan Ungkapan-Nya,
Membentangkan-Nya dengan gembira tanpa henti-henti-Nya,
Seperti angin di angkasa,
Yang tiada pernah menemui rintangan;
Sesudah Sang Tathagata moksha, maka Orang seperti itu,
Memahami Sutta yang telah di ajarkan oleh Sang Buddha ini,
Bersama dengan Alasan-Alasan dan Proses-Nya.
Akan membentangkan-Nya sesuai dengan makna yang sebenar-Nya;
Seperti Cahaya dari Sang Mentari dan Rembulan
Yang mampu menyirnakan kegelapan,
Begitu juga Orang ini yang bekerja di dunia,
Mampu memusnahkan kemurungan mahluk hidup,
Dan membuat Para Bodhisattva Yang Tanpa Hitungan Jumlah-Nya,
Pada akhirnya tinggal di dalam Kendaraan Tunggal.
Oleh karenanya, Dia yang memiliki Kebijaksanaan,
Setelah mendengar Pahala dari Jasa-Jasa ini,
Sesudah Aku Moksha,
Harus menerima dan memelihara Sutta ini.
Di dalam Jalan Sang Buddha, Orang ini akan
Teguh dan tidak memiliki rasa ragu sedikitpun jua.

Demikianlah Sutta Bunga Teratai Dari Kegaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan, Tentang Kekuatan Ghaib Sang Tathagata, Bab 20.

Pages: [1] 2 3 ... 5