Author Topic: Sarva Tathagata Sarva Durgati Parisodhana Mantrayana Abhisamaya Mandala Vidhi Tejo Raja Kalpa Loka L  (Read 1075 times)

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile
Mahesvara dan para dewa yang lainnya meniarapkan tubuh mereka sendiri dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Bhagavan, kami semua para dewa akan melenyapkan semua halangan dari mereka yang masuk kedalam Mandala dari dunia ini atau dari dunia diatas. Kami akan menunjukkan jalan yang menuju ke surga (svargamargah), jalan dari kebahagiaan (sugatimargah), jalan dari kemurnian (apapamargah), jalan dari Ajaran yang bagus (saddharmamargah), jalan tanpa halangan (anavaranamargah), jalan dari pertimbangan yang benar (vivekamargah), jalan dari penetapan (saramargah), jalan nirvana (nirvanamargah), jalan dari penolakan duniawi (prahanamargah), jalan yang bebas dari penderitaan (nihklesamargah). Kami akan memperlihatkan keadaan dari kebuddhaan (buddhatvah), keadaan dari Bodhisattva (bodhisattvatvah), keadaan dari Vajradhara (Vajradharatvah). Pada seluruh waktu kami akan menyediakan keamanan, perlindungan dan tameng terhadap semua ketakutan. Kami akan melindungi kota, kampung, pasar, kerajaan, pemerintahan dan pembangunan sang Raja. Kami akan menjaga wilayah, kawasan, desa-desa, tempat perlindungan ternak. Kami akan memberikan pangkat raja. Kami akan mengangkat raja itu yang memiliki kedaulatan. Kami akan memberikan kedaulatan semesta atas satu benua, dua benua, tiga benua atau empat benua, atas surga, bumi, dan wilayah yang lebih rendah. Ringkasnya, kami akan memberikan keadaan dari Sakra, Brahma, Visnu dan Mahesvara."




Aparimitayuhpunyajnanasambharatejoraja Mandala

Bhagavan Vajrapani sekali lagi melihat lingkaran dari perkumpulan majelis-Nya dan tersenyum. Mandala dari perkumpulan majelis itu tergugah, banyak tergugah, bersemangat, sangat bersemangat, bergembira, sangat bergembira, terlalu senang, sangat terlalu senang, bahagiah, sangat bahagiah.

Karena keajaiban ini banyak peristiwa yang sangat menakjubkan terlihat di dunia. Brahma dan yang lainnya, perkumpulan para dewa, diliputi dengan ketakjuban, meniarapkan diri mereka sendiri dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Bhagavan, apa alasan dari senyuman Anda? Bhagavan Buddha atau Bodhisattva tidak tersenyum tanpa alasan. Marilah sang Bhagavan menjelaskan alasan dari senyuman-Nya."

Bhagavan Vajrapani mendengarkan para dewa yang bertanya untuk petunjuk dan berkata : "Para dewa, brahma, dan sisanya, dengarlah pada apa yang dijelaskan oleh semua Buddha masa lampau berhubungan dengan Vidya yang menghancurkan Mrtyu, kekuatan besar (Maha Teja) dari Vidya Mantra yang menghancurkan kematian yang sebelum waktunya."

Maha dewa, brahma dan yang lainnya, meniarapkan diri mereka sendiri dihadapan sang Bhagavan, sangat bergembira; Rambut mereka bergetar dan mereka mengucapkan kata "Bagus (Sadhu)".

"Bagus bagus Bhagavan, bagus bagus Vajradhara, tolong jelaskan Vidya yang memiliki kekuatan besar dan tenaga besar yang menuntun ke pantai lainnya dan dengan cara dari para makhluk hidup yang berusia pendek memperoleh umur panjang, mereka yang dipudarkan oleh Mrtyu yang tidak menguntungkan menjadi terbebas dari kematian yang sebelum waktunya, mereka yang terlahir dalam ketidakberuntungan menjadi terbawa pergi jauh dari jalan dari semua takdir jahat, dan para makhluk hidup yang diliputi dengan ketakutan pada samsara berpaling dari itu, dan dengan cara bijaksana memahami Anuttara Samyaksambodhi Abhisambudha."

Bhagavan Vajrapani, setelah mendengarkan permintaan permohonan dari brahma dan yang lainnya, memancarkan dari Vajra dari Tubuh, Ucapan, Pikiran-Nya, Vidya dari hati semua Tathagata (Sarvatathagatahrdayavidya) :

OM PUNYE PUNYE MAHA PUNYE APARIMITA AYUHPUNYE JNANASAMBHAROPACITE SVAHA (OM Kebajikan, Kebajikan, Kebajikan Besar, Kebajikan Dari Kehidupan Yang Tidak Terbatas, Pengumpulan Dari Sangat Banyak Pengetahuan SWAHA).

Ini adalah Hrdaya Vidya.

OM HRIH SVAHA. Ini adalah Upahrdayavidya (Hrdaya Vidya bawahan)
OM BHRUM SVAHA. Ini adalah Hrdayopahrdayavidya (Hrdaya Vidya bawahan dari Hrdaya)
OM TRUM SVAHA. Ini adalah Hrdayasamcodanividya (Hrdaya Vidya Dorongan)
OM TRAM SVAHA. Ini adalah Hrdayottara (Hrdaya yang paling utama)
OM HAM SVAHA. Ini adalah Guhyahrdaya (Hrdaya rahasia)

Ini adalah Mandala Mereka.

Orang merancang Mandala itu dengan empat jari-jari ruji. Di tengah pusat, orang harus menempatkan sang Tathagata yang bernama 'Aparimitayuhpunyajnanasambharatejoraja (Raja Yang Mulia Dari Keseluruhan Dari Kehidupan Yang Tidak Terbatas, Kebajikan, dan Pengetahuan)'. Hrdayanya adalah huruf BHRUM. Di depan-Nya adalah Vajrapani. Hrdayanya adalah huruf HRIH. Di kiri adalah Krodha. Hrdayanya adalah huruf TRUM. Di kanan adalah Akasagarbha. Hrdayanya adalah huruf TRAM. Di belakang-Nya adalah Arya Avalokitesvara yang dikenal sebagai Abhayamdada (Yang Menganugerahkan Keberanian). Hrdayanya adalah huruf HAM.

Hrdaya-Hrdaya itu dilukiskan di dalam Mandala Tathagata yang cemerlang ini. Orang harus menempatkan di sana kumpulan dari lima atau kumpulan dari delapan bejana-vas yang diberkati dengan Mantra dari Cakravartin, dupa dan sisanya, barang-barang lainnya dari penyembahan yang diberkati dengan Mantra yang penuh murka (Krodha) untuk semua ritual itu, beserta pula para penjaga di semua pintu gerbang.

Sang Mantrin masuk sendiri dan memanggil sang Sugatottama (Dia Yang Paling Bahagia) dikelilingi oleh rombongan besar putra-Nya dan pelayan-Nya, dan bersama-sama dengan Vidya-Nya. Vidya itu digambar di sisi kiri dari sang Sugata. Dia mengkonsentrasikan dirinya sendiri, duduk di dalam sikap Paryamka dan membuat pembacaan seratus ribu kali. Di depan dia, dia melihat sang Tathagata, atau Vajradhara, atau Avalokitesvara. Dia menerima anugerah sesuai dengan keinginannya. Ketika dia sedang berkonsentrasi dengan baik, dia mampu melaksanakan setiap perbuatan melalui penerapan dari pikirannya.

Dia harus memperkenalkan murid-muridnya dengan cara dari Mudra Vajradhara. Di dalam keadaan dari kepercayaan diri, dia mengucapkan : OM VAJRADHARA RATNADHARA PADMADHARA VISVADHARA TATHAGATASAMAYATIKRAMA TATHAGATASAMAYADHARAKO HAM (OM Vajradhara Ratnadhara Padmadhara Visvadhara, Setia Kepada Janji Tathagata, Memegang Janji Tathagata HAM).

Dia harus membuat mereka melemparkan bunga-bunga : OM SARVA TATHAGATA PRATICCHA HOH SAMAYA TVAM (OM Semua Tathagata Menerima HOH Anda adalah Janji).

Menempatkan kalung karangan bunga di atas kepala mereka, dia harus memberikan penyucian itu.

OM SARVA TATHAGATA ABHISINCA VAJRADHARAJNAPAYA HUM BHRUM (OM Semua Tathagata Menyucikan, Perintah Dari Vajradhara HUM BHRUM).
OM VAJRAVAJRA ABHISINCA HUM HUM (OM Vajra Vajra Menyucikan HUM HUM)     OM VAJRARATNA ABHISINCA HUM TRAM (OM VAJRARATNA Menyucikan HUM TRAM)
OM VAJRAPADMA ABHISINCA HUM HRIH (OM Vajra Padma Menyucikan HUM HRIH)     OM KARMAVISVA ABHISINCA AH HUM KAM (OM KARMAVISVA Menyucikan AH HUM KAM)

Kemudian dia harus menganugerahkan 'Janji (samaya)' dan 'penyucian perintah (ajnabhisekah)'. Janji itu adalah :

Dia tidak akan meninggalkan Triratna, Bodhicitta dan Gurunya yang baik (Sadgurum). Dia tidak akan membunuh makhluk hidup, dan dia tidak akan mengambil apa yang tidak diberikan. Dia tidak akan berkata hal yang tidak benar, juga dia tidak mendekati istri orang lain. Dia tidak akan memandang rendah gurunya, juga tidak menyebrangi bayangannya. Dia tidak akan mengikuti mereka yang bukan guru yang benar, juga dia tidak akan mengucapkan nama Guru Acarya Vajra-nya. Dia tidak akan memandang rendah Mantra itu, Mudra itu, juga tidak Dewata itu. Jika dia memandang rendah mereka, dia pasti akan mati karena penyakit. Dia tidak akan melangkahkan kakinya di atas sisa-sisa dari persembahan, bayangan dari para dewata itu, dan tanda-tanda dari Mudra itu, apakah mereka dari dunia ini atau dari dunia diatas.

Orang yang bijaksana itu pasti harus membunuh mereka yang merusak ajaran dari Buddha, yang membahayakan Triratna dan sisanya, dan yang berniat mencaci-maki Guru itu. Sang Mantrin dengan cara dari Mantra itu harus menghancurkan mereka yang tamak-serakah, yang tidak memiliki Dharma itu, yang melekat pada dosa-pelanggaran, dan yang selalu membahayakan para makhluk hidup. Mengambil kekayaan dari mereka yang tamak-serakah, dia harus memberikannya kepada mereka yang hidup dalam kemelaratan. Untuk tujuan dari menghormati Gurunya, demikian juga untuk menyelesaikan janji itu, untuk kegunaan di dalam Mandala itu, dan untuk menyembah para putra dari Buddha, jika dia berpikiran dalam cara ini, maka dia dibenarkan dalam mengambil kekayaan dari mereka yang tamak-serakah. Dia yang senang di dalam bertindak untuk memberikan manfaat kepada para makhluk hidup diijinkan berbicara penuh tipu daya agar untuk melindungi mereka yang dari janji itu, milik Gurunya, dan hidup dari para makhluk hidup. Dia yang mengetahui Mantra itu boleh meminta bantuan perempuan milik orang lain demi kepentingan dari Sadhananya, untuk menyenangkan para Buddha, dan untuk melindungi janji itu. Tinggal berdiam di dalam tempat dari Vajrasattva, apakah orang mengerjakan segala sesuatu, apakah orang menikmati segala sesuatu, orang berhasil tanpa menjadi bersalah; Jadi alangkah berapa banyak lagi jika orang menjiwai dengan belas-kasih.

Kemudian dia memberikan penyucian perintah : OM SARVA TATHAGATA-AJNAM TE DASYAMI GRIHNA VAJRA SUSIDDHAYE (OM Saya Memberikan Anda Perintah Dari Semua Tathagata, Terimalah Itu Untuk Keberhasilan Vajra)
OM VAJRA TISTHA HUM (OM Vajra Tinggal Menghuni HUM)

Memberikan ia Vajra, dia harus memberikan penyucian perbuatan : OM SARVA KARMANI KURU BUDDHANAM HUM (OM Laksanakan Semua Perbuatan Dari Para Buddha HUM)

Agar untuk menghormati sang Guru, murid-murid itu harus mempersembahkan tubuh berharga miliknya sendiri, barang-barang miliknya, kekayaan dan gandum, kuda-kuda dan kereta kuda, para pembantu yang terbaik, kota-kota, kerajaannya dan kedaulatannya, putra, putri, istri, ibu, kakak, dan cucu perempuan. Dengan pikiran dari memperoleh manfaat keuntungan, ia harus mempersembahkan kepada Gurunya segala sesuatu lainnya yang dia minta. Kemudian ia harus meminta untuk cara yang ampuh yang mendatangkan pencerahan Bodhi dari para Buddha dan untuk setiap kemakmuran duniawi lainnya yang ia inginkan.

Orang yang mengetahui Mantra itu, tanpa iri hati, dengan sifat keyakinan dan kesetiaan harus menyediakan cara yang ampuh demi memberikan manfaat kepada para putranya. Bayangkan lingkaran bulan (muncul) dari huruf A dan memusatkan pikirannya pada huruf bija yang sesuai di dalam tengah pusatnya, dia harus membayangkan Samaya Mudra dan jadi dia mengubah bentuknya (huruf bija itu) melalui proses dari Yoga yang berhubungan dengan bentuk-bentuk dewata itu. Kemudian dia harus memberdayakan Mudra itu dengan cara dari huruf bija yang sesuai dan Mudra dan memberikan penyucian dalam urutan yang sesuai dengan cara dari para Buddha seperti sebelumnya. Mengembangkan indera dari kepercayaan diri, orang yang bijaksana itu patut berhasil, jika dia berhasil di dalam keadaan dari keBuddhaan, alangkah berapa banyak lagi dalam keberhasilan lainnya. 

Brahma sang Mahadeva, dan yang lainnya, meniarapkan diri dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Bhagavan, apa hasil yang diperoleh dalam kasus dari sang raja, putra raja, mentri raja, ksatriya, brahmana, vaisya, sudrasya, atau orang lainnya, anggota dari kasta yang lebih rendah, anggota dari masyarakat perbatasan, yang memasuki Raja Mandala ini? "

Bhagavan berkata : "Bagus, bagus, Maha Brahma, perkumpulan para dewa, dan yang lainnya, tentu saja bagus pertanyaan ini yang anda ajukan kepada Saya demi manfaat dari para makhluk hidup masa depan. Mempelajari pematangan dari buah dalam kasus dari dia yang memasuki Raja Mandala dari perkumpulan para dewa ini, yang disucikan di dalamnya, menggambarnya, dan setelah menggambarnya bergembira di dalamnya, memujanya dan menyembahnya. Bagi Saya, para dewa, secara ringkas, Saya tidak bisa bercita-cita untuk menjelaskannya. Kebajikan seperti demikian itu seperti yang Saya miliki, walaupun  dilipatgandakan banyak ratusan ribu kali tidak akan mendekatinya, tidak menjelaskannya, tidak menyandang perbandingan bahkan dengan tumpukan kebajikan dari semua Tathagata."

Bhagavan, itu adalah menakjubkan, Vajradhara, itu adalah menakjubkan, pematangan dari buah ini dari para makhluk hidup yang memasuki Mandala ini. Kami sangat bersemangat, Vajradhara, dalam memasuki Mandala ini dan seterusnya.

Para dewa meniarapkan diri mereka sendiri dalam cara yang sama dan berkata : "Bhagavan, ada para makhluk hidup dalam jambudvipa yang hidupnya pendek dan jasa kebajikannya terbatas. Ditundukkan oleh takdir jahat, mereka terlahir dalam neraka, diantara hantu kelaparan (preta) atau diantara binatang (tiryak). Bhagavan, bagaimana kami bertindak untuk kepentingan mereka? "

"Para dewa, tempatkan mereka disini di dalam Mandala itu. Setelah menempatkan mereka di dalamnya, sucikan mereka dan baca huruf Dharma. Dengan cara dari perbuatan ini, para makhluk hidup itu memperoleh kehidupan panjang. Yang tidak mempunyai jasa kebajikan, mereka menjadi memiliki jasa kebajikan dan mereka terbebas dari kejahatan. Tentang mereka yang telah dilahirkan kembali dalam keadaan yang jahat, para dewa, sucikan nama mereka (namabhiseka), sucikan bentuk gambar mereka (pratibimbahiseka), sucikan peti jenazahnya (stupabhiseka), atau bentuk dari kedewataan mereka (svadevatakayabhiseka kuruta). Paling sdikir, sucikan anak-anak mereka, seseorang dari orang-orang mereka atau garis keturunan mereka, seseorang yang memikul nama mereka atau pelayan mereka. Tempatkan (perwakilan mereka) dalam Mandala itu tujuh kali selama tujuh hari siang dan malam. Orang menjadi terbebas dari halangan-halangan dari takdir jahat dengan cara dari penyucian itu. Para dewa, baca namanya dua ratus ribu kali, tiga ratus ribu kali, empat ratus ribu kali, sebanyak ratusan ribu kali. Bahkan mereka yang melakukan lima pelanggaran terlampau berat menjadi terbebaskan; Alangkah lebih lagi mereka yang melakukan pelanggaran kecil."

Para dewaputra, dengan membuat tungku perapian untuk ritual menentramkan, berbentuk bundar, kecil, menengah atau besar, berukuran satu, dua atau empat hasta, orang harus mempersembahkan pengorbanan seratus ribu kali  menggunakan perwakilan dari namanya dan biji dari benih sesawi putih. Dia terbebas dari semua kemalangan. Jika orang mengorbankan dagingnya, tulangnya, rambutnya, abunya atau apapun yang lainnya sesuai dengan ritual ini, dia menjadi terbebas dari semua dosa kesalahan.

Di tengah pusat (dari tungku perapian itu) orang harus menggambar lingkaran yang memancarkan nyala api delapan sinar cahaya putih. Semua di seluruh keliling bundaran itu dia menggambar Vajra berujung lima yang bersinar dengan sinar putih. Selanjutnya dia menggambar Vajra menyilang (visva vajra), Vajra, Permata, dan Bunga Teratai. Agar untuk menghancurkan dosa kesalahan dia harus membuat Mudra yang berbeda. Di sebelah luar dia menggambar Mudra dari keluarga Vajra bagian luar,  tanda-tanda dari planet, rasi bintang, dan para pelindung dunia dengan sesuai. Dia harus menempatkan disana sang Penguasa Tertinggi (natha) yang dilukiskan di atas kain bersama-sama dengan rombongan Vajra, bejana-vas dan mangkok yang terisi dengan persembahan dan makanan untuk para dewata, berwarna putih. Ringkasnya, dia menggambar rancangan sesuai dengan aturan.

Berpakaian jubah putih, dan memiliki penampilan rupa Buddha, orang yang tanpa takut itu mengingat bahwa makhluk hidup mengalami takdir jahat harus mempersembahkan seluruh rangkaian dari pengorbanan HOMA agar untuk melenyapkan halangan-halangan dari dosa kesalahan, dengan menggunakan mentega jernih dan susu bersama dengan madu, beras kering dan biji sesawi putih bercampur bersama-sama, atau menggunakan tulangnya dan hal-hal yang sama, atau hanya namanya (misal: ditulis di kertas).

Saat dia terlahir dalam keadaan bahagiah, orang yang bijaksana itu harus melaksanankan untuk dia ritual untuk mendapatkan kemakmuran. Dia membuat tungku perapian persegi, dua atau empat atau paling banyak delapan hasta ukurannya, yang memiliki tepi di semua sisi. Di dalam tengah pusatnya, dia harus menggambar bunga teratai dengan permata yang memancarkan sinar berwarna emas. Seluruh sekeliling dia harus menggambar permata dan di tepi bunga-bunga teratai. Diluar dia harus menandai Mudra yang terbagi menjadi Lima Keluarga. Dalam cara yang sama dia harus menggambar Mudra dari para dewata bagian luar, Amkusa dan yang lainnya.

Berpakaian jubah berwarna keemasan, dan mengingat Ia yang mengalami takdir bahagia, dia harus melaksanakan demi kepentingan ia dan demi kemakmuran ia. Dia harus meningkatkan untuk makhluk perwujudan itu, usia panjang, ketenaran, nama baik, dan nasib baik.

Selanjutnya dia harus melaksanakan untuk manfaat kepentingannya sendiri ritual untuk penaklukkan. Dia membuat tungku perapian berbentuk seperti busur, satu atau dua atau empat hasta ukurannya. Di dalam tengah pusatnya dia menggambar bunga teratai merah dan di atas puncaknya sebuah busur dengan sebuah panah terpasang. Seluruh sekeliling dia menggambar busur dan panah berwarna merah. Dia yang menyelesaikan Mantra harus selalu melakukan hal yang sama pada bagian luar dari itu.

Terhiasi dengan jubah berwarna merah, dan mengingat makhluk hidup itu, dia mempersembahkan pengorbanan HOMA dengan menggunakan kunyit di campur dengan mentega yang jernih, bubuk dari kayu cendana merah, bunga-bunga merah atau bunga teratai merah bersama-sama dengan buah-buahan berwarna merah. Semua dewata itu dan sisanya menjadi tunduk pada kekuatannya.

Agar untuk menghancurkan para pelaku kejahatan yang menentangnya, dia harus memulai melaksanakan ritual untuk menghancurkan. Dia membuat tungku perapian dua setengah atau tiga atau yang paling besar sembilan hasta ukurannya, berbentuk segitiga, dengan Vajra berujung sembilan dalam tengah pusatnya, dengan pinggir dikelilingi dengan trisula dan Vajra menyilang, dan ditandai dengan tanda 'tongkat pentung (danda)', 'kepala (munda)', 'trisula', 'kapak berujung Vajra (vajraparasusucikaih)'. Di bagian luar dia harus menghiasinya seperti sebelumnya dengan rangkaian ketiga. Dia meletakkan didalamnya beberapa bejana-vas dan beberapa mangkok-pinda dan banyak makanan untuk para dewata itu. Dia juga menempatkan dimana-mana tengkorak yang terisi dengan darah dan daging.

Sang Penuh Murka (Kruddha), diri Trailokyavijaya sendiri, yang memakai jubah berwarna hitam, akan menghancurkan semua penghalang dari dosa-kesalahan dan seterusnya dari para makhluk perwujudan itu. Terbebas dari penghalang-penghalan itu, dosa-kesalahannya sepenuhnya terhancurkan, dia akan meningkat dengan bahagiah ke dunia surga atau manusia di dalam tiga dunia (tatah sauhatapapatma nirvighnas carate sukham svargaloka manusye yavat trailkyadhatusu).

Dia harus bertindak tepat dalam cara yang sama dengan memperhatikan mereka yang hidup dalam kehidupan ini. Itu harus terjadi dengan sesuai dalam kasus dari mereka yang atas kepentingannya tindakan itu dilakukan.

Mengenai semua ritual yang lain, dia harus melaksanakannya sama seperti sebelumnya. Dalam cara ini, pencapaian kebahagiaan untuk para makhluk hidup tercapai dengan segera.


Samantabhadra Vajrasattva Kalparaja


Pujian Dari Mereka Yang Menyelenggarakan Kalpa Raja Ini

Para dewa, brahma, dan yang lainnya, dipenuhi dengan kegembiraan, membungkuk dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Mengenai mereka yang menulis Kalpa Raja ini atau menyebabkannya ditulis untuk manfaat , kebaikan dan kebahagiaan dari para makhluk hidup, kami para dewa, brahma, dan sisanya akan melindungi putra keluarga yang baik atau putri keluarga yang baik itu sama seperti diri kami sendiri, alangkah lebih banyak lagi jika dia mengikuti dengan tegas ajarannya seperti itu yang telah dijelaskan. Kami akan memperpanjang kedaulatan dari raja itu atau anaknya, atau menterinya yang menjelaskan secara terperinci Mantra itu sesuai dengan permohonan mereka. Kami akan menyelenggarakan kedaulatannya, melindungi negaranya, propinsinya, orang-orangnya dan warganya, tanamannya dan sisanya. Kami akan menyediakan kekayaan dan gandum dalam kelimpahan; Memberikan wanita, pria, putra dan putri; Menganugerahkan kemakmuran, makanan, persediaan dan kedamaian."

Jika orang yang percaya Kalparaja ini meletakkannya di atas puncak dari spanduk-bendera kerajaan dan memasuki kota, pasar dan sebagainya, atau jika dia memamerkan dirinya sendiri menaiki gajah, mengembara melalui desa-desa dan kota-kota, semua bencana yang mematikan akan terlenyapkan. Kami akan mengakui pangkat dari Mahasattva itu dengan melayani atau dengan pengabdian berbakti.

Dimanapun ini harus dikerjakan, kami berdoa memohon Bhagavan Vajrapani semoga tampil dalam bentuk-rupa dari Vajrasattva dengan tubuh kemuliaan-Nya (Sambhogikaih kayair). Kami berdoa memohon Bhagavan Vajrasattva Samantabhadra, yang mengabulkan semua harapan, semoga tinggal berdiam disana dalam bentuk-rupa dari Kalparaja. Kami berdoa memohon semua Tathagata bersama dengan rombongan penggiring Mereka tinggal berdiam disana dan semoga daerah dari tanah itu menjadi Caitya. Kami menyembah, kami memuliakan, kami melindungi. Kami para dewa, brahma dan sisanya, adalah para pelayan dari sang Pertapa Besar Guru Vajra (vajracaryamahatapa) itu, yang mempraktekkan Kalparaja ini. Kami akan berdiri di sisi dia sama seperti pelayan yang siap untuk melayani dan mematuhi setiap perintah. Kami akan memberikan setiap manfaat, kebahagiaan dan keberhasilan yang lengkap. Bhagavan, ringkasnya, kami akan menghilangkan debu di kakinya dengan kepala kami. Bhagavan, kami memuliakan dia. Bhagavan, kami menyembah dia dan mengikuti dia dari belakang. Bhagavan, kami berdoa para makhluk hidup yang memasuki dan disucikan di dalam Mandala itu semoga menjadi Tuan-Tuan kami. Bhagavan, kami mengakui dia sebagai Vajrapani, Vajrasattva, Maha Sukha Samantabhadra. Kami mengakui dia sebagai Tathagata.

Kemudian Bhagavan Vajrapani berbicara kepada para dewa, brahma dan yang lainnya dengan mengatakan : "Bagus, bagus, para dewa, brahma dan yang lainnya, melalui pembaktian kepada Dharma, anda membuat 'sumpah yang benar (bhutam pratijnam)' ini. Kerjakanlah itu dengan baik."





Mandala Dari Cakravartin

Kemudian Bhagavan Vajrapani, agar untuk memperkuat semua Mantra, Vidya, dan Hrdaya itu, mengucapkan Hrdaya-Nya sendiri :

OM BHRUM TRUM VAJRAPANI DRDHAM TISTHA HUM.   (OM BHRUM TRUM Vajrapani Tinggal Berdiam Dengan Kuat HUM).   
OM HUM.
OM VAJRA HUM PHAT.   
OM DRDHAVAJRA HUM.   (OM Kuat Vajra HUM).   
OM VAJRA HUM SAH.   
OM VAJRA HUM SRAH.

Ini adalah Mandala Mereka (athasya mandalam bhavati).

Dia menggambar Mandala itu sama seperti sebelumnya. Di tengah pusat dia harus menggambar Vajra atau Vajrasattva atau Samantabhadra sang Maha Sukha; Di depan (arah timur) Vajrapani; Di kanan (arah selatan) Ratnapani; Di barat Padmapani; Di utara Visvapani. Di luar dari itu dia menggambar lingkaran dimana dia menempatkan semua Buddha. Dan diluar dari itu dia menempatkan para Vajrasattva dalam urutan yang sesuai. Di luar lebih jauh dia menggambar para Bodhisattva, Maitreya dan yang lainnya, 'para yang besar (Maha Uttamam)'. Masih di luar lebih jauh dia menggambar para Bhiksu, Ananda, dan sebagainya, dan para Bijaksana (Muni). Di luar dari itu dia menggambar Brahma dan yang lainnya disertai oleh para istri mereka dan rombongan penggiring. Dia juga menggambar di dalam Mandala ini, para 'Planet (graha)', 'Rasi Bintang (Naksatra)', Matahari (Surya) dan Bulan (Candra), Empat Raja, para Pelindung penjuru arah (diglokapala). Diluar lebih jauh lagi, dia menggambar enam bidang dunia dari keberadaan, alam-alam neraka, alam hantu kelapan, alam binatang, alam manusia, alam dewa, dan alam asura.

Dia menggambar Mandala itu dengan ketekunan di hari yang sesuai dalam dua minggu yang terang. Tapi ketika disarankan, bahkan di saat dua minggu yang gelap, Mandala itu tidaklah salah. Ritual dari membuat Mandala dari Padmahasta disarankan saat di kelima, di ketujuh, tapi khususnya saat bulan purnama. Mandala yang berhubungan dengan ritual yang ganas dan dengan Para Krodha harus digambar di saat dua minggu yang gelap. Untuk Mandala para Jina, bulan purnama adalah adalah terutama disarankan.

Dia harus menerapkan dirinya sendiri terhadap penciptaan dari Mandala yang ada dengan sendirinya. Dia menandai penjuru arah timur dengan cara dari matahari terbit. Selanjutnya dia menonjolkan secara batin pengaturan dari Mandala itu. Berdasarkan Mantra dan Tantra (mantratantroditam), lemah lembut, bersih tanpa noda, murni dalam bentuk-rupa Mantra (mantrarupasubham), praktek itu dilaksanakan secara yang dapat disetujui hanya dengan murid-muridnya. Kemudian pagi-pagi di pagi hari, sepenuhnya bersih-suci, memakai jubah putih, sang Guru yang murni dan bijaksana itu mendekati Mandala itu bersama-sama dengan murid-muridnya. Tempat untuk Mandala itu telah diolesi, diminyaki dan dimurnikan dengan air wangi, dan disucikan dengan Mantra-Mantra dari para dewata yang penuh murka. Di tengah pusat dia memasang penempatan (dari para dewata itu) dengan cara dari 'Hrdaya keluarga itu (kulanam hrdayena tu)'. Dia harus melaksanakan semua ritual dengan menerapkan Mantra yang mengendalikan Mandala itu.

Mengambil wewangian dia menggambarkan lingkaran di permukaan tanah, berukuran dua belas jari (gandhamandalakam krtva medinyam dvadasamgulam), dan melakukan gerak isyarat dengan tangannya, dia harus membaca tujuh kali Vidya dari Mandala itu. Setelah itu, dia menyembah dalam langkah yang tepat dengan wewangian, bunga-bunga, dan sebagainya, membaca Hrdaya yang bernama Maha Bodhi dari para dewata. Dia juga harus mempersembahkan persembahan dan dupa yang diberkati dengan Mantra. Dia harus memberkati air yang dicampur dengan kayu cendana, menambahkan bunga-bunga dan mengasapinya dengan dupa sesuai dengan ritual itu.

Kemudian menyentuh dengan tanganya sebuah 'tusuk gigi (dantakastam)' yang terbuat dari audumbara atau kayu asvattha, tanpa lekukan, tidak terlalu tebal atau tidak terlalu tipis, dua belas jari panjangnya, dicuci dengan air wangi, dililit dengan benang, diasapi dupa dan dilumuri dengan bahan wewangian, dia harus membaca banyak kali atau hanya tujuh kali Hrdaya dari yang berhubungan dengan keluarga. Jumlah dari tusuk gigi itu bergantung dengan jumlah murid-murid itu. Satu demi satu dia harus membuat mereka mengunyah ujung-ujung itu. Kemudian orang bijaksana itu sendiri melaksanakan dengan ketetapan ritual perlindungan untuk murid-murid nya; Dia mempersembahkan pengorbanan HOMA dengan menggunakan kayu bakar yang telah di lumuri dengan mentega yang jernih, biji sesawi dan mentega jernih yang dicampur bersama-sama, mentega jernih dan persembahan HOMA, dan beras yang dipersiapkan dengan dadih. Pertama-tama ini dikerjakan agar untuk meniadakan pengaruh jahat, dan selanjutnya dikarenakan oleh perhatiannya (pada mereka). Selanjutnya dia harus melaksanakan ritual HOMA yang menentramkan atau satu itu yang meniadakan dosa-kesalahan.

Memeriksa murid-muridnya dengan penuh hati-hati, dia harus menempatkan mereka di posisi dan sesuai dengan kemampuan mereka, mereka harus mengambil sumpah mereka. Tata cara untuk mereka adalah ini : Mereka harus bersih, berpakaian jubah putih, duduk menghadap dia, dan jadi begini dia harus mengatur tempat-tempat mereka. Pertama sang Tuan membuat mereka mengambil Tiga Perlindungan (adau trisaranam dadyad), dan kemudian dia harus menyebabkan mereka yang belum membangkitkan Bodhicitta untuk membangkitkannya, dan mereka yang telah membangkitkannya harus diingatkan tentangnya. Selanjutnya dia harus memercikkan kepala mereka dengan air yang diberkati dengan pembacaan dari para Krodha. Dengan penuh perhatian dia menyentuh kepala mereka dan melaksanakan pembacaan itu tujuh kali.

Orang yang bijaksana itu menghilangkan ketakutan dengan menyentuh mereka dengan tangannya yang dilumuri dengan wewangian dan dengan membaca tujuh kali Vidyaraja Hrdaya. Di keluarga Jina dari Cakravartin (cakravartijinakule) Vidyaraja itu memiliki satu huruf. Di keluarga Bunga Teratai dari Hayagriva (hayasvetambujakule) Vidyaraja itu memiliki sepuluh huruf. Di keluarga Vajra dari Sumbha (sumbhatathavajrakule) Vidyaraja itu memiliki kekuatan magis besar (maha rddhikah). Diberkati dengan empat huruf HUM, itu adalah aktif dalam semua ritual itu. Sang Krodha, Amrtakundali adalah umumnya bersama dengan Tiga Keluarga itu. Karena dia melenyapkan semua halangan dia disebut sebagai Guhyakadhipati.

Menyentuh kepala mereka, dia harus mengucapkan Mantra itu yang berlaku dapat dipakai pada semua ritual itu. Dia harus memercikkan dengan air dan dupa dan memberkati dengan Vidyaraja pada bejana-vas untuk penyucian, yang terisi dengan beras dan benda-benda lainnya. Dia harus menempatkannya dalam tempat yang sesuai sesuai dengan aturan dan dia harus mempersembahkan persembahan dengan air wangi. Dia melemparkan bunga-bunga dan memercikkan dupa. Dengan pembacaan lanjutan dalam Mandala itu dia harus melaksanakan penyucian dari kelompok murid-muridnya, yang mempertahankan tangan mereka dalam sikap Anjali dan melihat ke utara. Dia harus membagikan tusuk gigi itu dalam urutan yang benar pada mereka yang duduk. Para murid itu menghadap ke timur dan mengunyah tusuk gigi itu diluar (Mandala itu). Mengunyahnya sepenuhnya dan tanpa membelahnya, mereka harus tidak melemparnya ke samping-sisi itu. Ketika tusuk gigi dilempar secara benar dan jatuh di depan, maka itu harus diketahui sebagai 'Siddhi (Siddhi = keberhasilan)' yang tertinggi (uttama siddhi). Bagi yang menjatuhkannya keatas dengan ujung mengarah ke timur, Siddhi itu dikenal sebagai yang menengah (madhyama siddhi). Jika itu jatuh kearah utara,  Siddhi dari Vidya itu berhubungan dengan dunia ini. Jika itu dilempar dalam cara yang lain dan jatuh menunjuk kebawah, maka itu berhubungan dengan Siddhi dalam dunia yang lebih rendah (patalasiddhi). Tiada keraguan pada peristiwa ini.

Dengan Mantra yang menggerakkan semua ritual itu, sang Guru harus memberikan air wangi kepada murid-muridnya yang terbasuhkan dan duduk seperti sebelumnya. Dia harus memberikan ukuran tiga telapak tangan kepada setiap orang untuk diminum. Ketika mereka telah minum, dia harus berdiri dan mendekati mereka satu demi satu. Dia menyembah lagi dan menyebarkan dupa dengan tangannya. Setelah membuat pembaktian, orang yang bijaksana itu harus memohon para dewata itu. Pertama dia harus membaca Mantra dari dia yang Mandala-nya adalah itu. Pemanggilan dari para dewata itu terjadi dengan menerapkan cara yang teratur ini : "Bhagavan, Dia yang demikian, Vidyaraja, saya membungkuk di hadapan anda. Berbelas kasih kepada para murid-murid saya dan untuk tujuan menyembah Anda, saya ingin menggambar Mandala itu yang intisarinya adalah belas kasih. Bhagavan berkenanlah untuk memberikan saya, pemuja Anda, kemurahan hati ini. Semoga saya diingat oleh para Buddha, Lokanatha yang berbelas kasih, oleh para Arhat dan para Bodhisattva dan yang lainnya para Dewata dari Mantra itu, oleh para Dewata Lokapala, oleh para Makhluk yang diberkahi dengan 'Maha Riddhi (Kekuatan Magis Besar)', oleh mereka yang senang dalam Ajaran Buddha (sasanabhiratah), dan oleh mereka yang memiliki penglihatan surga (divyacaksusah). Saya dengan nama seperti demikian, dalam penghormatan dan pada yang terbaik dari kemampuan saya, akan menghasilkan Mandala seperti demikian dalam keadaan kemunculan sendirinya. Dengan memperlihatkan kasih sayang Anda kepada saya dan murid-murid saya, semoga Anda berkenan menyatukan semua untuk membuat kemunculan Anda dalam Mandala itu.

Setelah mengucapkan itu, dia membuat penyembahan kepada sang Bhagavatah dan kemudian setelah mempersembahkan bait stanza pujian (stotropaharam) dia harus memohon mereka untuk berangkat.

Setelah mengajarkan Dharma itu kepada murid-muirdnya yang terbebas dari gairah nafsu, Orang yang bijaksana itu harus mengirim mereka untuk tidur penuh kedamaian dengan kepala menghadap arah timur. Pagi hari, dia bertanya apa yang mereka lihat dalam mimpi mereka dalam malam itu. Mendengar ini, orang menjadi tetap tanpa takut selama siang hari, apakah itu bertanda baik atau tidak.

Buddha(Vajra)Dhara akan melindungi Janji dari Tujuh Keluarga itu. (buddhadharo rajanam samayet saptakulani tu)

( Sang Guru menyapa murid-muridnya dengan berkata : ) "Putra, jagalah dengan keyakinan 'aturan Samaya' dari Guru anda, Janji Samaya dan sumpah yang diucapkan oleh para Jina. Jangan membunuh para makhluk hidup, juga jangan mengambil apa yang tidak diberikan. Menginginkan kerberhasilan Siddhi, anda harus tidak melakukan perbuatan seksual yang melanggar hukum. Anda harus tidak meminum minuman keras yang memabukkan, juga tidak mengambil daging dan yang sejenisnya pada waktu apapun. Anda harus tidak mencelakakan para makhluk hidup, juga tidak meninggalkan Tiga Permata (Triratna), Pikiran Kebangkitan (Bodhicitta), Hrdaya, Mudra, Guru anda dan para dewa itu. Anda harus tidak melanggar perintah dari Guru anda. Anda harus menghindari penyebab dosa pelanggaran. Anda harus tidak mencemari persembahan-persembahan itu, juga tidak menapakkan kaki di bayangannya dan simbol-simbol Mudra itu. Anda harus tidak menyalahgunakan Mantra itu dan Dewata itu, juga tidak melakukan ritual yang kejam. Anda harus tidak mencacimaki kaum tirthika (kaum sesat yang bukan pengikut Buddha). Singkatnya, anda harus tanpa keraguan, ketidakpastian, atau kebimbangan yang berhubungan dengan diri anda sendiri, Tantra ini, para Dewa itu dan sisanya (atmatantradevadisu).   

Setelah membuat 'sumpah (pratijna)' dengan keyakinan kuat yang seperti demikian itu, orang sepatutnya disucikan oleh Yang Maha Tahu Semua (sarvavidabhisekatah) dengan kumpulan yang lengkap dari vas dan sisanya, dan menjadi seperti yang diinginkan pemberdayaan dari sepuluh penyucian.

Dia melakukan kepada mereka 'Vajra' dan 'Ghanta (lonceng)'. Lalu mengambil 'tujuh permata', 'Cakra (roda)' dan sisanya, dia harus menyucikan mereka sehingga mereka bisa memperoleh intisari dari Cakravartin, kedaulatan semesta dan lainnya, dan sehingga dosa pelanggaran bisa di lenyapkan. Dia harus mengakui permintaan dari murid-muridnya yang menginginkan untuk menyelesaikan Mantra itu.

Menundukkan kepalanya dengan pembaktian, dia harus mempersembahkan kepada Guru dia benda-benda yang dia inginkan. Dia mempersembahkan permata, harta kekayaan, gandum, emas dan keping emas, kereta tempur, kuda, jabatannya sendiri, putranya, putrinya, laki-laki dan perempuan, desa-desa dan kota-kota seperti yang dinginkan. Dia harus mempersembahkan bayarannya dengan pikiran yang baik hati. Singkatnya, agar untuk mencapai kemajuan yang cepat, dia harus mempersembahkan dirinya sendiri kepada Gurunya. Dia memperoleh kebahagiaan yang lengkap disini di bumi ini dan kebahagiaan yang tertinggi di dunia yang lainnya; Dia memperoleh 'keadaan Buddha (buddhatvam)' - alangkah lebih lagi, kebahagiaan para dewa.

Itu dikatakan bahwa siapapun yang memandang rendah 'Vajra Acarya (Guru Vajra)' itu, yang sama sebanding dengan semua Buddha, mengalami kesedihan yang terus-menerus. Oleh karena itu, orang harus tidak memandang rendah Acarya (Guru) orang lain. Yogin harus tidak memandang rendah saudara laki-laki Vajra-nya atau saudara perempuan Vajra-nya atau Ibu Vajra-nya. Dia harus tidak menyebabkan pertikaian. Dia harus tidak membiarkan orang-orang yang merusak Triratna, atau orang-orang jahat yang memandang rendah Gurunya, yang merusak janji Samaya, dan yang melakukan kejahatan dalam cara ini dan cara yang lainnya. Bertindak dalam cara ini, orang memperoleh kesempurnaan Siddhi yang dijanjikan oleh sang Sarva-Vid. Dengan berbelas kasih kepada para makhluk hidup, orang mendapatkan kesempurnaan Siddhi dengan sangat cepat.