Author Topic: Sarva Tathagata Sarva Durgati Parisodhana Mantrayana Abhisamaya Mandala Vidhi Tejo Raja Kalpa Loka L  (Read 1069 times)

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile

Om namo bhagavate sarva durgati pariśodhana rājāya tathāgatāyārhate samyaksambudhāya tadyathā Om śodhane śodhane sarva pāpam viśodhana śuddhe viśuddhe sarva karmāvarana viśodhanaye svāhā!



Sarva Tathagata Sarva Durgati Parisodhana Mantrayana Abhisamaya Mandala Vidhi Tejo Raja Kalpa Loka Lamkara Nama Mahayana Sutra


Namah Arya Samantabhadrasyah
Om Sri Vajrasattvaya


Demikianlah telah kudengar, pada suatu ketika, sang Bhagavan sedang tinggal berdiam di dalam hutan kesenangan tertinggi dari semua dewa (evam maya srutam ekasmin samaye bhagavan sarvadevottamanandavane viharati sma). Itu terhiasi dengan kelompok pohon-pohon yang terikat oleh penjalaran dengan cabang-cabang dan daun-daun permata dan emas, dan dengan bunga-bunga dari semua jenis, rerumputan, kamala dan utpala,karnikara, bakula, asoka, mandarava, maha mandarava dan seterusnya. Itu terhiasi dengan pohon-pohon kalpa, diperindah dengan banyak perhiasan, bergema dengan nyanyian kicauan burung-burung, berkumandang dengan alat-alat musik, gendang, seruling, dan seterusnya. Banyak para deva, apsara, sakra, brahma dan sisanya sedang menyenangkan diri mereka sendiri disana. Itu dihuni oleh semua Buddha dan Bodhisattva (sarvabuddhabodhisattvadhisthite), dengan sakra, brahma dan semua dewa lainnya, vidyadhara, para dewi dan aspara berkumpul dalam kelompok dari ratusan dari ribuan dari jutaan (kotiniyutasatasahasrair), dengan banyak kelompok yang berbeda dari para yaksa, raksasa, asura, garuda, gandharva, kinnara, mahoraga, naga dan seterusnya, dengan delapan ratus ribu juta para Maha Bodhisattva (mahabodhisattvakotisatasahasrair astabhih), yang terutama yakni :

Pratibhanamati Bodhisattva Mahasattva (Mahluk Besar Mahluk Bodhi Membangkitkan Keyakinan),
Acalamati Bodhisattva Mahasattva (Mahluk Besar Mahluk Bodhi Pikiran Yang Tidak Bisa Berpindah),
Vipulamati Bodhisattva Mahasattva (Mahluk Besar Mahluk Bodhi Pikiran Yang Luas),
Samantamati Bodhisattva Mahasattva (Mahluk Besar Mahluk Bodhi Pikiran Seluruh Semesta),
Anantamati Bodhisattva Mahasattva (Mahluk Besar Mahluk Bodhi Pikiran Tanpa Batas),
Asamantamati Bodhisattva Mahasattva (Mahluk Besar Mahluk Bodhi Pikiran Dermawan),
Kamalamati Bodhisattva Mahasattva (Mahluk Besar Mahluk Bodhi Pikiran Teratai),
Mahamati Bodhisattva Mahasattva (Mahluk Besar Mahluk Bodhi Pikiran Besar),
Divamati Bodhisattva Mahasattva (Mahluk Besar Mahluk Bodhi Pikiran Surga),
Vividhamati Bodhisattva Mahasattva (Mahluk Besar Mahluk Bodhi Pikiran Berjenis-jenis),
Asesamati Bodhisattva Mahasattva (Mahluk Besar Mahluk Bodhi Pikiran Lengkap), dan Samantabhadra Bodhisattva Mahasattva (Mahluk Besar Mahluk Bodhi Kebajikan Seluruh Semesta).

Oleh rombongan besar itu yang tidak terhitung dan yang tidak terbatas yang para Avaivartika Bodhisattva Mahasattva itu adalah para Pemimpin, Dia di hormati, dipuji dengan tinggi, disembah, dan sangat dipuja.

Di tengah-tengah kumpulan besar dari para rombongan penggiring-Nya, Dia duduk diatas tahta bunga teratai dari Maha Brahma (mahaparsadganamadhye mahabrahmapadmasane nisannah) dan memasuki keadaan dari pemusatan pikiran Samadhi yang dibernama 'Pelenyapan Semua Takdir Jahat' (sarvadurgatiparisodhana nama samadhim). Dengan segera kalung karangan bunga dari banyak sekali pancaran dan sinar-sinar yang bersatu di satu tempat dari Maha Bodhisattva yang bernama 'Trayasantativimoksaka (Penyelamat Dari Penggantian Pewarisan Dari Tiga Takdir Jahat)' datang keluar dari seberkas rambut diantara mata-Nya. Trisahassra Mahasahassra Lokadhatu disinari oleh Dia (avabhasita), dan semua makhluk hidup terbebas melalui penyinaran itu dari belenggu kekotoran batin (tenavabhasena sarvasattvas cittaklesabandhanan mocayitva). Setiap orang secara pribadi terkabulkan dan hutan kesenangan itu sepenuhnya tersinari.

Setelah menyembah dengan banyaknya jumlah besar dari penghormatan yang berbeda, setelah membuat pradaksina seratus ribu kali, setelah memberikan penghormatan dengan menundukkan kepala, dan setelah duduk di 'tempat duduk yang tanpa noda (vimalasana)' di hadapan sang Bhagavan, mereka berkata :

Hebat Buddha, Hebat Kemurnian dari Dharma Buddha (aho buddha aho buddhasya dharmasobhanam)
Hebat Buddha Yang Perbuataan-Nya Sempurna
Dan Mengapa?
Kami terbebas dari takdir jahat (asmakam durgati parisodhana),
Dan kami terdirikan di dalam jalur Bodhisattva.

Kemudian Dewa Indra melakukan pradaksina kepada sang Bhagavan seratus ribu kali, menyembah-Nya, dan mengatakan ini kepada-Nya : Bhagavan, bagaimanakah itu bahwa kami harus terbebas dari semua takdir jahat melalui penyinaran yang lengkap dari sinar sang Buddha dan terdirikan di dalam 'jalur pembebasan (vimuktimarge)'? Itu adalah menakjubkan, Sugata.

Sang Bhagavan berkata : Dewa Indra, ini bukanlah sesuatu yang menakjubkan karena Bhagavan Buddha telah mengumpulkan sangat banyak yang tidak terhitung jasa pahala kebaikan (nedam devendrascaryam buddhanam bhagavantam supacitapramanpunyasambharanam). Dewa Indra, Samyaksambuddha adalah sumber dari permata dari kualitas-kualitas yang baik yang adalah tidak terbatas (aparimitagunaratnakarabhutah).

Dewa Indra, Cara Yang Tidak Terbatas dari Samyaksambuddha adalah lengkap sempurna (samyaksambuddhanam apramanopayah parinispannah).
Dewa Indra, Bhagavan Buddha telah memperoleh kebijaksanaan yang tidak terbatas (buddhanam bhagavantam aparimita prajnopacita).
Dewa Indra, kekuatan semangat dari para Buddha adalah tidak terbatas (buddhanam bhagavantam apramana virya).
Oleh Bhagavan Buddha, para orang percaya yang jumlahnya tidak terhitung telah dibuatkan kapal yang layak (buddhena bhagavatapramana vineyajana bhajanibhutah krtah).
Bhagavan Buddha terlengkapi dengan pengetahuan yang tiada bandingan (asamasamajnanadi buddha bhagavanto samanvagata).
Bhagavan Buddha terlengkapi dengan kekuatan ajaib yang tiada bandingan (asamasamarddhi buddha bhagavanto samanvagata),
Bhagavan Buddha memiliki cita-cita yang tiada bandingan (asamasamapranidhana buddha bhagavanto samanvagata)
Oleh karena itu, Dewa Indra, perbuatan dari Bhagavan Buddha demi manfaat kebaikan para makhluk hidup adalah sesuai dengan penerima (tasmad devendra buddhanam bhagavantam sa yatha bhajanam tatha sattvarthakaranan ca);
Perbuatan atas nama para makhluk hidup adalah sesuai dengan orang yang diarahkan keyakinannya;
Perbuatan atas nama para makhluk hidup adalah sesuai dengan keteguhan hati mereka;
Ini adalah untuk diketahui. Marilah yang disini tiada keragu-raguan, tiada ketidakpastian. Tiada situasi apapun dimana kemampuan sang Tathagata untuk 'mengarahkan keyakinan' tidak ada.

Kemudian Dewa Indra bangkit dari tempat duduknya, sekali lagi mempersembahkan penyembahan yang banyak sekali dan yang besar, dan mengatakan ini kepada sang Bhagavan : 'Semoga Bhagavan memberikan saya keyakinan yang terbangkitkan untuk melakukan kebaikan kepada semua makhluk hidup, untuk memiliki belas kasihan, untuk memberikan perlindungan, untuk bertindak dengan kasih sayang yang besar, dan untuk mengabulkan semua harapan. Bhagavan, tujuh hari telah berlalu sejak Dewa yang bernama Vimalaniprabha meninggal dan jatuh dari perkumpulan majelis Dewa Surga Trayastrimsa ini. Bhagavan, dimanakah dia dilahirkan? Apakah dia mengalami kebahagiaan atau kesedihan? Jelaskan ini Bhagavan, jelaskan ini Sugata.'

Sang Bhagavan berkata : 'Dewa Indra, ketahui waktu dan kesempatan yang tepat anda akan mendengarnya.'

Dewa Indra berkata : 'Bhagavan, ini adalah waktunya, ini adalah kesempatan itu Sugata.'

Sang Bhagavan berkata : 'Dewa Indra, Dewa Vimalaniprabha telah jatuh dari sini dan terlahir di neraka besar dari Avici. Disana dia akan mengalami penderitaan yang pedih dan dahsyat selama dua belas ribu tahun (dvadasavarsasahasrani tivram katukam duhkham anubhavati). Sesudah itu dia akan mengalami penderitaan di neraka yang lebih kecil selama sepuluh ribu tahun (punar alpanarake dasavarsasahasrani dukham anubhavati). Sesudah itu dilahirkan diantara binatang dan hantu-hantu preta yang sengsara, dia akan menderita selama sepuluh ribu tahun (punar api tiryakpretesutpanno dasavarsasahasrani duhkham anubhavati). Sesudah itu dilahirkan diantara orang-orang terbatas, dia akan memiliki sifat alami dari orang yang tuli, bisu, dan bodoh, selama enam belas ribu tahun. Sesudah itu dia akan tertimpa oleh pengrusakan oleh wabah, kusta, dan curahan darah selama delapan puluh empat ribu tahun. Dia akan dicacimaki oleh banyak orang, sepenuhnya ditinggalkan dan dari keturunan yang rendah. Tidak akan ada hentinya dari satu penderitaan ke yang lainnya. Selain itu, dia akan menyebabkan kerugian pada orang lain. Dia akan menghasilkan penghalang-penghalang yang tidak henti-hentinya oleh berbagai macam perbuatannya. Selanjutnya, dia akan mengalami kelanjutan terus-menerus dari berbagai macam penderitaan.'

Sesudah itu, para dewaputra, Sakra dan sisanya, pada mendengar hal ini menjadi cemas, ketakutan, sedih dan mereka semua jatuh di wajah mereka. Saat bangun mereka berkata : 'Bhagavan, bagaimana dia bisa diselamatkan dari rangkaian penggantian demikian dari penderitaan? Sugata, bagaimana dia bisa di bebaskan dari kumpulan penderitaan? Selamatkanlah, Bhagavan, selamatkanlah, Sugata.'

Sang Bhagavan berkata : 'Dewa Indra, Saya juga mengajar itu yang diajarkan oleh delapan puluh empat juta Buddha, jadi dengarlah ! (bhagavan aha : devendra caturasitibuddhakotibhir bhasitam idam aham api bhase srnu)'

Kemudian Dewa Indra sekali lagi menghiasi sang Bhagavan dengan banyak bunga dari semua jenis dari Mandarava dan Maha Mandarava, dan dengan perhiasan-perhiasan dari banyak jenis yang berbeda, dengan mahkota yang berhiaskan berlian, gelang tangan, anting-anting, kalung leher, dan untaian mutiara. Dia melakukan pradaksina pada Dia sebanyak ratusan ribu kali, membungkukkan diri dihadapan Dia dan berkata : 'Sangat baik, Bhagavan, sangat baik, Sugata'. Setelah menggembirakan Dia dengan berkata 'Sadhu', dia melanjutkan : 'Saya memohon penjelasan yang dinyatakan dengan baik demi manfaat dan kebahagiaan dari dunia ini termasuk para dewanya, dan demi pembebasan semua makhluk masa depan dari rangkaian pewarisan dari tiga takdir jahat.'

Sekali lagi perkumpulan majelis para dewa, brahma dan yang lainnya berkata : 'Sangat baik, Bhagavan, sangat baik, Sugata, biarlah itu dijelaskan dengan cara yang mana ada pembebasan dari jalur dari tiga kelahiran kembali yang jahat dari para makhluk masa depan yang mendengar hanya Nama saja, dan bagaimana orang memperoleh Anuttara Samyaksambodhi dalam kasus dari mereka yang terlahir kedalam alam surga dari para dewa atau kedalam alam dari makhluk manusia.'


OM AMOGHA SIDDHI HUM

Vajra Acarya

Kemudian sang Bhagavan memasuki tingkat dari pemusatan pikiran Samadhi yang bernama 'Pemberdayaan Dari Vajra Yang Mutlak Sempurna (amoghavajradhisthana nama samadhim)' agar untuk memberdayakan para dewaputra, sakra, brahma, dan yang lainnya dengan cara dari Hrdaya Mantra semua Tathagata :

"OM VAJRA ADHISTHANA SAMAYE HUM (Om Sumpah Dari Pemberdayaan Vajra Hum)"

Setelah demikian memasuki Samadhi dan setelah memberdayakan dengan Vajra Adhisthana yang adalah tidak bisa ditandingi, Dia mengucapkan Hrdaya dari para Tathagata yang bernama "Sarva Durgati Parisodhana Raja (Raja Pelenyapan Semua Takdir Jahat)" :

"OM SODHANE SODHANE SARVAPAPAVISODHANI SUDDHE VISUDDHE SARVAKARMAVARANAVISUDDHE SVAHA (OM Pelenyap Pelenyap, Pelenyap Semua Dosa, Murni Murni Paling Murni Berkenaan Dengan Penghalang Semua Perbuatan Svaha).

Segera setelah Dia mengucapkan Vidya ini, takdir-takdir jahat dari semua makhluk hidup tercegah, setiap yang mendekati masuk kedalam neraka, kehidupan binatang, dan hantu kelaparan preta dihapuskan, penderitaan berat terhapuskan dan banyak makhluk hidup menjadi bahagia.

Kemudian lagi, Dia mengucapkan Guhya Hrdaya yang lainnya dari semua Tathagata :

"OM SODHANE SODHANE SODHAYA SARVAPAYAN SARVASATTVEBHYO HUM (OM Pelenyap Pelenyap, Memurnikan Semua Kejahatan Dari Semua Makhluk Hidup HUM)"

Lagi, Dewa Indra, Sarva Tathagata Hrdaya yang lainnya :

"OM SARVAPAYAVISODHANI HUM PHAT (OM Pemurni Semua Kejahatan HUM PHAT)"

Lagi, Dewa Indra, yang lainnya, Hrdaya bawahan dari Hrdaya dari semua Tathagata :

OM TRAT

Lagi, Dewa Indra, Hrdaya lainnya untuk pelenyapan semua takdir jahat :

HUM


OM VAIROCANA HUM

Vajra Acarya

Lagi, Dewa Indra, masih yang lainnya, dalam ringkasan, bahkan oleh tindakan yang tidak lebih dari kesadaran penuh, itu menghasilkan pembebasan dengan hanya sedikit usaha agar untuk menyebabkan penentraman dari semua takdir jahat dari para makhluk hidup yang diberkahi dengan sedikit kebajikan :

OM NAMO BHAGAVATE SARVADURGATIPARISODHANARAJAYA TATHAGATAYARHATE SAMYAKSAMBUDDHAYA TADYATHA (OM Menyembah Hormat Kepada Bhagavan Sarvadurgatiparisodhanaraja, Yang Telah Datang, Yang Suci, Buddha Yang Sempurna, Yakni)

OM SODHANE SODHANE SARVAPAPAVISODHANI SUDDHE VISUDDHE SARVAKARMAVARANA VISODDHANI SVAHA (OM Pelenyap Pelenyap, Pelenyap Semua Dosa, Murni Murni Paling Murni Berkenaan Dengan Penghalang Semua Perbuatan Svaha).

Itu adalah 'Vidya awal (Mula Vidya)'.

Sarva Tathagata Vidya

OM SARVAVID SARVAVARANANI VISODHAYA HANA HUM PHAT (OM Yang Maha Tahu Semua, Yang Memurnikan Dan Menghancurkan Semua Halangan HUM PHAT)

OM SARVAVID HUM (OM Yang Maha Tahu Semua HUM)

OM SARVAVID HRIH PHAT (OM Yang Maha Tahu Semua HRIH PHAT)

OM SARVAVID AH (OM Yang Maha Tahu Semua AH)

OM SARVAVID HUM (OM Yang Maha Tahu Semua HUM)

OM SARVAVID TRAM TRAT (OM Yang Maha Tahu Semua TRAM TRAT)

OM SARVAVID OM (OM Yang Maha Tahu Semua OM)

OM SARVAVID DHIM (OM Yang Maha Tahu Semua DHIM)

OM SARVAVID HU'M (OM Yang Maha Tahu Semua HU'M)

OM SARVAVID KRIM TRAT (OM Yang Maha Tahu Semua KRIM TRAT)

Mantra Dari Delapan Dewi Dari Persembahan

OM SARVAVID MAHA VAJRA-UDBHAVA DANA PARAMITAPUJE HUM (OM Yang Maha Tahu Semua, Lahir Dari Vajra, Penyembahan Dari Kesempurnaan Memberi HUM)

Itu adalah 'Mantra dari Dewi Cinta Kasih Permainan (Lasyaya Mantrah)'.

OM SARVAVID MAHA VAJRA-UDBHAVA SILA PARAMITAPUJE TRAM (OM Yang Maha Tahu Semua, Lahir Dari Vajra, Penyembahan Dari Kesempurnaan Moral TRAM)

Itu adalah 'Mantra dari Dewi Karangan Kalung Bunga (Malaya Mantrah)'.

OM SARVAVID MAHA VAJRA-UDBHAVA KSANTI PARAMITAPUJE HRIH (OM Yang Maha Tahu Semua, Lahir Dari Vajra, Penyembahan Dari Kesempurnaan Kesabaran HRIH)

Itu adalah 'Mantra dari Dewi Lagu (Gitaya Mantrah)'.

OM SARVAVID MAHA VAJRA-UDBHAVA VIRYA PARAMITAPUJE AH (OM Yang Maha Tahu Semua, Lahir Dari Vajra, Penyembahan Dari Kesempurnaan Kekuatan Semangat AH)

Itu adalah 'Mantra dari Dewi Tarian (Nrtyaya Mantrah)'.

OM SARVAVID SARVA APAYA VISODHANI DHAMA DHAMA DHYANA PARAMITAPUJE HUM HUM PHAT (OM Yang Maha Tahu Semua, Yang Memurnikan Semua Kejahatan, Nyalakan, Nyalakan, Penyembahan Dari Kesempurnaan Meditasi HUM HUM PHAT)

Itu adalah 'Mantra dari Dewi Dupa (dhupaya Mantrah)'.

OM SARVAVID SARVA DURGATI PARISODHANE KLESA-UPAKLESACHEDANA PUSPAVILOKINI PRAJNA PARAMITAPUJE TRAM HUM PHAT (OM Yang Maha Tahu Semua, Yang Memurnikan Semua Takdir Jahat, Penghancur Kekotoran Utama Dan Kecil, Yang Melihat Bunga, Penyembahan Dari Kesempurnaan Kebijaksanaan TRAM HUM PHAT)

Itu adalah 'Mantra dari Dewi Bunga (Puspaya Mantrah)'.

OM SARVAVID SARVA APAYA VISODHANI JNANA-ALOKAKARA PRANIDHANA PARAMITAPUJE HRIH HUM PHAT (OM Yang Maha Tahu Semua, Yang Memurnikan Semua Kejahatan, Penghasil Wawasan Pengetahuan, Penyembahan Dari Kesempurnaan Cita-Cita HRIH HUM PHAT)

Itu adalah 'Mantra dari Dewi Lampu (Dipaya Mantrah)'.

OM SARVAVID SARVA APAYA GANDHAVINASANI VAJRA-GANDHA UPAYA PARAMITAPUJE AH HUM PHAT (OM Yang Maha Tahu Semua, Yang Menghancurkan Semua Bau Jahat, sang Wangi Vajra, Penyembahan Dari Kesempurnaan Cara AH HUM PHAT)

Itu adalah 'Mantra Wewangian (Gandhaya Mantrah)'.

Mantra Dari Empat Penjaga Gerbang

OM SARVAVID SARVA NARAKAGATI AKARSANI HUM JAH PHAT (OM Yang Maha Tahu Semua, Sang Pembangkit Dari Semua Gerbang Neraka HUM JAH PHAT)

Itu adalah 'Mantra dari sang Pengait Vajra (Vajrankusasya Mantrah)'.

OM SARVAVID SARVA NARAKA-UDDHARANI HUM HUM PHAT (OM Yang Maha Tahu Semua, Sang Penyelamat Dari Semua Neraka HUM HUM PHAT)

Itu adalah 'Mantra dari sang Tali Jerat Vajra (Vajrapasasya Mantrah)'.

OM SARVAVID SARVA APAYA-BANDHANAMOCANI HUM VAM PHAT (OM Yang Maha Tahu Semua, Sang Pengantar Dari Ikatan Dari Semua Kejahatan HUM VAM PHAT)

Itu adalah 'Mantra dari sang Rantai Vajra (Vajrasphotasya Mantrah)'.

OM SARVAVID SARVA APAYA-GATIGAHANAVISODHANE HUM HOH PHAT (OM Yang Maha Tahu Semua, Yang Memurnikan Kegelapan Yang Tidak Bisa Ditembus Dari Semua Takdir Jahat HUM HOH PHAT)

Itu adalah 'Mantra dari sang Penembus Vajra (Vajravesasya Mantrah)'.

Mantra Dari Enam Belas Bodhisattva

OM MAITREYA HARANAYA SVAHA (OM Berseru Kepada Sang Pembawa Kebajikan)

Itu adalah 'Mantra dari Maitreya (Maitreyasya Mantrah)'.

OM AMOGHE AMOGHADARSINI HUM (OM Yang Mutlak Sempurna, Pelihat Yang Mutlak Sempurna HUM)

Itu adalah Mantra dari Amoghadarsin.

OM SARVA APAYAM JAHAM SARVA APAYAVISODHANE HUM (OM Penghancur Semua Kejahatan, Yang Memurnikan Dari Semua Kejahatan HUM)

Itu adalah Mantra dari Sarvapayajaha.

OM SARVASOKATAMONIRGHATANAMATI HUM (OM Pikiran Menghapus Semua Kegelapan Dari Kesedihan HUM)

Itu adalah Mantra dari Sarvasokatamonirghatanamati.

OM GANDHAHASTINI HUM (OM Gajah Yang Agung HUM)

Itu adalah Mantra dari Gandhahasti.

OM SURAMGAME HUM (OM Pelaku Pahlawan Yang Gagah HUM)

Itu adalah Mantra dari Suramgama.

OM GAGANE GAGANALOCANE HUM (OM Surga, Surga Cahaya HUM)

Itu adalah Mantra dari Gaganaganja.

OM JNANAKETU JNANAVATI HUM (OM Yang Cerdas, Yang Memiliki Pengetahuan HUM)

Itu adalah Mantra dari Jnanaketu.

OM AMRTAPRABHE AMRTAVATI HUM (OM Pancaran Nektar Abadi, Pemilik Nektar Abadi HUM)

Itu adalah Mantra dari Amraprabha.

OM CANDRASTHE CANDRAVYAVALOKINI HUM SVAHA (OM Tempat Tinggal Dari Bulan, Berseru Kepada Sang Pelihat Bulan HUM)

Itu adalah Mantra dari Candraprabha.

OM BHADRAVATI BHADRAPALE SVAHA (OM Yang Menguntungkan, Sang Pelindung Dari Yang Beruntung SVAHA)

Itu adalah Mantra dari Bhadrapala.

OM JALINI MAHA JALINI HUM (OM Pola Perhiasan, Pola Perhiasa Besar (Dari Cahaya) HUM)

Itu adalah Mantra dari Jaliniprabha.

OM Vajragarbhe Hum (OM Intisari Vajra HUM)

Itu adalah Mantra dari Vajragarbha.

OM AKSAYE HUM HUM AKSAYAKARMAVARANAVISODHANI SVAHA (OM Yang Tidak Bisa Rusak HUM HUM, Berseru Kepada Sang Penghapus Yang Tidak Bisa Rusak Dari Halangan Karma)

Itu adalah Mantra dari Aksayamati.

OM PRATIBHANE PRATIBHANAKUTE SVAHA (OM Sang Keberanian, Berseru Kepada Sang Keberanian Yang Paling Utama)

Itu adalah Mantra dari Pratibhanakuta.

OM SAMANTABHADRE HUM (OM Sang Kebajikan Semesta HUM)

Itu adalah Mantra dari Samantabhadra.

Ini adalah Mantra dari Bodhisattva dari Kalpa yang baik. Orang harus membacanya dalam urutan yang betul (ete bahdrakalpikasya bodhisattvasya mantram yathakramam uccarayet).


OM VAJRA AKSOBHYA HUM

Dia yang bermeditasi setiap hari pada dini hari dengan keteraturan dan bertindak di dalam kesesuaian dengan tantra seperti yang diajarkan itu, mengikuti di dalam urutan proses dari hasil itu, dan membuat usaha untuk menghasilkan 'Yoga Dewata tertinggi dengan tiga tahap Samadhi-nya (devatayogam samadhitrayam uttamam)', orang yang seperti demikian itu berhasil dalam melenyapkan semua takdir jahat.

Selanjutnya Dewa Indra, karena ini adalah Guhya Hrdaya dari sang Tathagata Sarvadurgatiparisodhanatejoraja, jika ada putra dari yang keluarga yang baik (kulaputra) atau putri dari keluarga yang baik (kuladuhita) mendengar hanya Namanya, menyimpannya dalam hati dan mengucapkannya, dan jika dia menulisnya dan mengikatnya pada atas jambul kepala atau di lengan atau di sekitar leher, maka delapan kematian yang sebelum waktunya atau bentuk-bentuk mimpi yang berhubungan dengan kematian atau semua tanda dari takdir jahat tidak muncul dalam hidup ini bahkan di dalam mimpi. Siapapun mungkin mereka, yang memasuki Mandala dengan cara yang benar, yang di abhiseka di dalamnya, mengucapkan Hrdaya itu dan bermeditasi pada makna dari Mantra itu, sama sekali tidak perlu untuk dikatakan, apapun mungkin dosa mereka, tiada kemalangan dari jenis apapun yang akan mendekati mereka, maupun juga tidak mereka akan jatuh kedalam takdir jahat.

Jasad apapun dari laki-laki, perempuan, dewa, naga, yaksa, raksasa, preta, binatang, mereka yang didalam neraka dan seterusnya adalah ter-abhiseka setelah ditempatkan di dalam Mandala itu, bahkan jika mereka telah dilahirkan kembali di dalam neraka, mereka secara seketika itu juga terbebas dan dilahirkan kembali di dalam perkumpulan majelis para Dewa. Setelah dilahirkan kembali disana, mereka memberikan perhatian pada ajaran-ajaran yang penting dari semua Tathagata.Mereka juga menjadi 'Avaivartika (Yang Tidak Kembali Lagi & Keadaan tanpa kemunduran)'; Perkembangan kemajuan mereka adalah pasti; Mereka dilahirkan di dalam keluarga dari semua Tathagata. Semua halangan terhapuskan dan mereka mengalami kebahagiaan di dalam keluarga dari semua Tathagata atau didalam perkumpulan majelis para Dewa atau pada suatu tempat yang lainnya. Dewa Indra, singkatnya, mereka mengalami semua manfaat dan kebahagiaan dari dunia ini dan dunia diatas.

Kemudian Dewa Indra melakukan pradaksina kepada sang Bhagavan sama seperti sebelumnya, menyembah-Nya dan berkata : Bhagavan, jelaskanlah Ajaran itu demi mencapai secara mudah pencapaian dari Anuttara Samyaksambodhi agar untuk membawa manfaat dan kebahagiaan pada mereka yang tertundukkan pada kekuatan dari semua takdir jahat, dan sesuai dengan keberadaan hidup mereka untuk memutar balekkan arah mereka pada semua makhluk hidup dari takdir-takdir jahat.

Kemudian Bhagavan Sakyamuni memasuki keadaan dari pemusatan pikiran Samadhi yang bernama 'Vajra Dari Pengetahuan Yang Menghapuskan Semua Takdir Jahat (Sarvadurgatiparisodhanajnanavajra nama samadhim)', dan menjelaskan Mandala yang dikenal sebagai 'Sarva Tathagata Sarva Durgati Parisodhana Tejo Raja'.

Sang Penguasa Sakya menjelaskan secara terperinci cara dari pembangkitannya (tatsadhanam sakyanathena bhasitam).

Pertama, sang Yogin duduk diatas tempat duduk yang lembut dan yang nyaman di dalam tempat yang sunyi dan yang sesuai. Dengan menggambar 'Lingkaran Yang Berwangi Sedap (Sugandhena Mandalam)', dia harus menyembah dengan lima persembahan. Kemudian setelah melihat ketiadaan diri dari semua dharma (tatah sarvadharmanairatmyam bhavayitva), dia harus membayangkan dirinya sendiri sebagai Vajrajvalanalarka dengan cara dari huruf 'HUM' (atmanam humkarena vajrajvalanalarkam bhavayet);
Dengan cara dari huruf 'HRIH' (dia membayangkan) sebuah bunga teratai didalam tenggorokan lehernya;
Dengan cara dari huruf 'A' sebuah Lingkaran Bulan (candra mandalam) ada di atas daun bunganya;
Dengan cara dari huruf 'HUM' sebuah Vajra berujung lima (pancasucikavajram) ada di atas puncaknya.
Dia mengucapkan : 'VAJRA JIHVETI (Lidah Vajra)';
Vajra itu larut kedalam lidahnya dan dia menjadi Lidah Vajra.
Dia akan mampu untuk mengucapkan Mantra.

(Begitu juga ada timbul) sebuah lingkaran bulan (candra mandalam) diantara tangannya dari huruf putih 'A' dan diatas puncaknya sebuah Vajra lima ujung dari huruf 'HUM'.
Vajra itu larut kedalam telapak-telapak tangannya dan dia menjadi diberkahi dengan tangan Vajra (Vajrahasto).
Dia akan mampu untuk membuat semua Mudra.

Kemudian dia harus membayangkan rombongan penjaga. Dia mengucapkan : 'OM GRHNA VAJRASAMAYE HUM VAM (OM Genggam Janji Vajra HUM VAM)'. Dia harus membuat (sikap tubuh dari) Terintiri yang penuh murka (iti bruvan krodhaterintirim badhniyat). Dengan membuat Ikatan Vajra di dalam telapak tangannya, dia harus meliputi itu dengan pikirannya penuh murka, menimbulkan dengan tegas Terintiri yang penuh murka dengan jempol Vajra.

Kemudian duduk di dalam sikap tubuh setengah Vajra dan membuat (sikap dari) Vajra-Terintiri, dia akan memperoleh Abhiseka dari Kalung Karangan Bunga Vajra (vajramalabhiseka). Dia mengucapkan : 'OM VAJRAJVALANALARKA HUM' sucikan saya. Membuat Ikatan Vajra, Dia harus mempertahankan jari-jari jempolnya naik-tegak dan secara dekat bergabung bersama-sama diatasnya. (Ini adalah sikap dari) Vajra-Terintiri. Dia mengucapkan : OM TUM. Setelah secara demikian itu mempersenjatai dirinya sendiri dengan baju baja pelindung dari dua Huruf ini, Dia harus berseru : 'OM VAJRAJVALANALARKA HUM'. Menempatkan kepalan tangan kiri Vajra berbentuk tinju pada dada (daerah jantung) dan melambaikan kepalan tangan kanan Vajra berbentuk tinju, Dia akan menghancurkan semua penghalang.

Selanjutnya, Dia harus membakar penghalang-penghalang itu dengan menerapkan sikap dari Vajranala. Dia harus berseru : 'OM VAJRANALA HANA DAHA PACA MATHA BHANJA RANA HUM PHAT (OM VAJRANALA Bunuh, Bakar, Makan, Goncang, Patahkan, Lawan HUM PHAT)'. Sikap dari Vajranala Mudra adalah Jari Jempol Vajra naik tegak di tengah-tengah dari Jari-Jari yang berkobar meliputi di dalam ikatan Vajra.

Selanjutnya, Dia mengucapkan : 'VAJRANETRI BANDHA SARVAVIGHNAN (Vajranetri ikat semua penghalang)'. Dia menerapkan Mudra itu dan mengikat semua penghalang. Dia membuat 'ikatan Vajra (vajrabandham)', merentangkan jari-jari jempol dan mempertahankannya sebanding. Ini adalah sikap Mudra dari Vajranetri.

Menempatkan ikatan Vajra yang terulur di atas permukaan tanah, Dia harus mengikat dibawah. Dia mengucapkan : 'OM VAJRA DRDHO ME BHAVA RAKSA SARVAN SVAHA (OM Vajra Jadilah Teguh Untuk Saya, Lindungilah Semua. SVAHA)'.

Menerapkan sikap Mudra dari Vajrabhairavanetra, Dia harus mengikat ke atas. Dia mengucapkan : 'OM HULU HULU HUM PHAT'. Mengikat kepalan tangan berbentuk tinju Vajra dan melambaikannya seperti batang kayu yang menyala, Dia harus mempertahankannya diatas kepala dengan jari-jari telunjuk dibuat menjadi pengait. Ini adalah Mudra dari Vajrabhairavanetra.

Sekali lagi dengan cara sikap dari Vajrayaksa dia harus membuat Mudra dibawah, mengucapkan : OM VAJRA YAKSA HUM, sikap dari Vajrayaksa adalah adalah bentuk dari Vajra-anjali dengan jempol-jempol terulur dan jari-jari telunjuk menonjol seperti gading.

Dengan sikap Mudra dari Vajrosnisa dia harus mengikat penjuru timur. Dia mengucapkan : OM DRUM BANDHA HAM atau hanya DRUM. Dia harus menempatkan kepalan tangan berbentuk tinju Vajra (vajramustidvayam) diatas Mahkota dari kepalanya yang menunduk dengan jari-jari kelingking terhubung bersama-sama seperti rantai dan jari-jari telunjuk dibuat menjadi menunjuk. Ini adalah Mudra dari Vajrosnisa.

Sekali lagi dia harus mengikat penjuru arah yang sama dengan menerapkan sikap dari Vajrapasa. Dia mengucapkan : HUM VAJRA PASA HRIH. Dia harus membuat ikatan dengan lengan melalui cara dari kepalan tangan berbentuk tinju Vajra. Ini adalah Mudra dari Vajrapasa.

Dia harus mengikat penjuru barat dengan cara dari Vajrapataka. Dia mengucapkan : OM VAJRA PATAKA PATAMGINI RATETI. Sikap dari Vajrapataka adalah ikatan Vajra dimana jempol-jempol di silangkan, jari-jari telunjuk ditempatkan bersama-sama dan kemudian dipisahkan, dan jari-jari kelingking dibuat seperti bendera.

Dia harus menghancurkan halangan dibawah dan diatas di dalam ruang tempat tinggal dan di dalam tengah-tengah ruang tempat tinggal.

Dia harus mengikat penjuru utara dengan cara dari Vajrakali. Dia mengucapkan : HRIH VAJRA KALI RUT MAT. Mudra dari Vajrakali adalah Mudra dari Vajrayaksa dengan rapat tempatkan di 'hati (di tengah dada)'.

Dengan Vajrasikhara dia harus mengikat penjuru selatan. Dia mengucapkan : OM VAJRA SIKHARA RUT MAT. Sikap dari Vajrasikhara dibuat dengan kepalan tangan tinju Vajra berbentuk seperti bukit kecil melengkung.

Dia mengikat Mandala dengan cara dari sikap Vajrakarma. Dia membuat pagar dinding demikian. Dia mengucapkan : HUM VAJRA KARMA.

Pagar sebelah dalam dibuat dengan cara dari Vajrahumkara, dengan mengucapkan : HUM. Dia mengikat kepalan tangan berbentuk tinju Vajra dan membemtuk Vajra dengan lengannya; Jari-jari kelingking dia buat menjadi pengait, dan mengangkat jari-jari telunjuk mejadi menunjuk dikenal sebagai Trilokyavijaya (Menang Atas Tiga Dunia). Ini adalah sikap dari Vajrahumkara.

Sikap dari Vajrakarma adalah sama seperti tadi kecuali untuk membentuk Vajra dengan jari-jari telunjuk dan jari-jari tengah. Dengan menerapkan ikatan Vajra dia harus membuat jaringan Vajra. Dia mengucapkan : VAJRA BANDHA VAM.


SARVA DURGATI PARISODHANA RAJA MANDALA

SAKYA MUNI VAJRADHARA MAHA TANTRA RAJA

Kemudian dengan Mudra dari Vajracakra dia harus menyebabkan timbul dihadapan dia Mandala Sarva Durgati Parisodhana. Dia mengucapkan : OM VAJRA VIDYA VAJRA CAKRA HUM. Membuat ikatan kepalan tangan berbentuk tinju Vajra dia membuat ikatan Vajra dengan jari telunjuk dan jari kelingking. Ini dikenal sebagai Vajracakra, sang Penghasil dari semua Mandala. Penonjolan dari semua Mandala terjadi melalui gerak isyarat sikap ini dalam pradaksina dalam semua penjuru arah. Mempertahankan itu menghadap wajahnya dan menatapnya dia membaca delapan kali Mantra Vajracakra. Dengan cara itu dia memperoleh jalan masuk ke semua Mandala. Membayangkan Mandala itu seolah-olah sungguh nyata dia menyembahnya dengan bunga-bunga dan lain-lain. Membuat sujud dalam semua penjuru arah dan menyentuh permukaan lantai dengan lima bagian dari tubuhnya, dia mengucapkan : OM SARVAVID KAYAVAKCITTAPRANAMENA VAJRABANDHANAM KAROMITI (OM Maha Tahu Semua, Saya Membuat Ikatan Vajra Dengan Penyembahan Dari Tubuh, Ucapan, Pikiran.)

Dia harus membuat empat penyembahan dalam cara berikut : Dia harus membungkuk kearah penjuru timur dengan seluruh tubuhnya berbaring membujur di dalam sikap tubuh Vajra-anjali. Dia mengucapkan : OM SARVAVID PUJA-UPASTHANAYA-ATMANAM NIRYATAYAMI SARVA TATHAGATA VAJRASATTVA-ADHITISTHASVA MAM (OM Maha Tahu Semua Saya Mempersembahkan Diri Saya Untuk Pelayanan Dari Penyembahan Semua Tathagata Vajrasattva Memberi Kuasa Kepada Saya.)

Bangun, dia menempatkan Vajra-anjali ke hatinya, menyentuh permukaan lantai dengan dahinya, dia harus membungkuk kearah penjuru selatan. Dia mengucapkan : OM SARVAVID PUJA-ABHISEKAYA-ATMANAM NIRYATAYAMI SARVA TATHAGATA VAJRARATNA-ABHISINCA MAM (OM Maha Tahu Semua Saya Mempersembahkan Diri Saya Untuk Penyucian Dari Penyembahan VAJRARATNA Dari Semua Tathagata Menyucikan Saya.)

Bangun, dia harus membungkuk ke arah penjuru barat dengan Vajra-anjali ditempatkan diatas kepalanya dan menyentuh permukaan lantai dengan wajahnya dia mengucapkan : OM SARVAVID PUJAPRAVARTANAYA-ATMANAM NIRYATAYAMI SARVA TATHAGATA VAJRADHARMA PRAVARTAYA MAM (OM Maha Tahu Semua Saya Mempersembahkan Diri Saya Untuk Kemajuan Dari Penyembahan VAJRADHARMA Dari Semua Tathagata Mengangkat Saya.)

Bangun, dia menurunkan Vajra-anjali dari kepalanya dan menempatkannya di hatinya dia harus membungkuk kearah penjuru utara, dengan mengucapkan : OM SARVAVID PUJA-KARMANA ATMANAM NIRYATAYAMI SARVA TATHAGATA VAJRAKARMA KURUSVA MAM (OM Maha Tahu Semua Saya Mempersembahkan Diri Saya Untuk Tindakan Dari Penyembahan VAJRAKARMA Dari Semua Tathagata Menggerakkan Saya.)

Dengan berlutut di atas permukaan lantai/tanah, dan membuat sikap Vajra-anjali di hatinya/tengah dadanya, dia harus mengakui semua kesalahannya (janumandaladvayam prthivyam pratisthapya vajranjalim hrdi krtva sarvapapam pratidesayet) :

"Semoga saya diingat oleh semua Buddha dan Bodhisattva, oleh semua Dewata dari Mudra, Mantra, Vidya, yang tinggal berdiam di dalam keluarga Tathagata, Vajra, Mani, Padma dan Karma. Saya, dari Vajra demikian ini dan itu, mengakui semua kesalahan di dalam kehadiran dari semua Buddha dan Bodhisattva, di dalam kehadiran dari semua Dewata dari dari Mudra, Mantra, Vidya, yang tinggal berdiam di dalam keluarga Tathagata, Vajra, Mani, Padma dan Karma. Saya akan sepenuhnya menikmati semua pahala kebajikan dari semua Buddha dari masa lampau, masa sekarang dan masa depan, yang tinggal berdiam di dalam sepuluh penjuru arah, dan dari para Bodhisattva, Pratyekabuddha, Arya, Sravaka, Mereka yang suci, Mereka yang telah menyelesaikan, dan dari semua perkumpulan majelis para makhluk hidup. Saya memohon semua Bhagavan Buddha di dalam sepuluh penjuru arah yang belum menggerakkan Roda Dharma untuk menggerakkannya. Saya memohon para Bhagavan Buddha di dalam sepuluh penjuru arah yang menginginkan penyempurnaan terakhir tidak masuk ke parinirvana.

(samanvaharantu mam dasasu diksu sarvabuddhabodhisattvah sarvatathagatavajramanipadmakarmakulavasthitas ca sarvamudramantravidyadevata aham amukavajro dasasu diksu sarvabuddhabodhisattvanam puratah sarvatathagatavajramanipadmakarmakulavasthitanam sarvamudramantravidyadevatanam ca puratah sarvapapam pratidesayami vistarena dasasu diksu atitanagatapratyutpannanam sarvabuddhabodhisattvapratyekabuddharyasravakasamyaggatasamyakpratipannanam sarvasattvanikayanan ca sarvapunyam anumodayami dasasu diksu sarvabuddhan bhagavatah apravartitadharmacakran adhyese dharmacakrapravartanaya dasasu diksu sarvabuddhan bhagavatah parinirvatukaman yace'parinirvanaya.)"

Kemudian membuat Puspa Mudra (sikap mengikat simbol bunga) dia harus mengucapkan : OM SARVAVID PUSPA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Bunga HUM).

Membuat Dhupa Mudra (sikap mengikat simbol dupa) dia harus mengucapkan : OM SARVAVID DHUPA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dupa HUM).

Membuat Dipa Mudra (sikap mengikat simbol lampu) dia harus mengucapkan : OM SARVAVID ALOKA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Cahaya HUM).

Membuat Gandha Mudra (sikap mengikat simbol lampu) dia harus mengucapkan : OM SARVAVID GANDHA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Wewangian HUM).

Dengan membuat Samputa-Anjali (menggabungkan bersama-sama tangan yang membentuk cangkir) dia harus mengucapkan : OM SARVAVID BODHYANGARATNALAMKARA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dengan Perhiasan Permata Dari Faktor-Faktor Pencerahan HUM).

OM SARVAVID HASYALASYARATIKRIDASAUKHYA ANUTTARA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Tiada Tanding Dengan Tertawa, Kecintaan Bermain, Gairah, Bermain-main, Dan Kebahagiaan HUM).

OM SARVAVID ANUTTARABODHILAMKARAVASTRA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dengan Perhiasan Pita Dari Pencerahan Tiada Tanding HUM).

Kemudian mengingat semua kesedihan dari samsara seperti yang dialami semua makhluk hidup dia harus membuat Karma Mudra dari sang Bhagavato Vajrasattva. Dengan kekuatan dari belas kasihan dia harus membangkitkan Bodhicitta demi pembebasan semua makhluk hidup, untuk menyeberangkan mereka yang belum menyeberang (lautan samsara), untuk pembebasan mereka yang belum terbebaskan, untuk dorongan semangat bagi mereka yang malas, untuk pembebasan bagi mereka yang belum terlepaskan, dan untuk menyelamatkan seluruh alam makhluk hidup dari lautan samsara. Dia mengucapkan : OM SARVAVID VAJRA BODHICITTA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dari Pikiran Pencerahan Vajra HUM).

Membuat Lasya Mudra, dia harus mengucapkan : "Semoga semua makhluk hidup disediakan dengan semua pertolongan dan dengan semua pencapaian yang diperoleh hanya dengan keinginan."

OM SARVAVID MAHA VAJRA-UDBHAVA DANA PARAMITA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Kelahiran Vajra Besar Dari Kesempurnaan Memberi HUM).

Membuat Mala Mudra, dia harus mengucapkan : "Semoga semua makhluk hidup menjadi bebas dari semua kurungan Karma dari tubuh, ucapan, dan pikiran yang tidak menguntungkan. Semoga mereka diberkahi dengan semua kondisi Karma dari tubuh, ucapan, dan pikiran yang menguntungkan."

OM SARVAVID ANUTTARA MAHA BODHYAHARASILA PARAMITA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dari Kesempurnaan Moral Yang Menyebabkan Pencerahan Besar Tiada Tanding HUM).

Membuat Gita Mudra, dia harus mengucapkan : "Semoga semua makhluk hidup memiliki tubuh yang diberkahi dengan tanda-tanda keberuntungan yang utama dan yang kecil, dan semoga mereka selalu terbebas dari ketakutan dan kebencian berkenaan dengan satu sama lain, memperlihatkan kesenangan mereka di dalam hati dan mata, dan menjadi penuh perhatian pada Dharma."

OM SARVAVID ANUTTARA MAHA DHARMAVABODHAKSANTI PARAMITA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dari Kesempurnaan Kesabaran Yang Menyiagakan Orang Kepada Dharma Besar Yang Tiada Tanding HUM).

Membuat Nrtya Mudra, dia harus mengucapkan : "Semoga semua makhluk hidup memulai pada praktek Bodhisattva, berkonsentrasi pada keadaan dari pencerahan Buddha (buddhatatvaparayana), mematuhi dengan penuh semangat bahwa tidak meninggalkan samsara."

OM SARVAVID SAMSARAPARITYAGANUTTARA VIRYA PARAMITA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dari Kesempurnaan Kekuatan Semangat Yang Tiada Tanding Yang Tidak Meninggalkan Samsara HUM).

Membuat Puspa Mudra, dia harus mengucapkan : "Semoga semua makhluk hidup menjadi terbebas dari semua kekotoran yang utama dan yang kecil. Semoga mereka sempurna dalam setiap meditasi, pembebasan, konsentrasi, pencapaian, pengetahuan spontan, pembelajaran, dan kekuatan."

OM SARVAVID ANUTTARASAUKHYAVIHARA DHYANA PARAMITA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dari Kesempurnaan Dari Meditasi, Tempat Tinggal Dari Kebahagiaan Yang Tiada Tanding HUM).

Membuat Dhupa Mudra, dia harus mengucapkan : "Semoga semua makhluk hidup menjadi diberkahi dengan kebijaksanaan dan pengetahuan tentang dunia ini dan dunia diatas, menyelesaikan dengan baik didalam empat pemahaman jitu, terpelajar di dalam semua sila dan pekerjaan, terlatih di dalam seni, yoga, karakter yang baik, dan cara rahasia, melihat intisari, diberkahi dengan pengetahuan yang menghancurkan semua penghalang yang kotor dan penghalang pengetahuan."

OM SARVAVID ANUTTARAKLESACHEDASARVADHARMASAMANTA JNANA PARAMITA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dari Kesempurnaan Tiada Tanding Dari Kebijaksanaan Yang Menghancurkan Kekotoran Pokok HUM).

Membuat Dipa Mudra, dia harus mengucapkan : "Semoga semua makhluk hidup menjadi terbebas dari semua kejahatan."

OM SARVAVID SARVA-APAYA VISODHANI JNANA-ALOKA PRANIDHANA PARAMITA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dari Kesempurnaan Dari Cita-Cita, Cahaya Pengetahuan Yang Memurnikan Semua Kejahatan HUM).

Membuat Gandha Mudra, dia harus mengucapkan : "Semoga semua makhluk hidup menjadi terbebas dari semua ketidaktahuan."

OM SARVAVID SARVA-APAYA GANDHAVINASANI VAJRA GANDHA UPAYA PARAMITA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Wangi Vajra Dari Kesempurnaan Cara-Cara Yang Menghancurkan Semua Wangi Jahat HUM).

Agar untuk menyembah Tubuh dia membaringkan diri dalam kesetiaan di kaki dari semua Tathagata di dalam sepuluh penjuru arah.

OM SARVAVID KAYA NIRYATANA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dari Pemberian Dari Tubuh HUM).

Dia menyerahkan dirinya sendiri mempersembahkan nyanyian pujian dalam semua penjuru arah dengan seratus-lidah-mulut (jihvasatamukhena), dengan mengatakan : "Yang Tiada Bandingannya, Yang Tidak Bisa Diguncang, dan sebagainya."

OM SARVAVID VAG NIRYATANA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dari Pemberian Dari Ucapan HUM).

Dia membuat permohonan untuk Kesamaan Dharma melalui menerapkan satu maksud dari semua Bodhisattva.

OM SARVAVID CITTA NIRYATANA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dari Pemberian Dari Pikiran HUM).

Dia menyerahkan dirinya sendiri dengan mengatakan : "Semua dharma yang sifat alami sejatinya bukan sifat alami adalah dicirikan oleh kekosongan, kurang tanda-tanda, dan tiada keterlibatan."

OM SARVAVID GUHYA NIRYATANA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dari Pemberian Dari Rahasia HUM).


AKSOBHYA VAJRADHARA MAHA TANTRA RAJA

Setelah menyembah demikian dengan pujian dari dua puluh jenis, dia harus menyerahkan dirinya sendiri :

"Saya mempersembahkan diri saya sendiri kepada semua Buddha dan Bodhisattva. (atmanam sarvabuddhabodhisattvebhyoh niryatayami).
Semoga semua Pelindung yang Maha Pengasih menerima saya selalu dan dimanapun, Mereka menganugerahkan saya pencapaian dari Janji Besar (sarva dasarkalam pratigrhnantu mam mahakarunika natha mahasamayasiddhih ca prayacchantu)."

Kemudian dia harus menyebabkan semua makhluk hidup untuk ikut serta dalam sumber dari kebajikan : "Oleh sumber dari kebajikan, semoga semua makhluk hidup menjadi terbebas dari semua ketidakberuntungan dalam dunia ini dan dunia diatas. Dengan kebahagiaan dan pikiran bersedia yang baik, semoga mereka menjadi Buddha, yang terbaik dari laki-laki. Dengan cara dari sumber kebajikan, semoga saya juga menjadi Buddha, dan mengajar Dharma demi manfaat untuk dunia. Semoga saja juga membebaskan para makhluk hidup yang tertekan oleh banyak penderitaan.   
(anena kusalamulena sarvasattvah sarvalaukikalokottara vipattivigata bhavantu, sarvalaukikalokottarasampattisamanvagatas ca bhavantu, sahaiva sukhena sahaiva saumanasyena buddha bhavantu narottama iti, anena caham kusalakarmana bhaveya buddho, na cirena loke desaye dharmam jagato hitaya, mocaye sattvan bahuduhkhapiditan iti.)"

Dia harus membuat sumpah demi pematangan dari Anuttara Samyaksambodhi : "Sama seperti para Penguasa Tiga Kalilipat yang menetapkan kepastian tekad Mereka pada Sambodhi, demikian juga saya membangkitkan pikiran pencerahan tertinggi yang tiada tanding. Saya menyerahkan diri saya dengan teguh pada pembelajaran tiga kalilipat dari moralitas, pengumpulan dari dharma yang berbudi luhur, dan praktek dari tindakan moral yang memberi manfaat pada para makhluk hidup. 
(utpadayami paramam bodhicittam anuttaram, yatha traiyadhvikanathah sambodhau krtaniscayah, trividham silasiksan ca kusaladharmasamgraham, sattvartakriyasilan ca pratigrhnamy aham drdham)"

"Dimulai dari sekarang saya akan mengambil sumpah yang muncul dalam penyatuan dengan para Buddha, tiga permata yang tertinggi dan tiada tanding : Buddha, Dharma dan Sangha.
(buddham dharman ca sanghan ca triratnagram anuttaram adyagrena grahisyami samvaram buddhayogajam)"

"Di dalam perkumpulan keluarga besar Vajra, saya akan berpegang pada Guru saya. Dalam kebenaran saya`akan menggenggam Vajra, lonceng, dan Mudra.
(vajraghantan ca mudran ca pratigrhnami tattvatah, acaryan ca grahisyami mahavajrakuloccaye)"

"Di dalam keluarga yang tepat dari Permata besar, tinggal berdiam di dalam janji riang-gembira, saya akan mempersembahkan empat pemberian enam kali setiap hari.
(caturdanam pradasyami satkrtva tu dine dine, maharatnakule yoge samaye ca manorame)"

"Di dalam keluarga yang murni dari Teratai besar, dimana muncul Penerahan besar, saya akan mempelajari Hukum yang bagus dalam bentuk terbuka dan tersembunyinya, dan dalam bentuk kendaraan tiga kalilipatnya.
(saddharmam pratigrhnami bahyam guhyam triyanikam, mahapadmakule suddhe mahabodhisamudbhave)"

"Di dalam perkumpulan keluarga besar Karma, saya akan menerima di dalam kebenaran 'sumpah yang mencakup semua, melaksanakan sebaik yang saya bisa 'tindakan dari penyembahan.
(samvaram sarvasamyuktam pratigrhnami tattvatah, pujakarma yathasaktya mahakarmakuloccaye)''

Setelah membangkitkan 'Pikiran Pencerahan Tertinggi Yang Tiada Tanding (Parama Bodhicitta Anuttara)', sepenuhnya dengan tekun di dalam sumpah melalui perbuatan demi memberi manfaat kepada semua makhluk hidup, saya akan menyeberangkan mereka yang belum menyeberang, membebaskan mereeka yang belum terbebaskan, memulihkan mereka yang butuh pemulihan, dan mendirikan para makhluk hidup di dalam Nirvana.

Kemudian dia harus membayangkan sang Mandala di dalam ruang angkasa sedang disembah oleh para dewa dan yang lainnya. Dia harus menyembahnya dengan lima persembahan. Setelah menyelesaikan penyembahan dengan tepat, dia harus memuji kualitas-kualitas yang baik dari para Buddha.

"Ah Buddha, Ah Buddha Sangat Baik Buddha Yang Perbuatan-Nya Sempurna (aho buddha aho buddha sadhu buddha krtottama)."
"Anda Memurnikan Semua Takdir Jahat Dan Membawa Pencerahan Kepada Semua Makhluk (sarvadurgatim samsodhya sattvanam bodhih prapyate)."

Kemudian dia mengucapkan : OM VAJRA-ANJALITI;

Dia membuka-membentangkan 'di hati 'katan Vajra (vajrabandhanam hrdaye)' dan mengatakan : OM SARVAVID VAJRA BANDHA TRAT (OM Maha Tahu Semua Ikatan Vajra TRAT).

Membuat Vajravesa Mudra, dia mengucapkan : OM TISTHA VAJRA DRDHO ME BHAVA SASVATO ME BHAVA HRDAYAM ME ADHITISTHA SARVA SIDDHIM CA ME PRAYACCHA HUM HA HA HA HA HO (OM Tempat Tinggal Vajra, Jadilah Keras Untuk Saya, Jadilah Abadi Untuk Saya, Berdayakan Hati Saya, Berikan Saya Semua Keberhasilan HUM)

OM VAJRA MUSTI VAM

Dengan 'mengikat (membentuk sikap tubuh dan jari tangan)' dari Sattvavajri, dia mengucapkan : OM SARVAVID SODHANE SODHANE SARVA PAPAM APANAYA HUM (OM Maha Tahu Semua, Pemurni Pemurni, Menghapus Semua Dosa HUM). Ini adalah Mantra untuk menarik keluar dosa (papakarsanamantrah).

Dia membuat dengan kokoh ikatan Vajra dan di dalam posisi dari sikap Vajra, dia harus menggerakkannya secara cepat naik keatas. Ini adalah cara terbaik dari pengangkatan mereka yang telah jatuh; Demikian itu dikatakan.

OM SARVAVID SARVA-APAYAVISODHANE MUNI HUM PHAT (OM Maha Tahu Semua, Pemurni Semua Kejahatan, Sang Bijaksana HUM PHAT). Ini adalah Mantra untuk memurnikan semua dosa (papavisodhanamantrah).

Membuat secara kokoh 'ikatan Vajra' dengan jari-jari tengah di tempatkan di wajah dan sisa keempat jari tetap disitu, dia menyebabkan pemusnahan dosa pada seketika itu juga.

OM SARVAVID TRAT HUM (OM Maha Tahu Semua, TRAT HUM). Ini adalah Mantra untuk memusnahkan semua takdir jahat.

Dengan 'mengikat (membentuk sikap tubuh dan jari tangan)' dari Sattvavajri, dia mengucapkan : OM SARVAVID SARVA-AVARANAVISODHANE MUNI HUM PHAT (OM Maha Tahu Semua, Pemurni Semua Rintangan, Sang Bijaksana HUM PHAT). Ini adalah tanda dari pengangkatan (uddharanalaksanam)


GURU PADMA SAMBHAVA MAHA TANTRA RAJA

Selanjutnya 'Lingkaran Bulan (Candra Mandalam)' muncul di dalam tengah pusat dari hati sang Yogin dari huruf 'A' dan diatas nya (Mantra ini) : OM MUNI MUNI MAHA MUNI SVAHA (OM Sang Bijaksana, Sang Bijaksana, Sang Bijaksana Besar, Serukanlah).

OM NAMAH SARVA DURGATI PARISODHANA RAJAYA TATHAGATAYA ARHATE SAMYAKSAMBUDDHAYA TADYATHA OM SODHANE SODHANE SARVA PAPA VISODHANI SUDDHE VISUDDHE SARVA KARMA-AVARANA VISUDDHE SVAHA (OM Menyembah Hormat Kepada Sang Sarvadurgatiparisodhanaraja, Yang Telah Datang, Yang Suci, Buddha Yang Sempurna, Yakni OM Pelenyap Pelenyap, Pelenyap Semua Dosa, Murni Murni Paling Murni Berkenaan Dengan Penghalang Semua Perbuatan Svaha).

Sarva Durgati Parisodhana Mandala menjadi tercapai melalui cara dari Mantra ini.

Kemudian dengan cara dari Vajrankusa dan (tiga) yang lainnya dia memanggil (para dewata), memimpin mereka (ke tempat mereka), ikat mereka dan menundukkan mereka. Kemudian dengan menyembah Mandala ruang angkasa, dia harus menyebabkannya memasuki Mandala itu di dalam hatinya. Demikian dua Mandala menjadi satu. Dari penyelesaiannya di dalam Yoga, Samaya Mandala menjadi penuh dengan dewatanya. Di dalam tengah pusat dari Mandala itu dia harus membayangkan Sakya Simha dirinya sendiri, muncul di dalam bentuk-rupa dari Cakravartin. Dari huruf 'A' di dalam hati dari Sakyamuni dia harus menvisualisasikan 'lingkaran bulan (candramandalam)' : OM MUNI MUNI MAHA MUNIYE SVAHA (OM Sang Bijaksana, Sang Bijaksana, Sang Bijaksana Besar, Serukanlah!).

Kemudian dengan 'Vajra Hetu Karma Mudra (Simbol Karma Sebagai Vajra Penyebab)' dia menonjolkan Mandala itu, dan dia mengucapkan : OM SARVAVID VAJRA CAKRA HUM (OM Maha Tahu Semua, Lingkaran Vajra HUM).

Mengikat sikap dari Sattvavajri dan mengambil kalung karangan bunga dengan dua jari tengah dia harus menggunakan pikirannya, mengucapkan : SAMAYA HUM.
Dia harus menempatkan kalung karangan bunga diatas kepalanya, mengucapkan : PRATICCHA VAJRA HOH (Vajra Menerima HOH!).
Selanjutnya dia harus mengikatnya diatas kepalanya, mengucapkan : OM PRATIGRHNA TVAM IMAM SATTVAM MAHA BALATI (OM Makhluk 'Vajra' Yang Berkekuatan Besar Terima Itu).

Dia harus melepaskan ikatan-wajah, mengucapkan : OM VAJRASATTVAH SVAYAM TE'DYA CAKSUR UDGHATANATATPARAH, UDGHATAYATI SARVAKSO VAJRACAKSUR ANUTTARAM, HE VAJRA PASYA (OM Vajrasattva Diri Sendiri Buka Hari Ini Mata Anda, Dia Membuka Setiap Mata, Mata Vajra Tiada Tanding, He Vajra, Lihat !).

Dia harus melihat kedalam Maha Mandala itu selama dia melihat Bhagavanta Sakyamuni.

Mengikat sekali lagi (sikap dari) Sattvavajri, dia harus melepaskannya di hati, dan menerapkan kepalan tangan berbentuk tinju Vajra, dia harus memberikan penyucian air dari vas yang di berkati dengan Vajra. Dia mengucapkan : OM SARVAVID VAJRA-ABHISINCA MAM (OM Maha Tahu Semua, Vajra Sucikan Saya).

Sekali lagi dia harus menyegel dirinya sendiri dengan cara Mudra dari Vajradhatvisvari dan yang lainnya.

OM SARVAVID VAJRADHATVISVARI HUM ABHISINCA MAM (OM Maha Tahu Semua, Vajradhatvisvari HUM, Sucikan Saya).

OM SARVAVID VAJRAVAJRINI HUM ABHISINCA MAM (OM Maha Tahu Semua, Vajravajrini HUM, Sucikan Saya).

OM SARVAVID RATNAVAJRINI HUM ABHISINCA MAM (OM Maha Tahu Semua, Ratnavajrini HUM, Sucikan Saya).

OM SARVAVID DHARMAVAJRINI HUM ABHISINCA MAM (OM Maha Tahu Semua, Dharmavajrini HUM, Sucikan Saya).

OM SARVAVID KARMAVAJRINI HUM ABHISINCA MAM (OM Maha Tahu Semua, Karmavajrini HUM, Sucikan Saya).

OM TUM TUM TUM VAJRA TUSYA HOH (OM TUM TUM TUM Vajra Bergembira HOH).

Diberkahi dengan baju perisai dari dua huruf, dia harus menerima penyucian dari Vajra miliknya sendiri : "Hari ini anda disucikan oleh para Buddha dengan pemberdayaan Vajra. Ini adalah semua keadaan Buddha yang lengkap. Anda harus taat pada itu demi kepentingan dari keberhasilan Vajra.   (adyabhisiktas tvam asi buddhair vajrabhisekatah, idam tat sarvabuddhatvam grhna vajrasusiddhaye)"

"OM VAJRADHIPATI (OM Penguasa Vajra), anda menyucikan tempat tinggal saya, anda adalah Janji Vajra yang oleh pemberdayaan dari nama Vajra.   (om vajradhipati tvam abhisincami tistha vajrasamayas tvam vajranamabhisekatah)"

"OM VAJRASATTVA, anda menyucikan saya,  (om vajrasattva tvam abhisincami)"

Ini adalah keadaan semua Buddha yang lengkap, yang bertumpu di dalam tangan dari Vajrasattva. Anda harus mempertahankannya sesuai dengan sumpah yang kuat dari Vajrapani.

OM SARVA TATHAGATA SIDDHI VAJRA SAMAYA TISTHAISA TVAM DHARAYAMI VAJRASATTVA HI HI HI HI HUM (OM Janji Vajra, Keberhasilan Dari Semua Tathagata, Tinggalah berdiam, Saya mempertahankan Anda, Vajrasattva, HI HI HI HI HUM).

OM SARVAVID VAJRA-ADHISTHANA SAMAYE HUM (OM Maha Tahu Semua, Janji Dari Pemberdayaan Vajra HUM).

Ini adalah Mantra dari Pemberdayaan Diri Sendiri (atmadhisthanamantrah).

Share on Facebook Share on Twitter


ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile
Vajra Mudra : "Jari jempol, jari tengah dan jari kelingking diacungkan ke atas, bergabung keujug, dan jari telunjuk dan jari manis menyilang."

Dia harus 'memberdayakan (adhisthana = memberi kuasa)' dirinya sendiri pada hati, tenggorokan, jidat, urna diantara alis mata, pada hidung, telinga, pangkal paha, lutut, kaki, betis, mata dan bagian rahasia.

Kemudian ada muncul lingkaran bulan dari huruf 'A' di dalam tubuh Samaya miliknya sendiri. Dia mewujudkan kepercayaan diri dari penguasaan Mantra dari semua tanda yang muncul dari huruf Bija itu.

OM SARVAVID DRSYA JAH HUM VAM HOH, SAMAYAS TVAM SAMAYA HOH (OM Maha Tahu Semua, Lihat JAH HUM VAM HOH, Janji adalah Anda, Sang Ikrar HOH).

OM MUNI MUNI MAHA MUNAYE SVAHA (OM Sang Bijaksana, Sang Bijaksana, Sang Bijaksana Besar, Serukanlah!).

Dia harus membacanya tiga kali atau apapun yang biasanya.

Membuat Vajrasamaja Mudra pada tubuhnya sendiri dia harus mengucapkan : JAH HUM VAM HOH.

Memanggil (para dewata) ke tempat mereka yang tepat, dia memimpin mereka di dalam, mengikat Mereka dan menundukkan mereka.


OM AMI DEWA HRIH

Nara Simha Gatha (Syair Singa Laki-Laki)

Empat Mudra
1. Samaya Mudra


(Ada muncul) Vajra berujung lima di dalam hatinya dengan menerapkan huruf 'HUM'. Dengan demikian Saya akan menjelaskan Mudra Samaya dari 'Singa Sakya (Sakya Simha)'.

Samaya Mudra dijelaskan sebagai berikut :

Dia duduk di tengah pusat di dalam sikap meditasi (Mudra dari Sakyamuni).
Vajrosnisa Mudra terdiri dalam membuat ikatan Vajra dengan jari-jari tengah dibuat menjadi ujung.
(Ratnosnisa : ) sama dengan jari tengah dibuat menjadi permata.
(Padmosnisa : ) dengan jari tengah dibuat menjadi teratai.
(visvosnisa : ) dengan jari tengah membentuk Vajra dan sisa jari dibuat menjadi jari yang berkobar api.
Tejosnisa Mudra : dengan jari telunjuk menunjukkan api yang berkobar.
(Dhvajosnisa : ) sama dengan jari-jari kelingking dan jari-jari manis diulurkan keluar bersama-sama.
(Tiksnosnisa : ) jari telunjuk dibuat seperti daun bunga teratai dan jari tengah diangkat naik seperti Vajra.
(Chatrosnisa : ) sama dengan (kedua tangan) di tempatkan di depan dalam bentuk dari jaring Vajra.
(Lasya : ) jari jempol di tempatkan dihati, dan kemudian (Mala : ) di ulurkan keluar.
(Gita : ) Dia bergerak isyarat dengan sikap anjali jauh dari mulutnya, dan (nrtya : ) tempatkan itu pada kepalanya.
(Puspa : ) Dia membuat ikatan Vajra, dan (Dhupa : ) angkat naiik itu seperti anjali yang terbentuk dengan bagus.
(Dipa : ) jari-jari jempol ditempatkan bersama-sama, dan (Gandha : ) diulurkan keluar.
'Mengikat kepalan tangan berbentuk tinju Vajra (Vajramusti, kata-kata "Mengikat" disini artinya membuat simbol Mudra dengan jari)' , dia harus mempertahankan jari-jari telunjuk, jari-jari jempol, dan jari-jari tengah masing-masing di depan satu sama lain.
(Vajramkusa : ) dia membuat satu jari telunjuk menjadi Pengait, dan (Vajrapasa : ) ikat jari-jari jempol menjadi ikatan simpul.
(Vajrasphota : ) jari-jari jempol dan jari-jari telunjuk dikunci bersama-sama, dan (Vajravesa : ) kepalan tangan berbentuk tinju Vajra dibuat menjadi ujung.


Bhagavan Kasyapa Tathagata Sambodhi Maha Muni Sarira
(Relik Buddha Kasyapa, Buddha yang datang sebelum kalpa Sakyamuni Buddha)

2. dharma Mudra

Pada tingkat dari hatinya, dia harus membayangkan dharma-Mudra di atas lingkaran bulan di atas bunga teratai. dharma Mudra (dari masing-masing dewata) itu dihasilkan oleh Mantra yang dipancarkan sebelumnya.

3. Karma Mudra

Demikian ini adalah Karma Mudra : Vajra menyilang pada hati (hrdaye visvavajram).

Sikap dari Sakya Raja Mudra, sama seperti itu dijelaskan, terdiri dalam memutar Roda Dharma (Mudra dari empat Usnisa pertama) adalah berikut ini :

"Menyentuh permukaan lantai tanah, memberi, bermeditasi, dan tiada rasa takut (abhayadya), masing-masing berturutan.
Tejosnisa Mudra adalah demikian ini : Dia duduk di dalam meditasi yang mendalam.
(Tiksnosnisa : ) Dia mempertahankan lengan kanan (seperti) tongkat pemukul (gadha), dan lengan kiri (seperti) pedang pada hati.
(Dhvajosnisa : ) Dia harus menonjolkan jari telunjuk kiri dan mengulurkan keluar yang kanan.
(Chatrosnisa : ) Dia meletakkan tangan-tangannya bersama-sama dan mempertahankannya seperti sebuah payung."

Yang demikian itu adalah ritual dari Karma Mudra dari sembilan Buddha Pelindung.

"(Lasya : ) Dengan angkuh dia membungkuk dengan gerakan bergoyang.
Ikatan Mala (malabandha) bergerak pergi dari wajah, kemudian membengkok dalam lingkaran - ini milik Nrtya.
Dengan menerapkan kepalan tangan tinju vajra (vajramustiprayogena), dia harus membuat (Mudra dari) Dhupa dan yang lainnya dengan sesuai.
Dia membuat pengait (milik Vajramkusa) dengan jari telunjuk, dan rantai (milik Vajrapasa) dengan jari kelingking.
Membuat jari-jari telunjuk menjadi ikatan simpul (milik Vajrasphota), dia menekan dengan dua di belakang (milik Vajravesa)."

Sekarang saya akan menjelaskan dalam urutan yang sesuai tanda-tanda dari Diri Besar Bodhisattva (bodhisattvamahatmanam), dengan menerapkan ikatan dari Karma Mudra.

Membuat kepalan tangan berbentuk tinju Vajra, dia harus menempatkannya bersama-sama. Membuat jari telunjuk dan jari tengah menjadi pengait, dia harus mempertahankannya seperti bunga - yang demikian itu adalah Maitreya Mudra.

Dia menempatkan kepalan tangan kiri berbentuk tinju pada pangkal paha dan yang kiri di dekat bahu. Menonjolkan jari telunjuk dan jari tengah dia harus mempertahankannya membentuk mata - yang demikian itu adalah Amoghadarsin Mudra.

Membuat kepalan tinju Vajra, dia harus mengulurkan keluar jari-jari telunjuk membuat pengait dengan yang kanan - yang demikian ini adalah Sarvapayajaha Mudra.

Menempatkan kepalan tinju kiri pada pangkal paha, dia harus angkat naik yang kanan seperti tongkat - yang demikian ini adalah Sarvasokatamonirgathanamati Mudra.

Menempatkan kepalan tinju kiri pada pusar, dia harus mempertahankan yang kanan seperti belalai gajah - yang demikian ini adalah Gandhahastin Mudra.

Dia menempatkan kepalan tinju kiri pada pangkal paha dan mempertahankan yang kanan seolah-olah sedang mencengkram pedang - yang demikian ini adalah Suramgama Mudra.

Menempatkan kepalan tinju kiri pada hati, dia harus mengayunkan yang kanan di atas - yang demikian ini adalah Jnanaketu Mudra.

Dia harus mengatur tangannya seolah-olah sedang memegang vas (pot bunga) - yang demikian ini adalah Amrtaprabha Mudra.

Dia menempatkan kepalan tinju kiri pada paha dan yang kanan ke pinggir membentuk sabit dari bulan dengan jari jempol dan jari kelingking - yang demikian ini adalah Candraprabha Mudra.

Menempatkan tangan-tangan pada hati, dia harus membukanya seperti bunga teratai dan kemudian gabungkan bersama-sama ujung-ujung itu - yang demikian ini adalah Bhadrapala Mudra.

Mengikat bersama-sama kepalan-kepalan tinju Vajra, dia harus mengaturnya seolah-olah sedang memegang tameng-perisai, menempatkannya pada buah dada - yang demikian ini adalah Jaliniprabha Mudra.

Dia menempatkan kepalan tinju kiri pada pangkal paha dan yang kanan pada hati menonjolkan jari tengah - yang demikian ini adalah Vajragarbha Mudra.

Dia menempatkan kepalan tinju kiri pada dada dan mempertahankan yang kanan dalam sikap dari memberi - yang demikian ini adalah Aksayamati Mudra.

Dia menempatkan kepalan tinju kiri pada pusar dan membunyikan jari-jarinya dengan yang kanan - yang demikian ini adalah Pratibhanakuta Mudra.

Dia menempatkan kepalan tinju kiri pada pangkal paha dan membentuk kepalan tinju permata dengan yang kanan - yang demikian ini adalah 'Samantabhadra Mudra (Mudra dari Samantabhadra)'.

Karma Mudra diungkapkan melalui ritual tanpa simbol-simbol.


OM RATNA SAMBHAVA TRAM

TAKKI MAHA BALA MAHA KRODHA ANUTTARA VIDYA RAJA
NAMAH SAMANTA KAYA VAK CITTA VAJRANAM OM TAKKI HUM JAH

4. Maha Mudra


Dia mempertahankan pada hatinya sebuah Vajra berujung lima, memegangnya sesuai perwujudan (dari berbagai macam dewata) dengan Mudra dan peralatan Mereka. Menjadi pemegang Vajra dan lonceng, dia harus memegang Vajra pada hatinya. Ini dikenal sebagai Maha Mudra dari Diri Besar Bodhisattva di dalam perwujudan dari Mudra dan peralatan Mereka sesuai dengan cara dari pemegangannya. Dari yang manapun 'Diri Besar (mahamanam)' yang dia membuat Mudra itu, dia harus membayangkan sifat alami sejatinya sementara sedang membaca secara penuh makna dari Hrdaya yang sesuai.

Empat Mudra dibuat dalam urutan untuk menetapkan semua dewata. Dengan membuat mereka demi manfaat semua makhluk, orang menghasilkan kualitas-kualitas yang baik dari Maha Tahu Semua (sarvajnagunasampannah). Setelah demikian terbebas dari semua takdir jahat, para makhluk memperoleh Pencerahan Bodhi.

Sekarang Saya akan menjelaskan Mantra itu.

Dengan menerapkan Mudra dan Mantra itu dia harus mampu melaksanakan setiap perbuatan di dalam Sarva Durgati Mandala.
Membuat tarian Vajra terhadap (setiap dewata ) dia membaca Mantra itu.

OM NAMO BHAGAVATE SARVA DURGATI PARISODHANA RAJAYA TATHAGATAYA ARHATE SAMYAKSAMBUDDHAYA TADYATHA (OM Menyembah Hormat Kepada Bhagavan Sarvadurgatiparisodhanaraja, Yang Telah Datang, Yang Suci, Buddha Yang Sempurna, Yakni)

OM SODHANE SODHANE SARVA PAPA VISODHANE SUDDHE VISUDDHE SARVA KARMA AVARANA VISUDDHE SVAHA (OM Pelenyap Pelenyap, Pelenyap Semua Dosa, Murni Murni Paling Murni Berkenaan Dengan Penghalang Semua Perbuatan Svaha).

Mengambil lonceng dengan kepalan tinju kirinya dan mengayunkan secara penuh semangat Vajra itu dengan yang kanan ("yang kanan" disini maksudnya adalah kepalan berbentuk tinju dari tangan kanan), dia harus mengucapkan : VAJRAVACATAKKI HUM JAH JAH JAH Dia harus mempertahankannya pada hatinya agar mendatangkan (para dewata itu). Dia harus mengucapkan : TAKKI JAH HOH. Selanjutnya dia membuat mereka kokoh dengan seratus kali huruf. Melalui bertindak dalam cara ini dia menjadi sebanding dengan para Bodhisattva penguasa dasa-bhumi. Saat melihat mereka dia harus mempersembahkan semua pemujaan.

Kemudian dia harus menyembah dengan semua pujian ini :
"Menyembah hormat kepada sang Singa Sakya yang memutar Roda Dharma memurnikan semua takdir jahat dalam seluruh dunia dengan tiga bidangnya. (namas te sakyasimhaya dharmacakrapravartakah traidhatukam jagatsarvan sodhayet sarvadurgatim)

Menyembah hormat kepada Anda, Vajrosnisa, yang (oleh kebijaksanaan dari) kemurnian mutlak menjelaskan secara terperinci kebenaran tentang diri demi manfaat semua makhluk hidup. (namas ste vajrosnisaya dharmadhatusvabhavatah sarvasattvahitarhatmatattvapradarsakah)

Menyembah hormat kepada Anda, Ratnosnisa, yang melalui mewujudkan kebenaran (dari kebijaksanaan) dari kesamaan menyucikan semua yang hidup di dalam tiga bidang. (namas te ratnosnisaya samatattvabhavanaih traidhatukam sthitam sarvam abhisekapradayakah)"

Menyembah hormat kepada Anda, Padmosnisa, yang melalui perbedaan dari sifat alami diri menghidupkan kembali para makhluk hidup, menurunkan hujan nektar dari Dharma. (namas te padmosnisaya svabhavapratyaveksakah asvasayati sattvesu dharmamrtapravarsanaih)

Menyembah hormat kepada Anda, Visvosnisa, yang dengan sifat alami diri Anda berniat pada kegiatan melaksanakan semua tindakan demi peredaan duka dari makhluk hidup. (namas te visvosnisaya svabhavakrtyanusthitah visvakarmakaro hy esam sattvanam duhkhasantaya)

Menyembah hormat kepada Anda, Tejosnisa, yang menyinari tiga bidang menyebabkan semua makhluk hidup untuk melihat kebenaran mulia. (namas te tejosnisaya traidhatukam avabhasayet sarvasattvesu apayesu satyadrstva karisyati)

Menyembah hormat kepada Anda, Dhvajosnisa, yang memegang bendera dari permata pengabul keinginan, mengabulkan semua harapan dari makhluk hidup. (namas te dhvajosnisaya cintamanidhvajadharah danena sarvasattvanam sarvasa paripurayet)

Menyembah hormat kepada Anda, Tiksnosnisa, yang melalui memotong putus kekotoran yang utama dan yang kecil dan melalui menghancurkan empat iblis mara, mendatangkan Pencerahan Bodhi pada para makhluk hidup. (namas te tiksnosnisaya klesopaklesachedakah caturmarabalabhagnam sattvanam bodhih prapyate)

Menyembah hormat kepada Anda, Chatrosnisa, yang menyebabkan seluruh dunia dari tiga bidang memperoleh pangkat raja Dharma yang terhiasi dengan payung putih. (namas te chotrosnisaya sitatapatrasobhanam traidhatukam jagatsarvam dharmarajatvam prapyate)

Empat dewi, Lasya, Mala, dan Gita, Nrtya, dan kepada anda, dewi Puspa, Dhupa, serta Dipa dan Gandha, menyembah hormat kepada Anda. (lasya, mala tatha gita nrtya devyas catustayah pupa dhupa ca dipa ca gandha devi namo'stu te)

Avesa, Amkusa, Pasa, dan Sphota, para Pelindung pintu gerbang, lahir dari keyakinan dan seterusnya, berdiri di dalam pintu keluar masuk, menyembah hormat kepada Anda. (dvaramadhye sthita aveso'mkusah pasas sphotakah sraddhadyabhavanirjata dvarapalam namo'stu te)

Para Bodhisattva yang tinggal berdiam pada sisi dari empat pintu gerbang di tepi (dari Mandala), menempati (dua belas) tingkat dari kegembiraan dan sisanya, menyembah hormat kepada Anda. (vedikadau sthita ye ca satvaradvaraparsvatah muditadau dase sthitva bodhisattva namo'stu te)

Brahma dan Indra, Rudra, Candra, Arka, para pelindung dunia dalam empat penjuru arah, dan kepada anda Agni, Raksasa, Vayu, dan Penguasa Bhuta, menyembah hormat kepada anda. (brahmedrau rudracandradyair lokapalacaturdisam agniraksasavayu ca bhutadipam namo'stu te)

Mengucapkan nyanyian pujian raja ini didepan Mandala itu, sang Mantrin harus membacanya sambil memegang Vajra dan lonceng. (anena stotrarajena samstutya mandalagratah vajraganthadharo mantri idam stotram udaharet)


PANCA DHYANI BUDDHA JINA

Vajra Acarya

Sekarang saya akan menjelaskan Mandala yang bernama Raja Tertinggi.

OM A KARO MUKHAM SARVA DHARMANAM ADYANUTPANNATVAT (OM Huruf A, Sumber Dari Semua Dharma Karena Tiada Asal Mereka Dari Awalnya)

Dari penerapan artinya dan berniat pada enam belas kali kekosongan dari seluruh alam semesta dalam sepuluh penjuru arah, dia harus melihat dirinya sendiri seperti kekosongan dalam keadaan dirinya sendiri.

Kemudian dengan cara dari Vajra yang dihasilkan dari huruf 'HUM', (ada muncul) 'Vayu Mandala (Mandala Angin)' diatasnya Air Dadih Besar dari huruf 'VAM' : Diatas mereka ada Mandala Emas dari huruf KAM; Di dalam tengah pusat itu, dia mengucapkan : HUM SUM HUM. Dengan menucapkan itu, dia menghasilkan gunung Sumeru yang terbuat dari permata, persegi, dan terhiasi dengan semua jenis dari batu mutiara. Dia harus memberdayakannya dengan cara dari sikap ikatan Vajra dan melalui mengucapkan : OM VAJRA DRDHA (Om Vajra Jadilah Kokoh) dan seterusnya. Diatas puncak (Sumeru), dengan cara dari Karma Mudra dari Penyebab Vajra (ada muncul) istana yang dihasilkan dari huruf 'BHUM'. Ia memiliki tingkat atas yang terbuat dari Vajra, batu mutiara, dan permata. Ia berbentuk persegi, memiliki empat pintu gerbang dihiasi dengan empat genderang. Di atas empat sudut, di atas pintu, dan diatas puncak ia memiliki lambang dari matahari dan bulan. Ia terhiasi dengan untaian mutiara dan kalung, dengan bendera dan kalung karangan bunga, dan dengan empat benang yang melekat. Mandala bagian dalam mempunyai roda berjari-jari delapan diliputi oleh kalung karangan bunga yang terbuat dari Vajra. Pada tengah pusatnya ada kursi Singa dengan lingkaran bulan pada puncaknya. Di dalam delapan jari-jari itu ada lingkaran bulan, wilayah dari para dewata. Mengenai tempat dari para dewata itu, dia harus melihat pada dua puluh delapan lingkaran bulan (yang tergambar) di atas kain tenun.

Memasuki yang demikian kedalam keadaan dari konsentrasi yang bernama "menyerap-meliputi langit (asthanakasamadhi)", dimana (dia membayangkan) sebuah lingkaran bulan terletak di kursi Singa (simhasanopari candramandale), dan di lingkaran bulan itu huruf vokal dan huruf konsonan yang mewakili kebijaksanaan dan cara bijaksana melebur ke satu sama lain (akaradikakaradyaksaraprajnopayasvarupam dravibhutam). Dikarenakan oleh sifat alaminya sendiri sebagai Bodhicitta, yang demikian itu adalah bentuk dari Mantra sempurna sebagai penyebab untuk memberikan manfaat kepada para makhluk hidup : OM MUNI MUNI MAHA MUNAYE SVAHA. Dengan cara dari Mantra ini dia menjadi sepenuhnya tersempurnakan sebagai "Singa Sakya (sakyasimha)". Dia didudukkan di dalam keadaan dari konsentrasi yang bernama "Pelenyap Semua Ketidaksempurnaan" (sarvanivaranam nama samadhisamapannah).

Mengikat kepalan tangan membentuk tinju Vajra dia harus membukanya dengan berhasil. Ini adalah Mudra dari Pemutaran Roda Dharma yang menghancurkan seluruh samsara. Contohnya adalah seperti berikut :

Sama seperti lebah dan (serangga) lainnya yang sedang beristirahat di bunga teratai tertahan,
Dan melalui membuka bunga teratai itu terbebas dari kurungan yang menyakitkan,
Dalam cara yang sama mereka yang terpenjara di dalam tiga takdir jahat melalui samsara yang menyakitkan,
Terbebaskan dari belenggunya melalui belas-kasih dari Sakya Simha.

Dari huruf 'A' dihasilkan lingkaran bulan di dalam hati dari Sakyamuni. Kemudian di lingkaran bulan itu Mantra dari semua (dewata) menjadi matang. Dia harus membayangkan (Mereka semua satu demi satu) dimulai dengan Vajrosnisa dan diakhiri dengan Vajravesa.

Sekarang Mantra itu : OM NAMO BHAGAVATE SARVA DURGATI PARISODHANA RAJAYA TATHAGATAYA ARHATE SAMYAKSAMBUDDHAYA TADYATHA OM SODHANE SODHANE SARVA PAPA VISODHANE SUDDHE VISUDDHE SARVA KARMA AVARANA VISUDDHE SVAHA (OM Menyembah Hormat Kepada Bhagavan Sarvadurgatiparisodhanaraja, Yang Telah Datang, Yang Suci, Buddha Yang Sempurna, Yakni : OM Pelenyap Pelenyap, Pelenyap Semua Dosa, Murni Murni Paling Murni Berkenaan Dengan Penghalang Semua Perbuatan Svaha).

Dia harus membaca Mantra ini.

Sekarang Saya akan menjelaskan pengaturan itu di dalam urutan yang sesuai.

OM VAJRA HUM PHAT - dia menghasilkan ini melalui ucapan dan itu datang keluar sebagai lima sinar. Menyinari semua sepuluh penjuru arah, itu mengakhiri penderitaan dari semua makhluk hidup. (Sinar ini) berkumpul memasuki hatinya. Percampuran dari Mantra itu dan Sinar itu menghasilkan rupa tubuh yang sempurna.

Pada jari-jari ruji dari penjuru timur dari Mandala sebelah dalam ada muncul dari hatinya, demi memberikan manfaat kepada para makhluk hidup, Vajrosnisa Tathagata duduk di lingkaran bulan sedang bersandar diatas bunga teratai. Dia berwarna putih, cemerlang dan berkilau. Dia membuat sikap menyentuh permukaan tanah/lantai (mudrabhusparsasamsthitah).

Dalam cara yang sama seperti yang dijelaskan tadi, yang berhubungan dengan pemancaran dan menuju ke satu titik dari sinar dalam semua penjuru arah melalui cara dari penggabungan dari Mantra itu dan sinar itu yang memancar dan menuju ke satu titik, dia menghasilkan dari hatinya bentuk-gambar (selanjutnya) yang sempurna. Satu ini harus didudukkan di dalam tempatnya yang benar di jari-jari ke kanan (arah selatan). Dia harus dihasilkan dengan (Mantra) ini : OM RATNOTTAMA TRAM. Ratnosnisa Tathagata, muncul dari hatinya, duduk di lingkaran bulan sedang bersandar diatas bunga teratai. Dia terhiasi dengan semua tanda-tanda Buddha. Dia berwarna biru dan membuat sikap memberi (varada mudra). Dia 'menyucikan (abhiseka)' semua makhluk hidup dari 'tiga bidang/wilayah (traidhatuka)'.

Seperti sebelumnya melalui cara dari memancarkan dan menuju ke satu tempat (dari sinar itu), dan dalam urutan yang benar dari penampilan dari bentuk-bentuk gambar itu, dia harus menghasilkan (Satu ini) dengan mengucapkan : OM PADMOTTAMA HRIH. Padmosnisa Tathagata, dihasilkan dari huruf Bija itu dan sinar itu, muncul dari hatinya, harus duduk di jari-jari arah barat di lingkaran bulan sedang bersandar diatas bunga teratai, sedang memberikan pengajaran. Dia indah, berwarna bunga teratai merah, dan membuat sikap dari meditasi (dhyana mudra).

Dia harus menghasilkan (bentuk-gambar berikutnya) dengan mengucapkan : OM VISVOTTAMA AH. Visvosnisa Tathagata, sang Buddha, muncul dari hatinya di lingkaran bulan sedang bersandar diatas bunga teratai ditempatkan di jari-jari arah utara. Dia penuh dengan kemegahan, tubuh-Nya berwarna hijau, dan dia membuat sikap tiada rasa takut (abhaya mudra). Melaksanakan semua perbuatan (dari Buddha) Dia membebaskan para makhluk hidup dari samsara.

Dari huruf 'OM' dia harus menghasilkan Tejosnisa Tathagata. Dia duduk di lingkaran bulan sedang bersandar diatas bunga teratai di jari-jari arah tenggara. Dia memegang lingkaran matahari dengan tangan kanan-Nya dan tangan kirinya bersandar di pangkal paha. Dia menyinari tiga wilayah dengan cahaya berwarna putih (dari tubuh-Nya).

Dari huruf 'HUM' dilahirkan Dhvajosnisa Tathagata. Dia juga harus muncul dari hati. Dia duduk di lingkaran bulan sedang bersandar di atas bunga teratai di jari-jari arah barat daya. Dia berwarna merah hitam. Sedang memegang bendera dari permata pengabul keinginan, dia melenyapkan kecemburuan di antara para makhluk hidup.

Tiksnosnisa Tathagata dilahirkan dari huruf 'DHIH'. Menghancurkan kekotoran utama dan kecil, Dia muncul di jari-jari arah barat laut. Dia harus didudukkan di lingkaran bulan sedang bersandar di bunga teratai. Warna dari tubuh-Nya adalah indah seperti langit. Di tangan kanan-Nya Dia memegang pedang dan buku di tangan kiri-Nya.

Chatrosnisa Tathagata dilahirkan dari huruf Bija 'KRIM'. Dia muncul di jari-jari arah timur laut. Dia adalah Penguasa Dharma dari semua makhluk. Warna-Nya seperti bunga melati, mengenai sikap-Nya Dia memegang payung (mudreyam chatradharinah).

Semua (Buddha) didudukkan di lingkaran bulan sedang bersandar dengan duduk bersila dalam sikap bunga teratai.

HUM TRAM HRIH AH - melalui membaca Mantra ini empat Dewi, Lasya dan yang lain-Nya muncul dari hati. Mereka didudukkan di lingkaran bulan sedang bersandar di atas bunga teratai di dalam empat sudut (tengah). Mereka memiliki warna dari keluarga Mereka (masing-masing) : putih, kuning, merah, dan beraneka-ragam. Mengenai sikap Mereka, Mereka adalah sama seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Dengan membaca Mantra yang sama dia harus menghasilkan dari hatinya empat Dewi, Dhupa dan yang lainnya. Mereka didudukkan di lingkaran bulan sedang bersandar di atas bunga teratai di dalam empat sudut (luar), memiliki warna dari keluarga Mereka masing-masing.

OM SARVA SAMSKARA PARISUDDHE DHARMATE GAGANASAMUDGATE SVABHAVAVISUDDHE MAHANAYAPARIVARE SVAHA (OM Intisari Dharma Sepenuhnya Termurnikan Dari Semua Kumpulan, Muncul Dari Langit, Paling Murni Dalam Sifat Alaminya, Mencakup Cara Yang Besar, Serukanlah!) - Dengan Mantra ini dia harus menghasilkan Maitreya Bodhisattva dan yang lain-Nya, kumpulan dari Empat, yang berada di dua sisi dari pintu gerbang timur (dan tiga yang lainnya). Mereka semua duduk di lingkaran bulan sedang bersandar di atas bunga teratai, di dalam sikap dari Sattvaparyamka. Mengenai sikap dan warna dari tubuh Mereka adalah sebagai berikut :

Maitreya, Makhluk dari hati yang berbudi luhur, adalah berwarna emas, gemerlapan dan indah. Di tangan kanan-Nya Dia memegang bunga naga dan tangan kiri-Nya pot berisi air.

Yang kedua adalah Amoghadarsin. Dia gemerlapan dan berkilau dengan warna emas. Mengenai sikap-Nya, Dia memegang tangkai bunga teratai di tangan kanan-Nya dan tangan kiri-Nya bersandar di pangkal paha.

Bodhisattva yang ketiga adalah Apayajaha. Dia gemerlapan dan berkilau dengan warna putih. Mengenai sikap-Nya, dia memegang Pengait.

Yang keempat adalah Sarvasokatamanirghatanamati. Dia memancarkan dengan warna putih dan kuning yang bercampur. Dia didudukkan di dalam sikap Sattvaparyamka sedang memegang tongkat gada di tangan kanan-Nya dan menyandarkan tangan kiri-Nya di pangkal paha.

Empat Bodhisattva didudukkan di sisi dari pintu gerbang selatan : Yang pertama adalah Gandhastin. Dia berwarna biru pucat. Di tangan kanan-Nya dia memegang tempurung kerang besar yang dipenuhi dengan wewangian dan tangan kiri-Nya bersandar di pangkal paha. Dia menghapuskan semua rintangan.

Yang kedua bernama Suramgama. Dia membebaskan dari semua kekotoran. Dia gemerlapan dan berkilauan dengan warna dari kristal. Mengenai sikap-Nya, Dia menyandarkan tangan kiri-Nya di pangkal paha dan memegang pedang di tangan kanan-Nya. Dia menenangkan duka dari para makhluk hidup.

Yang ketiga adalah Gaganaganja. Dia terhiasi dengan semua penghiasan. Dia indah dengan warna putih dan warna kuning yang bercampur. Dia mengusir semua rintangan. Tangan kiri-Nya bersandar di pangkal paha. Di tangan kanan-Nya Dia memegang bunga teratai dengan harta Dharma diatas puncaknya. Dia memahami semua harta ruang angkasa.

Yang keempat adalah Jnanaketu. Dia mengabulkan semua harapan. Dia muncul berwarna biru. Tangan kiri-Nya bersandar di pangkal paha dan di tangan kanan-Nya Dia memegang bendera dari permata pengabul keinginan (cintamanidhvajadharah). Dia melenyapkan kesengsaraan dari kemiskinan.

Mereka yang duduk di lingkaran bulan sedang bersandar di bunga teratai di sisi dari pintu gerbang arah barat : Yang pertama adalah Amrtaprabha. Dia indah dengan warna dari bulan. Dia memegang bejana dari nektar (amrtakalasam) dengan tangan (kanan) (membentuk seperti) 'jambul dari permata (mukutam ratnapanina)'. Tangan kiri-Nya bersandar di pangkal paha. Dia menganugerahkan umur panjang dalam keadaan yang berlimpah-limpah.

Yang kedua bernama Candraprabha. Dia melenyapkan ketidakjelasan dari ketidaktahuan. Tubuh-Nya adalah indah dan putih. Di tangan kanan-Nya Dia memegang bunga teratai dengan lingkaran bulan diatasnya. Tangan kiri-Nya bersandar di pangkal paha.

Yang ketiga adalah Bhadrapala. Dia berwarna putih merah. Dia menjelaskan keseluruhan dari Dharma. Tangan kiri-Nya bersandar di pangkal paha dan di tangan kanan-Nya Dia memegang permata yang bernyala api.

Bodhisattva yang keempat dikenal sebagai Jaliniprabha. Dia indah dan berwarna merah. Dia memegang jaring Vajra (vajrapanjaradharinah).

Mereka yang duduk di lingkaran bulan sedang bersandar di bunga teratai di sisi dari pintu gerbang arah utara : Buddhaputra yang pertama bernama Vajragarbha. Dia berwarna putih biru. Tangan kiri-Nya bersandar di pangkal paha dan tangan kanan-Nya Dia memegang bunga teratai dengan Vajra.

Yang kedua bernama Aksayamati. Dia terdirikan pada batas dari tiada cacat. Dia gemerlapan dengan warna dari bunga melati. Memegang dengan kedua tangan-Nya bejana/vas dari pengetahuan Dia memuaskan semua makhluk hidup.

Buddhaputra yang ketiga dikenal sebagai Pratibhanakuta. Dia berwarna merah, penuh kagungan dan berkilauan. Dia menyandarkan tangan kiri-Nya di pangkal paha dan di tangan kanan-Nya Dia memegang tumpukan dari permata.

Bodhisattva yang keempat bernama Samantabhadra. Dia berwarna biru, indah dan berkilauan. Di tangan kanan-Nya Dia memegang kelompok dari permata dan tangan kiri-Nya bersandar di pangkal paha.

Terberkahi dengan bentuk rupa yang demikian adalah para Bodhisattva yang penyayang itu.

Ini adalah keadaan dari konsentrasi yang bernama Raja Mandala Tertinggi (mandalarajagri nama samadhih)

OM MUNI MUNI MAHA MUNAYE SVAHA
OM NAMAH SARVA DURGATI PARISODHANA RAJAYA TATHAGATAYA-ARHATE SAMYAKSAMBUDDHAYA TADYATHA OM SODHANE SODHANE SARVA PAPA VISODHANI SUDDHE VISUDDHE SARVA KARMA-AVARANA VISUDDHE SVAHA - Dengan Mantra ini dia harus membayangkan penciptaan dari tiga puluh tujuh dewata yang dimulai dengan yang penuh kemuliaan sang Raja Singa Sakya (anena mantrena srisakyasimharajapramukha saptatrimsad-devataparipurnam bhavayet).

Selanjutnya dia harus membangkitkan Mandala Pengetahuan (jnanamandalam). Dia membuka pintu gerbang dengan Mantra dan Mudra.

Mengikat kepalan tangan berbentuk tinju Vajra, dia harus merentangkan jari-jari telunjuk dan membuat rantai dengan jari-jari kelingkingnya - yang demikian itu adalah 'sikap dari Membuka Pintu Gerbang (dvaredghatanamudraya)'.
OM SARVAVID DVARAM UDGATHAYA HUM (OM Yang Maha Tahu Semua, Bukalah Pintu, HUM). Dia harus membukan pintu gerbang itu dengan Mantra dan Mudra itu.

Dia harus menghasilkan Mandala itu dengan sikap Mudra dari Vajracakra : OM SARVAVID VAJRACAKRA HUM (OM Yang Maha Tahu Semua, Lingkaran Vajra, HUM). Dengan cara dari membuat Vajra dengan lengan-lengannya dan membuat suara dengan jari, Raja Sakya yang mulia, sang Tuan dari Yoga, akan memanggil semua Buddha untuk berkumpul.

Dengan tangan kiri-nya dia membunyikan jarinya dalam cara yang mantap dan bertindak dalam cara yang sama dengan tangan kanan-nya. Melakukannya bersama-sama, dia mengucapkan : OM VAJRA SAMAJA JAH HUM VAM HOH (OM Penyatuan Vajra JAH HUM VAM HOH). Dengan hanya membunyikan jari-jari dan mengucapkan Perintah itu, perkumpulan majelis itu dan rombongan penggiring berkumpul bersama-sama. Semua Buddha datang bersama-sama, apalagi yang lainnya.

Melihat dihadapan dia, perkumpulan majelis dari Mandala itu di ruang angkasa, dia mengambil air dari hidangan yang diberkati dengan Mantra dari Vajrayaksa dan mempersembahkannya untuk minuman. Kemudian dia harus menyajikan persembahan itu dengan sikap yang sesuai. Kemudian dia harus mempersembahkan air untuk kaki.

(Dia mengucapkan : )
OM VAJRA PUSPA HUM (OM Bunga Vajra HUM)
OM VAJRA DHUPE HUM (OM Dupa Vajra HUM)
OM VAJRA DIPE HUM (OM Lampu Vajra HUM)
OM VAJRA GANDHE HUM (OM Wewangian Vajra HUM)

Setelah melenyapkan semua rintangan dengan cara dari Mantra dari Vajrayaksa, dia harus memimpin (para dewata itu) kedalam Mandala.

Selanjutnya dia melaksanakan empat Mudra. Pertama harus melaksanakan Samaya Mudra dengan mengikuti cara yang dijelaskan sebelumnya. Dharma Mudra dilaksanakan dengan cara dari Mantra yang dijelaskan sebelumnya. Karma Mudra dilaksanakan dengan Mantra dari Karma Mudra. Akhirnya Maha Mudra dilaksanakan dengan Mantra dari Maha Mudra.

Mengungkapkan (sikap dari) Sattvavajri, Ratnavajri, Dharmavajri, dan Karmavajri melalui (menerapkan yang dari) Vajrosnisa Tathagata dan yang lainnya, dia harus menyucikan Mandala itu dan anggota dewata dimulai dengan Raja Sakya dan berakhir dengan Vajravesa. Dia harus melaksanakan Tuan dari Lima Penyucian menyimpulkan dengan yang kesepuluh (pancabhisekadhipatidasaparyantam dadyat). Penyucian sedang disempurnakan.

(Dia mengucapkan : )

OM SARVA TATHAGATA DHUPA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Dupa Dari Semua Tathagata HUM).
OM SARVA TATHAGATA PUSPA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Bunga Dari Semua Tathagata HUM).
OM SARVA TATHAGATA DIPA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Lampu Dari Semua Tathagata HUM).
OM SARVA TATHAGATA GANDHA PUJA MEGHA SAMUDRA SPHARANA SAMAYE HUM (OM Kejadian Serentak Dari Hembusan Lautan Awan Dari Penyembahan Wewangian Dari Semua Tathagata HUM).

Kemudian dia harus menyembah dengan Lasya dan yang lainnya.

Mengacungkan Vajra, dia harus memuji Mereka seperti sebelumnya dengan seratus kali syair Vajra :

Yang tidak ada bandingannya, yang tidak tergoncangkan, yang tiada bandingan di dalam unsur sifat alami Mereka,
Para Penyayang, Pelenyap penderitaan dari Dunia,
Penganugerah dari semua kualitas dan kesempurnaan Siddhi yang baik, yang tanpa batas ini.
Yang tidak ada bandingannya, yang tidak tergoncangkan, yang tiada bandingan di dalam unsur sifat alami Mereka.

Kualitas-kualitas yang unggul ini menyandang tiada bandingan hingga tingkat yang paling tipis,
Sama seperti ruang angkasa Mereka sungguh tanpa bandingan,
Menganugerahkan kesempurnaan Siddhi yang unggul di dalam alam dari makhluk berwujud (sphutasatvadhatuvarasiddhidayisu),
Mereka adalah melampaui diluar dari perbandingan di dalam kesempurnaan yang tanpa bandingan milik Mereka.

Cita-cita yang sempurna dari para Yang Maha Penyayang ini, selamanya murni,
Lahir dari kekuatan dari kasih sayang Mereka, dan tak terhalang oleh sifat alami,
Janji yang sempurna demikian dari Mereka yang Maha Penyayang ini bersinar keluar,
Tidak terbatas berniat pada mencapai kebaikan dalam dunia.

Itu mengusahakan dalam memberikan kesempurnaan Siddhi terbaik pada tiga dunia.
Mencapai hingga kesempurnaan akhirnya di dalam Dia yang sungguh tiada bandingan,
Bahkan Mereka yang telah mencapai keadaan Sugata,
Berseru kepada Dharma yang unggul itu !

Semoga para Sugata yang selalu memberikan yang terbaik dari pemberian,
Yang menganugerahkan yang terbaik dari kesempurnaan Siddhi pada seluruh tiga dunia,
Tak terintangi di dalam keadaan dari keBuddhaan yang abadi,
Semoga Mereka yang demikian memberikan yang terbaik dari kesempurnaan Siddhi, menganugerahkan kepada saya 'janji (Samaya)' Mereka.

Bercita-cita tinggi dengan pembaktian untuk menyampaikan nyanyian pujian ini di dalam seluruh penjuru arah dengan seratus lidah mulut, dia harus mempersembahkannya sambil memegang Vajra dan Lonceng.

Kemudian menyembah dalam segala hal dia harus mempersembahkan kepada semua Buddha di dalam sepuluh penjuru arah, kepada para Bodhisattva, dan para dewata yang berada di bagian luar dari dunia ini dan dunia diatas, persembahan bersama-sama dengan kebutuhan untuk upacara persembahan. Dia harus membaca banyak syair.

Pertama dia harus menggambar banyak tumpukan dari dosa dengan cara dari suara dari membunyikan jari dan sebagainya dan dengan cara dari Mudra milik Trailokyavijaya, bersama-sama dengan Tiga Huruf dan sisanya, dia membawa bersama-sama semua dosa dari seluruh alam semesta. Memanggil, menarik, nengikat, dan menghancurkan - yang demikian ini adalah empat Mantra yang diterapkan secara tepat.

Dia harus memurnikan tulang-tulang dari mayat yang di tempatkan di dalam kain putih dengan membaca Mantra dan melemparkan biji sesawi berwarna putih.

Mengucapkan Mantra OM SODHANA (OM Pemurni) dan lain-lain. Dia harus membersihkan dengan air, ketidakmurnian dari tiga keadaan dari keberadaan.

Mengucapkan Mantra OM KAMKANI dan lain-lain. Dia harus memurnikannya dengan lima hasil dari Sapi.

Mengucapkan Mantra OM RATNA dan lain-lain. Dia harus memurnikannya dengan semua jenis dari wewangian yang bagus.

Mengucapkan Mantra OM AMOGHA dan lain-lain. Dia harus memurnikannya dengan susu sapi.

Mengucapkan Mantra OM AMRTA AMRTA dan lain-lain. Dia harus memurnikannya dengan minuman keras memabukkan yang unggul.

Mengucapkan Mantra OM PUNYE PUNYE dan lain-lain. Dia harus memurnikannya dengan air antaranya dan antara.

Membaca kembali nyanyian pujian dari ucapan syukur itu, dia harus menyucikannya. Dia harus memurnikan jalan pembacaan Mantra dari empat dewi, Dhupa dan yang lain-Nya.

Kemudian membuat hati berukuran satu hasta, dia harus mempersembahkan persembahan yang dibakar. Mengingat bahwa makhluk hidup menanggung takdir jahat, dia harus melaksanakannya demi kelangsungan bahagianya dan demi pelenyapan dosa dan rintangan. Dengan dua tangannya dia melemparkan kedalam nyala api, 'mentega','susu','madu','gandum kering', dan 'benih biji sesawi berwarna putih' dicampur bersama-sama dengan 'wijen', 'jagung','jahe kering' dan hal yang lainnya.

Mengenai ritual yang lain, dia harus melaksanakan seperti yang dijelaskan sebelumnya. Dengan melaksanakan dalam cara ini para makhluk hidup secara cepat memperoleh kebahagiaan.

Keadaan dari pemusatan pikiran ini disebut Karmarajagri (Raja Yang Terbaik Dari Perbuatan).

Dengan ini di kerjakan selengkapnya untuk para makhluk hidup itu, mereka terbebas dari kesengsaraan neraka dan berbuat demi memberi manfaat kepada para makhluk hidup di dalam alam Tusita. Mereka dilahirkan seperti para Buddha.

Kemudian Indra bersama-sama dengan para Dewa yang maha termashyur menari dan tampil ke depan agar untuk menyembah dengan kumpulan awan yang tiada akhirnya dari memuji para Tathagata yang dilahirkan dalam hidup ini. Kumpulan dari para Dewa membangkitkan Bodhicitta dan menghias hutan kesenangan itu dengan kumpulan besar dari bunga-bunga surga, dupa, lampu, wewangian, payung, bendera kemenangan, bendera-bendera, dan banyak perghiasan yang lain, dan mengisinya dengan jubah, permata, dan perhiasan yang lain. Itu menjadi keajaiban yang besar (tato mahacaryam bhutam).




BAB II
Sakyamuni Mandala


Kemudian Bhagavan Vajrapani Bodhisattva menjelaskan secara terperinci bagian yang selanjutnya sang  Raja risalah dari Mantra dengan cara dari pemberkatan sang Bhagavato (bhagavato adhisthanena mantrakalparajottarakalpam abhasata).

Sang Pahlawan (Vira) bangkit dari kursi-Nya, bersuka cita dan mengayunkan Vajra. Menggembirakan para Sakya yang terkemuka, membungkuk di hadapan sang Penguasa Bijaksana (munisvaram), Dia masuk kedalam keadaan dari konsentrasi yang bernama [/b]Vajra Pelenyap Semua Rintangan[/b] (Sarva Avarana Visodhana Vajra Nama Samadhim), dan Dia memunculkan keluar dari hati-Nya Hrdaya yang bernama Pemurnian Takdir Jahat (Durgati Parisodhanam Nama Hrdayam).

OM SARVA PAPA DAHANA VAJRA HUM PHAT (OM Vajra Membakar Semua Dosa Hum Phat --> Ini adalah Mantra dari Bhagavan Sakyamuni Vajradhara)

OM SARVA APAYA VISODHANA VAJRA HUM PHAT (OM Vajra Memurnikan Semua Kejahatan Hum Phat --> Ini adalah Mantra dari Vajrapani) 

OM SARVA KARMA AVARANANI BHASMIKURU HUM PHAT (OM Mengecilkan Hingga Menjadi Abu Rintangan-Rintangan Dari Semua Perbuatan HUM PHAT -> Ini adalah Mantra dari Jayosnisa)

OM BHRUM VINASAYA AVARANANI HUM PHAT (OM BHRUM Hancurkan Rintangan HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Cakravartin)

OM DHRUM VISODHAYA AVARANANI HUM PHAT (OM DHRUM Memurnikan Rintangan HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Vijaya)

OM JVALA JVALA DHAKA DHAKA HANA HANA AVARANANI HUM PHAT (OM Bakar Bakar Hancurkan Hancurkan Bunuh Bunuh Rintangan HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Tejorasi)

OM SRUM SARA SARA PRASARA PRASARA AVARANANI HUM PHAT (OM SRUM Kalahkan Kalahkan Kuasai Kuasai Rintangan HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Sitatapatra)

OM HUM HARA HARA SARVA AVARANANI HUM PHAT (OM HUM Lenyapkan Lenyapkan Semua Rintangan HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Vikirina)

OM HUM PHAT SARVA AVARANANI SPHOTAYA HUM PHAT (OM HUM PHAT Hilangkan Semua Rintangan HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Vidhvamsaka)

OM BHRTA BHRTA SARVA AVARANANI HUM PHAT (OM Belah Belah Semua Rintangan HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Lasya)

OM TRATA TRATA SARVA AVARANANI HUM PHAT (OM Hentikan Hentikan Semua Rintangan HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Mala)

OM CHINDA CHINDA VIDRAVA VIDRAVA SARVA AVARANANI HUM PHAT (OM Potong-putus Potong-putus Bubarkan Bubarkan Semua Rintangan HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Gita)

OM VIDYAH VIDYAH SARVA AVARANANI HUM PHAT (OM Rusak Rusak Semua Rintangan HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Nrtya)

OM DAHA DAHA SARVA NARAKA GATI HETUM HUM PHAT (OM Bakar Bakar Semua Penyebab Dari Lahir Ke Alam Neraka HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari para penggiring sang Bhagavan Sakyamuni)

OM PACA PACA SARVA PRETA GATI HETUM HUM PHAT (OM Akhiri Akhiri Semua Penyebab Dari Lahir Ke Alam Hantu Kelaparan HUM PHAT --> Ini adalah Mantra untuk melenyapkan semua takdir dari terlahir diantara para hantu kelaparan)

OM MATHA MATHA SARVA TIRYAG GATI HETUM HUM PHAT (OM Hancurkan Hancurkan Semua Penyebab Dari Lahir Ke Alam Binatang HUM PHAT --> Ini adalah Mantra untuk memberangus semua takdir dari terlahir diantara binatang)

Kemudian Dia menjelaskan pelayanan Mereka (tatas tesam upakaranany abhasata).

OM SARVA PAPA VISODHANI DHAMA DHAMA DHUPAYA HUM PHAT (OM Pemurni Semua Dosa, Singkirkan Singkirkan, Asapi HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Dhupa)

OM SARVA DURGATI VISODHANI PUSPA VILOKINI HUM PHAT (OM Pemurni Semua Takdir Jahat, Pelihat Bunga HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Puspa)

OM SARVA APAYA VISODHANI JNANA ALOKAKARI HUM PHAT (OM Pemurni Semua Kejahatan, Penghasil Tanggapan Pengetahuan HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Dipa)

OM SARVA APAYA GATI GANDHANASANI GANDHAVATI HUM PHAT (OM Wangi Penghancur Semua Takdir Jahat, Menguasai Wewangian HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Gandha)

OM SARVA NARAKA GATI AKARSANI HUM JAH PHAT (OM Penarik Dari Semua Takdir Ke Neraka HUM JAH PHAT --> Ini adalah Mantra dari Amkusa)

OM SARVA NARAKA GATI UDDHARANI HUM PHAT (OM Penyelamat Dari Semua Takdir Ke Neraka HUM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Pasa)

OM SARVA APAYA BANDHANA VIMOCANI HUM VAM PHAT (OM Pembebas Dari Ikatan Dari Semua Kejahatan HUM VAM PHAT --> Ini adalah Mantra dari Sphota)

OM SARVA APAYA GATI GAHANA VINASANI HUM HOH PHAT (OM Pelenyap Sakit Dari Semua Takdir Jahat HUM HOH PHAT --> Ini adalah Mantra dari Avesa)

Kemudian Dia menjelaskan Mandala itu (tato mandalam abhasata).

Mengenai lingkaran bagian dalam, itu terhiasi dengan delapan jari-jari ruji (cakrantaram tu mandalam astarais ca subhisitam). Itu memiliki tengah pusat dan lingkaran. Setelah demikian membuat bentuk bagian dalam dia harus menggambar di dalam tengah pusat sang Sakyamuni. Di depan sang Pahlawan dia harus menggambar Vajrapani yang maha kuat. Di belakang dia harus menggambar Cakravartin, di kanan dia menggambar Jayosnisa, di kiri Vijaya, di tenggara Tejorasi, di timur laut Sitatapatra, di barat laut Vikirina, dan di barat daya Vidhvamsaka.

Selanjutnya dia harus menggambar bagian luar. Itu adalah persegi, dihiasi dengan empat pintu gerbang dan empat genderang. Amkusa, Pasa, Sphota, dan Ghanta harus ditempatkan oleh sang Pahlawan (di dalam tempat-tempat Mereka yang sesuai). Puspa dan dewi yang lainnya adalah digambar di dalam semua sudut.

Kemudian dia harus meminyaki tubuhnya dengan wewangian dan hal yang lain, dan memakai kalung karangan bunga yang terbuat dari bunga-bunga yang wangi. Selanjutnya sang Guru Vajra (Vajra Acarya) harus masuk dengan mengucapkan : JAH HUM VAM HOH BHAGAVAN EHYEHI MAHA KARUNIKA DRSYA HOH (JAH HUM VAM HOH Bhagawan Datanglah, Yang Maha Penyayang, Lihatlah HOH). Dia harus memanggil semua dewa (sarvadevan akarsayet).

Orang-orang yang telah dipimpin dalam cara ini dan disucikan, mereka menjadi terbebas dari semua takdir jahat. Mereka terlahir di tempat yang lebih tinggi dari alam-alam surga. Mereka mencapai semua keberhasilan Siddhi dan mereka tentu memperoleh Samyaksambodhi. Mereka melaksanakan semua perbuatan seperti sebelumnya dan tetap tanpa rintangan di semua waktu. Mengerjakan apa yang harus dikerjakan, mereka menjadi terbebas dari semua penyakit, para iblis, dan sisanya. Vajrapani melaksanakan semua perbuatan dengan cara dari huruf HUM. Masih dengan mengikuti cara dari risalah (bagian selanjutnya) lainnya, orang menjadi tersempurnakan di dalam segala sesuatu. Semua yang tertaklukkan pada kekuatan dari takdir jahat, para dewa, naga, yaksa, gandharva, asura, raksasa, dan yang lainnya di bebaskan dari semua takdir jahat dengan cara dari pembacaan, upacara Homa, dan abhiseka dari bentuk yang mereka gambar dan hal-hal yang sama.

Kemudian Bhagavan Vajradhara melihat dengan tatapan singa pada wajah sang Bhagavato, membungkukkan diri dan berkata : "Saya akan menjelaskan ciri-ciri yang paling unggul dari Mudra yang terbaik. Semoga semua Jina memberikan pemberkatan dengan pikiran Mereka diliputi oleh perasaan belas kasih."

Tetap tinggal di dalam keadaan dari konsentrasi dan menempatkan sikap anjali di dahi, orang harus membungkukkan diri - yang demikian itu adalah 'sikap dari membuat penyembahan kepada para Buddha (buddhanam pranama mudra)'.

Orang yang mengetahui Yoga membuat sikap anjali pada tingkat/ketinggian dari tenggorokannya, memegangnya seperti tunas bunga teratai - yang demikian itu adalah 'sikap bunga teratai dalam keluarga bunga teratai (padmakule padmamudra)'.

Menempatkan Vajra Anjali di hati, dia menggabungkan jari-jari tengah menjadi satu titik ujung - yang demikian itu adalah 'sikap Janji dalam keluarga Vajra (vajrakule samayamudra)'.

Menempatkan tangan kiri meluas di paha, orang meletakkan tangan kanannya di atas puncak itu. Menggabungkan bersama-sama jari-jari jempol dia harus melihat dengan ketenangan. Sikap dari konsentrasi ini adalah Janji di dalam keluarga Tathagata (iyam tathagatakule samadhi-mudra samayah).

Dia mengubah sikap tadi luar dalam terbalik. Menggabungkan bersama-sama dan mengikat jari-jari kelingking dan jari-jari jempol seperti rantai, dia harus menempatkannya di hati. Ini adalah sikap Janji dalam keluarga Vajra (iyam vajrakule samaya mudra).

Membuat 'anjali penuh (purnamanjalim)' dia membentuk satu titik ujung dengan jari kelingking dan jari jempol, merentangkan keluar jari sisa. Ini adalah sikap Janji dalam keluarga Padma (iyam padmakule padmamudra).

Membuat ikatan Vajra yang kuat dan membentuk ujung Vajra dengan jari-jari tengah, dia harus mengulurkan jari kelingking dan jari jempol. Ini adalah sikap Vajra dari Vajrapani (iyam vajrapaner vajramudra).

Mengatur jari-jari kelingking dan jari-jari jempol dalam cara yang sama dengan yang tadi, dia harus membentuk daun bunga teratai dengan jari telunjuk dan jari manis. Ini adalah sikap dari pemurnian semua dari Sarvadurgatiparisodhanaraja (iyam sarvadurgatiparisodhanarajasya sarvasodhanamudra).

Sama dengan jari-jari telunjuk dan jari-jari manis membentuk seperti permata - yang demikian adalah sikap dari penyucian (abhisekamudra).

Menggabungkan jari-jari kelingking dan jari-jari jempol, dia mengulurkan jari-jari sisa. Ini adalah sikap untuk semua daya tahan (sarvaprasahanamudra).

(Tangan kanan) dirubah dalam cara yang sama seperti tangan kiri. Ini adalah sikap untuk melaksanakan semua perbuatan (sarvakarmikamudra).

Mudra dari Dhupa dibuat dengan memindahkan sikap Anjali naik keatas, dan Mudra dari Puspa dengan menurunkannya.

Sama dengan jari-jari jempol dipertahankan menunjuk ke atas ada sikap dari Dipa.

Sama dengan tangan dibentuk seperti kerang keong besar adalah Mudra dari Gandha.

Mempertahankannya terbuka lebar adalah sikap dari penyembahan (balimudra).

Sama dengan jari-jari tengah ditempatkan di dalam adalah sikap untuk membuat persembahan (arpanamudra).

Dalam ikatan Vajra, jari-jari tengah di tempatkan bersama-sama dan di bengkokkan pada sambungan menengah dan semua jari-jari diulurkan - Vikirina Mudra.

Selanjutnya jari-jari kelingking dan jari-jari jempol ditarik kedalam - Vidhvamsaka Mudra.

Anjali dibentuk seolah-olah memancarkan cahaya - Tejorasi Mudra.

Dia harus mengayunkan Anjali mengelilingi kepalanya - Sitatapatra Mudra.

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile
Di dalam ikatan Vajra, jari kelingking dan jari jempol dibuat menjadi belenggu dan membelok ke atas - Cakravartin Mudra.

Di dalam ikatan Vajra, jari-jari tengah dibentuk sama seperti Vajra, jari-jari telunjuk sama seperti permata, dan jari sisa seolah-olah memancarkan cahaya - Jayosnisa Mudra.

Dalam cara yang sama dia membuat jari-jari telunjuk sama seperti Vajra dan mengikat bersama-sama jari sisa dia harus membentuknya sama seperti Vajra - Vijaya Mudra.

Dia membuat sikap 'mengabulkan (varada)' dengan tangan kanan dan 'tiada takut (abhayada)' dengan tangan kiri - sikap dari Tathagata.

Di dalam ikatan Vajra, dia harus membentuk Vajra dengan jari-jari telunjuk - Vajra Mudra (Vajrasattva).

Selanjutnya dia menarik kedalam jari-jari telunjuk dari tangan kanan - (Sikap dari) Pengait (Vajraraja).

Selanjutnya dia membentuk panah - (Sikap dari) Panah (Vajraraga).

Selanjutnya dia membuat sebuah titik-ujung dengan jempolnya - Sikap dari Sadhumati (Vajrasadhu).

Selanjutnya dia mengikatnya di sambungan tengah - (Sikap dari) Permata (Vajraratna).

Selanjutnya (dia membentuk) jari-jari tengah seolah-olah memancarkan cahaya - (Sikap dari) Cahaya (Vajratejah).

Dia menempatkannya di atas mahkota dari kepala - Ketu Mudra (Simbol puncak dari Vajraketu).

Dia menempatkannya di depan - Vasa Mudra (Simbol ketawa dari Vajrahasa).

Dia membentuk bunga teratai - Sikap dari bunga teratai (Vajradharma).

Selanjutnya dia mengikat jari telunjuk dan jari tengah - (Sikap dari) Pedang (Khadgah Mudra dari Vajratiksna).

Dia membentuknya sama seperti gelang - (Sikap dari) Roda (Cakra Mudra dari Vajrahetu).

Dia menahannya sama seperti daun bunga teratai - (Sikap dari) Lidah (Jihva Mudra dari Vajrabhasa).

Dia mengulur-rentangkan (Mudra tadi) menjadi titik-ujung - (Sikap dari) Visva (Vajrakarma).

Dia mengulur-rentangkan (Mudra tadi) menjadi titik-ujung - (Sikap dari) Raksa (Vajraraksa).

Dia mengikatnya di depan - (Sikap dari) Yaksa (Vajrayaksa).

Dia mengikatnya dengan kuat - (Sikap dari) Mengikat (Bandha Mudra dari Vajrasandhi).

Selanjutnya dia mengikat jari-jari telunjuk - (Sikap dari) Ankusa.

Sama, menunjuk keluar - (Sikap dari) Pasa.

Sama dibuat menjadi ikatan-simpul - (Sikap dari) Sphota.

Dia harus mengayunkannya - (Sikap dari) Tosa.

Mengenai ritual dari bentuk-gambar, dia harus mengatur disini dengan cara berikut, dia harus hanya menggambar bentuk-gambar dari Bhagavan Trailokyavijaya atau dia harus menggambar-Nya di dalam bentuk dari Mandala-Nya. Dia harus menyembahnya dengan bunga-bunga dan seterusnya. Setelah demikian menyembah di depan-Nya seratus ribu kali dia harus melaksanakan semua ritual itu.



Vajrapani Mandala

Vajrankusa Bodhisattva Mahasattva

Dharani Yang Diucapkan Vajrapani


Kemudian Brahma, Sakra dan para dewa yang lainnya menyapa sang Bhagavan dalam kata-kata ini : 'Kami memohon Anda (untuk menjelaskan cara yang mana orang mampu untuk memperoleh kehidupan panjang), Guhyakadipati, Tuan tolong jelaskanlah itu demi kebaikan, manfaat, kebahagiaan dan umur panjang bagi mereka yang berumur pendek dan yang keberuntungannya terbatas.'

Bhagavan Vajrapani menggembirakan mereka dengan berkata 'Bagus', melihat kedalam Mandala dari perkumpulan majelis besar yang dipimpin oleh Sakya dan Brahma. (Dia berkata : ) 'Bagus, bagus, para dewa yang dipimpin oleh Sakra, semangat besar seperti itu yang anda perlihatkan adalah sangat unggul; Tempatkan itu menjadi hasil yang bagus dan Saya akan menjelaskan.'

Sekarang sang Bhagavan Vajrapani memasuki keadaan dari konsentrasi yang bernama "Vajra Yang Adalah Sumber Yang Menghasilkan Semua Umur Panjang (Sarvamitayus-spharana-sambhava-vajra nama samadhim)". Dia mengeluarkan dari 'hati (hrdaya)'-Nya  Hrdaya dari semua Tathagata yang bernama "Meningkatkan Umur Panjang, Kebajikan Dan Pengetahuan (Aparimitayuhpunyajnanasambharavardhanam nama sarvatathagata hrdayam)":

OM PUNYE PUNYE MAHA PUNYE APARIMITA-AYUHPUNYE JNANASAMBHARA-UPACAYA-KARINI SVAHA (OM Jasa-kebajikan, Jasa-kebajikan, Jasa-kebajikan Besar, Penghasil Pertumbuhan Dari Umur Panjang, Jasa-kebajikan Dan Pengetahuan SVAHA).

Dengan hanya mengucapkan Dharani yang sangat penting dari semua Tathagata ini, semua kejahatan dilenyapkan. Semua makhluk hidup yang terlahir di neraka, diantara hantu kelaparan dan binatang mengetahui bahwa mereka terbebaskan. Semua daerah dari dunia itu diterangi, dan dengan terterangi, mereka melaksanakan perbuatan dua belas Buddha dan demikian memasuki "Huruf Dharma Yang Adalah Hati Dari Semua Tathagata (sarvatathagatahrdayadharmakare)".

Lagi, sang Bhagavan Vajrapani memasuki keadaan dari konsentrasi yang bernama "Penghasil Sinar Dari Kehidupan Vajra Yang Tidak Terbatas (Amitayurvajraprabhakari nama samadhim)". Dia mengucapkan Dharani yang penting ini yang bernama "Kehidupan Vajra Dari Semua Tathagata (Sarvatathagatayurvajra nama hrdayadharani)":

OM AMRTE AMRTE AMRTODBHAVE AMRTA-SAMBHAVE AMRTA-VIKRANTE AMRTA-VIKRANTA-GAMINI SARVA-KARMA-KLESA-KSAYAM KARI SVAHA (OM Nektar-abadi, Nektar-abadi, Sang Asal Dari Nektar-abadi, Sang Pemberani Dari Nektar-abadi, Pengejar Pemberani Pada Nektar-abadi, Pelenyap Semua Kekotoran Batin SVAHA).

Dengan hanya mengucapkannya, kesedihan semua makhluk hidup ditenangkan.

Lagi, sang Bhagavan memasuki keadaan dari konsentrasi yang bernama "Penghancuran Dari Halangan Yang Tidak Terkalahkan (Amoghavaranavinasani nama samadhim)". Dia memancarkan dari hati-Nya Dharani yang penting ini yang bernama "Memotong Putus Halangan Dari Semua Tathagata (Sarvatathagatavaranatrotana nama hrdayadharani)":

OM KAMKANI KAMKANI ROCANI ROCANI TROTANI TROTANI TRASANI TRASANI PRATIHANA PRATIHANA SARVA-KARMA-PARAMPARANI SARVA-SATTVANAM SVAHA (OM Yang Bersinar, Yang Bersinar, Pelenyap, Pelenyap, Pencabut, Pencabut Kelanjutan Semua Karma Dari Semua Makhluk Hidup SVAHA).

Dengan hanya mengucapkannya, segala sesuatu terjadi sesuai dengan itu.

Lagi, sang Bhagavan memasuki keadaan dari konsentrasi yang bernama "Pemurnian Vajra Yang Tidak Bernoda Dari Semua Halangan (Sarvavaranavimalavisuddhivajra nama samadhim)". Dia memancarkan dari hati-Nya Dharani yang penting ini yang bernama "Penghancuran Semua Halangan Dari Semua Tathagata (Sarvatathagatasepavaranavinasana nama hrdaya dharani)":

OM RATNE RATNE MAHA RATNE RATNASAMBHAVE RATNAKIRANE RATNAMALAVISUDDHE SODHAYA SARVAPAPAM HUM PHAT (OM Permata, Permata, Permata Besar, Sang Sumber Permata, Sinar Permata, Kalung Karangan Bunga Permata Yang Murni, Memurnikan Semua Dosa HUM PHAT).

Dengan hanya mengucapkannya, semua kekuatan yang bersifat menghancurkan dari Mara dihancurkan.

Lagi, sang Bhagavan memasuki keadaan dari konsentrasi yang bernama "Pemberantasan Penghalang Yang Tidak Terkalahkan Dan Yang Tidak Bisa Dihancurkan (Amoghapratihatasarvavaranavidhvamsini nama samadhim)". Dia memancarkan dari hati-Nya Dharani yang penting ini yang dari semua Tathagata :

OM AMOGHA-APRATIHATA SARVA-AVARANAVINASANI HARA HARA HUM PHAT (OM Penghancur Penghalang Yang Tidak Terkalahkan Dan Yang Tidak Bisa Dihancurkan, Hancurkan, Hancurkan, HUM PHAT).

Dengan hanya mengucapkannya, semua daerah tertinggi dari dunia menjadi bergetar, gemetar, berguncang, berubah arah, bergerak, bergoyang dan gempa. Dikarenakan oleh keajaiban ini, banyak peristiwa yang hebat terlihat di dalam dunia.

Inilah Mandala Mereka,

Itu adalah persegi dengan empat pintu gerbang di empat sisi. Itu memiliki empat genderang, sebuah tengah-pusat dan sebuah bundaran. Di dalamnya dia harus menggambar lingkaran utama dari Mandala itu. Ini adalah Mandala tengah pusat terbaik dengan empat jari-jari ruji terpasang. Di dalam tengah pusatnya dia harus menggambar Bhagavan Vajrapani, yang berkekuatan besar (mahabala), sedang memegang Vajra dan lonceng (vajraganthakaram), memiliki wajah tersenyum sama seperti bulan purnama.

Di dalam posisi tengah pusat pada arah timur, dia harus menggambar Bhagavan Aksobhya. Pada arah selatan, dia harus menggambar Ratna(sambhava), pada arah barat sang Yang Unggul Ambuja (Amitabha), dan pada arah utara sang Pahlawan Kuat Amogha(siddhi).

Semua Tathagata harus digambar memiliki penampilan yang agung dari Cakravartin, terhiasi dengan semua perhiasan, indah seperti bulan, sedang membuat sikap tangan mengabulkan keinginan dan tiada takut (varadabhayahastan) dan seterusnya, dan duduk di dalam sikap dari Vajraparyamka.

Dhupa dan para dewi yang lainnya di gambar dengan sesuai dalam semua sudut. Para penjaga pintu gerbang digambar tampak marah, ciri-ciri utama mereka adalah sedang murka.

Kemudian sang Yogin sendiri masuk. Dia harus memanggil semua dewata dari Mantra dengan mengucapkan : JAM HUM VAM HOH BHAGAVAN VAJRA EHY-EHI SAMAYAS TVAM (JAM HUM VAM HOH Bhagavan Vajra Datanglah, Datanglah, Anda Adalah Janji). Selanjutnya dia menyembah secara singkat sang 'Penguasa (natha)' yang muncul, dan dia memperkenalkan (murid-muridnya) agar untuk menghancurkan Mrtyu dan rasa takut pada ular-ular Mrtyu. OM VAJRA SAMAYE HUM (OM Janji Vajra HUM).

Dengan membuat sikap dari Vajra-Terintiri, dia harus memimpin-Nya dengan sedang memegang permata atau kalung karangan bunga. Dia harus menyebabkan Dia melemparkannya kedalam Mandala itu : OM PRATICCHA VAJRA HUM (OM Vajra Menerima HUM).

Kemudian dia harus memberikan 'Janji (Samaya)' itu : OM VAJRA SAMAYE HUM (OM Janji Vajra HUM). Dia harus menampakkan wajah-Nya : OM VAJRAHASYA-UDGHATAYAH HUM (OM Vajra Kegembiraan Buka HUM). Dia harus membuat Dia melihat Dia melihat (kedalam Mandala itu) : OM VAJRA DRISYA HOH (OM Vajra Lihatlah HOH).

Kemudian dia harus melaksanakan 'penyucian (abhiseka)' :
(Penyucian dari lima keluarga)
OM VAJRA ABHISINCA HUM (OM Vajra Mensucikan HUM)
OM BUDDHA ABHISINCA OM (OM Buddha Mensucikan HUM)
OM RATNA ABHISINCA TRAM (OM Ratna Mensucikan HUM)
OM PADMA ABHISINCA HRIH (OM Padma Mensucikan HUM)
OM KARMA ABHISINCA AH (OM Karma Mensucikan HUM)

Kemudian dia harus memberikan penyucian dari 'vas bejana (kalasa)' :
OM VAJRA KALASA ABHISINCA HUM (OM Vas Vajra Mensucikan HUM)
OM BUDDHA KALASA ABHISINCA OM (OM Vas Buddha Mensucikan HUM)
OM RATNA KALASA ABHISINCA TRAM (OM Vas Ratna Mensucikan HUM)
OM PADMA KALASA ABHISINCA HRIH (OM Vas Padma Mensucikan HUM)
OM KARMA KALASA ABHISINCA AH (OM Vas Karma Mensucikan HUM)

(Penyucian dari kalung karangan bunga):
OM RATNA MALA ABHISINCA TRAM TRAM TRAM TRAM TRAM (OM Kalung karangan Bunga Dari Permata Mensucikan TRAM TRAM TRAM TRAM TRAM)

(Penyucian dari panji sutera):
OM VAJRA PATA AVALAMBANA ABHISINCA TRAM (OM Panji Vajra Menyucikan TRAM)

(Penyucian dari Sikap-simbol):
OM BUDDHA MUDRA ABHISINCA OM (OM Sikap Buddha Menyucikan OM)
OM VAJRA MUDRA ABHISINCA HUM (OM Sikap Vajra Menyucikan HUM)
OM RATNA MUDRA ABHISINCA TRAM (OM Sikap Permata Menyucikan TRAM)
OM PADMA MUDRA ABHISINCA HRIH (OM Sikap Bunga Teratai Menyucikan HRIH)
OM KARMA MUDRA ABHISINCA AH (OM Sikap Karma Menyucikan AH)

(Penyucian Perbuatan):
OM VAJRA KARMA ABHISINCA HUM AH (OM Perbuatan Vajra Menyucikan HUM AH)

(Penyucian dari Roda dan dari Cakravartin)
OM VAJRA CAKRA ABHISINCA HUM BHRUM (OM Roda Vajra Menyucikan HUM BHRUM)

OM VAJRA CAKRA ADHIPATI TVAM ABHISINCA OM OM OM HUM HUM HUM TRAM TRAM TRAM HRIH HRIH HRIH AH AH AH (OM Penguasa Roda Vajra Menyucikan Anda OM OM OM HUM HUM HUM TRAM TRAM TRAM HRIH HRIH HRIH AH AH AH)

(Penyucian Nama):
OM VAJRA NAMA ABHISINCA OM HUM TRAM HRIH AH (OM Nama Vajra Menyucikan OM HUM TRAM HRIH AH)

(Penyucian Dharani):
OM VAJRA DHARANI ABHISINCA HUM (OM Dharani Vajra Menyucikan HUM)
OM TATHAGATA DHARANI ABHISINCA OM (OM Dharani Tathagata Menyucikan OM)
OM RATNA DHARANI ABHISINCA TRAM (OM Dharani Permata Menyucikan TRAM)
OM PADMA DHARANI ABHISINCA HRIH (OM Dharani Bunga Teratai Menyucikan HRIH)
OM KARMA DHARANI ABHISINCA AH (OM Dharani Perbuatan Menyucikan AH)

(Penyucian dari Rahasia):
OM SARVA TATHAGATA GUHYA ABHISINCA OM (OM Semua Rahasia Tathagata Menyucikan OM)
OM VAJRA GUHYA ABHISINCA HUM (OM Rahasia Vajra Menyucikan HUM)
OM RATNA GUHYA ABHISINCA TRAM (OM Rahasia Permata Menyucikan TRAM)
OM PADMA GUHYA ABHISINCA HRIH (OM Rahasia Bunga Teratai Menyucikan HRIH)
OM KARMA GUHYA ABHISINCA AH (OM Rahasia Perbuatan Menyucikan AH)

(Penyucian dari Kesenangan Besar):
OM PRAJNOPAYASAMAYOGA ABHISINCA HUM AH (OM 'Kebijaksanaan' dan 'Cara' Menyatu Menyucikan HUM AH)

Setelah melaksanakan penyucian dalam cara ini, dia harus mengucapkan Vidya yang meningkatkan umur panjang : OM VAJRA AYUSI HUM AH (OM Vajra Umur Panjang HUM AH).

Sadhana untuk ini adalah sebagai berikut. Dia menggambar sang Bhagavan Vajrayur duduk di dalam lingkaran bulan, bersinar seperti bulan, terhiasi dengan semua perhiasan, membuat sikap dari mengabulkan keinginan (varada) dan tiada takut (abhaya), nektar keabadian menetes dari tangannya. Dibawahnya dia harus menggambar 'sadhaka (pemuja)' sedang melihat keatas kearah sang Bhagavan dan mengangkat tangannya dalam sikap dari anjali.

Setelah memuja dengan lima persembahan, dia harus melaksanakan pembacaan seratus ribu kali di hadapan bentuk-gambar itu. Pada waktu bulan purnama, dia melaksanakan pemujaan besar. Mengambil mentega dari sapi berwarna cokelat dia meletakkannya di dalam hidangan yang baru, menandainya dengan Vajra (di pegang) di tangan kiri. Dia bermeditasi pada sang Bhagavan dan membaca sepanjang malam.

Kemudian dia menyadari wewangian, keharuman yang tidak diketahui sebelum timbul; Panas atau asap atau api muncul keluar; Kecemerlangan dari sinar muncul keluar.

Ketika tanda-tanda ini dan yang lainnya muncul, dia mengatur baik mentega yang jernih ataupun mentega yang segar, atau minyak wijen, susu, air, susu asam, minuman keras yang memabukkan, darah, tulang, daging atau apapun lainnya yang sesuai. Pada dini hari, dia melaksanakan ritual pelindung dan beristirahat. Setelah memurnikan dirinya sendiri, dia harus memakannya atau meminumnya.

Jika tanda-tanda itu terjadi, dia menjadi panjang umur seperti matahari dan bulan. Dia menerima kehidupan dari Vajrasattva. Paling sedikit, dia akan memperoleh pencapaian terrendah (adhamenadhama siddhir bhavet). Tiada keraguan tentang itu.

Jika tanda itu tidak muncul, dia akan dibebaskan dari penyakit dalam dunia ini, memiliki kebijaksanaan, tanpa rambut kusut dan abu-abu, memiliki tubuh yang kuat dan hidup selama ratusan tahun.

Mengenai ritual yang lainnya, yakni ritual untuk menentramkan, memperoleh kemakmuran, menaklukkan, dan sebagainya, dia akan melaksanakannya tanpa ragu-ragu dengan hanya membaca. Tiada keraguan tentang itu.




Mandala Dari Empat Raja Besar (Catvaro Maharaja Mandala)


Kemudian keempat Maharaja membungkuk dihadapan sang Bhagavan Vajrapani dan berkata : 'Bhagavan, masing-masing dari kami akan mengucapkan Hrdaya demi memberikan manfaat, kesejahteraan dan kebahagiaan dari semua makhluk hidup. Semoga Bhagavan memberikan persetujuan, semoga Vajradhrk memberikan persetujuan.'

'Bagus, bagus, Maharaja, bicaralah. Saya menyetujui dengan kegembiraan dan memberkati janji anda. (sadhu sadhu maharajano desa-yadhvam aham anumode adhististhami svasamayam)'.

Vaisravana, sang Maha yaksa raja, setelah menerima persetujuan, anjuran dan pemberkatan sang Bhagavan, memancarkan Hrdaya dari hatinya : OM VAIH.
Dalam cara yang sama, Dhrtarastra, sang Raja dari Gandharva, mengucapkan Hrdaya-nya : OM DHRIH.
Virudhaka, sang Raja dari Kumbhanda, mengucapkan Hrdaya-nya : OM VIH.
Virupaksa, sang Raja dari Naga, bertindak dalam cara yang sama mengucapkan Hrdaya-nya : OM KSAH.

Ini adalah Mandala mereka. Berbentuk persegi, memiliki empat pintu gerbang dan terhiasi dengan lima lingkaran. Di dalam tengah pusat dia harus menggambar sang Bhagavan Vajrapani yang tampak sangat mengagumkan. Di kiri-Nya dia harus menggambar Yang Bagus sang Vaisravana, sedang menggenggam dalam tangannya tongkat kebesaran dan seekor cerpelai, terhiasi dengan perhiasan permata, duduk dengan kokoh di atas kursi singa, berwarna emas dan tampak megah. Orang yang bijak harus menggambar Dia dengan bejana vas yang indah dan seterusnya mencurahkan luapan permata. Di depan sang Bhagavan dia harus menggambar Dhrtarastra berniat memainkan vina. Dia snagat indah, berwarna hijau gelap dan terhiasi dengan semua semua perhiasan. Di kanan dia harus menggambar sang Pahlawan Virudhaka sedang memegang pedang, dan di barat Virupaksa sedang memegang jerat Vajra yang terbaik, tampak sangat kentara bermata merah dan memiliki tujuh tudung ular. Sama halnya dia menggambar para penjaga gerbang dalam semua pintu gerbang.

Kemudian sang Mantrin harus masuk sendiri dengan menerapkan Mudra yang diperuntukkan bagi kelompok ini. Pertama dia harus memanggil sang Bhagavan dan kemudian para Raja itu. Setelah memanggil mereka, orang yang bijaksana itu harus memuja Mereka sesuai dengan ritual itu, mempersembahkan bejana-bejana yang berisi persembahan.

Selanjutnya dia yang mengetahui Mantra harus memperkenalkan murid-muridnya yang terhiasi dengan kalung karangan bunga, baik yang dari keturunan raja, ksatriya, brahmana atau yang lainnya, dengan cara dari Mudra Vajradhara dan Mantra berikut : OM VAJRA SAMAYE HUM (OM Janji Vajra HUM). Bunga atau permata harus dilemparkan dengan kata-kata ini : OM VAH PRATICCHADVAM MAHOTTAMAH (OM VAH Terimalah Anda Yang Berkuasa Besar). itu adalah ampuh kepada raja terhadap kejatuhannya, tidak sebaliknya.

Kemudian dia harus melaksanakan penyucian dengan empat bejana-vas berada di sudut. Dia Yang Kelima harus disucikan dengan Mudra dari Vajrapani.

Dengan menggambar Mandala dan melaksanakan penyucian dalam urutan sesuai seperti tadi, tidak sebagai raja - orang akan menjadi raja, yang menjadi raja orang menjadi yang besar.

Sebagai hasil dari empat penyucian itu dan memasuki empat pintu gerbang, orang menjadi Penguasa Jambudvipa Yang Mulia (jambudvipapati sriman), raja terunggul atas empat benua (caturdvipapatir varah).

'Saya, Raja Vajradhara akan melindungi dia seperti anak Saya sendiri.'

'Mengenai Kami, Catur Maha Raja, Kami akan selalu melindungi raja itu bersama-sama dengan para rombongan penggiringnya dan para pelayannya, seluruh kerajaannya dan kota-kotanya. Kami akan menghancurkan kerajaan musuh dan mereka yang jahat kepadanya. Kami akan melenyapkan ketakutan pada kematian, penyakit, kelaparan, wabah, dan bencana. Vaisravana akan mengembangkan kemakmuran dan Dhrtarastra ketenangan. Virudhaka akan menghancurkan Mrtyu yang tidak menguntungkan bersama dengan para binatangnya dan teman-temannya. Virupaksa akan menyediakan keamanan dan akan melenyapkan kelaparan dan sisanya. Singkatnya, Kami akan mengabulkan semua harapannya. Jika itu tidak pasti demikian, Vajrapani akan tersinggung.'


Vajrapani Maha Yaksa Senapati

Isana Bhuta Adhipati Dasa Diksu Lokapala

Vajra Adhisthana Puja Gatha

Mandala Dari Para Pelindung Sepuluh Penjuru Arah (Dasadiglokapala Mandala)



Para Pelindung Sepuluh Penjuru Arah membungkuk dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Bhagavan, masing-masing dari Kami akan mengucapkan Hrdaya demi manfaat dan kebahagiaan dari semua makhluk hidup."

"Bagus, bagus, para pelindung dunia, bagus, bagus, bicaralah. (sadhu sadhu lokapala sadhu sadhu vadateti)"

Athesana (Isana), sang penguasa para bhuta (bhutadipatir), dan yang lainnya mengucapkan Hrdaya mereka.

OM I OM I OM AH OM YAH OM RHI OM VAH
OM YAH OM KUH OM AH OM VRAH


Ini adalah Mandala mereka. Dia harus menggambar Mandala seperti sebelumnya dengan sang Penguasa (natha) di tengah pusat (Vajrapani di tengah pusat Mandala itu). Dia menempatkan para pelindung penjuru arah dalam bagian yang tepat mereka dengan Kedua, Aditya dan Indra, tempatkan di depan (puncak tertinggi dan titik bawah terendah), dan para pelindung pintu gerbang dengan cara yang sama dalam posisi mereka.

Dia memanggil Mereka dan memuja Mereka dalam segala cara. Setelah masuk sendiri, dia harus memperkenalkan murid-muridnya. Dia harus menyucikan mereka dengan vas-bejana yang diberkati dengan Mantra dari para pelindung penjuru arah dan yang lainnya. Dalam hasrat keinginannya untuk berhasil, dia harus mengucapkan Hrdaya itu untuk memunculkan Mereka keluar. Para pelindung penjuru arah dihasilkan tanpa keterlambatan dalam posisi Mereka.

Kemudian dalam kegembiraan Mereka berkata : "Bhagavan, setiap orang yang 'disucikan (abhisiktah)' di jidat, apakah raja atau ksatriya, yang memasuki Mandala ini dan menerima penyucian, atau orang lain yang percaya, apakah putra atau putri dari keluarga yang baik, Bhagavan, kami akan selalu menyediakan dia dengan keamanan, perlindungan dan tameng. Kami akan menghancurkan kerajaan musuh, menurunkan hujan dari waktu ke waktu, menghasilkan panen gandum, bunga-bunga dan buah-buahan."

Yama, sang Maha dharma-raja, membungkuk di hadapan sang Bhagavan dan berkata : "Bhagavan, saya akan menganugerahkan pada raja itu umur panjang dan saya akan menghalangi delapan jenis dari kematian yang sebelum waktunya."

Nairrta, sang penguasa besar para raksasa (maharaksasadhipatir), mengatakan ini : "Bhagavan, sehubungan dengan raja, rajaputra, brahmana, ksatriya, atau orang lain itu, saya tidak akan menyebabkan penyakit, ketakutan dari preta dan pisaca, ketakutan dari raksasa dan yang lainnya, atau ketakutan dari kematian yang sebelum waktunya. Saya akan selalu menyediakan mereka dengan keamanan, perlindungan dan tameng."

Varuna, sang raja besar para naga, berkata : "Bhagavan, saya akan selalu dan dimana-mana melindungi seluruh kerajaan dari raja itu, menyediakan keamanan, mengamankan panen dan mencegah kegiatan yang berbahaya dari para naga. Saya tidak akan mengeluarkan serangan beracun. Saya akan menghalangi semua kematian yang sebelum waktunya."

Penguasa bagian angin (vayavyadhipati) berkata : "Bhagavan, saya tidak akan pernah menyebabkan Mahasattva itu ketakutan oleh angin. Saya tidak akan menghasilkan angin yang tidak terduga, melenyapkan semua ketakutan, dan menyediakan gandum, bunga-bunga dan buah-buahan."

Kuvera, sang Maha yaksa-raja, membungkuk dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Bhagavan, sehubungan dengan Mahasattva itu, saya bersama-sama dengan delapan puluh delapan Maha Yaksa Senapati, akan gigih dalam melenyapkan setiap ketakutan. Saya akan memberikan kekayaan dan gandum dalam kelimpahan. Saya akan melindungi negara dan kotanya, orang-orangnya, para pelayannya, para saudaranya, para temannya, para putranya, para putrinya, para istrinya dan sisanya. Saya akan menjaga para lembu jantannya, para sapi betinanya, para keledainya, para untanya, para dombanya, para gajahnya, para kudanya, para kambingnya dan sisanya."

Athesana (Isana), sang penguasa semua 'bhuta (makhluk halus)', membungkuk dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Bhagavan, sehubungan dengan raja, rajaputra, ksatriya, atau brahmana, saya akan menjamin tempat perlindungan disini dan diluar, penjagaan, ketenangan dan kebahagiaan, kekebalan pada pedang dan hukuman, menetralkan dan menghancurkan racun, kestabilan perbatasan, wilayah dan perkebunan, saya akan menyediakan kepada dia pagar Vajra yang terbuat dari panah Vajra, dan payung Vajra. Saya akan membantunya dalam semua kebutuhan dan memberikan petunjuk dari apa yang untuk dikerjakan dan apa yang tidak untuk dikerjakan. Saya akan menjelaskan di dalam mimpi 'apa yang baik' dan 'apa yang tidak'. Saya akan memberikan setiap keberhasilan dengan tanpa rintangan kepada para pelaku ritual."

Akasacarin, sang penguasa semua yang bergerak di udara (khagapati - penguasa burung), membuat penyembahan dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Bhagavan, sehubungan dengan raja, anak raja (rajaputra), menteri raja (rajamatya), brahmana atau ksatriya itu, yang sedang menempuh perjalanan, saya sendiri mendekat dengan rombongan pengiring saya akan selalu dan dimana-mana memberikan keamanan, perlindungan, dan tameng. Saya akan melenyapkan semua penghalang dan mencegah setiap penyakit. Dia akan selalu dibantu."

Mahavaraha, sang penguasa wilayah yang lebih rendah (pataladhipati), membuat penyembahan di hadapan sang Bhagavan, dengan mengatakan : "Bhagavan, saya akan selalu mengabulkan setiap tujuan dari penguasa itu, atau anaknya, brahmana atau anaknya, ksatria, vaisya (pedagang), sudra (buruh), putra keluarga, putri keluarga, atau siapapun yang percaya. Saya akan memberikan keamanan dalam semua ketakutan. Saya sendiri akan melindungi dia."

Mandala dari delapan Dewa Rasi Planet

Sang Delapan Planet Besar Yang Di sertai oleh Rasi Bintang (Asthasu Maha Graha Sanaksatraparivara) mengatakan ini : "Bhagavan, setiap dari kami bersama-sama dengan rombongan penggiring akan mengucapkan Hrdaya kami. Semoga Bhagavan memberikan pemberkatan."

"Bagus, bagus, Saya Bhagavan memberkati, ucapkanlah itu, Planet Besar. (sadhu sadhu adhitisthan tu maya bhasadhvam mahagrahah)".

Para planet besar, Aditya (dewa matahari), dan sisanya membuat penyembahan dihadapan sang Bhagavan dan berkata :

OM AH OM SOH OM AM OM BUH 
OM BRIH OM SUH OM SAH OM RAH


Ini adalah Mandala Mereka. Di tengah pusat dia menggambar Bhagavan Vajrapani yang memiliki bentuk-rupa dari Trilokyavijaya (Menang Atas Tiga Dunia). Di semua sisi dia harus menggambar empat maha samudra. Di depan sang Bhagavan dia harus menggambar 'Sukra (venus)' dan di belakang 'Soma (bulan)'. Di kanan dia harus menggambar 'Brhaspati (jupiter)' dan di kiri 'Vudha (mercury)', 'Amgara (mars)' di arah tenggara, 'Aditya (matahari)' di arah barat laut, 'Saniscara (saturnus)' di arah timur laut, 'Rahu (sang penangkap matahari) di wilayah raksasa (barat daya). Semua yang mengitari di peredaran bagian luar dia harus menggambar 'Naksatra (rasi bintang) dan di dalam setiap pintu gerbang 'penjaga yang tampak penuh murka'.

Setelah masuk (melalui menerapkan Mudra dari) Vajradhara, dia harus memanggil mereka semua dengan cara dari Vajrankusa dan yang lainnya. Kemudian dia harus memimpin masuk murid-muridnya.

OM VAJRA HANA HUM PHAT (OM Vajra Penghancur HUM PHAT)
OM VAJRA GRAHA SAMAYE HUM PHAT (OM Janji Dari Planet Vajra HUM PHAT)
OM VAJRA GRAHA PRATICCHA SAMAYE HUM (OM Planet Vajra Menerima, Janji HUM)

Dia harus melaksanakan penyucian dengan delapan bejana-vas diberkati dengan Mantra dari delapan planet itu dan dengan Vajra Mudra. Dengan bertindak dalam cara ini dia harus menggerakkan semua planet itu.

Planet besar (Maha Graha) membuat penyembahan dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Bhagavan, sehubungan dengan raja atau anak raja itu, kami delapan planet akan selalu dan dimana-mana melakukan segala sesuatu secara tepat.

Para dewata dari Mandala : Naksatra, Ksana, Lava, Muhurta, Karana, Tithi, Yoga, Rasi, Lagna, dan Visti membuat penyembahan dalam cara yang sama dan berkata : "Bhagavan, kami tidak akan pernah melanggar perintah dari Mahasattva itu. Kami akan melindungi dia sama seperti tuan kami sendiri. Kami akan melindungi seluruh negara, pendirian raja, kota-kota, kampung, tempat perdagangan. Ketika ketakutan besar datang, dan kami di sembah maka itu pasti tidak akan memiliki pengaruh apapun."

Mandala dari delapan naga besar

Delapan Maha Naga menggembirakan sang Bhagavan dengan suara dari huruf HUM, dan mengatakan ini : "Bhagavan, kami akan mengucapkan Hrdaya rahasia semua dari kami."

"Bagus, bagus, Maha Naga, ucapkan Hrdaya rahasia anda. (sadhu sadhu mahanaga dadadhvam hrdayam varam)"

Dengan bersukacita mereka membuat penyembahan di hadapan sang Bhagavan dan berkata :

OM PHUH OM PHAH OM PHUM OM PHAH
OM PHIH OM PHEH OM PHAIH OM PHAUH


Ini adalah Mandala Mereka. Dia harus menggambar bunga teratai putih besar dengan delapan daun bunga. Di tengah pusat dari Mandala dia menggambar Bhagavan Vajrapani duduk dengan baik. Dia dikelilingi oleh Mahoraga mengancam di dalam penampilannya dan memiliki tujuh tudung ular, oleh Ananta, Taksaka, Karkota, Kulika, Vasuki, Samkhapala, dan Padma Varuna dengan sesuai. Singkatnya mereka semua digambarkan satu di setiap daun bunga, gemerlapan dengan tudung mereka. Setiap orang memiliki tujuh tudung dan istri yang sedang memeluknya di sekitar leher. Dia menempatkan disana kumpulan dari delapan bejana-vas yang terhiasi dengan persembahan, dan makanan untuk para dewata itu termasuk mentega, susu, madu, dan persiapan dari jenis-jenis yang berbeda.

Setelah masuk, sang tuan Vajra memanggil mereka yang bertudung itu dengan cara dari tudung dan membaca JAH HUM VAM HOH bersama dengan huruf PHUM.

Memimpin mereka semua kedalam (Mandala itu), apakah mereka adalah para raja atau ksatriya, dia harus menyucikan mereka dengan membaca huruf PHUM, dengan demikian melenyapkan ketidakmurnian dan sakit dari bisa ular. Semua naga tergerakkan dengan hanya menyebut nama mereka.

(Para naga) bersukacita, membuat penyembahan dihadapan sang Bhagavan dan mempertahankan tangan mereka terangkat naik beranjali mempersembahkan doa ini : "Bhagavan, jika kami menipu orang yang masuk kedalam Mandala ini dan mengambil kesenangan dalam Ajaran sang Bhagavan, maka kami menipu diri Bhagavan sendiri; Dalam kasus itu biarlah kami dibakar dengan pasir panas dan biarlah kepala kami diledakkan terbuka dengan dengan Vajra panas. Kami akan selalu menyediakan Mahasattva itu dengan perlindungan yang terus-menerus, keamanan dan tameng. Kami akan bertindak dengan ikhtiar besar, kekuatan dan semangat. Kami akan menyebabkan racun ular tidak bekerja. Dari waktu ke waktu kami akan menurunkan hujan. Kami akan melepaskan semua tembakan kami dan menurunkan hujan yang tidak pada waktunya di semua kerajaan musuh. Menghancurkan semua ketakutan, kami akan memastikan perintah dari Jina dan dari Vajradhara dilaksanakan."

Sekarang ritual dari Pembangkitan. Dia harus membaca huruf PHUM seratus ribu kali bermeditasi pada sang Vajradhara Prabhu dengan kepala-Nya dikelilingi dengan tudung-tudung ular dan dikalungi dengan sinar putih yang indah. Setelah memperhatikan racun ular itu, dia bermeditasi pada Mandala suci dari huruf PHUM dikelilingi oleh karangan bunga dari sinar. Dia harus membayangkan di dalamnya huruf PHUM, menghembuskan nafas keluar huruf PHUM dan memanggil dengan tangannya membentuk sama seperti jerat ular, dia harus menarik keluar semua racun ular yang terletak di dalam tubuh, tulang dan daging.

Kemudian dia harus melaksanakan semua ritual : pembakaran racun ular, penawar dan sisanya. Dia harus melenyapkan itu semua hanya dengan kepalan tangan berbentuk tinjunya; Alangkah lebih mudah lagi dengan sikap Mudra Tudung Ular (Phana Mudra).

Mandala Dari Sembilan Bhairava

Kemudian Mahabairava sang Mahadevadhipati, dikelilingi oleh delapan Maha Matrka, membuat penyembahan dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Bhagavan, semua dewa, naga dan yang lainnya takut pada saya dan para Matrka ketakutan, ngeri, dan gelisah. Wajah mereka tenggelam kebawah dan mereka mengembara dengan pikiran mereka kacau. Kami akan mengucapkan Hrdaya demi keuntungan mereka. Semoga Bhagavan memberikan pemberkatan."

"Bagus, bagus, Maha Bairava, Bhairava yang baik, ucapkanlah Hrdaya milik anda dan milik dari semua Matrka surga. (sadhu sadhu mahabhairava subhairava bhasasva svahrdayam divyamatrkanam ca sarvasam)"

Kemudian Mahabairava membuat teriakan dari Bhairava berkata :

OM BHAIRAVA BHAIH SVAHA
OM BHAH SVAHA   OM BHIH SVAHA   OM BHUH SVAHA   OM BHEH SVAHA
OM BHAIH SVAHA   OM BHOH SVAHA   OM BHAM SVAHA   OM BHAH SVAHA


Bhagavan, ini adalah sang Delapan Bhairava mematuhi perintah.

Ini adalah Mandala mereka. Setelah menggambar lingkaran besar dengan delapan jari-jari ruji, orang harus menempatkan di dalam tengah pusatnya Vajrapani, yang murka besar (Maha Krodha) dan muncul sebagai Trilokavijaya. Di kaki-Nya dia menggambar sang penguasa yang penuh murka dari para Bhairava bersama-sama dengan Bhairavi. Sisanya dia harus menggambar sesuka hati. Di dalam posisi tengah pusat dari semua jari-jari ruji itu dia harus menggambar Delapan Bhairava bersama-sama dengan Matrka mereka, wajah mereka penuh murka dan marah. Di setiap pintu gerbang harus gambar penjaga yang penuh murka.

Setelah memanggil mereka dengan cara dari Amkusa dan yang lainnya dia menyembah mereka dengan menggunakan tengkorak yang terisi dengan darah. Dia meletakkan di dalam Mandala minuman keras yang memabukkan, daging dan persembahan-persembahan dari kualitas yang bagus, bejana yang terisi darah, tengkorak dan sisa dari kepala, dan delapan bejana-vas yang terisi dengan darah atau minuman keras yang memabukkan.

Kemudian sang pemenang yang unggul atas tiga dunia harus memperkenalkan murid-muridnya. Dia melaksanakan penyucian dengan tengkorak dan dengan delapan bejana-vas. Selanjutnya dia harus melaksanakan ritual itu. Setelah membuat tindakan dari penyembahan sesuai dengan cara terbaik untuk penaklukkan tiga dunia, baik di dalam istana dari para Matrka atau di dalam tempat yang sunyi, dia harus melaksanakan pembacaan empat ratus ribu kali. Mendengar auman dari sang penguasa Bhairava, orang yang tanpa takut itu harus mempersembahkan persembahan dengan tengkorak yang terisi dengan darah. Dia melihat Bhairava, yang penuh murka dan yang jahat, dikelilingi oleh delapan Bhairava dan di dampingi oleh kelompok dari Matrka. Saat melihat mereka, dia menjadi tanpa takut. Mengingat huruf HUM dia harus mempersembahkan kepada mereka tengkorak yang terisi baik dengan daging atau dengan minuman keras yang memabukkan.

Bhairava dengan keganasannya terhancurkan menjadi terpuaskan dan berkata : "Apa keinginan anda? Dia harus mengabulkannya dengan hati yang penuh kegembiraan. Selain mengabulkan tahap, dia akan memberikan zat yang mengandung obat keabadian untuk hidup, pedang, roda dan trisula, kedaulatan atas surga, bumi dan wilayah yang lebih rendah, dan atas empat benua. Dia akan memberikan keadaan dari Sakra Indra, keunggulan atas yaksa dan raksasa, keadaan dari Vidyadhara, Vidyadharacakravartin, kedaulatan atas tiga dunia, kepatuhan miliknya sendiri, rombongan penggriringnya dan para Matrka-nya. Orang dapat memperoleh anugerah yang diinginkan lainnya. Setelah mengabulkan itu, Bhairava mengucapkan huruf HUM, tertawa, dan pergi. Jika orang menjadi ketakutan orang akan mati dengan segera."

Mandala Dari Maha Deva

Kemudian Brahma sang Maha Dewa dan yang lainnya, membuat penyembahan dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Bhagavan, dengan ijin Anda, kami juga akan menjelaskan aturan kami. Semoga Bhagavan berbelas kasih memberikan pemberkatan."

Sekarang Brahma dan para dewa yang lainnya mengucapkan Hrdaya mereka :

OM OM   OM VIH   OM RUH   OM IH
OM KAM   OM GAH   OM BHRIH   OM KAH


Ini adalah Mandala mereka. Dia harus merangkai Mandala itu seperti sebelumnya. Di tengah pusat dia harus menggambar 'Trailokyavijaya'. Di depan-Nya, dia sang Vira 'Isvara' dengan trisula ditangannya; Di belakang 'Brahma'; Di kiri 'Cakrapani (Visnu sang pemegang roda)'; Di kanan 'Indra' yang sedang membuat sikap yang Mudra tangan yang sesuai. Dalam cara yang sama dia menggambar di dalam Mandala itu para istri mereka dan para penjaga pintu gerbang.

Diluar dari Mandala itu dia harus menempatkan bejana-vas dan mangkuk yang berisi, dan barang-barang yang berkekuatan besar, yang ampuh, yang indah dan seterusnya.

Setelah masuk, orang yang bijaksana itu memanggil para dewa itu : JAH HUM VAM HOH SURAH SARVE PRAVISADHVAM PUROTTAME (JAH HUM VAM HOH Semua Dewa Silakan Memasuki Tempat Yang Unggul Ini). Saat melihat mereka dia harus menyembah mereka dengan kegembiraan besar. Dia harus memimpin murid-muridnya kedalam dengan menerapkan Mudra dari Vajradhara.

OM PRATICCHADHVAM MAHASATTVA VAJRADHARAJNAYA HUM HA HA HA HOH (OM Mahasattva Menerimanya Dengan Perintah Dari Vajradhara HUM HA HA HA HOH).

Mereka melemparkan bunga dalam cara yang tepat, membuka mata mereka dan dia harus membuat mereka melihat (kedalam Mandala itu). Dia harus menyucikan mereka dengan menggunakan air yang diambil dari bejana-vas yang diberkati dengan Mantra itu. Dia harus memberikan ritual yang sempurna itu yang menyenangkan para dewa itu. Membuat pemujaan yang menyenangkan seratus ribu kali atau dua ratus ribu kali sang penggerak harus menggerakkan untuk mereka Isvara dan para dewa yang lain, mereka yang sangat tinggi, di dalam tempat dimana ada limga tunggal dan tempat-tempat lain yang seperti itu, atau di tempat dari Vajrapani, di dalam kuil dari Tathagata, atau di dekat Caitya yang berisi relik. Sang Penggerak harus selalu menggerakkan semua dewa sesuai dengan ritual itu.

Para dewa itu mendekati dia di tengah malam dan berkata : "Apa yang anda inginkan? Beritahu kami cepat! Kami akan mengabulkan dengan rela anugerah yang anda inginkan. Orang yang beruntung, berpikirlah dengan cepat dan bicaralah, sehingga kami dapat memberikan anda yang terbaik. Orang yang mengetahui Mantra itu harus meminta kepada para dewa itu untuk keberhasilan tertinggi (vara siddhi). Dia harus meminta semua hal yang dia inginkan, obat keabadiaan untuk hidup, tidak terlihat, bergerak di udara, lencana kerajaan, pangkat raja dan seterusnya."

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile
Mahesvara dan para dewa yang lainnya meniarapkan tubuh mereka sendiri dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Bhagavan, kami semua para dewa akan melenyapkan semua halangan dari mereka yang masuk kedalam Mandala dari dunia ini atau dari dunia diatas. Kami akan menunjukkan jalan yang menuju ke surga (svargamargah), jalan dari kebahagiaan (sugatimargah), jalan dari kemurnian (apapamargah), jalan dari Ajaran yang bagus (saddharmamargah), jalan tanpa halangan (anavaranamargah), jalan dari pertimbangan yang benar (vivekamargah), jalan dari penetapan (saramargah), jalan nirvana (nirvanamargah), jalan dari penolakan duniawi (prahanamargah), jalan yang bebas dari penderitaan (nihklesamargah). Kami akan memperlihatkan keadaan dari kebuddhaan (buddhatvah), keadaan dari Bodhisattva (bodhisattvatvah), keadaan dari Vajradhara (Vajradharatvah). Pada seluruh waktu kami akan menyediakan keamanan, perlindungan dan tameng terhadap semua ketakutan. Kami akan melindungi kota, kampung, pasar, kerajaan, pemerintahan dan pembangunan sang Raja. Kami akan menjaga wilayah, kawasan, desa-desa, tempat perlindungan ternak. Kami akan memberikan pangkat raja. Kami akan mengangkat raja itu yang memiliki kedaulatan. Kami akan memberikan kedaulatan semesta atas satu benua, dua benua, tiga benua atau empat benua, atas surga, bumi, dan wilayah yang lebih rendah. Ringkasnya, kami akan memberikan keadaan dari Sakra, Brahma, Visnu dan Mahesvara."




Aparimitayuhpunyajnanasambharatejoraja Mandala

Bhagavan Vajrapani sekali lagi melihat lingkaran dari perkumpulan majelis-Nya dan tersenyum. Mandala dari perkumpulan majelis itu tergugah, banyak tergugah, bersemangat, sangat bersemangat, bergembira, sangat bergembira, terlalu senang, sangat terlalu senang, bahagiah, sangat bahagiah.

Karena keajaiban ini banyak peristiwa yang sangat menakjubkan terlihat di dunia. Brahma dan yang lainnya, perkumpulan para dewa, diliputi dengan ketakjuban, meniarapkan diri mereka sendiri dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Bhagavan, apa alasan dari senyuman Anda? Bhagavan Buddha atau Bodhisattva tidak tersenyum tanpa alasan. Marilah sang Bhagavan menjelaskan alasan dari senyuman-Nya."

Bhagavan Vajrapani mendengarkan para dewa yang bertanya untuk petunjuk dan berkata : "Para dewa, brahma, dan sisanya, dengarlah pada apa yang dijelaskan oleh semua Buddha masa lampau berhubungan dengan Vidya yang menghancurkan Mrtyu, kekuatan besar (Maha Teja) dari Vidya Mantra yang menghancurkan kematian yang sebelum waktunya."

Maha dewa, brahma dan yang lainnya, meniarapkan diri mereka sendiri dihadapan sang Bhagavan, sangat bergembira; Rambut mereka bergetar dan mereka mengucapkan kata "Bagus (Sadhu)".

"Bagus bagus Bhagavan, bagus bagus Vajradhara, tolong jelaskan Vidya yang memiliki kekuatan besar dan tenaga besar yang menuntun ke pantai lainnya dan dengan cara dari para makhluk hidup yang berusia pendek memperoleh umur panjang, mereka yang dipudarkan oleh Mrtyu yang tidak menguntungkan menjadi terbebas dari kematian yang sebelum waktunya, mereka yang terlahir dalam ketidakberuntungan menjadi terbawa pergi jauh dari jalan dari semua takdir jahat, dan para makhluk hidup yang diliputi dengan ketakutan pada samsara berpaling dari itu, dan dengan cara bijaksana memahami Anuttara Samyaksambodhi Abhisambudha."

Bhagavan Vajrapani, setelah mendengarkan permintaan permohonan dari brahma dan yang lainnya, memancarkan dari Vajra dari Tubuh, Ucapan, Pikiran-Nya, Vidya dari hati semua Tathagata (Sarvatathagatahrdayavidya) :

OM PUNYE PUNYE MAHA PUNYE APARIMITA AYUHPUNYE JNANASAMBHAROPACITE SVAHA (OM Kebajikan, Kebajikan, Kebajikan Besar, Kebajikan Dari Kehidupan Yang Tidak Terbatas, Pengumpulan Dari Sangat Banyak Pengetahuan SWAHA).

Ini adalah Hrdaya Vidya.

OM HRIH SVAHA. Ini adalah Upahrdayavidya (Hrdaya Vidya bawahan)
OM BHRUM SVAHA. Ini adalah Hrdayopahrdayavidya (Hrdaya Vidya bawahan dari Hrdaya)
OM TRUM SVAHA. Ini adalah Hrdayasamcodanividya (Hrdaya Vidya Dorongan)
OM TRAM SVAHA. Ini adalah Hrdayottara (Hrdaya yang paling utama)
OM HAM SVAHA. Ini adalah Guhyahrdaya (Hrdaya rahasia)

Ini adalah Mandala Mereka.

Orang merancang Mandala itu dengan empat jari-jari ruji. Di tengah pusat, orang harus menempatkan sang Tathagata yang bernama 'Aparimitayuhpunyajnanasambharatejoraja (Raja Yang Mulia Dari Keseluruhan Dari Kehidupan Yang Tidak Terbatas, Kebajikan, dan Pengetahuan)'. Hrdayanya adalah huruf BHRUM. Di depan-Nya adalah Vajrapani. Hrdayanya adalah huruf HRIH. Di kiri adalah Krodha. Hrdayanya adalah huruf TRUM. Di kanan adalah Akasagarbha. Hrdayanya adalah huruf TRAM. Di belakang-Nya adalah Arya Avalokitesvara yang dikenal sebagai Abhayamdada (Yang Menganugerahkan Keberanian). Hrdayanya adalah huruf HAM.

Hrdaya-Hrdaya itu dilukiskan di dalam Mandala Tathagata yang cemerlang ini. Orang harus menempatkan di sana kumpulan dari lima atau kumpulan dari delapan bejana-vas yang diberkati dengan Mantra dari Cakravartin, dupa dan sisanya, barang-barang lainnya dari penyembahan yang diberkati dengan Mantra yang penuh murka (Krodha) untuk semua ritual itu, beserta pula para penjaga di semua pintu gerbang.

Sang Mantrin masuk sendiri dan memanggil sang Sugatottama (Dia Yang Paling Bahagia) dikelilingi oleh rombongan besar putra-Nya dan pelayan-Nya, dan bersama-sama dengan Vidya-Nya. Vidya itu digambar di sisi kiri dari sang Sugata. Dia mengkonsentrasikan dirinya sendiri, duduk di dalam sikap Paryamka dan membuat pembacaan seratus ribu kali. Di depan dia, dia melihat sang Tathagata, atau Vajradhara, atau Avalokitesvara. Dia menerima anugerah sesuai dengan keinginannya. Ketika dia sedang berkonsentrasi dengan baik, dia mampu melaksanakan setiap perbuatan melalui penerapan dari pikirannya.

Dia harus memperkenalkan murid-muridnya dengan cara dari Mudra Vajradhara. Di dalam keadaan dari kepercayaan diri, dia mengucapkan : OM VAJRADHARA RATNADHARA PADMADHARA VISVADHARA TATHAGATASAMAYATIKRAMA TATHAGATASAMAYADHARAKO HAM (OM Vajradhara Ratnadhara Padmadhara Visvadhara, Setia Kepada Janji Tathagata, Memegang Janji Tathagata HAM).

Dia harus membuat mereka melemparkan bunga-bunga : OM SARVA TATHAGATA PRATICCHA HOH SAMAYA TVAM (OM Semua Tathagata Menerima HOH Anda adalah Janji).

Menempatkan kalung karangan bunga di atas kepala mereka, dia harus memberikan penyucian itu.

OM SARVA TATHAGATA ABHISINCA VAJRADHARAJNAPAYA HUM BHRUM (OM Semua Tathagata Menyucikan, Perintah Dari Vajradhara HUM BHRUM).
OM VAJRAVAJRA ABHISINCA HUM HUM (OM Vajra Vajra Menyucikan HUM HUM)     OM VAJRARATNA ABHISINCA HUM TRAM (OM VAJRARATNA Menyucikan HUM TRAM)
OM VAJRAPADMA ABHISINCA HUM HRIH (OM Vajra Padma Menyucikan HUM HRIH)     OM KARMAVISVA ABHISINCA AH HUM KAM (OM KARMAVISVA Menyucikan AH HUM KAM)

Kemudian dia harus menganugerahkan 'Janji (samaya)' dan 'penyucian perintah (ajnabhisekah)'. Janji itu adalah :

Dia tidak akan meninggalkan Triratna, Bodhicitta dan Gurunya yang baik (Sadgurum). Dia tidak akan membunuh makhluk hidup, dan dia tidak akan mengambil apa yang tidak diberikan. Dia tidak akan berkata hal yang tidak benar, juga dia tidak mendekati istri orang lain. Dia tidak akan memandang rendah gurunya, juga tidak menyebrangi bayangannya. Dia tidak akan mengikuti mereka yang bukan guru yang benar, juga dia tidak akan mengucapkan nama Guru Acarya Vajra-nya. Dia tidak akan memandang rendah Mantra itu, Mudra itu, juga tidak Dewata itu. Jika dia memandang rendah mereka, dia pasti akan mati karena penyakit. Dia tidak akan melangkahkan kakinya di atas sisa-sisa dari persembahan, bayangan dari para dewata itu, dan tanda-tanda dari Mudra itu, apakah mereka dari dunia ini atau dari dunia diatas.

Orang yang bijaksana itu pasti harus membunuh mereka yang merusak ajaran dari Buddha, yang membahayakan Triratna dan sisanya, dan yang berniat mencaci-maki Guru itu. Sang Mantrin dengan cara dari Mantra itu harus menghancurkan mereka yang tamak-serakah, yang tidak memiliki Dharma itu, yang melekat pada dosa-pelanggaran, dan yang selalu membahayakan para makhluk hidup. Mengambil kekayaan dari mereka yang tamak-serakah, dia harus memberikannya kepada mereka yang hidup dalam kemelaratan. Untuk tujuan dari menghormati Gurunya, demikian juga untuk menyelesaikan janji itu, untuk kegunaan di dalam Mandala itu, dan untuk menyembah para putra dari Buddha, jika dia berpikiran dalam cara ini, maka dia dibenarkan dalam mengambil kekayaan dari mereka yang tamak-serakah. Dia yang senang di dalam bertindak untuk memberikan manfaat kepada para makhluk hidup diijinkan berbicara penuh tipu daya agar untuk melindungi mereka yang dari janji itu, milik Gurunya, dan hidup dari para makhluk hidup. Dia yang mengetahui Mantra itu boleh meminta bantuan perempuan milik orang lain demi kepentingan dari Sadhananya, untuk menyenangkan para Buddha, dan untuk melindungi janji itu. Tinggal berdiam di dalam tempat dari Vajrasattva, apakah orang mengerjakan segala sesuatu, apakah orang menikmati segala sesuatu, orang berhasil tanpa menjadi bersalah; Jadi alangkah berapa banyak lagi jika orang menjiwai dengan belas-kasih.

Kemudian dia memberikan penyucian perintah : OM SARVA TATHAGATA-AJNAM TE DASYAMI GRIHNA VAJRA SUSIDDHAYE (OM Saya Memberikan Anda Perintah Dari Semua Tathagata, Terimalah Itu Untuk Keberhasilan Vajra)
OM VAJRA TISTHA HUM (OM Vajra Tinggal Menghuni HUM)

Memberikan ia Vajra, dia harus memberikan penyucian perbuatan : OM SARVA KARMANI KURU BUDDHANAM HUM (OM Laksanakan Semua Perbuatan Dari Para Buddha HUM)

Agar untuk menghormati sang Guru, murid-murid itu harus mempersembahkan tubuh berharga miliknya sendiri, barang-barang miliknya, kekayaan dan gandum, kuda-kuda dan kereta kuda, para pembantu yang terbaik, kota-kota, kerajaannya dan kedaulatannya, putra, putri, istri, ibu, kakak, dan cucu perempuan. Dengan pikiran dari memperoleh manfaat keuntungan, ia harus mempersembahkan kepada Gurunya segala sesuatu lainnya yang dia minta. Kemudian ia harus meminta untuk cara yang ampuh yang mendatangkan pencerahan Bodhi dari para Buddha dan untuk setiap kemakmuran duniawi lainnya yang ia inginkan.

Orang yang mengetahui Mantra itu, tanpa iri hati, dengan sifat keyakinan dan kesetiaan harus menyediakan cara yang ampuh demi memberikan manfaat kepada para putranya. Bayangkan lingkaran bulan (muncul) dari huruf A dan memusatkan pikirannya pada huruf bija yang sesuai di dalam tengah pusatnya, dia harus membayangkan Samaya Mudra dan jadi dia mengubah bentuknya (huruf bija itu) melalui proses dari Yoga yang berhubungan dengan bentuk-bentuk dewata itu. Kemudian dia harus memberdayakan Mudra itu dengan cara dari huruf bija yang sesuai dan Mudra dan memberikan penyucian dalam urutan yang sesuai dengan cara dari para Buddha seperti sebelumnya. Mengembangkan indera dari kepercayaan diri, orang yang bijaksana itu patut berhasil, jika dia berhasil di dalam keadaan dari keBuddhaan, alangkah berapa banyak lagi dalam keberhasilan lainnya. 

Brahma sang Mahadeva, dan yang lainnya, meniarapkan diri dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Bhagavan, apa hasil yang diperoleh dalam kasus dari sang raja, putra raja, mentri raja, ksatriya, brahmana, vaisya, sudrasya, atau orang lainnya, anggota dari kasta yang lebih rendah, anggota dari masyarakat perbatasan, yang memasuki Raja Mandala ini? "

Bhagavan berkata : "Bagus, bagus, Maha Brahma, perkumpulan para dewa, dan yang lainnya, tentu saja bagus pertanyaan ini yang anda ajukan kepada Saya demi manfaat dari para makhluk hidup masa depan. Mempelajari pematangan dari buah dalam kasus dari dia yang memasuki Raja Mandala dari perkumpulan para dewa ini, yang disucikan di dalamnya, menggambarnya, dan setelah menggambarnya bergembira di dalamnya, memujanya dan menyembahnya. Bagi Saya, para dewa, secara ringkas, Saya tidak bisa bercita-cita untuk menjelaskannya. Kebajikan seperti demikian itu seperti yang Saya miliki, walaupun  dilipatgandakan banyak ratusan ribu kali tidak akan mendekatinya, tidak menjelaskannya, tidak menyandang perbandingan bahkan dengan tumpukan kebajikan dari semua Tathagata."

Bhagavan, itu adalah menakjubkan, Vajradhara, itu adalah menakjubkan, pematangan dari buah ini dari para makhluk hidup yang memasuki Mandala ini. Kami sangat bersemangat, Vajradhara, dalam memasuki Mandala ini dan seterusnya.

Para dewa meniarapkan diri mereka sendiri dalam cara yang sama dan berkata : "Bhagavan, ada para makhluk hidup dalam jambudvipa yang hidupnya pendek dan jasa kebajikannya terbatas. Ditundukkan oleh takdir jahat, mereka terlahir dalam neraka, diantara hantu kelaparan (preta) atau diantara binatang (tiryak). Bhagavan, bagaimana kami bertindak untuk kepentingan mereka? "

"Para dewa, tempatkan mereka disini di dalam Mandala itu. Setelah menempatkan mereka di dalamnya, sucikan mereka dan baca huruf Dharma. Dengan cara dari perbuatan ini, para makhluk hidup itu memperoleh kehidupan panjang. Yang tidak mempunyai jasa kebajikan, mereka menjadi memiliki jasa kebajikan dan mereka terbebas dari kejahatan. Tentang mereka yang telah dilahirkan kembali dalam keadaan yang jahat, para dewa, sucikan nama mereka (namabhiseka), sucikan bentuk gambar mereka (pratibimbahiseka), sucikan peti jenazahnya (stupabhiseka), atau bentuk dari kedewataan mereka (svadevatakayabhiseka kuruta). Paling sdikir, sucikan anak-anak mereka, seseorang dari orang-orang mereka atau garis keturunan mereka, seseorang yang memikul nama mereka atau pelayan mereka. Tempatkan (perwakilan mereka) dalam Mandala itu tujuh kali selama tujuh hari siang dan malam. Orang menjadi terbebas dari halangan-halangan dari takdir jahat dengan cara dari penyucian itu. Para dewa, baca namanya dua ratus ribu kali, tiga ratus ribu kali, empat ratus ribu kali, sebanyak ratusan ribu kali. Bahkan mereka yang melakukan lima pelanggaran terlampau berat menjadi terbebaskan; Alangkah lebih lagi mereka yang melakukan pelanggaran kecil."

Para dewaputra, dengan membuat tungku perapian untuk ritual menentramkan, berbentuk bundar, kecil, menengah atau besar, berukuran satu, dua atau empat hasta, orang harus mempersembahkan pengorbanan seratus ribu kali  menggunakan perwakilan dari namanya dan biji dari benih sesawi putih. Dia terbebas dari semua kemalangan. Jika orang mengorbankan dagingnya, tulangnya, rambutnya, abunya atau apapun yang lainnya sesuai dengan ritual ini, dia menjadi terbebas dari semua dosa kesalahan.

Di tengah pusat (dari tungku perapian itu) orang harus menggambar lingkaran yang memancarkan nyala api delapan sinar cahaya putih. Semua di seluruh keliling bundaran itu dia menggambar Vajra berujung lima yang bersinar dengan sinar putih. Selanjutnya dia menggambar Vajra menyilang (visva vajra), Vajra, Permata, dan Bunga Teratai. Agar untuk menghancurkan dosa kesalahan dia harus membuat Mudra yang berbeda. Di sebelah luar dia menggambar Mudra dari keluarga Vajra bagian luar,  tanda-tanda dari planet, rasi bintang, dan para pelindung dunia dengan sesuai. Dia harus menempatkan disana sang Penguasa Tertinggi (natha) yang dilukiskan di atas kain bersama-sama dengan rombongan Vajra, bejana-vas dan mangkok yang terisi dengan persembahan dan makanan untuk para dewata, berwarna putih. Ringkasnya, dia menggambar rancangan sesuai dengan aturan.

Berpakaian jubah putih, dan memiliki penampilan rupa Buddha, orang yang tanpa takut itu mengingat bahwa makhluk hidup mengalami takdir jahat harus mempersembahkan seluruh rangkaian dari pengorbanan HOMA agar untuk melenyapkan halangan-halangan dari dosa kesalahan, dengan menggunakan mentega jernih dan susu bersama dengan madu, beras kering dan biji sesawi putih bercampur bersama-sama, atau menggunakan tulangnya dan hal-hal yang sama, atau hanya namanya (misal: ditulis di kertas).

Saat dia terlahir dalam keadaan bahagiah, orang yang bijaksana itu harus melaksanankan untuk dia ritual untuk mendapatkan kemakmuran. Dia membuat tungku perapian persegi, dua atau empat atau paling banyak delapan hasta ukurannya, yang memiliki tepi di semua sisi. Di dalam tengah pusatnya, dia harus menggambar bunga teratai dengan permata yang memancarkan sinar berwarna emas. Seluruh sekeliling dia harus menggambar permata dan di tepi bunga-bunga teratai. Diluar dia harus menandai Mudra yang terbagi menjadi Lima Keluarga. Dalam cara yang sama dia harus menggambar Mudra dari para dewata bagian luar, Amkusa dan yang lainnya.

Berpakaian jubah berwarna keemasan, dan mengingat Ia yang mengalami takdir bahagia, dia harus melaksanakan demi kepentingan ia dan demi kemakmuran ia. Dia harus meningkatkan untuk makhluk perwujudan itu, usia panjang, ketenaran, nama baik, dan nasib baik.

Selanjutnya dia harus melaksanakan untuk manfaat kepentingannya sendiri ritual untuk penaklukkan. Dia membuat tungku perapian berbentuk seperti busur, satu atau dua atau empat hasta ukurannya. Di dalam tengah pusatnya dia menggambar bunga teratai merah dan di atas puncaknya sebuah busur dengan sebuah panah terpasang. Seluruh sekeliling dia menggambar busur dan panah berwarna merah. Dia yang menyelesaikan Mantra harus selalu melakukan hal yang sama pada bagian luar dari itu.

Terhiasi dengan jubah berwarna merah, dan mengingat makhluk hidup itu, dia mempersembahkan pengorbanan HOMA dengan menggunakan kunyit di campur dengan mentega yang jernih, bubuk dari kayu cendana merah, bunga-bunga merah atau bunga teratai merah bersama-sama dengan buah-buahan berwarna merah. Semua dewata itu dan sisanya menjadi tunduk pada kekuatannya.

Agar untuk menghancurkan para pelaku kejahatan yang menentangnya, dia harus memulai melaksanakan ritual untuk menghancurkan. Dia membuat tungku perapian dua setengah atau tiga atau yang paling besar sembilan hasta ukurannya, berbentuk segitiga, dengan Vajra berujung sembilan dalam tengah pusatnya, dengan pinggir dikelilingi dengan trisula dan Vajra menyilang, dan ditandai dengan tanda 'tongkat pentung (danda)', 'kepala (munda)', 'trisula', 'kapak berujung Vajra (vajraparasusucikaih)'. Di bagian luar dia harus menghiasinya seperti sebelumnya dengan rangkaian ketiga. Dia meletakkan didalamnya beberapa bejana-vas dan beberapa mangkok-pinda dan banyak makanan untuk para dewata itu. Dia juga menempatkan dimana-mana tengkorak yang terisi dengan darah dan daging.

Sang Penuh Murka (Kruddha), diri Trailokyavijaya sendiri, yang memakai jubah berwarna hitam, akan menghancurkan semua penghalang dari dosa-kesalahan dan seterusnya dari para makhluk perwujudan itu. Terbebas dari penghalang-penghalan itu, dosa-kesalahannya sepenuhnya terhancurkan, dia akan meningkat dengan bahagiah ke dunia surga atau manusia di dalam tiga dunia (tatah sauhatapapatma nirvighnas carate sukham svargaloka manusye yavat trailkyadhatusu).

Dia harus bertindak tepat dalam cara yang sama dengan memperhatikan mereka yang hidup dalam kehidupan ini. Itu harus terjadi dengan sesuai dalam kasus dari mereka yang atas kepentingannya tindakan itu dilakukan.

Mengenai semua ritual yang lain, dia harus melaksanakannya sama seperti sebelumnya. Dalam cara ini, pencapaian kebahagiaan untuk para makhluk hidup tercapai dengan segera.


Samantabhadra Vajrasattva Kalparaja


Pujian Dari Mereka Yang Menyelenggarakan Kalpa Raja Ini

Para dewa, brahma, dan yang lainnya, dipenuhi dengan kegembiraan, membungkuk dihadapan sang Bhagavan dan berkata : "Mengenai mereka yang menulis Kalpa Raja ini atau menyebabkannya ditulis untuk manfaat , kebaikan dan kebahagiaan dari para makhluk hidup, kami para dewa, brahma, dan sisanya akan melindungi putra keluarga yang baik atau putri keluarga yang baik itu sama seperti diri kami sendiri, alangkah lebih banyak lagi jika dia mengikuti dengan tegas ajarannya seperti itu yang telah dijelaskan. Kami akan memperpanjang kedaulatan dari raja itu atau anaknya, atau menterinya yang menjelaskan secara terperinci Mantra itu sesuai dengan permohonan mereka. Kami akan menyelenggarakan kedaulatannya, melindungi negaranya, propinsinya, orang-orangnya dan warganya, tanamannya dan sisanya. Kami akan menyediakan kekayaan dan gandum dalam kelimpahan; Memberikan wanita, pria, putra dan putri; Menganugerahkan kemakmuran, makanan, persediaan dan kedamaian."

Jika orang yang percaya Kalparaja ini meletakkannya di atas puncak dari spanduk-bendera kerajaan dan memasuki kota, pasar dan sebagainya, atau jika dia memamerkan dirinya sendiri menaiki gajah, mengembara melalui desa-desa dan kota-kota, semua bencana yang mematikan akan terlenyapkan. Kami akan mengakui pangkat dari Mahasattva itu dengan melayani atau dengan pengabdian berbakti.

Dimanapun ini harus dikerjakan, kami berdoa memohon Bhagavan Vajrapani semoga tampil dalam bentuk-rupa dari Vajrasattva dengan tubuh kemuliaan-Nya (Sambhogikaih kayair). Kami berdoa memohon Bhagavan Vajrasattva Samantabhadra, yang mengabulkan semua harapan, semoga tinggal berdiam disana dalam bentuk-rupa dari Kalparaja. Kami berdoa memohon semua Tathagata bersama dengan rombongan penggiring Mereka tinggal berdiam disana dan semoga daerah dari tanah itu menjadi Caitya. Kami menyembah, kami memuliakan, kami melindungi. Kami para dewa, brahma dan sisanya, adalah para pelayan dari sang Pertapa Besar Guru Vajra (vajracaryamahatapa) itu, yang mempraktekkan Kalparaja ini. Kami akan berdiri di sisi dia sama seperti pelayan yang siap untuk melayani dan mematuhi setiap perintah. Kami akan memberikan setiap manfaat, kebahagiaan dan keberhasilan yang lengkap. Bhagavan, ringkasnya, kami akan menghilangkan debu di kakinya dengan kepala kami. Bhagavan, kami memuliakan dia. Bhagavan, kami menyembah dia dan mengikuti dia dari belakang. Bhagavan, kami berdoa para makhluk hidup yang memasuki dan disucikan di dalam Mandala itu semoga menjadi Tuan-Tuan kami. Bhagavan, kami mengakui dia sebagai Vajrapani, Vajrasattva, Maha Sukha Samantabhadra. Kami mengakui dia sebagai Tathagata.

Kemudian Bhagavan Vajrapani berbicara kepada para dewa, brahma dan yang lainnya dengan mengatakan : "Bagus, bagus, para dewa, brahma dan yang lainnya, melalui pembaktian kepada Dharma, anda membuat 'sumpah yang benar (bhutam pratijnam)' ini. Kerjakanlah itu dengan baik."





Mandala Dari Cakravartin

Kemudian Bhagavan Vajrapani, agar untuk memperkuat semua Mantra, Vidya, dan Hrdaya itu, mengucapkan Hrdaya-Nya sendiri :

OM BHRUM TRUM VAJRAPANI DRDHAM TISTHA HUM.   (OM BHRUM TRUM Vajrapani Tinggal Berdiam Dengan Kuat HUM).   
OM HUM.
OM VAJRA HUM PHAT.   
OM DRDHAVAJRA HUM.   (OM Kuat Vajra HUM).   
OM VAJRA HUM SAH.   
OM VAJRA HUM SRAH.

Ini adalah Mandala Mereka (athasya mandalam bhavati).

Dia menggambar Mandala itu sama seperti sebelumnya. Di tengah pusat dia harus menggambar Vajra atau Vajrasattva atau Samantabhadra sang Maha Sukha; Di depan (arah timur) Vajrapani; Di kanan (arah selatan) Ratnapani; Di barat Padmapani; Di utara Visvapani. Di luar dari itu dia menggambar lingkaran dimana dia menempatkan semua Buddha. Dan diluar dari itu dia menempatkan para Vajrasattva dalam urutan yang sesuai. Di luar lebih jauh dia menggambar para Bodhisattva, Maitreya dan yang lainnya, 'para yang besar (Maha Uttamam)'. Masih di luar lebih jauh dia menggambar para Bhiksu, Ananda, dan sebagainya, dan para Bijaksana (Muni). Di luar dari itu dia menggambar Brahma dan yang lainnya disertai oleh para istri mereka dan rombongan penggiring. Dia juga menggambar di dalam Mandala ini, para 'Planet (graha)', 'Rasi Bintang (Naksatra)', Matahari (Surya) dan Bulan (Candra), Empat Raja, para Pelindung penjuru arah (diglokapala). Diluar lebih jauh lagi, dia menggambar enam bidang dunia dari keberadaan, alam-alam neraka, alam hantu kelapan, alam binatang, alam manusia, alam dewa, dan alam asura.

Dia menggambar Mandala itu dengan ketekunan di hari yang sesuai dalam dua minggu yang terang. Tapi ketika disarankan, bahkan di saat dua minggu yang gelap, Mandala itu tidaklah salah. Ritual dari membuat Mandala dari Padmahasta disarankan saat di kelima, di ketujuh, tapi khususnya saat bulan purnama. Mandala yang berhubungan dengan ritual yang ganas dan dengan Para Krodha harus digambar di saat dua minggu yang gelap. Untuk Mandala para Jina, bulan purnama adalah adalah terutama disarankan.

Dia harus menerapkan dirinya sendiri terhadap penciptaan dari Mandala yang ada dengan sendirinya. Dia menandai penjuru arah timur dengan cara dari matahari terbit. Selanjutnya dia menonjolkan secara batin pengaturan dari Mandala itu. Berdasarkan Mantra dan Tantra (mantratantroditam), lemah lembut, bersih tanpa noda, murni dalam bentuk-rupa Mantra (mantrarupasubham), praktek itu dilaksanakan secara yang dapat disetujui hanya dengan murid-muridnya. Kemudian pagi-pagi di pagi hari, sepenuhnya bersih-suci, memakai jubah putih, sang Guru yang murni dan bijaksana itu mendekati Mandala itu bersama-sama dengan murid-muridnya. Tempat untuk Mandala itu telah diolesi, diminyaki dan dimurnikan dengan air wangi, dan disucikan dengan Mantra-Mantra dari para dewata yang penuh murka. Di tengah pusat dia memasang penempatan (dari para dewata itu) dengan cara dari 'Hrdaya keluarga itu (kulanam hrdayena tu)'. Dia harus melaksanakan semua ritual dengan menerapkan Mantra yang mengendalikan Mandala itu.

Mengambil wewangian dia menggambarkan lingkaran di permukaan tanah, berukuran dua belas jari (gandhamandalakam krtva medinyam dvadasamgulam), dan melakukan gerak isyarat dengan tangannya, dia harus membaca tujuh kali Vidya dari Mandala itu. Setelah itu, dia menyembah dalam langkah yang tepat dengan wewangian, bunga-bunga, dan sebagainya, membaca Hrdaya yang bernama Maha Bodhi dari para dewata. Dia juga harus mempersembahkan persembahan dan dupa yang diberkati dengan Mantra. Dia harus memberkati air yang dicampur dengan kayu cendana, menambahkan bunga-bunga dan mengasapinya dengan dupa sesuai dengan ritual itu.

Kemudian menyentuh dengan tanganya sebuah 'tusuk gigi (dantakastam)' yang terbuat dari audumbara atau kayu asvattha, tanpa lekukan, tidak terlalu tebal atau tidak terlalu tipis, dua belas jari panjangnya, dicuci dengan air wangi, dililit dengan benang, diasapi dupa dan dilumuri dengan bahan wewangian, dia harus membaca banyak kali atau hanya tujuh kali Hrdaya dari yang berhubungan dengan keluarga. Jumlah dari tusuk gigi itu bergantung dengan jumlah murid-murid itu. Satu demi satu dia harus membuat mereka mengunyah ujung-ujung itu. Kemudian orang bijaksana itu sendiri melaksanakan dengan ketetapan ritual perlindungan untuk murid-murid nya; Dia mempersembahkan pengorbanan HOMA dengan menggunakan kayu bakar yang telah di lumuri dengan mentega yang jernih, biji sesawi dan mentega jernih yang dicampur bersama-sama, mentega jernih dan persembahan HOMA, dan beras yang dipersiapkan dengan dadih. Pertama-tama ini dikerjakan agar untuk meniadakan pengaruh jahat, dan selanjutnya dikarenakan oleh perhatiannya (pada mereka). Selanjutnya dia harus melaksanakan ritual HOMA yang menentramkan atau satu itu yang meniadakan dosa-kesalahan.

Memeriksa murid-muridnya dengan penuh hati-hati, dia harus menempatkan mereka di posisi dan sesuai dengan kemampuan mereka, mereka harus mengambil sumpah mereka. Tata cara untuk mereka adalah ini : Mereka harus bersih, berpakaian jubah putih, duduk menghadap dia, dan jadi begini dia harus mengatur tempat-tempat mereka. Pertama sang Tuan membuat mereka mengambil Tiga Perlindungan (adau trisaranam dadyad), dan kemudian dia harus menyebabkan mereka yang belum membangkitkan Bodhicitta untuk membangkitkannya, dan mereka yang telah membangkitkannya harus diingatkan tentangnya. Selanjutnya dia harus memercikkan kepala mereka dengan air yang diberkati dengan pembacaan dari para Krodha. Dengan penuh perhatian dia menyentuh kepala mereka dan melaksanakan pembacaan itu tujuh kali.

Orang yang bijaksana itu menghilangkan ketakutan dengan menyentuh mereka dengan tangannya yang dilumuri dengan wewangian dan dengan membaca tujuh kali Vidyaraja Hrdaya. Di keluarga Jina dari Cakravartin (cakravartijinakule) Vidyaraja itu memiliki satu huruf. Di keluarga Bunga Teratai dari Hayagriva (hayasvetambujakule) Vidyaraja itu memiliki sepuluh huruf. Di keluarga Vajra dari Sumbha (sumbhatathavajrakule) Vidyaraja itu memiliki kekuatan magis besar (maha rddhikah). Diberkati dengan empat huruf HUM, itu adalah aktif dalam semua ritual itu. Sang Krodha, Amrtakundali adalah umumnya bersama dengan Tiga Keluarga itu. Karena dia melenyapkan semua halangan dia disebut sebagai Guhyakadhipati.

Menyentuh kepala mereka, dia harus mengucapkan Mantra itu yang berlaku dapat dipakai pada semua ritual itu. Dia harus memercikkan dengan air dan dupa dan memberkati dengan Vidyaraja pada bejana-vas untuk penyucian, yang terisi dengan beras dan benda-benda lainnya. Dia harus menempatkannya dalam tempat yang sesuai sesuai dengan aturan dan dia harus mempersembahkan persembahan dengan air wangi. Dia melemparkan bunga-bunga dan memercikkan dupa. Dengan pembacaan lanjutan dalam Mandala itu dia harus melaksanakan penyucian dari kelompok murid-muridnya, yang mempertahankan tangan mereka dalam sikap Anjali dan melihat ke utara. Dia harus membagikan tusuk gigi itu dalam urutan yang benar pada mereka yang duduk. Para murid itu menghadap ke timur dan mengunyah tusuk gigi itu diluar (Mandala itu). Mengunyahnya sepenuhnya dan tanpa membelahnya, mereka harus tidak melemparnya ke samping-sisi itu. Ketika tusuk gigi dilempar secara benar dan jatuh di depan, maka itu harus diketahui sebagai 'Siddhi (Siddhi = keberhasilan)' yang tertinggi (uttama siddhi). Bagi yang menjatuhkannya keatas dengan ujung mengarah ke timur, Siddhi itu dikenal sebagai yang menengah (madhyama siddhi). Jika itu jatuh kearah utara,  Siddhi dari Vidya itu berhubungan dengan dunia ini. Jika itu dilempar dalam cara yang lain dan jatuh menunjuk kebawah, maka itu berhubungan dengan Siddhi dalam dunia yang lebih rendah (patalasiddhi). Tiada keraguan pada peristiwa ini.

Dengan Mantra yang menggerakkan semua ritual itu, sang Guru harus memberikan air wangi kepada murid-muridnya yang terbasuhkan dan duduk seperti sebelumnya. Dia harus memberikan ukuran tiga telapak tangan kepada setiap orang untuk diminum. Ketika mereka telah minum, dia harus berdiri dan mendekati mereka satu demi satu. Dia menyembah lagi dan menyebarkan dupa dengan tangannya. Setelah membuat pembaktian, orang yang bijaksana itu harus memohon para dewata itu. Pertama dia harus membaca Mantra dari dia yang Mandala-nya adalah itu. Pemanggilan dari para dewata itu terjadi dengan menerapkan cara yang teratur ini : "Bhagavan, Dia yang demikian, Vidyaraja, saya membungkuk di hadapan anda. Berbelas kasih kepada para murid-murid saya dan untuk tujuan menyembah Anda, saya ingin menggambar Mandala itu yang intisarinya adalah belas kasih. Bhagavan berkenanlah untuk memberikan saya, pemuja Anda, kemurahan hati ini. Semoga saya diingat oleh para Buddha, Lokanatha yang berbelas kasih, oleh para Arhat dan para Bodhisattva dan yang lainnya para Dewata dari Mantra itu, oleh para Dewata Lokapala, oleh para Makhluk yang diberkahi dengan 'Maha Riddhi (Kekuatan Magis Besar)', oleh mereka yang senang dalam Ajaran Buddha (sasanabhiratah), dan oleh mereka yang memiliki penglihatan surga (divyacaksusah). Saya dengan nama seperti demikian, dalam penghormatan dan pada yang terbaik dari kemampuan saya, akan menghasilkan Mandala seperti demikian dalam keadaan kemunculan sendirinya. Dengan memperlihatkan kasih sayang Anda kepada saya dan murid-murid saya, semoga Anda berkenan menyatukan semua untuk membuat kemunculan Anda dalam Mandala itu.

Setelah mengucapkan itu, dia membuat penyembahan kepada sang Bhagavatah dan kemudian setelah mempersembahkan bait stanza pujian (stotropaharam) dia harus memohon mereka untuk berangkat.

Setelah mengajarkan Dharma itu kepada murid-muirdnya yang terbebas dari gairah nafsu, Orang yang bijaksana itu harus mengirim mereka untuk tidur penuh kedamaian dengan kepala menghadap arah timur. Pagi hari, dia bertanya apa yang mereka lihat dalam mimpi mereka dalam malam itu. Mendengar ini, orang menjadi tetap tanpa takut selama siang hari, apakah itu bertanda baik atau tidak.

Buddha(Vajra)Dhara akan melindungi Janji dari Tujuh Keluarga itu. (buddhadharo rajanam samayet saptakulani tu)

( Sang Guru menyapa murid-muridnya dengan berkata : ) "Putra, jagalah dengan keyakinan 'aturan Samaya' dari Guru anda, Janji Samaya dan sumpah yang diucapkan oleh para Jina. Jangan membunuh para makhluk hidup, juga jangan mengambil apa yang tidak diberikan. Menginginkan kerberhasilan Siddhi, anda harus tidak melakukan perbuatan seksual yang melanggar hukum. Anda harus tidak meminum minuman keras yang memabukkan, juga tidak mengambil daging dan yang sejenisnya pada waktu apapun. Anda harus tidak mencelakakan para makhluk hidup, juga tidak meninggalkan Tiga Permata (Triratna), Pikiran Kebangkitan (Bodhicitta), Hrdaya, Mudra, Guru anda dan para dewa itu. Anda harus tidak melanggar perintah dari Guru anda. Anda harus menghindari penyebab dosa pelanggaran. Anda harus tidak mencemari persembahan-persembahan itu, juga tidak menapakkan kaki di bayangannya dan simbol-simbol Mudra itu. Anda harus tidak menyalahgunakan Mantra itu dan Dewata itu, juga tidak melakukan ritual yang kejam. Anda harus tidak mencacimaki kaum tirthika (kaum sesat yang bukan pengikut Buddha). Singkatnya, anda harus tanpa keraguan, ketidakpastian, atau kebimbangan yang berhubungan dengan diri anda sendiri, Tantra ini, para Dewa itu dan sisanya (atmatantradevadisu).   

Setelah membuat 'sumpah (pratijna)' dengan keyakinan kuat yang seperti demikian itu, orang sepatutnya disucikan oleh Yang Maha Tahu Semua (sarvavidabhisekatah) dengan kumpulan yang lengkap dari vas dan sisanya, dan menjadi seperti yang diinginkan pemberdayaan dari sepuluh penyucian.

Dia melakukan kepada mereka 'Vajra' dan 'Ghanta (lonceng)'. Lalu mengambil 'tujuh permata', 'Cakra (roda)' dan sisanya, dia harus menyucikan mereka sehingga mereka bisa memperoleh intisari dari Cakravartin, kedaulatan semesta dan lainnya, dan sehingga dosa pelanggaran bisa di lenyapkan. Dia harus mengakui permintaan dari murid-muridnya yang menginginkan untuk menyelesaikan Mantra itu.

Menundukkan kepalanya dengan pembaktian, dia harus mempersembahkan kepada Guru dia benda-benda yang dia inginkan. Dia mempersembahkan permata, harta kekayaan, gandum, emas dan keping emas, kereta tempur, kuda, jabatannya sendiri, putranya, putrinya, laki-laki dan perempuan, desa-desa dan kota-kota seperti yang dinginkan. Dia harus mempersembahkan bayarannya dengan pikiran yang baik hati. Singkatnya, agar untuk mencapai kemajuan yang cepat, dia harus mempersembahkan dirinya sendiri kepada Gurunya. Dia memperoleh kebahagiaan yang lengkap disini di bumi ini dan kebahagiaan yang tertinggi di dunia yang lainnya; Dia memperoleh 'keadaan Buddha (buddhatvam)' - alangkah lebih lagi, kebahagiaan para dewa.

Itu dikatakan bahwa siapapun yang memandang rendah 'Vajra Acarya (Guru Vajra)' itu, yang sama sebanding dengan semua Buddha, mengalami kesedihan yang terus-menerus. Oleh karena itu, orang harus tidak memandang rendah Acarya (Guru) orang lain. Yogin harus tidak memandang rendah saudara laki-laki Vajra-nya atau saudara perempuan Vajra-nya atau Ibu Vajra-nya. Dia harus tidak menyebabkan pertikaian. Dia harus tidak membiarkan orang-orang yang merusak Triratna, atau orang-orang jahat yang memandang rendah Gurunya, yang merusak janji Samaya, dan yang melakukan kejahatan dalam cara ini dan cara yang lainnya. Bertindak dalam cara ini, orang memperoleh kesempurnaan Siddhi yang dijanjikan oleh sang Sarva-Vid. Dengan berbelas kasih kepada para makhluk hidup, orang mendapatkan kesempurnaan Siddhi dengan sangat cepat.

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile



Arya Avalokitesvara

Menggambar THAN-KHA

Kemudian sang Bhagavan menjelaskan Ritual pembangkitan demi manfaat keuntungan dan kebahagiaan dari dewa Indra dan dunia bersama dengan para dewanya.

Orang harus sepatutnya menggambar Bhagavantam Sarvavidam di kain. Di kanan-Nya orang harus menggambar Sarva-durgati-parisodhana-raja Tathagata; Di kiri Sakyamuni; Dibawah Sarva-durgati-parisodhana-raja Tathagata (orang menggambar) Arya Avalokitesvara, tubuh-Nya memiliki warna dari matahari dan bulan, dan memegang bunga teratai di tangan-Nya; Dibawah Sakyamuni orang menggambar (orang menggambar) Vajrapani dan diantara Mereka Bhaisajyaraja, berwarna biru, sedang memegang 'buah mirobalan (haritakiphalam)' di satu tangan dan membuat 'sikap memberi (varada)' dengan tangan lainnya. Hayagriva dan Trailokyavijaya, ganas dan siap menyerang (dustadamanatatparau), digambarkan menghadap masing-masing kedewataan Mereka (svadevatabhimukhau likhet); Diantara mereka adalah Locana, Mamaki, Pandaravasini dan Tara, sedang memegang dalam tangan Mereka simbol-simbol Mereka yang sesuai. Lebih lanjut dibawah, orang menggambar kolam yang terisi dengan sangat banyak tumbuhan air bersama dengan hewan air (makara), ikan (matsya), kodok putih (sveta manduka) dan sejenisnya. Orang juga menggambar bunga-bunga, buah-buahan, makanan untuk para dewata itu, karangan bunga, wewangian, lampu dan dupa. Dibawah itu, orang harus menggambar pemuja duduk dan membungkuk dengan tangan-nya diangkat keatas dalam sikap Anjali.

Kemudian orang mulai 'memberdayakan (adhisthana)' Lukisan itu sehingga itu menjadi nyata. Setelah melaksanakan ritual dari pembukaan mata, dia harus menyembahnya. Jika dia melihat tanda, dia berhasil dengan cepat. Jika dia tidak melihatnya, dia berhasil secara bertahap. Saat mendengar suara tertawa, gendang atau lonceng, dan saat melihat Bhiksu, Brahmana atau 'perempuan dengan buah-buahan (kanya ca phalani)', dia berhasil dengan cepat dalam pencapaian Siddhi yang lebih tinggi, yang menengah, atau yang lebih rendah.

Dia mensucikan Lukisan itu dengan Mantra dan Mudra. Duduk di depan itu, dia harus menyembah sesuai dengan keadaan. Dia melaksanakan ritual itu untuk perlindungannya dan seterusnya dengan cara dari Trailokyavijaya. Dia merenungkan sifat alami sejatinya, melaksanakan pembacaan tiga ratus ribu kali atau enam ratus ribu kali, hingga tanda dari pencapaian terjadi. Lalu di dalam tempat yang sunyi, dia membaca seratus delapan kali Mantra dari seluruh kumpulan itu. Pada akhir dari pembacaan itu dia membayangkan dalam pikiran Mandala itu seperti sebelumnya. Dia mempersembahkan banyak sekali penyembahan dan melaksanakan pembacaan itu selama satu malam. Jika dia melihat Bhagavan atau Bodhisattva atau Dewa, sejauh dia layaknya, dia harus meminta kesempurnaan Siddhi tertinggi yang dia cita-citakan. Para Dewata itu, menjadi selalu gembira, akan menganugerahkan kepada dia buah Siddhi yang sempurna. Membungkukkan diri, dia harus menerima anugerahnya dan sisanya. Dia mempersembahkan persembahan yang sesuai kepada Guru-nya dan kepada Tiga Permata (gururatnatrayasvabhagam datva). Dia harus selalu melakukan ini. Dalam ketidakhadiran mereka, orang yang bijaksana itu harus mengambilnya dan menikmatinya sendiri. Bertindak demi manfaat keuntungan semua makhluk hidup, dia tinggal berdiam di seluruh banyak kalpa.

Dalam kasus dia tidak memperoleh kesempurnaan Siddhi, dia (masih) bisa melaksanakan semua ritual. Dengan hanya perintah ucapan, para Yaksa, Naksatra, Graha, dan sisanya melaksanakan seperti pelayan semua ritual, ritual untuk menentramkan dan yang lainnya.



Bhagavan Sarva Vidya Vairocana Tathagata

Ritual Yang Berbeda Untuk Yang Meninggal Dunia


Kemudian Dewa Indra menyapa sang Bhagavantam : "Bhagavan, bagaimana harusnya orang mulai melenyapkan kesedihan dari neraka dan sebagainya dari para makhluk hidup yang melakukan dosa pelanggaran dan yang berada di dalam kekuasaan neraka dan keadaan lainnya yang seperti itu?"

Sang Bhagavan berkata : "Dewa Indra, tiada kesulitan dalam membebaskan dari kesedihan neraka dan tempat-tempat yang seperti itu para makhluk hidup itu yang melakukan dosa pelanggaran besar dan yang berada di dalam kekuasaan neraka. Dengarlah ! Gambar Mandala itu dalam urutan yang benar, orang harus menyucikannya seperti sebelumnya dengan 'vas (kalasa)' yang diberkati seratus delapan kali. Dengan semua dosa kesalahan mereka termurnikan, mereka secara cepat terbebas dari kesedihan neraka dan sebagainya. Para makhluk besar itu menjadi terbebaskan dari dosa kesalahan mereka, dilahirkan di alam dewa Suddhavasa dan selalu mendapatkan jalan masuk ke 'Pengumuman dari ajaran Buddha (Buddhadharmasamgitim)'. Mereka terdirikan di dalam keadaan yang tanpa kemunduran (avaivartikabhumipratisthita) dan memperoleh pencerahan Bodhi pada waktunya."

Mantrin yang bergembira dalam bertindak demi memberi manfaat keuntungan kepada orang lain, menggambar dengan kunyit berwarna kuning jingga 'gambar mereka' atau 'nama mereka'. Berbelas kasih, dia harus menyucikannya agar untuk membebaskan para makhluk hidup itu dari ketakutan besar pada tiga takdir jahat. Selanjutnya sang Yogin harus menyucikannya dengan cara dari Mantra dan Mudra. Menghasilkan gambar rupa dewata yang mereka pilih, dia harus menempatkannya di dalam Caitya. Atau menulis di hati (dari gambar mereka) Hrdaya dari dewata mereka sendiri atau yang lainnya, dan memikirkan mereka sama sebanding dengan dewata itu, dia harus menempatkannya di dalam rumah.

Memanggil nama (dari yang meninggal dunia itu) itu dan menulis Mantra itu dengan kunyit berwarna kuning jingga, dia harus melaksanakan ritual Caitya hingga seratus ribu kali. Agar untuk menentramkan dosa pelanggaran dari pendosa besar, dia harus melakukannya sepuluh juta kali. Dengan perbuatan ini, mereka pasti terbebas dari neraka. Demikian juga dalam cara yang sama mereka terbebas dari keadaan binatang dan dilahirkan diantara perkumpulan para dewa.

Memanggil nama itu, dia harus membaca Mantra itu seperti yang dijelaskan seribu kali. Kadang-kadang dia akan harus membacanya sebanyak seratus ribu kali atau bahkan sepuluh juta kali. Mereka dilahirkan diantara perkumpulan para dewa.

Memanggil nama itu, orang yang menguntungkan itu harus mempersembahkan ritual HOMA sepuluh ribu kali atau sebanyak seratus ribu kali. Mereka dibebaskan dari kemalangan Maha Naraka.

Hingga ada tanda dalam Api yang sekarang, selama itu dia harus mempersembahkan pengorbanan HOMA sesuai dengan ritual itu, menggunakan wijen, benih sesawi putih dan butiran gandum bersama dengan susu kambing dan kayu bakar yang wangi. Mereka pasti dilahirkan di dalam perkumpulan para dewa dan memperlihatkan tanda dengan sesuai. Kapan pun mereka demikian dilahirkan sebagai dewa tertinggi, dia melihat di tengah pusat dari tanda-tanda hati seperti ini : Api putih yang berputar mengelilingi dari arah kanan, Api murni yang naik keatas, terus-menerus, tetap kukuh dan terang seperti kilatan petir, atau dia akan melihat dewata api sendiri (Agni), murni seperti bulan dengan wajahnya yang bersinar putih. Saat melihat tanda-tanda ini, dia harus tahu bahwa mereka telah dibebaskan dari neraka dan keadaan yang tidak menyenangkan lainnya, bahwa dosa kesalahan mereka telah dilenyapkan, dan bahwa mereka telah dilahirkan di surga.

Sesuai dengan ritual itu, dia harus menggali tungku perapian berukuran empat hasta. Di tengah pusat dia harus menggambar lingkaran dengan pinggiran dikelilingi oleh Vajra. Dia harus menggambar dalam urutan yang benar Mudra dari Lima Keluarga (pancakulamudrah) di dalam tempat Mereka yang tepat, dan yang milik para Bodhisattva, para pelindung dunia (lokadhipan) dan sisanya. Dia harus menempatkan di dalamnya vas-vas dan wadah-wadah yang terisi dengan persembahan, delapan atau enam belas jumlahnya, makanan dan minuman untuk para dewata itu, kalung karangan dari bunga dan benda-benda lainnya yang sama. Dia harus menghiasinya dengan kanopi, bendera kemenangan, untaian sutera, payung-payung dari kualitas yang unggul, dan perhiasan-perhiasan yang lainnya. Dia harus melaksanakan pengorbanan HOMA secara benar di dalam tungku perapian HOMA yang unggul ini. Setelah menggambar (simbol-simbol mereka), orang yang mengetahui ritual ini memanggil perkumpulan dewa, dan yang mengetahui Mantra itu, dia harus menyajikan persembahan itu dengan Mudra dan Mantra. Singkatnya, setelah menyembah dan setelah melaksanakan penyucian dengan cari dari yoga dewata, dia harus meletakkan di dalam tungku perapian itu : wewangian kapur barus (karpura), candana, kunyit (kumkuma), mentega dan susu yang dicampur dengan wijen, wijen dan benih sesawi dicampur bersama-sama, air wangi, banyak beras dan padi yang dipanggang, madu dan gula, kayu persembahan yang diberkati banyak ratusan kali, dan kayu bakar yang telah di sucikan dengan Mantra mereka.

Dalam kasus dari mayat, dia mengucapkan Mantra itu, memandikannya dengan air yang murni, mengolesinya dengan minyak wangi yang tersucikan, menutupnya dengan kain dan perhiasan, dan menghormatinya dengan kalung karangan dari bunga dan seterusnya. Setelah menulis Mantra itu, dia memasangnya ke mahkota dari kepala dan di bahu. Dengan cara dari Sarvavidya dia menyucikannya di hati, di tenggorokan dan mulut. Selanjutnya dia menggunakan huruf-huruf Mantra yang menguntungkan di dahi, diantara mata, di telinga, di mahkota dari kepala, di bahu, hidung, pangkal paha, lutut, kaki, pergelangan kaki, kelamin dan tempat-tempat lainnya. Agar untuk melenyapkan kelahiran kembali yang malang, dia harus menempatkannya di tikar di dalam tengah pusat dari tungku perapian itu. Kemudian sang Mantrin harus menutupnya dengan kain yang diberkati dengan Mantra. Menyalakan sang pemakan persembahan (api) dan memanggil Agni yang tubuhnya menyala berkobar dengan ribuan lidah api dan yang mirip seperti bulan putih, hening-tenang dan tanpa batas, dia harus mengatur persembahan-persembahan itu.

Kemudian dia yang bijaksana harus menempatkan di depan dia gambar rupa itu dan benda-benda yang lainnya. Memanggil kumpulan Tathagata, dia mengatur persembahan itu dan sebagainya, dan melaksanakan penyembahan seperti yang telah dijelaskan.

Setelah menyediakan benda-benda persembahan dan setelah mengaturnya untuk pembakaran, dia harus membagikannya seratus delapan kali kepada para Jina dan yang lainnya. Kemudian dia harus mengatur persembahan yang dibakar untuk Sodhana Mantra Raja (Raja Mantra Yang Memurnikan) dua puluh satu kali.

Kemudian setelah memanggil Dia yang berwajah putih (Agni), dia harus menyembahnya dengan pelaksanaan itu atau dengan penyajian tiga kali lipat dari persembahan itu.

Dia harus membayangkan atau menggambar Vajrapani, berbentuk Trailokyavijaya, sedang memegang bunga teratai dan tali jerat, sedang menekan dengan kaki bunga teratai-Nya di atas pendosa itu (mayat itu), terhiasi dengan semua perhiasan dan sedang memakai mahkota dari Buddha yang sempurna (sambuddhakiritinam). Dengan menggunakan Hrdaya-Nya dia harus mempersembahkan pergorbanan HOMA seratus ribu kali atau sebanyak sepuluh juta kali. Saat tanda muncul, dia harus mengetahui bahwa aliran arus yang tanpa gangguan dari dosa kesalahan telah dilenyapkan.

Dia harus mengumpulkan bersama-sama abu itu sesuai dengan ritual itu dengan membaca Mantra dari perkumpulan Vajra ini. Dia membuat menjadi gumpalan abu-abu itu dan butiran-butiran dari tulang bersama dengan air wangi dan lima hasil dari sapi, memberkatinya sratus ribu kali dengan Mantra pemurnian. Mencampurnya dengan wewangian kapur barus (karpura), wewangian (gandha) dan tanah liat (mrdbhir), dia harus membuat 'gambar (pratima)' atau Caitya.

Setelah menyucikannya sekali, dua kali, tiga kali, empat atau lima kali, atau sebanyak seratus delapan kali dengan menerapkan Mantra dan Mudra, dia harus melaksanakan pembacaan dua ratus ribu kali. Kemudian Caitya itu menyala dengan terang atau gambar pratima itu tersenyum atau wewangian dan dupa tercium atau cahaya bersinar atau kelompok-kelompok yang berbeda dari para dewa menampakkan diri mereka sendiri atau peristiwa magis terjadi; Bunga-bunga berhujanan turun dan suara dari kulit keong, seruling, gendang, vina, dan alat musik lainnya terdengar.

Jika dia tidak melihat tanda-tanda surga itu dikarenakan oleh jumlah besar dari dosa pelanggaran (dari mayat itu), dia harus mengejar pembacaan itu seratus ribu kali atau delapan ratus ribu kali, dan hingga tanda muncul, dia harus menyembah para Tathagata, membaca dengan perhatian. Akhirnya dia yang mengetahui ritual itu harus melaksanakan pembacaan selama satu malam. Kemudian dia pasti melihat mereka terbebas dari dosa pelanggaran dan dia tahu bahwa rangkaian kehidupan mereka telah mengambil bentuk rupa dari dewa. Saat melihat tanda-tanda itu, dia harus melaksanakan semua ritual itu tanpa keragu-raguan, dengan penuh kebajikan dan belas kasih.

Jika masih itu tidak terjadi, dia harus melanjutkan dengan cara dari pembacaan dan meditasi. Dia menulis nama (dari mayat itu) dan membuat rangkaian dari Caitya atau dia membuat 'gambaran rupa (Pratima)'. Dia melaksanakan penyucian itu dan mempersembahkan pengorbanan HOMA. Orang pasti dilahirkan di surga.

Memanggil nama dan membaca Mantra-Mantra itu, dia menyucikan abu itu, benih sesawi putih, tanah dan benda-benda lainnya, yang dia lempar kedalam sungai yang mengalir ke lautan.

Ketika ini selesai, bahkan para pendosa yang paling jahat terbebas dari takdir-takdir jahat yang malang; Apalagi pelenyapan takdir jahat dalam kasus dari orang yang memiliki jasa kebajikan di dunia ini, yang memperoleh benih-benih dari kebajikan-kebajikan yang unggul, yang diberkati dengan buah dari keadaan Buddha, dan yang didorong oleh keinginan hati dari kesempurnaan memberi (dana), moralitas (sila), kesabaran kendali diri (ksanti), semangat (virya), penyerapan (dhyana) dan kebijaksanaan (prajna) - Tiada keraguan tentang itu.

Telah dikatakan oleh para Sugata Jina bahwa dalam ketiadaan dari 'Kebijaksanaan (Prajna)' dan 'Cara Bijaksana (Upaya)' tidak ada pembebasan untuk para pendosa besar yang tidak menghasilkan akar-akar kebajikan, yang menggenggam pandangan ketiadaan, yang berpaling dari 'Jalan Kebangkitan (Bodhi marga)', yang menghina Ajaran itu, yang melakukan hal-hal yang membahayakan, yang tidak mengetahui sifat alami dari dosa/kesalahan, yang tidak mencintai orang tua mereka, yang membunuh mereka yang berbelas kasih dan yang berniat pada Pencerahan Bodhi, dan yang menggenggam pandangan ketiadaan sehubungan dengan para dewata, Buddha, Dharma, Sangha, Mantra, Mudra dan sisanya.

Kemudian Sakra dan para dewa lainnya, mata mereka terbuka lebar seperti bunga teratai, merasa riang-gembira dengan berkata 'Sadhu'. Setelah bersukacita mereka menyembah (sang Tathagata). Sakra mulai bertindak demi manfaat keuntungan orang lain (menyelesaikan ritual ini) sesuai dengan kata-kata (sang Tathagata) itu dan memperoleh dengan sesuai buah-buah mereka.

Kumpulan Dari Dewata Yang Ada Di Mandala Sarva Durgati Parisodhana

Nilakantha digambar di arah timur laut. Dia dipakaikan dengan ular, duduk di atas gajah, berwarna putih dan memiliki empat lengan. Dia memegang Vajra tiga ujung di tangan kanan pertamanya dan dengan tangan kanan kedua dia membuat sikap dari memberi (varada). Di tangan kiri pertamanya dia memegang trisula dan di tangan kiri kedua sebuah pedang.

OM PASUPATI NILAKANTHA UMAPRIYA SVAHA (OM Raja Binatang Buas, Yang Berleher Biru, Yang Mencintai Uma SVAHA)

Mengenai Mudra-nya, dia menggenggam kepalan tinju tangan kirinya dengan tangan kanannya; Menekan jari kelingking dengan jari jempol dan membuat tanda dari Vajra dengan sisa dari jari-jarinya, dia harus menekan sedikit jari telunjuk dan jari manis seolah-olah melambangkan Vajra. Ini adalah Mudra dari Pasupati.

Visnu duduk di atas garuda. Dia berwarna hitam dan memiliki empat tangan. Di tangan kanannya dia memegang Vajra dan tongkat Gada. Di tangan kirinya dia memegang 'kulit keong (samkha)' dan 'roda (cakra)'.

Vajrahema berwarna emas. Kendaraan dan Peralatannya adalah sama seperti punya Visnu.

Vajraghanta duduk diatas burung merak. Dia berwarna merah dan memiliki enam lengan. Di tangan kanan dia memegang Vajra dan Sakti, dan di tangan kiri 'ayam (kukkuta)' dan 'lonceng Vajra (ganthavajra)'

Vajrakaumari adalah sama seperti Vajraghanta.

Maunavajra (Brahma) duduk di atas angsa. Dia berwarna keemasan dan memiliki empat wajah. Dia memegang Vajra dan 'Japamala (Aksasutra = untaian kalung biji yang dipakai Bhiksu)' di tangan kanannya, tongkat danda dan 'kendi (kamandalu)' di tangan kirinya.

Vajrasanti adalah sama seperti Brahma.

Vajrayudha duduk diatas gajah putih dan berwarna kekuning-kuningan. Dia memegang 'Vajra menyilang (visvavajra)' di tangan kiri dan 'Vajra yang melampaui (lokottaravajra)' di tangan kanan.

Vajramusti adalah sama seperti Vajrayudha.

Vajrakundali, sang 'penuh murka (Krodha)' duduk diatas kereta tempur. Dia berwarna merah dan memegang Vajra bersama dengan 'bunga teratai (padma)' di tangan kanan, dan 'lingkaran matahari (adityamandala)' bersama dengan bunga teratai di tangan kiri.

Vajramrta adalah sama seperti Vajrakundali sang penuh murka.

Vajraprabha, sang Krodha duduk diatas angsa dan berwarna putih. Dia memegang Vajra di tangan kanannya, bunga teratai dan bulan di tangan kiri.

Vajrakanti adalah sama seperti Vajraprabha sang penuh murka.

Vajradanda, sang Krodha duduk diatas kura-kura dan berwarna biru. Dia memegang Vajra di tangan kanan dan tongkat danda di tangan kiri.

Dandavajragri adalah sama seperti Vajradanda sang Krodha.

Vajrapingala, sang Krodha duduk diatas biri-biri jantan. Dia berwarna merah, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan sedang menelan lelaki yang dia genggam dengan tangan kirinya.

Vajramekhala adalah sama seperti Vajrapingala sang Krodha.

Vajrasaunda, sang penguasa tentara (ganapati) duduk diatas gajah. Dia berwarna putih, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan sedang memegang bajak/tenggala di tangan kiri.

Vajravinaya adalah sama seperti Vajrasaunda, kecuali pada memegang 'tongkat tengkorak (khatvamga)' di tangan kiri.

Vajramala, sang ganapati, duduk diatas 'burung elang malam (kaukila)'. Dia berwarna hijau dan memegang Vajra di tangan kanan dan kalung karangan yang terbuat dari bunga di tangan kiri.

Vajrasana adalah sama seperti Vajramala, kecuali pada memegang Sakti di tangan kiri.

Vajravasin duduk diatas burung beo. Dia berwarna kekuning-kuningan, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan bendera Makara di tangan kiri.

Vajravasa adalah sama seperti Vajravasin, kecuali berwarna merah.

Vijayavajra sang ganapati, duduk diatas kodok. Dia berwarna putih, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan pedang di tangan kiri.

Vajrasena adalah sama seperti Vijayavajra.

Vajramusala sang 'kurir (duta)' duduk diatas kereta tempur surga yang terbuat dari bunga. Dia berwarna kekuning-kuningan, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan alu penumbuk di tangan kiri.

Vajraduti adalah sama seperti Vajramusala kecuali pada memegang 'tongkat tengkorak (khatvamga)' di tangan kiri.

Vajranila sang duta duduk diatas rusa. Dia berwarna biru, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan panji sutera di tangan kiri.

Vegavajrini adalah sama seperti Vajranila sang duta.

Vajranala sang duta duduk diatas kambing. Dia berwarna merah, bersinar berseri-seri dengan nyala api naik keatas dalam api tiga cabang, sedang memegang Vajra dan perisai di tangan kanan, tongkat danda dan kendi di tangan kiri.

Vajrajvala adalah sama seperti Vajranala.

Vajrabhairava sang duta duduk diatas mayat yang dibangkitkan. Dia berwarna biru, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan tongkat gada di tangan kiri.

Vajravikata sang duta adalah sama seperti Vajrabhairava kecuali pada memegang tali jerat di tangan kiri.

Vajrankusa sang 'pelayan (cetah)' duduk diatas ular sesa. Dia berwarna biru dan memiliki kepala babi jantan. Dia memegang Vajra di tangan kanan dan buku di tangan kiri.

Vajramukhi sang pelayan, duduk diatas laki-laki. Dia (perempuan) berwarna biru dan memiliki kepala babi jantan. Dia memegang Vajra di tangan kanan dan pedang di tangan kiri.

Vajrakala sang pelayan, duduk diatas banteng. Dia berwarna biru, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan tongkat Yama di tangan kiri.

Vajrakali sang pelayan, sedang duduk mengendarai mayat yang dibangkitkan. Dia (perempuan) berwarna hitam, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan 'tongkat tengkorak (khatvamga)' di tangan kiri.

Vajravinayaka sang pelayan, duduk diatas tikus. Dia berwarna putih dan memiliki wajah dari gajah. Dia memegang Vajra dan kapak di tangan kanan, trisula dan tongkat danda di tangan kiri. Dia memakai untaian ular.

Vajraputana sang pelayan, duduk diatas tikus. Dia berwarna biru, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan sapu di tangan kiri.

Nagavajra sang pelayan, duduk diatas Makara. Dia berwarna putih, memiliki delapan tudung ular, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan jerat ular di tangan kiri.

Vajramakara sang pelayan, duduk diatas Makara. Dia (perempuan) berwarna putih. memiliki delapan tudung ular, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan Makara yang ditandai dengan Vajra di tangan lainnya.

Bhima berwarna hijau, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan sarung pedang di tangan kiri.

Sri berwarna kekuning-kuningan, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan bunga teratai di tangan kiri.

Sarasvati berwarna putih, sedang memegang Vajra di tangan kanan dan 'vina (sejenis alat musik gitar)' di tangan kiri.

Durga duduk diatas singa. Dia (perempuan) berwarna hijau, sedang memegang Vajra dan roda di tangan kanan, tombak dan kulit keong di tangan kiri.

Vajra yang dipegang di tangan kanan oleh Ibu para dewi (Matrnam), oleh Rudra dan yang lainnya, diakhiri dengan Varuna, dikenal sebagai yang berujung tiga. Semua dewata dari dunia ini dan dunia diatas yang melampaui adalah digambarkan menghadap Vairocana (vairocanasanmukhalekhya).



OM SARVA VIDAM VAIROCANA HUM

NAMAH SAMANTA KAYA VAK CITTA VAJRA OM AH HUM

Ritual Di dalam Mandala Itu


Kemudian pada saat senja, dia membuat ikatan sikap Vajra Terintiri dan membawa kalung karangan terbuat dari bunga berwarna biru, dia harus memasuki Mandala itu. Berputar mengelilingi Vajravairocana, dia membaca 'empat huruf HUM (caturhumkara)' sementara membunyikan 'lonceng Vajra (Vajraghanta)' dan 'kulit keong (samkha)'.Dia mengarahkan pandangannya di seluruh Mandala itu agar untuk melenyapkan cacat yang tersisa. Dia mempersembahkan kepada sang Bhagavan kalung karangan bunga dan melaksanakan tarian Vajra. Membawa kalung karangan bunga, dia harus mengikatnya diatas kepalanya sambil membaca empat huruf HUM. Dia harus menebus kecacatan dalam cara yang telah dijelaskan, dan agar untuk melenyapkan sisa apapun, orang yang bijaksana itu harus menggerakkan dengan penuh semangat 'Vajra' dan 'Gantha (lonceng)' sehingga dia berhasil melakukan tanpa kesalahan.

Kemudian sang Vajra Acarya berdiri di tengah pusat dan berkonsentrasi, dai harus membuka empat pintu gerbang Vajra dengan menerapkan pikirannya dan mengucapkan : OM VAJRA UDGHATAYA SAMAYE PRAVESAYA HUM (OM Vajra Buka, Memimpin Kedalam Janji HUM).

Mudra untuk perbuatan ini adalah begini : mempertahankan bersama-sama dua jari telunjuk Vajra di posisi tegak lurus, dia harus memisahkannya dalam cara sikap yang ganas. Ini adalah cara terbaik membuka pintu gerbang itu.

Setelah menyelesaikan ritual itu dengan cara dari Ankusa dan yang lainnya (tiga Penjaga pintu gerbang), dia membuat vas dari tujuh permata atau dari tanah liat, yang memiliki leher yang panjang, tepi bibir vas yang bulat, tubuh besat yang lonjong, tidak hitam di dasar, berisi air yang sangat wangi, berisi dengan semua jenis permata, tumbuhan herba, dan gandum bersama dengan ranting yang memikul buah, terikat di sekitar leher itu dengan kain suci, terlindungi secara ritual, terolesi dengan wewangian yang unggul dimana-mana di bagian luar, diselimuti dengan kalung karangan bunga, disucikan dan ditandai diatas puncak dengan Vajra besar, di percikkan dan diberkati seratus delapan ribu kali dengan Mantra OM VAJRA UDAKA HUM (OM Tuan Vajra HUM), pelaksanaan itu menjadi cabang dari bunga mekar dan Vajra yang di pegang dengan sikap sang Krodha Terintiri, dan akhirnya diberkati seratus delapan kali dengan empat huruf HUM. Dia menempatkannya dihadapan sang Bhagavato Vajrahumkara.

Di bagian luar dan di depan pintu gerbang masuk (timur), dia harus menempatkan vas yang lainnya yang diberkati seratus delapan kali dengan empat huruf HUM. Dia harus menyucikan dirinya sendiri dan murid-muridnya dengan air itu (dari vas ini).

Mengikat Mudra untuk masuk (Mandala itu), atau bahkan tidak mengikat itu, dia harus menunjuk secara lisan 'batu karang' dan 'emas', 'kulit keong' dan 'mutiara', dan semua jenis dari batu permata, semua jenis dari tumbhan herba obat-obatan seperti simhi, vyaghri, girikarna dan sahadeva, juga lima jenis dari butiran gandum, yakni wijen, kacang-kacangan, jagung, padi, dan gandum.

Selanjutnya dia membuat murid-muridnya untuk melakukan sumpah pendahuluan dari empat persembahan dan seterusnya. Dia memberkati pakaian berwarna biru dengan (membaca Mantra dari) Vajrayaksa, pakaian dengan (Mantra dari) Sattvosnisa, kain penyeka muka dengan (Mantra dari) para Penjaga pintu gerbang, dan pakaian bagian atas dengan (Mantra dari) 'perisai Vajra (vajrakavaca)'.

Sang Acarya memakai hiasan penutup kepala dan sisanya mengambil kalung karangan bunga dari bunga-bunga berwarna biru (dengan sikap dari) sang Krodha Terintiri dan mengucapkan : OM VAJRA SAMAYAM PRAVISYAMITY (OM Saya Memasuki Janji Vajra). Dia masuk, menyapa semua Tathagata dengan kata-kata ini : AHAM BHAGAVAN (Saya,....., Bhagavan) dan seterusnya.

Setelah meminum sedikit air Vajra dan membuat pengenalan dirinya sendiri, dia melemparkan kalung karangan bunga kedalam Mandala itu. Kemudian mengikatnya mengelilingi kepalanya, dia melepas hiasan penutup kepala itu dan melihat dengan sesuai kedalam Mandala itu, dengan mengucapkan TISTHA VAJRA (Tempat Tinggal Vajra) dan seterusnya. Dia melepaskan 'Mudra masuk (pravesamudra : setelah tadi mengikat sikap mudra untuk masuk sekarang melepaskannya)' dan membungkuk dihadapan sang Bhagavan dia menerima dalam kehadiran-Nya air penyucian, penyucian dari Mahkota Lima Buddha, kain suci, Vajra, kalung karangan bunga, gelar Tuan, nama Vajra, semua sembilan penyucian (udakabhisekam pancabuddhamukutam pattavajramaladhipativajranamabhisekam).

Setelah menerima 'kebenaran (tattvam)', Dharma, 'Janji (samaya)', 'Kesempurnaan Sumpah Vajra (siddhivajravratam)', dia melaksanakan penyembahan diri sendiri dengan bunga-bunga, tarian, dan barang-barang lainnya dari penyembahan. Dengan syair-gatha lima kali lipat dia menerima aturan dan dengan huruf HUM pemujaan dan pengumuman 'ramalan (vyakarana)'. Sekali lagi dia melaksanakan 'penyucian diri sendiri (svadhisthanadikam)' dan sisanya. Dia mengucapkan pembacaan yang sesuai dengan mengatakan : AHAM HUM-KARA VAJRA (Saya adalah Vajra dari Huruf HUM).

Mengumumkan namanya, dia mengikat Maha Mudra dari Vairocana, membaca Mantra-Nya yang berakhir dengan huruf AH. Dia harus memperkenalkan dirinya sendiri sebagai sang Tathagatavajra di tempat Vairocana (di dalam Mandala itu). Dengan mengatakan : VAJRA AHAM (Vajra adalah saya), Dia menganggap percaya diri sendiri dari Vajra. Dia membayangkan Vajra itu menjadi Vairocana (dirinya sendiri). Dia mengatakan : VAJRADHATU AHAM (Vajradhatu adalah saya). Dia mengikat Maha Mudra (dari semua dewata dalam urutan) hingga Vajravesa. Dia memperkenalkan dirinya sendiri sebagai Vajraghanta di pintu gerbang utara dengan Mantra-Nya yang berakhir dengan huruf AH. Dia mengatakan : VAJRAGHANTA AHAM (Vajraghanta adalah saya) dan Dia menganggap keadaan ini dari percaya diri. Dia harus membayangkan dia mengatakan : VAJRAVESA KRODHA AHAM (Vajravesa yang penuh murka adalah saya). Demikian itu terselesaikan dengan cara dari Vajra.

Setelah mengikat Sattva-Vajrankusa (mengikat bentuk jari tangan dalam sikap Mudra dari Sattvavajrankusa), sang guru Vajra (Vajracarya) itu membunyikan jari-jarinya sekali lagi dan mempertemukan semua Buddha dengan mengatakan : OM VAJRA SAMAJA JAH HUM VAM HOH (OM Penyatuan Vajra JAH HUM VAM HOH). Dia harus mengulanginya dua puluh satu kali. Selanjutnya dia mengucapkan secara tepat Janji Maha Mudra dari Vajrakrodha (mahamudram vajrakrodhasamayam uccarayet), mengulanginya segera seratus delapan kali paling banyak. Dia memanggil (para Dewata itu) melalui pintu gerbang mereka yang sesuai melalui cara dari Vajrankusa dan para penjaga pintu gerbang lainnya, menuntun mereka masuk, mengikat mereka dan menguasai mereka. Dia menyajikan persembahan dalam urutan yang sesuai dengan membaca empat huruf HUM. Dengan cara dari Samaya Mudra dia harus menggerakkan Sri Vairocana dan yang para Dewata lainnya diakhiri dengan para Bodhisattva dari 'kalpa yang baik (bhadrakalpika)'. Membaca Mantra Mereka, dia harus mengatakan : JAH HUM VAM HOH SAMAYAS TVAM SAMAYAS TVAM AHAM (JAH HUM VAM HOH Janji Adalah Anda ! Janji Adalah Anda dan Saya !). Kemudian dia harus membaca Mantra Mereka dan dengan demikian Mereka semua digerakkan.

Oleh karena Mantra diri diucapkan maka keberhasilan tercapai (tatah svamantram uccarayed eva siddhi bhavanti)
Kemudian Mudra Janji tercapai (atah samayamudra bhavanti)