Namah Samanta Buddhanam
Om Takki Hum Jyah
Om Sri Krisna Hum
BAB 2
Perlengkapan Tambahan dan Mantra Untuk Memasuki Mandala Pada saat itu Bhagavan Vairocana dan semua Buddha berkumpul bersama, dan masing-masing mengumumkan Jalan dari Samadhi untuk semua Sravaka, PratyekaBuddha, dan Bodhisattva. Kemudian sang Buddha Vairocana memasuki Samadhi "Kekuatan Yang Sangat Cepat Dari Intisari Tunggal Dari Semua Tathagata", dan ketika berada didalam ini, sang Bhagavan kembali menyapa Vajradhara Bodhisattva, dengan berkata :
Dahulu ketika Saya duduk di 'Bodhimandala (Tempat dari Bodhi)'
Saya mengalahkan empat jenis Mara,
Dan dengan suara 'Maha Vira (Pahlawan Pejuang Keras Yang Gagah Berani)', Saya menghapus ketakutan dari para mahluk.
Pada saat itu, Brahma dan dewa-dewa lainnya bergembira dalam pikiran mereka dan bersama-sama menyatakannya,
Dan oleh karenanya semua dunia memanggil Saya "Maha Vira"
Saya tersadar pada keaslian tiada kelahiran, melampaui jalur bicara,
Memperoleh pembebasan dari semua kesalahan, memisahkan diri Saya sendiri dari 'sebab' dan 'kondisi',
Dan mengetahui kekosongan, yang adalah seperti ruang angkasa kosong, pengetahuan yang cocok sesuai dengan sifat asli dilahirkan;
Setelah terbebas dari semua kegelapan, 'kenyataan yang terutama' adalah tiada noda kotoran.
Jalan Takdir hanyalah cuma ide-gagasan dan nama, dan sifat-sifat sang Buddha adalah juga sama.
Melalui kekuatan dari pemberdayaan, puncak yang terutama ini dijelaskan dengan cara kata yang tertulis agar untuk menyelamatkan dunia.
Kemudian sang Vajradhara, yang terberkahi dengan kebajikan, dan setelah mengalami sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan mata terbuka lebar membungkuk kepada sang 'Sarva-Vidya (Maha Mengetahui Semua)' dan mengucapkan syair gatha ini :
Para Buddha adalah yang paling ajaib luar biasa, dan Jalan Bijaksana dan Pengetahuan Mereka adalah yang tidak dapat dibayangkan;
Pengetahuan yang spontan dari Buddha-Dharma adalah bebas dari penjelasan yang sembrono,
Dan hingga kini masih diajarkan demi kepentingan dunia dan mengabulkan semua keinginan.
Sifat-sifat dari Mantra adalah demikian juga selalu bergantung pada dua kebenaran.
Jika ada mahluk yang mengetahui Ajaran Dharma ini,
para orang dunia harus menyembah Mereka sama seperti mereka akan memuja Caitya.
Lalu, ketika sang Vajradhara selesai mengucapkan gatha ini, dia menatap terus-menerus pada Vairocana tanpa berkedip bahkan untuk sebentar dan tetap tinggal diam.
Kemudian, sang Bhagavan kembali menyapa 'Vajradhara sang raja dari kegaiban rahasia', dengan berkata, "Berikutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, jalur dari Samadhi dimana para Bodhisattva yang akan berhasil pada kedudukan [dari Buddha] setelah satu kali kelahiran lagi tinggal berdiam di 'Buddha-bhumi (tingkat keBuddhaan)' adalah seperti demikian bahwa Mereka terpisah-jauh dari kegiatan dan kesadaran dari sifat-sifat dunia, dan Mereka tinggal berdiam di dalam tingkat dari tindakan dan secara kuat tinggal berdiam didalam tingkat dari Buddha. Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, jalur dari Samadhi untuk para Bodhisattva yang telah menguasai tingkat Bhumi kedelapan adalah seperti demikian bahwa Mereka tidak menangkap 'dharma (unsur-unsur keberadaan dari gejala kejadian)' apapun, Mereka terbebas dari keberadaan dan kelahiran, dan Mereka mengetahui segala sesuatu menjadi perubahan bentuk yang menyesatkan. Oleh karena itu, dunia merujuk Mereka sebagai "Tuan dari Penglihatan". Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, para Sravaka yang berjumlah besar, tinggal berdiam di tingkat dengan objek [dari pengetahuan], mengakui kelahiran dan kepunahan, menolak dua perbedaan besar [dari penghancuran dan keabadiaan], dan dengan 'pengetahuan dari pengamatan yang sungguh-sungguh' memperoleh penyebab dari praktek yang tidak sesuai [dengan siklus dari perpindahan]: Ini disebut jalur dari Samadhi untuk Sravaka. Raja dari Kegaiban Rahasia, para PratyekaBuddha mengamati 'penyebab' dan 'hasil' dan tinggal berdiam didalam Dharma dari 'Diam tanpa bicara', tidak mengajar dan tidak berbicara, dan didalam semua 'dharma (gejala kejadian)' Mereka mencapai Samadhi dari 'Kepunahan total dari berbicara' : Ini disebut jalan Samadhi dari PratyekaBuddha. Raja dari Kegaiban Rahasia, 'penyebab' dan 'hasil', juga 'tindakan' didalam dunia pada umumnya, apakah mereka muncul ataupun binasa, begitu juga didalam ketergantungan pada kesatuan atman (Brahma atau Mahesvara) yang lain, dan jadi Samadhi dari 'Kekosongan' dilahirkan : Ini disebut jalan Samadhi dari mahluk duniawi."
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan Gatha ini :
Raja dari Kegaiban Rahasia, Anda harus tahu bahwa Ini adalah jalan dari Samadhi: Jika seseorang tinggal berdiam didalam ajaran-ajaran dari Bhagavan Buddha, Bodhisatva penyelamat dunia, PratyekaBuddha atau Sravaka, orang itu akan memusnahkan semua kesalahan;
Dalam kasus dari jalan keduniawian para dewa dari 'ajaran-ajaran dari cara Mantra (Mantra-Dharma)', sang Pahlawan Yang Berjuang Keras telah [mengajarkannya] demikian agar untuk memberi manfaat keuntungan kepada para mahluk.
Kemudian sang Bhagavan menyapa sang Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan mengatakan : "Raja dari Kegaiban Rahasia, Anda harus mendengar dengan penuh perhatian kepada sifat-sifat dari Mantra."
Vajrapani berkata, "Sangat baik, Bhagavan. Saya sangat ingin untuk mendengarkan."
Setelah itu, sang Bhagavan lebih lanjut mengucapkan Gatha ini :
Mantra dari Dia Yang Sepenuhnya Sempurna Tercerahkan adalah digolongkan oleh 'suku kata', 'perkataan', dan 'anak kalimat';
Seperti didalam kumpulan prinsip dari Indra (sabda-sastra), semua 'sasaran tujuan' diselesaikan.
Kadang-kadang ungkapan Dharma ditambahkan sehingga tujuan asli [dari Mantra] dan praktek [untuk itu digunakan] akan cocok sesuai.
Jika [mereka ada] kata 'OM' dan kata 'HUM', juga 'PHATAKA (Mantra dengan kata Phat)' atau 'HRIH', ini adalah penunjukan nama dari 'Buddha-Usnisa (Mahkota Buddha)'.
Jika [mereka ada kata-kata] 'GRHNA (tangkap!)', 'KHADAYA (telan!)', 'BHANJA (hancurkan!)', 'HADA (pukul!)', 'MARAYA (bunuh!)', 'SPHATAYA (belah!)' dan sejenisnya, mereka adalah mantra-mantra dari pelayan pesuruh dan parivara yang penuh murka.
Jika mereka ada kata-kata 'NAMAH (menyembah kepada)', 'SVAHA (berseru)' dan seterusnya, ini adalah tanda dari [Mantra dari] para Yogin yang hening-tenang berlatih mengolah Samadhi.
Jika mereka ada kata 'SANTA (Hening-Tenang)', 'VISUDDHA (Memurnikan)', dan seterusnya, Anda harus tahu bahwa mereka mampu untuk mengabulkan semua keinginan : Ini adalah Mantra dari Dia Yang Sempurna Tercerahkan, Putra-putra dari Buddha, dan para Penyelamat dunia.
Dalam kasus dari Mantra yang dijelaskan secara terperinci oleh para Sravaka, masing-masing ungkapan tunggal diperkenalkan;
Diantara ini, Mantra yang dari para PratyekaBuddha berbeda lagi sedikit, karena Samadhi Mereka adalah berbeda dan memurnikan karma dan kelahiran kembali.
"Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, sifat-sifat dari Mantra ini bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh semua Buddha, tidak juga Mereka menyebabkan orang lain untuk menciptakannya, tidak juga Mereka bergembira [Jika yang lainnya telah menciptakannya]. Mengapa? Karena ini adalah 'Dharma (ajaran Buddha)' yang hakiki dari 'dharma (gejala kejadian)'. Oleh karena itu, apakah para Tathagata muncul atau para Tathagata tidak muncul, 'dharma (gejala kejadian)' secara alami tinggal berdiam demikian. Artinya, Mantra secara alami adalah Mantra. Raja dari Kegaiban Rahasia, ketika Dia Yang Maha Mengetahui Semua (sarvajnajnāna) dan Maha Melihat yang telah menyelesaikan SamyaksamBuddha muncul di dunia, Dia mengajarkan berbagai macam jalan melalui cara-cara ini; Menurut berbagai macam keinginan, dan pikiran para mahluk, dengan cara dari berbagai macam kata, berbagai macam huruf, berbagai macam bahasa daerah, dan berbagai macam suara dari takdir nasib [dari keberadaan yang berpindah-pindah], Dia mengajar melalui pemberdayaan dari Mantrayana."
"Raja dari Kegaiban Rahasia, apa itu jalan Mantra dari para Tathagata? Itu adalah, yaitu, pemberdayaan dari huruf-huruf tertulis ini (Bhagavan memberi kuasa kepada Huruf-Huruf Mantra). Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan kata-kata dari kebenaran, empat kebenaran mulia (Catur Aryasatyani), empat tempat landasan dari penuh kesadaran (catur smrtyupasthana), empat kemampuan super (catur rddhipada), sepuluh kekuatan dari Tathagata (Tathagata Dasa Bala), enam paramita (sadparamita: dana,sila,ksanti,virya,dhyana,prajna), tujuh cabang mulia dari Bodhi, empat kediaman Brahma (catur brahma vihara), dan delapan belas kwalitas yang tidak dibagi dari Buddha yang para Tathagata telah kumpulkan dan olah selama yang tak terukur dari ratusan dari ribuan dari koti nayuta kalpa. Raja dari Kegaiban Rahasia, dalam ringkasan singkat, dengan Pengetahuan Tathagata yang Maha Mengetahui Semua, kekuatan dari jasa kebaikan dan pengetahuan sendiri dari semua Tathagata, kekuatan pengetahuan dari janji Mereka Sendiri, dan kekuatan dari pemberdayaan dari seluruh dharmadhatu, dalam penyesuaian dengan berbagai macam mahluk, Mereka menampakkan Ajaran-ajaran Mantrayana."
"Dan apa itu Ajaran-ajaran Mantrayana? Mereka adalah : pintu gerbang dari huruf 'A', karena semua 'dharma (gejala kejadian)' adalah aslinya tidak dilahirkan (adya-anutpada). pintu gerbang dari huruf 'KA', karena semua 'gejala-kejadian (dharma)' terpisah dari 'tindakan (kārya)';
pintu gerbang dari huruf 'KHA', karena semua dharma adalah 'tidak dapat dipahami (anupalabhya)' sama seperti 'ruang angkasa kosong (kha)';
pintu gerbang dari huruf 'GA', karena semua 'kepergian (gati)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'GHA', karena semua 'Pengelompokan tumpukan (ghana : kumpulan padat berjumlah besar yang tersusun rapat)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'CA', karena semua dharma terpisah jauh dari semua penyimpangan (Cyuti : jatuh)';
pintu gerbang dari huruf 'CHA', karena 'bayangan (chāyā)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'JA', karena 'kelahiran (jāti)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'JHA', karena 'musuh (jhamala)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'TA', karena 'kebanggaan (tanka)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'THA', karena 'memelihara (vithapana : ciptaan khayalan menyesatkan)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'DA', karena 'dendam kebencian (damara : kerusuhan,keributan)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'DHA', karena 'mengenggam (dhanka)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'TA', karena 'apa adanya (tathata)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'THA', karena 'tempat tinggal hunian (sthana)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'DA', karena 'memberi (dana)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'DHA', karena 'dunia dharma (dharmadhatu)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'PA', karena 'kebenaran yang tertinggi (paramartha)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'PHA', karena semua dharma adalah tidak padat-kokoh dan mirip seperti 'busa (phena)'
pintu gerbang dari huruf 'BA', karena 'ikatan (bandha)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'BHA', karena semua 'keberadaan / proses penjelmaan menjadi ada (bhava)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'YA', karena semua 'kendaraan (yana)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'RA', karena semua dharma terpisah jauh dari semua 'pengotoran (rajas)';
pintu gerbang dari huruf 'LA', karena semua 'sifat yang khas (laksana)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'VA', karena 'jalan dari cara berbicara (vakya)' terpotong didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'SA', karena semua dharma pada aslinya diam tak bergerak oleh sifat alami (santi : diam tak bergerak);
pintu gerbang dari huruf 'SA', karena semua dharma oleh sifat alami tumpul-bodoh (satha : bodoh,orang tolol);
pintu gerbang dari huruf 'SA', karena semua 'kebenaran (satya)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
dan pintu gerbang dari huruf 'HA', karena 'penyebab (hetu)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
Raja dari Kegaiban Rahasia, Na, Na, Na, Na dan Ma adalah penguasa diatas semua Samadhi dan secara cepat mampu untuk mengerjakan semua perbuatan, dan sasaran tujuan dari apa yang dikerjakan adalah semuanya terselesaikan.
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan Gatha ini:
Mantrayana, pintu gerbang menuju Samadhi, benar-benar sepenuhnya mengabulkan semua keinginan,
Yaitu, hasil-hasil yang tidak bisa dibayangkan dari para Tathagata.
Diberkahi dengan banyak sumpah yang sangat unggul, arti pasti dari Mantra
Melampaui tiga masa dan tanpa noda, seperti ruang angkasa kosong.
Tinggal berdiam didalam pikiran yang tidak bisa dibayangkan, Yogin melakukan berbagai macam perbuatan,
Dan dia yang mencapai tingkat dari pengolahan budidaya diberikan hasil-hasil yang tidak bisa dibayangkan.
Ini adalah kebenaran yang paling terkemuka, yang diungkapkan oleh para Buddha,
dan jika Yogin mengetahui ajaran Dharma ini, dia akan mencapai Siddhi.
Suara, yang adalah kebenaran tertinggi, Mantra, dan sifat-sifat yang khas dari Mantra,
Dengan berpikir secara jelas pada ini, sang pengolah budidaya akan memperoleh keadaan yang tidak bisa dihancurkan.
Kemudian sang Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia berkata kepada sang Buddha, "Bhagavan, cara yang tak terbayangkan dari jalan dari sifat-sifat yang khas dari Mantra yang diajarkan oleh sang Buddha adalah luar biasa baik sekali; Itu adalah tidak dibagi dengan para Sravaka atau para PratyekaBuddha apapun, tidak juga untuk semua mahluk dimana-mana. Jika seseorang percaya didalam jalan Mantra ini, dharma yang bermanfaat akan semuanya terpenuhi. Saya hanya meminta Anda, Bhagavan, untuk menjelaskan yang berikutnya cara yang diwajibkan untuk Mandala."
Ketika Vajrapani telah selesai berbicara demikian, sang Bhagavan kembali lagi menyapa Dia, dengan mengucapkan syair Gatha ini:
Ketika yogin yang berlatih membaca Mantra menyembah Mahluk Suci,
Dia harus mempersembahkan bunga yang menyenangkan pikiran, yang sangat bersih bewarna putih, kuning, atau merah.
Bunga 'teratai merah jambu (padma)', 'teratai biru (utpala)', 'bunga naga (nagapuspa)', 'pumnaga', 'kesara', 'malika', 'tagara', 'campaka', 'bunga tanpa kesedihan (asoka)', 'tilaka', 'bunga terompet (patala)', dan sala: Bunga-Bunga ini, segar dan indah sekali, adalah menguntungkan dan disukai oleh semua orang.
Dia mengumpulkan mereka, membuat kalung karangan bunga dari mereka, dan mempersembahkannya secara penuh hormat.
'kayu cendana (Candana)', 'kustha' , 'sprkka' , 'kunyit jingga (kunkuma)', dan salep yang sangat baik lainnya.
Dia mengambil mereka semua dan mempersembahkannya.
'Agaru', 'tagaraka', 'damar cemara (dipavrksa)', 'valambharana', 'pohon kapur barus (karpura)', 'kayu cendana putih', 'harum salgum yang mengandung damar (sarjarasa)', 'srivasaka', dan jenis dupa lainnya, wangi semerbak, dan dipuji dunia,
Dia harus mempersembahkan kepada Mahluk Suci sesuai dengan Ajaran petunjuk ritual.
Selanjutnya, Mahasattva, dia mempersembahkan makanan menurut Ajaran:
Dia mempersembahkan 'bubur susu', 'nasi mendidih yang dicampur dengan dadih', 'adonan kue bola kegembiraan (ladduka)', 'mandaka',
'kue kering seratus-kepuasan yang lezat', 'yang murni dan yang menakjubkan kue kering bergula manis', 'purika',
'kue kering yang berlubang-lubang (kenkyu)', 'madhusirsaka', 'phenaka', 'kue gula manis (asokavarti)', 'sejenis kue tipis (parpata)', dan seterusnya,
Makanan-makanan lezat seperti ini dan berbagai macam buah-buahan yang luar biasa,
'manisan gula (Khanda)', gula jelai gandum, sirup gula, madu, mentega segar, mentega jernih,
Berbagai macam hidangan minuman, dan susu dan dadih dari sapi yang murni.
Dia juga mempersembahkan lampu penerangan dalam jenis yang berbeda-beda dari bejana yang baru dan bersih,
Mengisi mereka dengan minyak wangi yang sempurna dan menyalakan mereka untuk cahaya penerangan.
Panji-panji dan payung-payung dari sutera dari berbagai macam warna menyelingi dalam empat penjuru arah,
Dan jalan terbuka dibawah atap gapura yang melengkung, dari bentuk-bentuk dan jenis-jenis yang berbeda, digantung dengan lonceng besar dan kecil.
Sebagai kemungkinan lainnya, dia membuat persembahan dengan pikiran, melakukan semua ini :
Yogin yang berlatih membaca Mantra itu, penuh kesadaran, harus tidak lupa untuk melakukan demikian.
Selanjutnya, dia mempersiapkan 'botol (kalasas)', baik enam maupun delapan belas,
melengkapi mereka dengan benda-benda berharga dan obat-obatan dan mengisi mereka dengan air minyak wangi.
Dengan ranting yang dihiasi dengan kain dan bunga-bunga dan buah-buahan disisip diantara,
[Botol guci itu] dhiasi dengan obat-obatan dan seterusnya, terlindungi, termurnikan,
Dan Leher botol diikat dengan kain halus yang bagus; jumlah dari botol-guci boleh jadi bertambah.
Kepada masing-masing Mahluk Suci, dia mempersembahkan pakaian sutera,
Dan dia mempersembahkannya kepada Mahasattva yang lain juga.
Setelah membuat persembahan dalam cara ini, [Acarya] selanjutnya melantik para murid.
Dia memercik mereka dengan air murni, memberikan mereka obat-obatan dan bunga-bunga,
Dan membuat mereka membangkitkan pikiran Bodhi ketika memanggil para Tathagata ke pikiran;
Mereka semua akan mencapai kelahiran didalam keluarga Buddha yang murni.
Sang Acarya membuat Mudra "Lahir dari dharma-dhatu" dan Mudra "dharma-cakra",
Dan menggunakan Mudra dari Vajrasattva dan seterusnya untuk melakukan pemberdayaan.
Selanjutnya Dia sendiri harus membuat Mudra "samaya dari para Buddha",
Dan memberdayakan kain bersih tiga kali sesuai dengan petunjuk-petunjuk ritual untuk Mantra,
Yang dia pakai untuk menutup kepala [dari para murid itu], menimbulkan pikiran yang dalam dari Kasih Sayang.
Tiga kali membaca 'Samaya (ikrar)', [dia membayangkan bahwa] mereka memiliki diatas puncak kepala mereka huruf 'RA',
Dihiasi dengan 'bulatan titik besar dari kekosongan (anusvara)', dan dilingkari dengan rangkaian bunga dari nyala api:
Pintu gerbang huruf ini memancarkan cahaya putih yang melimpah keluar seperti Bulan Purnama.
[Kemudian] menghadap kearah para Penyelamat Dunia, [para murid] menyebarkan bunga-bunga yang murni-suci milik mereka [kearah Mandala],
Dan dimanapun [bunga-bunga nya] jatuh, sang Yogin pengolah budidaya memuja [Mahluk Suci itu].
Dari tempat prajurit penjaga dari para Maha naga (seperti Nanda dan Upananda) didalam pintu masuk pertama dari Mandala,
Diantara dua pintu masuk, [Acarya] mengukuhkan para siswa pengikut latihan itu,
Dan menempatkan mereka disana, Dia melakukan perbuatan ritual sesuai dengan petunjuk-petunjuk ritual itu.
Setelah demikian membebaskan para murid itu dari kesalahan,
Acarya melakukan SANTIKA HOMA pengamanan, dan ketika sedang melakukan HOMA, Dia tinggal berdiam sesuai aturan yoga.
Dia pertama-tama memulai dari pusat Garbha Mandala hingga melampaui bagian pagar yang kedua,
Dan didalam tengah-tengah dari Mandala itu, tanpa pikiran ragu-ragu apapun,
Dia menggali 'altar cahaya Api (Agni Kunda)', seukuran seperti lengan bawahnya sendiri dalam diameter,
Dengan empat ruas jari lingkarannya [tinggi dan lebar] dan pusat Kunda ditandai dengan Mudra Vajra.
Kearah kanan dari posisi sang Guru, ada perlengkapan perhiasan untuk HOMA,
Sementara para pengikut latihan itu bertempat-tinggal kearah kiri Dia, berjongkok dengan hormat yang ditinggikan.
Dia dirinya sendiri menyebar 'rumput yang menguntungkan (kusa)' diatas tanah dan duduk dengan lancar.
Sebagai kemungkinan lain [ketika itu adalah tidak mungkin untuk menggali sebuah perApian, Dia menggambar nya] dengan zat warna, merah terang yang cemerlang dan yang indah mengagumkan.
Apapun yang dilukiskan akan menjadi berhasil: Ini adalah tempat HOMA yang disederhanakan.
Disekeliling [per-Api-an itu] Dia menyebarkan rumput kusa dengan ujung terhubung saling meliputi satu sama lain
Kearah kanan, semuanya lebar dan tebal, Dia memerciknya dengan air wangi-wangian.
Merenungkan Yang Mulia Agni memberikan belas kasihan untuk semua,
Dia harus mengambil bejana yang penuh dan membuat persembahan kepada Dia dengan itu,
Dan pada saat yang sama, sang penghuni yang baik [Acarya] harus mengucapkan Mantra ini:
"
Namah Samanta Buddhanam, Agnaye Svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Agni, Swaha)."
Selanjutnya, dengan tangan kirinya [sang Acarya] lalu memegang para murid
Melalui ibu jari dari tangan kanan mereka dan memberikan HOMA secara singkat.
Setiap waktu Dia membuat persembahan kepada Agni, Dia membaca dengan tulus [Mantra berikut ini] hingga Dia mencapai 'tiga kali tujuh (3x7 = 21 kali)' untuk masing-masing murid itu;
Dia harus tinggal berdiam didalam pikiran dari kasih sayang, Mantra itu sesuai dengan peraturan :
"
Namah Samanta Buddhanam, Ah Mahasantigata Santi-kara Prasama-dharma-nirjata Abhava-svabhava dharma-samata-prapta Svaha (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah! Yang Telah Mencapai Kedamaian Hening Tenang Yang Besar! Yang Menyempurnakan Kedamaian Hening Tenang! Yang Terlahir Dari dharma Keheningan Tenang! Yang Telah Memperoleh Kesamaan Dengan dharma Yang Mempunyai Bukan Mahluk Sebagai Sifat Alami Yang Hakiki! Swaha!)"
Ketika sang pengolah budidaya telah selesai melakukan HOMA, Dia harus mengajar [para murid itu] dalam membuat persembahan [kepada Dia] :
Emas, perak, permata langka, gajah, kuda, dan kereta, sapi, domba, pakaian berharga, atau lagi benda-benda yang bagus lainnya.
Murid-murid harus dengan ketulusan yang sepenuhnya dan penghormatan yang menimbulkan kehormatan,
Dan, berbahagia dari dalam hati mereka, mempersembahkan ini kepada [Acarya] yang mereka hormati,
Oleh mengolah budidaya pelepasan yang murni, mereka membuat Dia bergembira.
Setelah melakukan pemberdayaan kepada mereka, Dia harus memanggil mereka dan menyapa mereka, dengan berkata:
"Sekarang, lapangan kebajikan yang sangat unggul ini telah dijelaskan oleh semua Buddha
Keluar dari keinginan Mereka untuk membawa manfaat luas kepada semua mahluk;
Jika Anda mempersembahkan persembahan kepada seluruh Sangha, Anda akan memperoleh hasil yang besar,
Dan didalam hal duniawi kekayaan besar yang tidak habis-habisnya akan selalu bertambah;
Dengan membuat persembahan kepada Sangha, Anda membuat hadiah kepada orang yang terberkahi dengan kebajikan.
Oleh karena itu, Bhagavan selalu mengajarkan bahwa Anda harus menimbulkan kegembiraan,
Sediakan hidangan makanan menurut kemampuan Anda, dan berikan itu kepada Sangha sebagai hadiah pemberian yang sungguh-sungguh."
Kemudian Bhagavan Vairocana kembali lagi menyapa Vajradhara sang Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan mengucapkan syair Gatha ini:
Anda, Mahasattva, harus dengan satu pikiran tunggal mendengar secara penuh perhatian,
Saat Saya menjelaskan secara penuh 'Penyucian (Abhiseka)' itu, diungkapkan oleh para Buddha dahulu kala.
Sang Guru membangun altar kedua, menghadap ke pusat Mandala,
Dan Dia menggambarnya didalam lokasi sebelah luar dua lengan jauhnya [dari Mandala utama]:
Keempat sisinya adalah sama persis [dalam panjang], dan Dia membuka pintu masuk menghadap kearah bagian dalam.
Dia menempatkan empat Vajradhara, menempatkan Mereka disebelah luar dari empat sudut itu:
Yaitu, Aprapancaviharin (Tinggal Berdiam Tanpa Pembicaraan Yang Tak Berguna), Gaganamala (Bersih Tanpa Noda Seperti Ruang Angkasa),
Vimalanetra (Mata Vajra Yang Bersih Tanpa Noda), dan Vicitrambharadhara (Pemilik Pakaian Jubah Beraneka-ragam).
Bunga Teratai besar didalam pusat itu memiliki delapan daun bunga serta benang sari,
Dan diatas daun bunga itu didalam empat penjuru arah ada empat Bodhisattva yang mendampingi,
Adalah dikarenakan oleh kekuatan sumpah yang dahulu kala dari para Mahasattva ini.
Disebut apakah Keempat itu? Mereka adalah, yaitu, Bodhisattva Dharanisvararaja (Raja Yang Bebas Didalam Dharani),
Smrtisamprajanyin (Mengingat Pencerahan), Hitadhyasayin (Mengandung Pikiran Tertinggi Dari Manfaat), dan Karunya (Kasih Sayang Kepada Kawan).
Diatas empat daun bunga yang lain, Dia menempatkan empat 'pelayan (Parivara)':
Vicitrambara (Memakai Jubah Beraneka-ragam), Asaparipuraka (Pengabul Keinginan), Asakta (Tanpa Rintangan), dan Vimukta (Terbebaskan).
Didalam pusat itu, Dia menampilkan bentuk rupa yang tak terbayangkan dari dharmadhatu.
[Empat] botol-guci yang terbuat dari empat benda berharga, terisi dengan obat-obatan dan permata.
[Acarya] memberdayakan dengan [Mantra dari] Samantabhadra, Maitreya,
Sarvanivaranaviskambhin, Sarvanivaranadurgati, dan Sarvapayamjaha.
Pada waktu dari penyucian itu Dia harus menempatkan [para pengikut latihan itu] diatas bunga teratai yang menakjubkan [didalam pusat],
Dan membuat persembahan dengan obat-obatan, bunga-bunga, lampu-lampu, dan 'air murni (argha)';
Dia menaunginya dari atas dengan bendera, panji, dan payung, dan mempersembahkan musik yang menyenangkan,
Dan kata-kata yang luas dan menakjubkan dari syair Gatha yang menguntungkan.
Setelah membuat persembahan dalam cara ini dan membawa kegembiraan [kepada para pengikut latihan],
Dia dirinya sendiri menyucikan kepala [para pengikut latihan itu] didalam kehadiran dari para Tathagata.
Dia harus kembali lagi membuatkan dia persembahan dari obat-obatan dan bunga-bunga yang sangat indah,
Setelah itu Dia harus mengambil belati emas dan, berdiri didepan dia,
Menasehati dia dan membuat dia bergembira dengan mengucapkan Gatha ini:
"Putra dari Buddha, para Buddha telah menghapus selaput ketidaktahuan Anda,
Sama seperti raja dunia tabib penyembuh secara mahir menggunakan belati emas [untuk menghapus kebutaan dunia]."
Yogin yang berlatih Mantrayana itu harus selanjutnya mengambil cermin yang jelas,
Dan agar untuk memperlihatkan bahwa dharma tidak mempunyai sifat-sifat khas [yang membedakan],
Dia mengucapkan Gatha yang menakjubkan ini: "dharma adalah tiada berbentuk, bening-jelas, dan tanpa kekeruhan,
Tak bisa digenggam, terpisah dari bicara, dan hanya muncul dari sebab dan tindakan.
Mengetahui demikian bahwa dharma-dharma ini adalah oleh sifat alami mereka sendiri tiada kekotoran,
Berindak demi manfaat yang tidak ada bandingannya dari dunia, Anda yang telah dilahirkan dari pikiran sang Buddha!"
Kemudian Dia harus menganugerahkan [pada para pengikut latihan itu] Dharma-cakra (Roda Dharma), meletakkannya diantara kedua kaki dia,
Dan memberikan dia 'keong-kerang Dharma (Dharma-sankha)' didalam tangan kanannya, kembali lagi mengucapkan Gatha ini:
"Dari hari ini Anda memutar 'roda (cakra)' dari para penyelamat dunia
Dan meniup keong-kerang Dharma yang tiada tandingan, itu mengeluarkan bunyi menyerap meliputi semua.
Jangan menimbulkan kebijaksanaan murtad, dan terbebas dari pikiran ragu-ragu,
Anda harus memperlihatkan kepada dunia jalan yang sangat unggul untuk berlatih Mantrayana.
Jika Anda selalu membuat sumpah yang demikian dan menyatakan hutang budi Anda kepada para Buddha,
Semua Vajradhara akan seluruhnya melindungi Anda."
Kemudian, menimbulkan pikiran belas kasih kearah murid itu,
Sang Yogin Pengolah budidaya harus membawa dia kedalam [Mandala] dan mengungkapkan Samaya-Gatha:
"Putra dari Buddha, mulai sekarang, jangan mengomel tentang kehidupan atau tubuh,
Kamu harus tidak pernah 'meninggalkan Dharma', 'mengabaikan pikiran Bodhi (Bodhicitta)',
'Pelit dengan dharma (fenomena/gejala-kejadian) apapun', atau 'melakukan apapun yang tidak menguntungkan para mahluk'.
Sang Buddha sudah mengajarkan Samaya kepada Anda yang tinggal berdiam dengan baik didalam ajaran sila,
Dan sama seperti Anda melindungi hidup Anda, demikian juga harus Anda melindungi ajaran sila itu."
Dengan ketulusan dan penghormatan yang sungguh-sungguh sepenuhnya [murid itu] harus menundukkan kepala di Kaki dari sang Acarya itu,
Dan bertindak didalam kesesuaian dengan ajaran itu, Dia harus tidak menimbulkan pikiran ragu-ragu apapun.
Setelah itu, sang Vajrapani berkata kepada sang Buddha, "Bhagavan, jika ada putra yang baik dan putri yang baik memasuki "Samaya dari Raja Besar Mandala Yang Lahir dari Rahim Kasih Sayang Besar (Maha Karuna Garbhod Bhava Mandala Raja Samaya)", berapa besar pengumpulan dari kebajikan yang akan mereka peroleh?"
Ketika Vajrapani telah selesai berbicara demikian, sang Buddha menyapa Dia, dengan berkata,"Raja dari Kegaiban Rahasia, total pengumpulan kebajikan [yang diperoleh] dari pembangkitan awal dari pikiran [Bodhi] hingga menjadi Tathagata adalah sama persis dengan pengumpulan kebajikan oleh putra yang baik dan putri yang baik ini. Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan cara pintu gerbang ini ke Dharma itu Kamu harus tahu demikian: bahwa putra yang baik dan putri yang baik ini adalah anak-anak dari pikiran sang Buddha, terlahir dari mulut sang Tathagata. Kemanapun putra yang baik dan putri yang baik ini mungkin berada, ada Buddha yang sedang melakukan perbuatan Buddha. Oleh karena itu, Raja dari Kegaiban Rahasia, jika seseorang ingin untuk menyembah sang Buddha, maka orang itu harus menyembah putra yang baik dan putri yang baik ini, jika seseorang ingin untuk melihat sang Buddha, maka orang itu harus melihat pada mereka."
Kemudian para Vajradhara yang dipimpin oleh Vajrapani dan seterusnya dan para Bodhisattva yang dipimpin oleh Samantabhadra dan seterusnya berbicara didalam kesesuaian yang serempak, dengan mengatakan, "Bhagavan, dari sekarang juga Kami akan memuja dan menyembah putra yang baik dan putri yang baik ini, Mengapa? Karena, Bhagavan, melihat putra yang baik dan putri yang baik ini adalah sama dengan melihat Bhagavan Buddha."
Setelah itu, Bhagavan Maha Vairocana kembali lagi menatap seluruh perkumpulan majelis itu dan menyapa sang Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia dan para Vajradhara yang lainnya, serta juga perkumpulan Orang yang sangat banyak itu, dengan berkata, "Tuan-tuan yang baik, ada ucapan Mantra [yang terlahir dari] tanda dari "lingkaran luas perkataan Tathagata yang melampaui dunia dan yang tak terukur",
yang adalah sama seperti Mani yang beraneka-ragam, pengabul semua keinginan, mengumpulkan kebajikan yang tak terukur, tinggal berdiam didalam tingkah-laku yang tanpa rintangan, dan mantra-pada yang mempunyai kekuatan yang tiada bandingan melalui tiga masa."
Ketika Dia telah selesai mengucapkan itu, Vajrapani, Raja dari Kegaiban Rahasia, dan para Vajradhara yang lainnya, serta juga perkumpulan majelis yang berjumlah besar itu, berbicara didalam kesesuaian yang serempak, dengan berkata, "Bhagavan, sekarang adalah waktunya! Sugata, sekarang adalah waktunya!"
Setelah itu, Bhagavan Maha Vairocana tinggal berdiam didalam Samadhi "Pengamatan Dari Puncak Yang Tinggi Dari Bendera Dharma Yang Murni", dimana, mengabulkan semua keinginan, Dia menjulurkan Lidah Nya yang Maha Luas dan sepenuhnya menutupi semua 'Buddhaksetra (Tanah Suci Buddha)'. Kemudian sang Buddha bangkit dari Samadhi, dimana kemudian Dia mengeluarkan Suara yang menyerap meliputi semua dharmadhatu dari semua Tathagata, mengasihani dunia para mahluk tanpa kecuali, dan mengucapkan Vidyarajni Mahabala-maharaksa (Perlindungan Besar Yang Sangat Kuat) ini:
Namah sarva-tathāgatebhyah sarva-bhaya-vigatebhyo, viśva-mukhebhyah, sarvathā ham kham raksa mahābale sarva-tathāgata-punya-nirjāte hūm hūm, trāt trāt, apratihate svāhā.(Menyembah hormat kepada semua Tathagata, yang tiada rasa takut dan yang ada di semua penjuru arah! Di dalam segala hal, Ham Kham, Lindungilah!, Anda yang dari kekuatan besar! Anda yang terlahir dari jasa kebajikan dari semua Tathagata! Hum Hum Trat Trat! Anda yang tanpa rintangan! Swaha! ).
Kemudian, segera setelah semua Tathagata dan banyak sekali para putra Buddha menucapkan Vidya ini, alam semesta Buddhaksetra dimana-mana berguncang dalam enam cara yang berbeda, dan semua Bodhisattva itu, setelah mengalami sesuatu yg belum pernah terjadi sebelumnya, dengan mata yang terbuka lebar mengucapkan syair Gatha ini dihadapan para Buddha itu dengan kata-kata yang menyenangkan pikiran:
Itu adalah yang paling luar biasa bahwa para Buddha telah mengucapkan Vidya Mahabala Maharaksa ini;
Perlindungan dari semua Buddha [adalah seperti yang diberikan oleh] benteng dan parit yang mengelilingi adalah sepenuhnya tidak terkalahkan.
Jika seseorang tinggal berdiam melindungi pikiran dengan itu, semua penghalang,
Vinayaka, dan raksasa dari bentuk rupa iblis,
Akan semuanya dibubarkan melalui kekuatan dari berpikir pada Mantra itu.
Kemudian sang Bhagavan, setelah memberdayakan dharmadhatu yang sangat luas, seketika itu juga tinggal berdiam di dalam Samadhi 'dharmadhatugarbha (kandungan harta alam dharma)' dan, bangkit dari keadaan Samadhi ini, mengucapkan Vidya 'Buddha-samaya (Jalan Masuk kedalam Buddha)' :
Namah samanta buddhānām, asame trisame samaye svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha, Ikrar dari tiga kesamaan tanpa tandingan! Swaha!)
Segera setelah dia mengucapkan Vidya "Jalan masuk ke Samaya [Buddha]" di tengah-tengah perkumpulan majelis dari para Bodhisattva didalam semua Buddhaksetra, para putera Buddha yang telah mendengar itu bersama-sama [menjadi sehingga Mereka] tidak akan lagi melanggar dharma apapun.
Kemudian sang Bhagavan juga mengucapkan Mantra "lahir didalam dharma-dhatu":
Namah samanta buddhānām, dharmadhātu svabhāvako ’ham. (Menyembah hormat kepada semua Buddha, Saya memiliki sifat alami yang hakiki dari alam dharma).
Mantra untuk pemberdayaan oleh Vajrasattva:
Namah samanta vajrānām, vajrātmako ’ham. (Menyembah hormat kepada semua Vajra, Saya adalah sifat alami dari Vajra).
Vajra Kavaca Mantra (Mantra Baju Baja Yang Tidak Bisa Hancur):
Namah samanta vajrānām, vajra kavaca hūm (Menyembah hormat kepada semua Vajra, sang Baju Vajra Pelindung! Hum!).
Tathagata-caksu Mantra atau yg dari Avalokitesvara:
Namah samanta buddhānām, tathāgata caksu vyavalokaya svāhā (Menyembah hormat kepada semua Buddha, sang Mata Tathagata! Lihat! Swaha!).
Gandha Mantra (Mantra wewangian):
"Namah samanta buddhānām, viśuddhagandhodbhava svāhā."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang telah timbul dari wewangian murni! Swaha!).
Puspa Mantra (Mantra Bunga):
"Namah samanta buddhānām, mahāmaitry abhyudgate svāhā."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang telah muncul dari cinta kebaikan besar!, Swaha!).
Mantra dupa:
"Namah samanta buddhānām, dharma dhātu anugate svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang sama besar dengan alam dharma! Swaha!).
Bali Mantra (Mantra makanan):
"Namah samanta buddhānām, arara karara balim dadāmi balim dade mahābali svāhā."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Saya memberikan persembahan makanan dari arara dan kalala. Saya memberikan persembahan makanan, persembahan makanan besar! Swaha!).
Arci Mantra (Mantra lampu):
"Namah samanta buddhānām, tathāgatā arci-spharanāvabhāsana gaganaudārya svāhā."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Pancaran dari cahaya Tathagata, dengan semua kecemerlangan seluas langit! Swaha!).
Argha Mantra:
" Namah samanta buddhānām, gagana samāsama svāhā."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang sama dengan langit dan yang tanpa bandingan! Swaha!).
Tathagata Usnisa Mantra (Mantra Mahkota Tathagata):
" Namah samanta buddhānām, gaganānanta spharana viśuddha-dharma-nirjāta svāhā."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang tidak terbatas menyerap meliputi langit! Anda yang lahir dari Dharma murni! Swaha!).
Tathagata Kavaca Mantra (Mantra baju Vajra Tathagata):
" Namah samanta buddhānām, pracanda vajra-jvāla visphura hūm."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! nyala api Vajra! Kilatan cahaya! Hum!).
Tathagata Jvala Mantra (Mantra lingkaran cahaya Tathagata):
" Namah samanta buddhānām, jvālā-mālini tathāgatārci svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang memiliki rangkaian bunga berbentuk lingkaran nyala api! Cahaya dari Tathagata! Swaha!).
Tathagata Jihva Mantra (Mantra lidah Tathagata):
" Namah samanta buddhānām, mahāmaha tathāgatajihva satya-dharma-pratisthita svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang Besar diantara Yang Besar! Lidah dari Tathagata! Yang dibuat didalam Dharma Kebenaran! Swaha!).
BAB 3
Memadamkan Rintangan
Kemudian Vajrapani kembali lagi bertanya kepada Bhagavan Mahavairocana, dengan mengucapkan syair Gatha ini:
Ketika [mempersiapkan] tempat ritual itu, bagaimana seseorang melenyapkan para penghalang
Sehingga mereka tidak bisa menyiksa Yogin yang berlatih Mantrayana itu?
Bagaimana seseorang membaca Mantra? Hasil apa yang mereka hasilkan?
Ketika [Vajrapani] telah menanyakan pertanyaan ini, Bhagavan Mahāvairocana berseru,
"Sangat bagus, Mahasattva! Anda telah melakukan dengan baik untuk mengucapkan kata-kata ini.
Menyimpan dengan pertanyaan itu didalam pikiran Kamu, Saya akan sekarang menampakkan segalanya,
Para penghalang dilahirkan dari pikiran seseorang sesuai dengan keserakahan masa lalu,
Agar untuk menghapus penyebab mereka, orang berpikir pada 'pikiran Bodhi (Bodhicitta)',
Yang dihapus dengan dengan baik dari kesalahan perbedaan yang terlahir dari akal kesadaran dan pikiran,
Dan dengan mengingat kembali pikiran Bodhi, sang pengolah budidaya akan terbebas dari kesalahan.
Orang harus selalu berpikir didalam pikirannya pada Acala Mahasattva
Dan membuat Mudra mistik nya, dimana orang akan bisa menghapus semua penghalang.
Raja dari Kegaiban Rahasia, dengarlah lebih lanjut bagaimana untuk membatasi gerakan pergolakan angin.
Dengan huruf 'A' menjelma kedalam tubuh milik seseorang, dan menyimpan pintu gerbang huruf 'HA' didalam pikiran,
Orang melumuri 'salep obat-obatan (gandha)' di atas wilayah untuk membuat [tujuh] titik besar dari kekosongan (anusvara).
Menempatkan diri sendiri didalam arah dari Vayu (arah barat laut), orang menutup nya dengan saravam (mangkuk)
Dan berpikir bejana ini sebagai pikiran besar dari gunung Meru,
[Membayangkan dalam pikiran] diatas puncak dari waktu dan lagi huruf 'A' dengan titik besar dari kekosongan:
Diumumkan oleh para Buddha yang sebelumnya, ini mampu untuk menahan angin besar.
Mahasattva, dengarlah dengan penuh perhatian bagaimana sang pengolah budidaya menjaga dari hujan.
Dia membayangkan dalam pikiran pintu gerbang huruf 'RA', sangat kuat dan warna dari cahaya berapi-api;
Yang menakutkan, rangkaian bunga api berbentuk lingkaran, penuh murka, dan memegang 'pedang (khadga)',
Dia mempersiapkan wilayah, menciptakan [bentuk-gambar dari] awan gelap didalam arah apapun yang mereka telah muncul,
Dan memotong putus mereka dengan Mudra pedang kebijaksanaan: awan penutup akan dengan segera bubar.
Sebagai kemungkinan lain, sang pengolah budidaya, dengan pikiran tanpa takut, membuat 'tiang pancang (kilakam)',
Dan dia dengan sepenuhnya mengenal tiang pancang yang tidak bisa hancur ini dengan Vajra.
Selanjutnya Saya sekarang akan menjelaskan 'Pemadaman Semua Rintangan'.
Seseorang berpikir pada Acala yang ganas dan yang sangat kuat dengan Mantra Nya,
Tinggal berdiam didalam Mandala Nya Sendiri, atau sang pengolah budidaya [dirinya sendiri] tinggal berdiam disana.
Dia membayangkan dalam pikiran gambar patung [dari rintangan itu] dengan [milik Acala atau dirinya sendiri] kaki kiri diletakkan diatas kepala patung itu:
Rintangan itu akan di hapuskan atau di padamkan, tidak muncul [lagi].
Sebagai kemungkinan lain, setelah dengan hati-hati mencampur [racun] dengan 'sesawi hitam (rājikā)',
Sang Pengolah budidaya itu membuat gambar-patung [dari rintangan itu] dan melumuri tubuh patung itu dengan [campuran itu]:
Mereka [para penghalang] yang merampas keinginan orang, karena penawar racun ini,
Menyebabkan organ indera mereka hangus- tentang ini orang harus tidak menimbulkan pikiran ragu-ragu apapun.
Bahkan Sakra dan Brahma yang dihormati, jika mereka tidak mengikuti Ajaran Saya,
Akan dibakar, belum lagi mahluk-mahluk yang lain."
Setelah itu, Vajrapani berkata kepada sang Buddha, "Bhagavan, sejauh seperti Saya mengerti arti dari apa yang sang Buddha telah katakan, Saya juga demikian mengetahui itu, tinggal berdiam didalam pangkalan Mandala Mereka sendiri, para Mahluk suci itu menyempurnakan apa yang membangkitkan semangat yang mengagumkan. Karena Mereka tinggal berdiam dalam cara ini, perintah sang Tathagata tidak bisa digelapkan. Mengapa? Karena, Bhagavan, Samaya dari semua Mantra adalah untuk tinggal berdiam didalam garis silsilah keturunan Mereka sendiri. Oleh karena itu, para Bodhisattva yang mengolah budidaya latihan Bodhisattva melalui pintu gerbang dari Mantra harus juga tinggal berdiam didalam pangkalan yang pantas milik Mereka Sendiri dan melakukan perbuatan-perbuatan ritual."
[Sang Bhagavan berkata, "Raja dari Kegaiban Rahasia, itu adalah demikian, itu adalah seperti yang telah Anda katakan."] Lebih lanjut, Raja dari Kegaiban Rahasia, jika warna-warna telah di sebutkan [untuk Mahluk suci apapun], Anda harus tahu bahwa pangkalan Mandala dari Mahluk Suci itu dan gambar-bentuk Mahluk Suci itu adalah sama [warnanya]: Ini telah diajarkan oleh para Buddha yang sebelumnya.
Raja dari Kegaiban Rahasia, didalam masa depan 'para mahluk dengan kecerdasan yang rendah dan tidak ada keyakinan' akan, pada saat mendengarkan penjelasan-penjelasan ini, menjadi tidak mampu untuk menerimanya dengan keyakinan karena mereka tidak memiliki kecerdasan, dan keragu-raguan mereka akan meningkat. Jika mereka hanya mendengarnya dan tetap tinggal dalam jalan mereka tanpa mempraktekkannya, mereka akan merugikan diri mereka sendiri dan merugikan orang lain, dan mereka akan membuat pernyataan seperti ini: "Para orang yang bukan pengikut Buddha memiliki cara-metode ini, tapi itu tidak diajarkan oleh Buddha." Orang-orang bodoh ini akan menghasilkan keyakinan dan pemahaman yang seperti demikian itu."
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini:
Sang Bhagavan Yang Maha Mengetahui Semua telah memperoleh kekuasaan tertinggi atas dharma,
Dan sesuai dengan apa yang Dia telah kuasai, Dia menyelamatkan para mahluk melalui jalan bijaksana.
Ini diajarkan oleh para Buddha yang sebelumnya untuk membawa manfaat kebaikan kepada mereka yang mencari Dharma itu.
Orang-orang yang bodoh itu tidak mengetahui sifat-sifat yang khas dari 'dharma (gejala-kejadian)' [seperti yang diajarkan] oleh para Buddha:
Saya telah mengajarkan bahwa sifat-sifat khas yang dimiliki oleh semua dharma adalah bahwa mereka seluruhnya kosong.
Orang harus selalu tinggal berdiam didalam Mantra dan yakin untuk bertindak dengan ketetapan hati.
BAB 4
Harta Mantra dalam penggunaan umum
Setelah itu, para Vajradhara dengan Raja dari Kegaiban Rahasia didepan Mereka, dan rombongan besar para Bodhisattva dengan Samantabhadra didepan Mereka, membungkuk menundukkan badan kepada Buddha Vairocana, dan karena keinginan untuk menjelaskan secara terperinci didalam Raja Besar dari Mandala "Lahir Dari Rahim Belas Kasih Besar (Maha Karuna Garbhodbhava Mandala)" ucapan Dharma dari Mantra Mereka, [masing-masing] sesuai dengan pintu gerbang murni ke dharmadhatu yang telah Mereka kuasai, Mereka memohon masing-masing dengan kata-kata Mereka Sendiri kepada sang Bhagavan [untuk ijin melakukan demikian]. Kemudian sang Bhagavan memberdayakan Mereka dengan 'Sifat alami dharma yang tidak bisa hancur' dan menyapa para Vajradhara dan para Bodhisattva, dengan berkata, "Tuan-tuan yang baik, Anda harus menjelaskan secara terperinci, didalam kesesuaian dengan alam Dharma sebagaimana Anda telah menguasainya, Kalimat dari Kebenaran yang membersihkan alam-alam dari para mahluk!"
Kemudian sang Bodhisattva Samantabhadra dengan segera tinggal berdiam didalam Samadhi "Penghiasan Lingkungan Buddha" dan mengucapkan Mantra dari Kekuatan yang tidak terhalang:
"Namah samanta buddhānām, samatānugata viraja-dharma-nirjāta mahāmaha svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang telah mencapai Kesamaan! Anda yang terlahir dari Dharma yang tanpa kekotoran! Yang besar diantara yang besar! Swaha!)."
Kemudian sang Bodhisattva Maitreya tinggal berdiam didalam Samadhi "Pembangkitan Kebajikan Besar Semesta" dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri:
"Namah samanta buddhānām, ajitamjaya sarvasattvāśayānugata svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang mengalahkan yang tidak terkalahkan! Anda yang mengikuti kecendrungan kehendak hati dari semua mahluk! Swaha!)."
Kemudian sang Bodhisattva Akasagarbha memasuki Samadhi "Lingkungan Dari Kemurnian" dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri:
"Namah samanta buddhānām, ākāśasamatānugata vicitrāmbaradhara svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang telah mencapai kesamaan dengan ruang angkasa! Anda yang memakai pakaian yang banyak warna! Swaha!)."
Kemudian sang Bodhisattva Sarvanīvaranaviskambhin memasuki Samadhi "Kekuatan Dari Belas-Kasih" dan mengucapkan Mantra ini:
"Namah samanta buddhānām, āh sattvahitābhyudgata tram tram ram ram svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah! Anda yang muncul demi keuntungan para mahluk! Tram tram ram ram! Swaha!)"
Kemudian sang Bodhisattva Avalokitesvara memasuki Samadhi "Tatapan Semesta" dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri dan Mantra dari para pelayan Nya:
"Namah samanta buddhānām, sarva tathāgatāvalokita karunāmaya ra ra ra hūm jah svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Tatapan dari semua Tathagata! Yang terbentuk dari belas-kasih! ra ra ra hūm jah! Swaha! )."
Mantra dari Mahasthamaprapta:
"Namah samanta buddhānām, jam jam sah svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Jam jam sah! Swaha!)"
Mantra dari Tara Devi:
"Namah samanta buddhānām, karunodbhave tāre tārini svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang telah muncul dari belas-kasih! Tara! Penyelamat! Swaha!)."
Mantra dari Maha Bhrkuti:
"Namah samanta buddhānām, sarvabhaya-trāsani hūm hum sphotaya svāhā (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang mengusir semua ketakutan! Hum! Hum! Membelah! Swaha!)."
Mantra dari Pāndaravāsinī:
"Namah samanta-buddhānām, tathāgata-visaya-sambhave padma-mālini svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang lahir dari lingkungan para Tathagata! Anda yang memiliki kalung karangan bunga dari teratai! Swaha!)."
Mantra dari Hayagrīva:
"Namah samanta buddhānām, hūm khāda bhanja sphotaya svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Hum! Menelan! Menghancurkan! Membelah! Swaha!)."
Kemudian sang Bodhisattva Ksitigarbha tinggal berdiam didalam Samadhi "Wilayah dari Tingkah-laku Vajra Yang Tidak Bisa Hancur" dan mengucapkan Mantra ini:
"Namah samanta buddhānām, ha ha ha sutanu svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ha ha ha! Anda dengan tubuh yang indah! Swaha!)."
Kemudian sang anak muda Manjusri tinggal berdiam didalam Samadhi "Kekuatan Gaib dari kuasa Buddha" dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri:
"Namah samanta buddhānām, he he kumāraka vimukti-patha-sthita smara smara pratijnām svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! He! He! Anak muda! Anda yang tinggal berdiam di jalan menuju pembebasan! Ingat, ingat sumpah Mu! Swaha!)."
Kemudian sang Vajrapani tinggal berdiam didalam Samadhi "Vajra Besar Yang Tak Terkalahkan" dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri dan Mantra dari para pelayan Nya:
"Namah samanta vajrānām, canda mahā rosana hūm. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Anda yang kasar dan sangat penuh murka! Hum!)."
Mantra dari Māmakī:
"Namah samanta vajrānām, trita trita jayanti svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Trita trita! Perempuan Penakluk! Swaha!)."
Mantra dari Vajraśamkarā:
"Namah samanta vajrānām, hum bandha bandhaya mota motaya vajrodbhave sarvatrāpratihate svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Hum! Ikat, ikat! Hancurkan, hancurkan! Anda yang telah muncul dari Vajra! Anda yang dimana-mana tanpa rintangan! Swaha!)."
Mantra dari Vajracandratilaka (= Krodhacandratilaka):
"Namah samanta vajrānām, hrīh hūm phat! svāhā! (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Hrih hum phat! Swaha!)."
Mantra dari Vajrasūcī:
"Namah samanta vajrānām, sarva dharma-nirvedhani vajrasūci varade svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Anda yang menembus semua dharma! Jarum Vajra [Vajrasūcī]! Anda yang mengabulkan keinginan! Swaha!)."
Mantra dari semua Vajradhara:
"Namah samanta vajrānām, hūm hūm hūm phat phat phat jam jam svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! hūm hūm hūm phat phat phat jam jam! Swaha!)."
Mantra dari semua Pelayan (Parivara):
"Namah samanta vajrānām, he he kim cirāyasi grhna grhna khāda khāda paripūraya svapratijnām svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! He! He! Mengapa Anda menunda-nuda? Tangkap, tangkap! Telan, telan! Taati sumpah Mu! Swaha!)."
Kemudian Bhagavan Sakyamuni memasuki Samadhi "Tempat Permata" dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri dan Mantra dari para pelayan Nya:
"Namah samanta buddhānām, sarva-kleśa-nisūdana sarva-dharma-vaśitā-prāpta gagana-samāsama svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang menghancurkan semua kotoran! Anda yang telah memenangkan kendali atas semua dharma! Anda yang sama dengan langit dan tanpa bandingan! Swaha!)"
Mantra dari Ūrnā:
"Namah samanta buddhānām, varade varaprāpte hūm. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang mengabulkan keinginan! Anda telah memenangkan anugerah! Hum!)."
Mantra dari semua Mahkota Buddha (Sarva Buddhaosnisa Mantra):
"Namah samanta buddhānām, vam vam vam hūm hūm phat svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! vam vam vam hūm hūm phat! Swaha!)."
Mantra dari Aparājita:
"Namah samanta buddhānām, dhrim dhrim rim rim jrim jrim svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! dhrim dhrim rim rim jrim jrim! Swaha!)."
[Lagi] Mantra dari Aparājita:
Namah samanta buddhānām, aparājite jayanti tadite svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang Tidak Terkalahkan [Aparājitā]! Perempuan Penakluk! Anda yang memukul! Swaha!)
Mantra dari Prthivī:
Namah samanta buddhānām, prthivyai svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Devi bumi [Prthivī], Swaha!)
Mantra dari Visnu:
"Namah samanta buddhānām, visnave svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Visnu, Swaha!).
Mantra dari Rudra:
"Namah samanta buddhānām, rudrāya svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Rudra, Swaha!).
Mantra dari Vāyu:
"Namah samanta buddhānām, vāyave svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Vayu, Swaha!).
Mantra dari Sarasvatī:
"Namah samanta buddhānām, sarasvatyai svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Sarasvatī, Swaha!).
Mantra dari Nairrti:
"Namah samanta buddhānām, rāksasādhipataye svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Pemimpin Iblis Raksasa, Swaha!).
Mantra dari Yama:
"Namah samanta buddhānām, vaivasvatāya svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Vaivasvata [=Anak dari Vaivasvat =Yama], Swaha!).
Mantra dari Mrtyu:
"Namah samanta buddhānām, mrtyave svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Dewa kematian [Mrtyu], Swaha!).
Mantra dari Kālarātri:
"Namah samanta buddhānām, kālarātriye svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Kegelapan Malam [Kālarātri], Swaha!).
Mantra dari Tujuh Ibu:
"Namah samanta buddhānām, mātrbhyah svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Ibu, Swaha!).
Mantra dari Śakra Deva Indra:
"Namah samanta buddhānām, śakrāya svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Sakra, Swaha!).
Mantra dari Varuna Nagaraja:
"Namah samanta buddhānām, apām-pataye svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Raja Air [=Varuna], Swaha!).
Mantra dari Brahmā::
"Namah samanta buddhānām, prajāpataye svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Tuhan Pencipta [=Brahma], Swaha!).
Mantra dari Āditya:
"Namah samanta buddhānām, ādityāya svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Matahari [Āditya], Swaha!).
Mantra dari Candra:
"Namah samanta buddhānām, candrāya svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Bulan [Candra], Swaha!).
Mantra dari nāga:
"Namah samanta buddhānām, meghāśaniye svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Pemakan Awan, Swaha!).
Mantra dari Nanda dan Upananda:
"Namah samanta buddhānām, nandopanandayoh svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Nanda dan Upananda, Swaha!).
Kemudian Bhagavan Vairocana, ingin menjelaskan bahwa Ajaran Nya adalah dari Siddhi yang sempurna, [mengucapkan] Mantra dari Vidyārājnī Gaganalocanā, sang Ibu dari semua Buddha dan semua Bodhisattva:
"Namah samanta buddhānām, gagana-vara-laksane gagana same sarvatodgatābhisāra-sambhave jvala, namo ’moghānām svāhā. "(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang memiliki sifat khusus yang sangat unggul dari langit! Anda yang sama dengan langit! Anda yang lahir dari anugrah yang muncul dimana-mana! Bakar! Menyembah hormat kepada Yang Sempurna! Swaha! ).
Selanjutnya, agar untuk memadamkan rintangan, sang Bhagavan tinggal berdiam didalam Samadhi "Lahir Dari Api" dan mengucapkan Mantra ini dari Maha Pemusnah rintangan, Yang Suci Acalanatha:
"Namah samanta vajrānām, canda mahārosana sphotaya hūm traka hām mām." (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Anda yang sangat ganas dan penuh murka! Belah! hūm traka hām mām!).
Selanjutnya, Mantra dari Trailokyavijaya:
"Namah samanta vajrānām, ha ha ha vismaye sarva-tathāgata-visaya-sambhava trailokya vijaya hūm jah svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Ha ha ha! Yang Menakjubkan! Anda yang lahir dari wilayah dari semua Tathagata! Penakluk Tiga Dunia [Trailokyavijaya]! hūm jah! svāhā!).
Mantra dari Sravaka:
"Namah samanta buddhānām, hetu pratyaya-vigata karma-nirjāta hūm." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang terlahir dari tindakan yang bebas dari sebab dan kondisi! Hum!).
Mantra dari Pratyekabuddha:
"Namah samanta buddhānām, vah." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Vah!).
Mantra hati umum untuk semua Buddha dan Bodhisattva:
"Namah samanta buddhānām, sarva buddha bodhisattva hrdaya-nyāveśani, namah sarva-vide svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang menyebabkan untuk masuk kedalam hati dari semua Buddha dan Bodhisattva! Menyembah hormat kepada Yang Maha Mengetahui Semua! Swaha!).
Mantra hati umum untuk deva duniawi dan seterusnya:
"Namah samanta buddhānām, lokālokakarāya sarva deva nāga yaksa gandharvā asura garuda kimnara mahoragādi-hrdayāny ākarsaya vicitra gati svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Demi menerangi dunia! Gambar didalam hati dari semua dewa, naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kimnara, mahoraga, dan seterusnya! Anda yang bergerak dalam bermacam-macam cara! Swaha!).
Mantra dari semua Buddha:
"Namah samanta buddhānām, sarvathā vimati -vikirana dharmadhātu-nirjāta sam sam ha svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang menghilangkan keraguan dalam segala hal! Anda yang terlahir dari dharmadhatu! Sam sam ha! Swaha!).
Mantra dari Durdharsa dvarapala (dvarapala =penjaga pintu):
"Namah samanta buddhānām, durdharsa mahārosana khādaya sarvām tathāgatājnām kuru svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang tidak dapat diganggu-gugat [Durdharsa]! Sangat penuh murka! Telan! Melakukan setiap perintah dari Tathagata! Swaha!).
Mantra dari Abhimukha dvarapala:
"Namah samanta buddhānām, he mahā pracandābhimukha grhna khādaya kim cirāyasi samayam anusmara svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang sangat ganas! Anda yang berwajah Durdharsa! Tangkap! Telan! Mengapa Anda menunda-nunda! Ingat sumpah Anda! Swaha!).
Mantra untuk membuat perbatasan yang lebih besar [dari Mandala]:
"Namah samanta buddhānām, sarvatrānugate bandhaya sīmām mahā-samaya-nirjāte smarane apratihate dhaka dhaka cara cara bandha bandha daśadiśam sarva-tathāgatānujnāte pravara-dharma-labdha-vijaye bhagavati vikuri vikule le lu puri vikuli svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang meresap meliputi semua! Ikat perbatasan! Anda yang terlahir dari sumpah besar! Anda yang ingat! Anda yang tanpa rintangan! Bakar, bakar! Gerak, gerak! Ikat, ikat sepuluh penjuru arah! Anda yang diberi kuasa oleh semua Tathagata! Pemenang yang telah memperoleh Dharma yang paling unggul Bhagavati! vikuri vikule le lu puri [vikuli]! svāhā!).
Mantra dari Bodhi:
"Namah samanta buddhānām, a." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! A!).
Mantra dari Carya:
"Namah samanta buddhānām, ā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ā!).
Mantra dari SamBodhi:
"Namah samanta buddhānām, am." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Am!).
Mantra dari Nirvana:
"Namah samanta buddhānām, ah." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah!).
Mantra dari Trailokyavijaya:
"Namah samanta vajrānām, hāh." (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Hāh!).
Mantra dari Acalanātha:
"Namah samanta vajrānām, hām." (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Hām!).
Mantra dari Sarvanīvaranaviskambhin:
"Namah samanta buddhānām, ah." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah!).
Mantra dari Avalokiteśvara:
"Namah samanta buddhānām, sah." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Sah!).
Mantra dari Vajrapāni:
"Namah samanta vajrānām, vah." (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Vah!).
Mantra dari Manjuśrī:
"Namah samanta buddhānām, mam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Mam!).
Mantra dari Gaganalocanā:
"Namah samanta buddhānām, gam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Gam!).
Mantra dari dharmadhatu:
"Namah samanta buddhānām, ram." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ram!).
Mantra dari Mahavira:
"Namah samanta buddhānām, kham." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Kham!).
Mantra dari Jalesvara:
"Namah samanta buddhānām, jam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Jam!).
Mantra dari Tara:
"Namah samanta buddhānām, tam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Tam!).
Mantra dari Bhrkutī:
"Namah samanta buddhānām, bhrh." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Bhrh!).
Mantra dari Mahāsthāmaprāpta:
"Namah samanta buddhānām, sam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Sam!).
Mantra dari Pāndaravāsinī:
"Namah samanta buddhānām, pam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Pam!).
Mantra dari Hayagrīva:
"Namah samanta buddhānām, ham." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ham!).
Mantra dari Yaśodharā:
"Namah samanta buddhānām, yam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yam!).