Author Topic: Maha Vairocana Abhisambodhi Vikurvit Adhisthana Vaipulya Sutrendraraja Nama Mahayana Suttram  (Read 1877 times)

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile
MAHAYANA TRIPITAKA SUTTRAM
Arya Maha Vairocana Abhisambodhi Vikurvit Adhisthana Vaipulya Sutrendraraja Nama Dharmaparyaya Mahayana Suttram

Dabiluzhenachengfoshenbianjiachijing
(大毘盧遮那成佛神變加持經)

Diterjemahkan oleh Śubhākarasiṃha (Ahli Tipitaka dari India) dan Śramaṇa Yixing (Dinasti Tang)



Namo Sarvajna Siddha Tathagata

Yang Maha Suci Sutra Vaipulya Mahayana Dari Kegaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan Penerangan Sempurna Yang Mengetahui Pikiran Yang Sesungguhnya dan Menampilkan Perubahan Wujud Kuasa Maha Vairocana.






Om Vairocana Hum



Namo Bhagavate Vajradhara Tathagataya



Bab I

Pangkalan Pikiran Ketika Memasuki Pintu Gerbang Mantra.



Arya Bhagavan Catur Mukha Maha Vairocana Tathagata Arhat SamyakSamBuddha

Demikianlah telah kudengar, pada suatu ketika, Sang Bhagavan (Vairocana Dharmakaya Buddha) sedang berada didalam Istana besar yang agung keras tak dapat dihancurkan dari alam Dharma (Vajra-dharmadhatu)  dimana para Tathagata menciptakan doa berkah ajaib, yang diberi kuasa oleh Para Tathagata , dimana para Vajradhara (Pemegang Vajra) telah berkumpul, ruangan besar yang sangat baik terhiasi dengan raja permata, sebuah puncak lengkungan kubah dengan tanpa batasan dan tanpa pusat, terlahir dari keyakinan dan pengertian Tathagata, menjelma dalam kesukaan bermain pada kesenangan yang tentram melalui kehendak hati Tathagata, kumpulan dari semua Vajradhara, rumah besar dari rangkaian kesatuan yang nyata, Vajra (Keras Tak Bisa Dihancurkan) yang agung dan panjang, dan kediaman dari semua Tathagata, duduk diatas sebuah tahta berbentuk singa dari tubuh-tubuh para Bodhisattva.

Para Vajradhara itu bernama Vajradhara Gaganamala (Vajradhara Ruang Angkasa Yang Suci Bersih), Vajradhara Gaganavikrama (Vajradhara Yang Maju Melangkah di Ruang Angkasa), Vajradhara Gaganasambhava (Vajradhara Yang Terlahir Di Ruang Angkasa), Vajradhara Vicitrambharadhara (Vajradhara Yang Memakai Jubah Berbagai Warna), Vajradhara Vicitracarin (Vajradhara Yang Beredar Sangat Bagus), Vajradhara Sarva Dharma Samataviharin (Vajradhara Yang Tinggal Berdiam Didalam Persamaan Semua dharma), Vajradhara Ananta Sattvadhatu Paritrana (Vajradhara Yang Mengasihani Dunia Dari Mahluk Yang Tak Terhitung), Vajradhara Narayana Balin (Vajradhara Yang Memiliki Kekuatan Narayana), Vajradhara Maha Narayana Balin (Vajradhara Yang Memiliki Kekuatan Maha Narayana), Suvajradhara (Vajradhara Yang Maha Mulia), Vajradhara Paramavega (Vajradhara Yang Paling Cepat), Vajradhara Vimalavajra (Vajradhara Dengan Vajra Yang Bersih Tanpa Noda), Vajradhara Vajragra (Vajradhara Yang Memotong Dengan Cepat), Vajradhara Tathagatavarman (Vajradhara Yang Berpakaian Lapis Baja Tathagata), Vajradhara Tathagatapadodbhava (Vajradhara Yang Terlahir Dari Kata-Kata Dari Tathagata), Vajradhara Aprapancaviharin (Vajradhara Yang Tinggal Berdiam Didalam Ketiadaan Dari Pembicaraan Yang Tak Berguna), Vajradhara Tathagata Dasa Bala Sambhava (Vajradhara Yang Terlahir Dari 10 Kekuatan Tathagata), Vajradhara Vimalanetra (Vajradhara Yang Memiliki Mata Bersih Tanpa Noda), dan Vajrapani (Vajra Di Tangan), Raja dari Kegaiban Rahasia.

Disertai dengan banyak sekali Para Vajradhara yang seimbang jumlahnya dengan butiran debu dari sepuluh tanah suci Buddha dengan ini pada Pemimpin-Pemimpin Mereka, dan dikelilingi dari depan dan dari belakang oleh Para Bodhisattva Mahasattva seperti Bodhisattva Samantabhadra, Bodhisattva Maitreya, Bodhisattva Manjuśrī, dan Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin. Sang Bhagavan menguraikan secara terperinci Dharma yang bernama "Pintu Gerbang Pangkalan dari Persamaan Tubuh, Ucapan, dan Pikiran" melalui kuasa Tathagata Matahari yang melebihi tiga masa, masa lampau, masa sekarang dan masa depan.

Kemudian, dengan Para Bodhisattva yang dipimpin oleh Samantabhadra dan Para Vajradhara yang dipimpin oleh Vajrapani Sang Raja Kegaiban Rahasia, melalui kuasa dari Maha Vairocana Tathagata, dengan cepat membuat penjelmaan harta perhiasan dari persamaan tubuh yang tidak habis-habisnya dari harta yang indah dari Bodhi seperti singa yang melompat sebelum mengaum, demikian juga, ada tercipta dengan cepat penjelmaan harta perhiasan dari persamaan ucapan dan pikiran seperti singa. Mereka ini tidak dihasilkan oleh Tubuh atau Ucapan atau Pikiran dari Vairocana Buddha, dan batas dari kemunculan dan lenyapnya mereka dalam semua tempat tidak dapat di pahami. Namun semua perbuatan dari Tubuh Vairocana, semua perbuatan dari Ucapan-Nya, dan semua perbuatan dari Pikiran-Nya dinyatakan dimana-mana dan selalu di dalam dunia-dunia para mahluk, Dharma dari perkataan dari Mantrayana (jalan Mantra). Selain itu, Dia memunculkan jelmaan wujud Diri-Nya Sendiri didalam bentuk dari Para Vajradhara dan Para Bodhisattva, Samantabhadra, Padmapani, dan seterusnya, dan menyatakan dimana-mana dalam sepuluh penjuru, "Dharma dari Perkataan Murni dari Mantrayana" sehingga semua tahapan dari keturunan pertama dari kebangkitan Bodhicitta (Pikiran Bodhi) ke dasabhumi (tingkat sepuluh) dapat setahap demi setahap tercapai dalam kehidupan ini, benih-benih dari karma yang menentukan kehidupan dari berbagai macam mahluk yang telah terlahir dan dipelihara oleh karma dapat di basmi, dan mungkin juga terjadi tumbuh benih-benih yang sehat bermanfaat.

Lalu Vajrapani, Sang Raja Kegaiban Rahasia, yang telah duduk dalam kumpulan Para Vajradhara berkata kepada Sang Bhagavan, "Bhagavata, bagaimana cara Sang Tathagata Arhat SamyakSamBuddha setelah mendapatkan 'Pengetahuan dari Maha Mengetahui Semua (sarvajnajnāna)', Beliau menjelaskan secara terperinci dengan panjang lebar dan menyebarkan-Nya demi kepentingan para mahluk yang tidak dapat dihitung jumlahnya, menyatakan "Pengetahuan dari Maha Mengetahui Semua" menurut berbagai macam tujuan, berbagai macam kehendak hati, dan berbagai macam arti bijaksana dan cara, mengajarkan salah satu baik itu Kendaraan Sravaka (Sravakayana), Kendaraan PratyekaBuddha (PratyekaBuddhayana), dan jalan dari Kendaraan Besar (Mahayana), atau jalan dari pengetahuan pada lima kesadaran gaib, atau melalui cara bercita-cita tinggi terlahir dengan wujud sebagai dewa, terlahir dalam wujud manusia atau dalam wujud sebagai Mahoraga, Naga, Yaksha, Gandharva, Asura, Garuda, dan Kinnara?"

"Bagaimana mungkin bahwa bila ada mahluk yang harus dibimbing dengan wujud Seorang Buddha, atau pilihan lainnya, Dia mungkin mengambil wujud Seorang Sravaka, atau Dia mungkin mengambil wujud Seorang PratyekaBuddha, atau dalam wujud Seorang Bodhisattva, atau dalam wujud Mahesvara, atau dalam wujud Brahma, atau dalam wujud Narayana, atau dalam wujud Vaisravana, atau dalam wujud Mahoraga, atau dalam wujud Kinnara, manusia, atau mahluk bukan manusia dan seterusnya?"

"Bagaimana mungkin bahwa Mereka menggunakan cara-cara berbicara yang sesuai untuk setiap mahluk dan terlihat berprilaku dalam berbagai macam cara, namun jalan dari Yang Maha Mengetahui Semua memiliki satu-satunya rasa, yaitu rasa Pembebasan dari Tathagata?"

"Bhagavan, seperti layaknya, sebagai contoh, unsur dari angkasa yang kosong adalah bebas dari semua perbedaan, tanpa perbedaan dan tanpa ketidakbedaan, demikian juga Pengetahuan dari Dia Yang Maha Mengetahui Semua, bebas dari semua perbedaan, tanpa perbedaan dan tanpa ketidakbedaan."

"Bhagavan, seperti layaknya, sebagai contoh, bumi yang besar ini adalah penyokong bagi semua mahluk, demikian juga Pengetahuan dari Dia Yang Maha Mengetahui adalah penyokong bagi para deva, manusia dan asura."

"Bhagavan, seperti layaknya, sebagai contoh, unsur dari api tiada pernah puas membakar seluruh bahan bakar, demikian juga halnya dengan Pengetahuan dari Dia Yang Maha Mengetahui tiada pernah puas membakar kedunguan."

"Bhagavan, seperti layaknya, sebagai contoh, unsur dari angin menghilangkan semua debu, demikian juga Pengetahuan dari Dia Yang Maha Mengetahui menghilangkan seluruh debu dari nafsu besar penderitaan jiwa."

"Bhagavan, seperti layaknya, sebagai contoh, unsur dari air adalah kesenangan untuk sokongan bagi seluruh mahluk, demikian juga Pengetahuan dari Dia Yang Maha Mengetahui adalah manfaat baik dan kegembiraan bagi para deva dan mahluk dunia."

"Bhagavan, sebab apakah, akar apakah, dan puncak apakah dari Pengetahuan ini?"

Ketika Vajradhara, Raja dari Kegaiban rahasia telah selesai mengucapkan demikian, Buddha Vairocana mengisyaratkan kepada Dia, dengan berkata, "baik sekali, baik sekali Vajradhara! Itu baik sekali, Vajrapani, bahwa Kamu telah bertanya kepada Saya tentang masalah ini. Kamu harus mendengar dengan penuh perhatian dan memusatkan perhatian penuh hati-hati sebagaimana Saya sekarang menjelaskannya."

Vajrapani berkata, "demikianlah, Bhagavan. Saya sangat berhasrat untuk mendengarkan."

Sang Buddha berkata, "Pikiran Bodhi (Bodhicitta) adalah penyebabnya, perasaan kasih yang besar (mahakaruna) adalah akarnya, dan makna-makna kebijaksanaan (upaya) dari pembebasan adalah puncaknya. Raja dari Kegaiban Rahasia, apakah Bodhi itu? Itu artinya mengetahui pikiran seseorang yang sesungguhnya. Raja dari Kegaiban Rahasia, ini adalah Anuttara SamyakSamBuddha dan tiada bagian terkecil sekalipun darinya yang dapat dipahami. Mengapa? Bodhi mempunyai sifat dari angkasa kosong, dan tiada seorang pun yang memahaminya juga tiada yang mengerti. Mengapa? Karena Bodhi tidak memiliki sifat-sifat khusus. Raja dari Kegaiban Rahasia, seluruh dharma adalah tanpa sifat-sifat khusus. Artinya, mereka memiliki sifat dari angkasa kosong."

Sang Vajrapani berkata lagi kepada Sang Buddha, "Bhagavan, siapakah yang mencari Maha mengetahui semua?" Siapakah yang dengan sempurna menyelesaikan kebangkitan karena Bodhi (Sambodhi)? Siapakah yang membangkitkan Pengetahuan dari Dia Yang Maha Mengetahui?"

Sang Buddha berkata, "Raja dari Kegaiban Rahasia, itu adalah dalam akal pikiran seseorang dimana dia mencari Bodhi dan Maha Mengetahui Semua. Mengapa? Karena sifat asli kealamiannya adalah murni. Akal pikiran adalah tidak didalam juga bukan diluar, bukan juga akal pikiran itu dapat dipahami diantara keduanya. Raja dari Kegaiban Rahasia, Sang Tathagata Arhat SamyakSamBuddha adalah bukan bewarna biru, bukan juga kuning, bukan juga merah, bukan juga putih, bukan juga merah tua, bukan juga bewarna kristal, tidak panjang ataupun pendek bukan juga bundar atau persegi, bukan juga gelap, dan bukan juga laki-laki, bukan juga perempuan, bukan juga netral. Raja dari Kegaiban Rahasia, akal pikiran tidaklah sama kealamiannya seperti dunia hawa nafsu (kama dhatu), bukan juga itu sama kealamiannya seperti dunia perwujudan (rupa dhatu), bukan juga itu sama kealamiannya seperti dunia tak berwujud (arupa dhatu), bukan juga itu sama kealamiannya seperti nasib para deva, naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia, atau mahluk bukan manusia. Raja dari Kegaiban Rahasia, akal pikiran tidak bertempat tinggal di dunia mata, bukan juga dunia dari telinga, hidung, lidah, tubuh, atau pikiran, dan bukan juga itu dapat dilihat, bukan juga berwujud sendiri.

Mengapa? Akal Pikiran, yang memiliki sifat dari angkasa kosong, adalah bebas dari segala perbedaan dan ketidakbedaan. Mengapa demikian? Bahwa sifat dasar alami sama seperti angkasa kosong adalah serupa dengan akal pikiran, dan bahwa sifat dasar alami sama seperti akal pikiran adalah serupa dengan Bodhi. Dengan cara ini, Raja dari Kegaiban Rahasia, tiga kesatuan pikiran, dunia dari angkasa kosong, dan Bodhi adalah tiada duanya. Mereka memiliki kasih sayang (karuna) sebagai akar mereka dan dipenuhi dengan paramita dari makna-makna bijaksana (upaya paramita). Untuk alasan ini, Raja dari Kegaiban Rahasia, Saya mengajarkan Dharma-Dharma dalam cara ini sehingga mmebuat banyak Para Bodhisattva memurnikan Pikiran Bodhi dan tahu Pikiran Mereka.

“Raja dari Kegaiban Rahasia, jika seorang lelaki dari keluarga yang baik atau seorang perempuan dari keluarga yang baik ingin untuk mengetahui Bodhi, Mereka harus tahu akal pikiran mereka sendiri dalam cara ini. Raja dari kegaiban rahasia, bagaimana orang tahu akal pikiran diri sendiri? Itu tidak bisa meski, harus dipahami dengan mencari didalam perbedaan, atau warna-warna, atau bentuk-bentuk, atau benda-benda luar, atau dalam wujud atau perasaan, ide, kemauan atau kesadaran, atau dalam Aku atau Milikku, atau dalam genggaman atau tergenggam, atau dalam kemurnian, atau dalam 18 unsur (astadasa-dhatu) kehidupan atau dua belas bidang perasaan (dvadasa-ayatana) atau didalam semua dharma (gejala kejadian) yang dihasilkan oleh sebab-sebab yang saling berhubungan."

"Raja dari Kegaiban Rahasia, pintu gerbang ini untuk akal pikiran murni Bodhisattva dinamakan sang jalan dimana dharma (gejala kejadian) menjadi jelas untuk pertama kali. Jika seorang Bodhisattva berlatih ketika tinggal didalamnya, Dia akan kemudian tanpa kesukaran yang berlangsung lama mencapai samadhi yang menghapus semua rintangan. Jika Dia mencapai ini, lalu Dia akan berdiam diatas kesetaraan dengan Para Buddha dan Para Bodhisattva. Dia akan membangkitkan lima kekuatan gaib, memperoleh dharani dari bahasa yang tak dapat diukur, kata-kata, dan suara-suara, mengetahui cara kerja pikiran para mahluk, dilindungi oleh Para Buddha, tetap murni tanpa cela bahkan didalam tumimbal lahir samsara, tidak melalaikan kelelahan demi kepentingan para mahluk diseluruh alam dharma (dharma dhatu), akan menyelesaikan dengan baik kesusilaan dari Bodhicitta yang murni, berhasil tinggal didalam perintah-perintah tak berkondisi, terbebas dari pandangan salah, dan sepenuhnya memahami pandangan benar. Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, seorang Bodhisattva yang berdiam dalam samadhi ini yang menghapus seluruh rintangan akan, melalui kekuatan dari keyakinan dan pengertian dan tanpa pemerasan tenaga yang berlarut-larut, memenuhi seluruh Dharma dari Seorang Buddha. Raja dari Kegaiban Rahasia, secara singkat, laki-laki dari keluarga baik ini atau perempuan dari keluarga baik ini akan sepenuhnya mencapai pemenuhan manfaat jasa kebaikan yang tak terukur."

Kemudian, Vajradhara, Sang Raja dari Kegaiban rahasia bertanya lagi kepada Buddha dalam syair (gatha):

Bagaimana, Bhagavan, Kamu menjelaskan munculnya Bodhi dalam akal pikiran ini?
Dan melalui tanda-tanda apakah seseorang mengetahui bahwa dia telah membangkitkan akal pikiran Bodhi?
Saya memohon Kamu untuk menjelaskan kemunculan dari pengetahuan akal pikiran (vijnana citta), akal pikiran itu, dan sifat alami pengetahuan kebijaksanaan tertinggi yang sangat baik.

Pahlawan Pemberani yang berusaha keras (Mahāvīra), melalui berapa banyak tahapkah akal pikiran dengan berturut-turut muncul?
Saya memohon Kamu, O Buddha, untuk menjelaskan dalam sifat-sifat penuh dari akal pikiran dan waktu yang diperlukan untuk mencapai Bodhi.
Sebagaimana banyak sekali jasa kebajikan dan latihan dari latihan-latihan berbudi,
Akal pikiran Bodhicitta dan keanehan perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh akal pikiran Bodhicitta, tolong, O Muni Agung, jelaskanlah mereka!

Ketika Vajrapani telah selesai berkata demikian, Sang Bhagavan Maha Vairocana mengisyaratkan kepada Dia dengan berkata:

Bagus sekali, Putra asli dari Buddha! Dengan kemurah hatian Kamu, Pikiran Agung Kamu memberi manfaat untuk para mahluk.
Sifat-sifat kemunculan berturut-turut dari akal pikiran, keadaan tertinggi dari Mahayana (Kendaraan Besar),
adalah rahasia besar dari para Buddha, tak diketahui oleh para bukan pengikut Buddha.
Saya sekarang akan menampakkannya semua, dengan akal pikiran tunggal Kamu harus mendengar penuh perhatian.

Dengan melampaui seratus enam puluh keadaan tak murni dari akal pikiran para mahluk, manfaat jasa kebaikan besar dihasilkan.

Dan sifat dasar alami mereka senantiasa teguh, orang tahu bahwa Bodhi telah muncul.
Itu tak dapat diukur seperti angkasa kosong, tiada cacat, dan itu adalah abadi.

dharma (gejala kejadian) tidak dapat menggerakkan itu, dan itu pada awal mulanya adalah keheningan tenang yang diam dan tidak memiliki perbedaan sifat-sifat.

Pengetahuan yang tak dapat diukur terselesaikan, dan sempurna dan penuh perwujudan kebangkitan.

Menumbuhkan latihan-latihan dari sembah pemujaan, yogin (orang yang berlatih samadhi yoga) dari mantrayana dengan cara demikian membangkitkan Akal Pikiran Bodhi untuk pertama kali.

Raja dari Kegaiban Rahasia, orang biasa, bodoh dan kekanak-kanakan, yang telah berdiam didalam kelahiran dan kematian yang tak berawal, berpegang kepada konsep dari 'diri' dan 'barang milik diri', dan membedakan diantara perbedaan-perbedaan yang tidak terukur dari diri. Raja dari Kegaiban Rahasia, jika mereka tidak melihat sifat dasar alami diri sendiri, maka 'Aku' dan 'Milikku' terlahir.

Yang lainnya lagi, membayangkan bahwa ada waktu penyebab utama, perubahan bentuk bumi dan unsur lainnya, diri dalam yoga, kemurnian dari dharma ("dharma=gejala kejadian" - "Dharma=salah satu dari tiga permata", tak memungkinkan mengetik siddham sanskrit, jadi menulis huruf besar dan kecil sebagai pembeda) yang dibentuk, ketidak-murnian dari dharma yang tidak dibentuk, atau deva isvara, atau asal,atau aliran, atau waktu, atau penghormatan Narayana, atau secara spontan, atau dalam diri, jumlah orang yang berbeda-beda, prinsip dari umur panjang, pudgala, vijnana, Visnu yang meliputi dimana-mana, penyimpanan kesadaran (ālaya), orang yang mengetahui, peramal, orang tamak, yang memahami, apa yang mengenal bagian dalam, apa yang mengenal bagian luar, kecerdasan (jñatvam), pikiran lahir, anak muda keturunan manusia (manuja), diri yang unggul (manabha), apa yang abadi dan sudah tertentu lahir, suara dan bukan suara. Raja dari Kegaiban Rahasia, perbedaan-perbedaan serupa dari diri (atman) sejak zaman dahulu kala telah dikaitkan dengan perbedaan palsu dan harapan untuk kebebasan sesuai dengan alasan.

“Raja dari Kegaiban Rahasia, orang biasa dan mereka yang serupa, bodoh dan kekanak-kanakan, adalah sama seperti biri-biri jantan. Pada saat sebuah pikiran dharma mungkin timbul, yaitu, pikiran dari mengamati penahanan nafsu. Memantulkan pada hal kecil ini, mereka melahirkan kegembiraan dan melatihnya dari waktu ke waktu. Raja dari Kegaiban Rahasia, ini mewakili tahap awal dari benih yang berasal dari dimana perbuatan-perbuatan bermanfaat timbul. Lalu, dengan ini sebagai sebabnya, selama enam hari dari penahanan nafsu mereka membuat kado pemberian untuk orang tua mereka, laki-laki dan perempuan, anak-anak, dan sanak saudara. Ini mewakili tahap kedua dari permulaan pertumbuhan bibit benih. Lalu, mereka mempersembahkan pemberian-pemberian ini kepada mereka yang bukan sanak saudara atau kenalan mereka. Ini mewakili tahap ketiga dari batang bersemi. Lalu, mereka mempersembahkan pemberian-pemberian ini kepada mereka yang cakap kemampuan dan terkenal kebajikannya. Ini mewakili tahap keempat dari berdaun. Lalu mereka dengan penuh gembira mempersembahkan pemberian-pemberian ini kepada para pemain musik dan seterusnya dan menawarkan mereka kepada sesepuh terhormat. Ini mewakili tahap kelima dari berbunga. Lalu dengan pemberian-pemberian ini, mereka melahirkan pikiran-pikiran kasih sayang dan membuat persembahan dari mereka. Ini mewakili tahap keenam dari bantalan buah. Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, mereka mengamati sila sehingga akan terlahir di surga. Ini mewakili tahap ketujuh dari mengambil panen dalam benih."

“Berikutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, seperti mereka berpindah melalui kelahiran dan kematian dengan akal pikiran ini dari tahapan ketujuh, mereka mendengar kata-kata berikut dari seorang teman baik: ‘ini adalah seorang Deva, sang Maha Deva, yang melimpahkan seluruh kebahagiaan. Jika kamu memuja Dia dengan taat kesetiaan, seluruh keinginan kamu akan terpenuhi. Para Deva ini yaitu Īśvara (gelar shiva penguasa triloka), Brahmā, Nārāyana (deva berubuh kekar), Śankara, Rudra (deva hitam), Skanda (Putra dari Isvara), Āditya Surya (Matahari), Candra (bulan),Varuna, yang terhormat nāga, serta Kubera, Vaiśravana, Śākra, Virūpāksa, Viśvakarmā, Yama, Yamī (Permaisuri Yama), Brahmānī (Permaisuri Brahma), Lokanātha, Agni, putra Garuda, Permaisuri Isvara, sang naga Padma, nāga Taksaka, nāgas Vāsuki, Śankha, Karkotaka, Mahāpadma, Kulika, Mahāphani, Ādideva, dan Sadānanta, atau peramal angkasa, dan guru besar dari veda. Masing-masing dari ini seharusnya di sembah.’ Setelah mendengar ini, hati mereka terisi dengan sukacita yang diberkati, dan dengan penuh hormat memuja mereka, mereka berlatih sesuai demikian. Raja dari Kegaiban Rahasia, inilah yang disebut tahap kedelapan akal pikiran dari anak muda, dasar keberanian bagi orang awam, bodoh dan kekanak-kanakan, seperti ketika mereka berpindah melalui kelahiran dan kematian."

“Raja dari Kegaiban Rahasia, berikutnya terdapat sebuah latihan khusus. Dengan mengikuti perintah-perintah teman mereka, mereka tinggal berdiam dalam keadaan khusus, lalu ada muncul kebijaksanaan yang mencari kebebasan. Ini adalah, yaitu, ajaran keabadian, ketidakabadian, dan kekosongan, dan mereka mengikuti ajaran-ajaran ini. Raja dari Kegaiban Rahasia, itu bukan karena mereka memahami kekosongan dan ketidak kosongan, keabadian dan penghancuran. Sehubungan dengan kehampaan dan bukan ketiadaan, mereka menganggap apa yang mereka bedakan menjadi tanpa perbedaan. Bagaimana seorang membedakan kekosongan? Mereka tidak mengetahui keanekaragaman dari kekosongan, dan juga mereka tidak akan pernah mampu memahami Nirwana. Oleh karena itu, seorang mantra yogin harus menyadari bahwa kekosongan dipisahkan dari penghancuran dan keabadiaan."

Kemudian Vajrapani membuat permintaan lain dari Sang Buddha, dengan berkata, “Bhagavan, mohon jelaskanlah keanekaragaman dari akal pikiran yang membingungkan itu."

Ketika Vajrapāni, Raja dari Kegaiban Rahasia, telah selesai berkata demikian, Sang Buddha mengisyaratkan Dia, dengan berkata, "Raja dari Kegaiban Rahasia, dengarlah dengan penuh perhatian pada sifat-sifat dari akal pikiran. Mereka adalah, yaitu, akal pikiran dari sifat iri hati, akal pikiran tanpa iri hati, akal pikiran dari kemarahan, akal pikiran kebaikan, akal pikiran kebodohan, akal pikiran kebijaksanaan, akal pikiran ketegasan, akal pikiran keraguan, akal pikiran kegelapan, akal pikiran kejelasan, akal pikiran penghimpunan, akal pikiran perselisihan, akal pikiran membantah, akal pikiran tanpa bantahan, akal pikiran deva, akal pikiran asura, akal pikiran nāga, akal pikiran laki-laki, akal pikiran perempuan, akal pikiran Īśvara, akal pikiran pedagang, akal pikiran petani, akal pikiran sungai, akal pikiran kolam, akal pikiran sumur, akal pikiran melindungi, akal pikiran penghematan, akal pikiran anjing, akal pikiran kucing, akal pikiran garuda, akal pikiran tikus, akal pikiran dari bernyanyi, akal pikiran dari menari, akal pikiran dari memukul genderang, akal pikiran dari rumah, akal pikiran singa, akal pikiran burung hantu, akal pikiran gagak, akal pikiran raksasa, akal pikiran duri, akal pikiran gua, akal pikiran angin, akal pikiran air, akal pikiran api, akal pikiran lumpur, akal pikiran pewarna, akal pikiran papan, akal pikiran kebingungan, akal pikiran racun, akal pikiran tali jerat, akal pikiran belenggu, akal pikiran awan, akal pikiran lapangan, akal pikiran garam, akal pikiran pisau cukur, akal pikiran seperti sumeru, akal pikiran seperti samudera, akal pikiran seperti lubang, akal pikiran dari kelahiran kembali."

“Raja dari Kegaiban Rahasia, apakah akal pikiran dari sifat iri hati? Itu berarti menyesuaikan diri untuk mengotori dharma. Apakah akal pikiran tanpa iri hati? Itu berarti menyesuaikan diri untuk tidak mengotori dharma. Apakah akal pikiran dari kemarahan? Itu berarti menyesuaikan diri pada dharma dari kemurkaan. Apakah akal pikiran kebaikan? Itu berarti menyesuaikan diri dan mengolah dharma dari kebaikan. Apakah akal pikiran kebodohan? Itu berarti menyesuaikan diri dan mengolah dharma dari tanpa ujian. Apakah akal pikiran kebijaksanaan? Itu berarti mengolah sesuai dengan dharma yang khusus dan meningkatkan pemahaman seseorang. Apakah akal pikiran ketegasan? Itu berarti melaksanakan seperti petunjuk yang diberitahukan oleh Yang Patut Dimuliakan. Apakah akal pikiran keraguan? Itu berarti selalu menjaga hal-hal dengan ragu-ragu dan sebagainya. Apakah akal pikiran kegelapan? Itu berarti menghasilkan sebuah pemahaman yang didasarkan pada perasaan kuatir berkaitan dengan dharma tentang apa yang seharusnya tidak ada keraguan. Apakah akal pikiran kejelasan? Itu berarti berlatih tanpa perasaan kuatir berkaitan dengan dharma tentang yang tidak boleh ada keraguan. Apakah akal pikiran penghimpunan? Itu berarti menjadi teratur secara alami untuk membuat yang tak terukur. Apakah akal pikiran perselisihan? Itu berarti secara alami teratur untuk berdebat dengan yang lain tentang mendukung dan membantah. Apakah akal pikiran membantah? Itu berarti menghasilkan dukungan dan bantahan dalam diri sendiri. Apakah akal pikiran tanpa bantahan? Itu berarti membuang baik dukungan dan bantahan. Apakah akal pikiran deva? Itu berarti ingatan pikiran tercapai sebagai seorang memikirkan mereka. Apakah akal pikiran asura? Itu berarti menikmati tinggal didalam putaran kelahiran dan kematian. Apakah akal pikiran nāga? Itu berarti tentang kekayaan yang sangat besar. Apakah akal pikiran laki-laki? Itu berarti berpikir tentang menguntungkan orang lain. Apakah akal pikiran perempuan? Itu berarti menyesuaikan diri pada dharma dari hawa nafsu keinginan. Apakah akal pikiran Isvara? Itu berarti berpikir bahwa orang harus mampu melakukan segala sesuatu seperti yang orang itu inginkan. Apakah akal pikiran pedagang? Itu berarti menyesuaikan diri mengolah dharma dari mengumpulkan barang-barang murah pertama dan kemudian membagi dan menjualnya pada suatu keuntungan. Apakah akal pikiran petani? Itu berarti menyesuaikan diri kepada dharma dari mendengar pertama kali secara luas dan kemudian mencari. Apakah akal pikiran sungai? Itu berarti menyesuaikan diri mengolah dharma dari mengandalkan dua perbedaan besar. Apakah akal pikiran kolam? Itu berarti menyesuaikan diri pada dharma dari kehausan yang tak pernah puas. Apakah akal pikiran sumur? Itu berarti berpikir demikian, bahwa apa yang mendalam adalah sangat mendalam. Apakah akal pikiran melindungi? Itu berarti bahwa hanya akal pikiran ini yang sungguh nyata dan akal pikiran lain tidak nyata. Apakah akal pikiran penghematan? Itu berarti menyesuaikan diri pada dharma dari bertindak untuk diri sendiri dan tidak memberi kepada orang lain. Apakah akal pikiran kucing? Itu berarti menyesuaikan diri mengolah dharma dari hasil kerja yang lambat. Apakah akal pikiran anjing? Itu berarti memperoleh sedikit dan dengan bahagia terisi dengan itu. Apakah akal pikiran garuda? Itu berarti menyesuaikan diri pada dharma dari teman sejawat dan pembantu. Apakah akal pikiran tikus? Itu berarti berpikir tentang memutuskan semua ikatan. Apakah akal pikiran dari bernyanyi? Itu berarti berpikir bahwa mahluk terpikat dengan nyanyian dari berbagai lagu. Apakah akal pikiran dari menari? Itu berarti bahwa dengan mengolah suatu dharma, orang akan naik keatas udara dan menyelenggarakan berbagai macam perubahan bentuk gaib. Apakah akal pikiran dari memukul genderang? Itu berarti bahwa dengan mengolah dharma ini secara sesuai, orang akan memukul genderang dharma. Apakah akal pikiran dari rumah? Itu berarti menyesuaikan diri mengolah dharma dari melindungi orang miliknya. Apakah akal pikiran singa? Itu berarti mengolah dharma dari tiada rasa takut dalam semua hal. Apakah akal pikiran burung hantu? Itu berarti berpikir selalu didalam kegelapan malam hari. Apakah akal pikiran burung gagak? Itu berarti berpikir dengan rasa takut dalam semua situasi. Apakah akal pikiran raksasa? Itu berarti menghasilkan apa yang sehat dan apa yang tidak sehat. Apakah akal pikiran duri? Itu berarti secara alami cenderung untuk menimbulkan penyesalan dalam segala situasi. Apakah akal pikiran gua? Itu berarti mengolah sesuai dengan dharma dari memasuki gua untuk memenuhi hawa nafsu keinginan orang. Apakah akal pikiran angin? Itu berarti secara alami terbuang dan muncul dimana-mana. Apakah akal pikiran air? Itu berarti menyesuaikan diri untuk mengolah dharma dari mencuci segala sesuatu yang tidak bermanfaat. Apakah akal pikiran api? Itu berarti secara alami cenderung untuk menyala dengan panas yang hebat. Apakah akal pikiran lumpur? Itu berarti mengotori orang lain dengan kesalahan sendiri. Apakah akal pikiran pewarna? Itu berarti secara alami cenderung untuk menyerupai yang lain. Apakah akal pikiran papan? Itu berarti dengan sesuai mengolah dharma yang sesuai dengan ukuran diri orang dengan menolak lainnya yang tidak bermanfaat. Apakah akal pikiran kebingungan? Itu berarti bahwa apa yang digenggam berbeda dengan apa yang dianggap. Apakah akal pikiran racun? Itu berarti dengan sesuai mengolah dharma dari tak bernyawa. Apakah akal pikiran tali jerat? Itu berarti secara alami cenderung untuk bertempat dimana-mana dalam ikatan diri sendiri. Apakah akal pikiran belenggu? Itu berarti secara alami cenderung untuk diam dengan kedua kaki. Apakah akal pikiran awan? Itu berarti selalu berpikir tentang turun hujan. Apakah akal pikiran lapangan? Itu berarti selalu memperhatikan dalam cara ini terhadap diri milik orang sewajarnya. Apakah akal pikiran garam? Itu berarti menambahkan masih banyak pemikiran terhadap apa yang telah dipikirkan dengan matang. Apakah akal pikiran pisau cukur? Itu berarti hanya mengandalkan dengan cara ini pada dharma dari mencukur ubun-ubun itu. Apakah akal pikiran seperti sumeru? Itu berarti bahwa merenungkan akal pikiran adalah secara alami cenderung untuk menaikkan itu sendiri. Apakah akal pikiran seperti samudera? Itu berarti selalu menerima diri sendiri dalam cara ini dan mematuhinya. Apakah akal pikiran seperti lubang? Itu berarti secara alami cenderung untuk pertama memutuskan sesuatu dan kemudian mengubahnya. Apakah akal pikiran dari kelahiran kembali? Itu berarti secara biasa melaksanakan semua cara dari perbuatan dan terlahir kembali sesuai dengan perbuatan diri orang sebelumnya, dan akal pikiran adalah dari sifat alami yang sama ini."

"Raja dari Kegaiban Rahasia, mengalikan dengan dua satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali dan lima kali, semuanya ada seratus enampuluh akal pikiran (5x2x2x2x2x2=160). Ketika orang melampaui tiga dunia tambahan palsu, pikiran yang melampaui dunia terlahir. Maksudnya, setelah mengerti demikian bahwa hanya ada lima kumpulan skandha (rupa,vedana,samjna,samskara,vijnana) dan tiada diri sendiri. seorang mantra yogin (orang yang berlatih yoga mantra) seakan-akan tidak mau pergi dalam mengolah enam indera perasa, enam benda sasaran tujuan perasa, dan enam unsur kesadaran, menarik keluar ujung karma dan penderitaan jiwa, dan dari mana benih-benih kebodohan ketidaktahuan terlahir 12 sebab dan kondisi dari ketergantungan kemunculan, dan yogin menjauhkan diri dari kumpulan dharma (gejala kejadian) dan kumpulan jalan yang salah lainnya. Ketentraman Keheningan Tenang yang mendalam seperti ini tidak dapat diketahui oleh para bukan pengikut Buddha, dan Para Buddha sebelumnya telah menyatakan itu bebas dari semua kesalahan."

"Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan akal pikiran yang melampaui duniawi yang tinggal didalam lima kumpulan (panca skandha), kebijaksanaan seperti itu bisa timbul sejalan. Jika orang menimbulkan kebebasan dari kemelekatan pada kumpulan skandha, orang tersebut harus mengamati busa, gelembung, sebuah pohon pisang, sebuah khayalan udara, dan ilusi, dengan demikian mencapai kebebasan. Artinya, kelima kumpulan, dua belas bidang perasaan, delapan belas unsur, dan orang tamak, sifat ketamakan semuanya dihapus dari sifat alami dharma (dharmata), dan ketika merasakan lingkungan yang sepenuhnya hening tenang dalam cara ini, hal itu disebut akal pikiran yang melampaui duniawi. Raja dari Kegaiban Rahasia, ketika orang telah meninggalkan urutan delapan pikiran yang tidak sesuai dan yang sesuai dengan dunia, dan jaring karma serta penderitaan-penderitaan jiwa (klesa), ini mewakili latihan yogi untuk melebihi satu kalpa."

“Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, ada latihan dari Mahayana, dengan jalan dimana seorang mantra yogin membangkitkan "akal pikiran yang tiada obyek sasaran tujuan" dan memahami bahwa dharma tidak mempunyai sifat alami diri. Bagaimanakah? Sama seperti mereka yang berlatih demikian pada zaman dahulu, seorang yogin mengamati ālaya (gudang dasar kesadaran) dari kumpulan-kumpulan (skandha) dan menyadari bahwa sifat kealamian dari dharma miliknya adalah seperti sebuah ilusi, khayalan belaka, gema, putaran roda api, dan sebuah khayalan kota gandharva. Raja dari Kegaiban Rahasia, Jika orang demikian meninggalkan sifat tanpa diri dalam dharma, pikiran agung menjadi sepenuhnya bebas tidak bergantung, orang dibangkitkan pada kenyataan bahwa pikiran itu sendiri adalah sesungguhnya tidak dilahirkan. Mengapa? Karena, Raja dari Kegaiban Rahasia, batas depan dan batas belakang dari akal pikiran tidak dapat dipahami. Ketika orang demikian mengetahui sifat alami dari akal pikiran miliknya, ini mewakili latihan yogin untuk melampaui sebuah kalpa kedua."

“Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, para bodhisattva yang mengusahakan latihan-latihan bodhisattva melalui pintu gerbang jalan mantra (mantrayana) menyelesaikan dengan baik semua jasa kebaikan dan pengetahuan yang tak dapat diukur terhimpun selama yang tak terukur dan yang tak terhitung ratusan dari ribuan dari koti dari nayuta dari kalpa-kalpa dan semua kebijaksanaan dan arti-arti bijaksana penuh manfaat yang tak terukur demi sepenuhnya mengusahakan seluruh latihan, mereka menjadi tempat perlindungan untuk dunia-dunia dari para dewa dan manusia, mereka melebihi tingkatan-tingkatan dari seluruh Sravaka dan Pratyeka Buddha, dan mereka dilayani dan dipuja-puja oleh Sakra Deva indra dan sebagainya. Jadi, yang disebut kekosongan (sunyata) adalah terpisah dari perasaan bagian-bagian tubuh dan objek-objek sasaran perasaan, tidak memiliki perbedaan sifat-sifat khusus dan tanpa wilayah sasaran kesadaran, melampaui seluruh perbedaan pendapat-pendapat yang tidak berguna (prapanca), dan tidak ada batasnya seperti angkasa kosong, seluruh sifat dharma dari Buddha adalah tak terbatas berturut-turut muncul oleh itu dalam pergantian, dan terpisah dari dunia-dunia berkondisi dan tak berkondisi, terpisah dari seluruh kegiatan, dan terpisah dari mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan akal pikiran. Terlahirlah akal pikiran yang sama sekali tanpa memiliki sifat alami (svabhava). Raja dari Kegaiban Rahasia, akal pikiran yang seperti itu adalah awal yang sang Buddha telah nyatakan sebagai sebab untuk menjadi Buddha, meskipun bergantung dari karma dan penderitaan jiwa (klesa), Yogin terbebas dari karma dan penderitaan jiwa. Dunia akan memuliakan dan harus selalu membuat persembahan kepada Dia."

“Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, dalam tingkatan dari latihan dengan keyakinan dan pemahaman yang mendalam, yogin mengamati tiga akal pikiran (pikiran dari sebab, akar, dan terakhir), pandangan dari Kebijaksanaan berdasarkan pada parjnaparamita dan empat kebijaksanaan (memberi tanpa pamrih, ucapan yang membahagiakan, perbuatan menguntungkan, kerjasama). Tingkat dari keyakinan dan pemahaman yang mendalam adalah tidak ada bandingnya, tidak terukur, dan tidak terbayangkan, dan didalamnya orang mendirikan sepuluh akal pikiran dan pengetahuan yang tidak ada batasnya terlahir. Segala sesuatu apapun yang telah Saya ajarkan adalah semuanya diperoleh di dasar dari tingkat ini. Oleh karena itu, orang bijak harus mencerminkan pada tingkat ini dari keyakinan dan pemahaman dalam maha mengetahui, dan melebihi satu lebih banyak kalpa lagi dia harus naik untuk tinggal dalam tingkat ini. Seperempat dari total jumlah ini akan membawa orang melebihi dari tingkat keyakinan dan pemahaman."

"Kemudian Sang Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia berkata kepada Sang Buddha, “Bhagavan, Saya memohon Anda, O Sang Penyelamat dunia, untuk menjelaskan sifat-sifat khusus dari akal pikiran. Berapa banyak pangkalan dari keberanian (abhaya) yang ada akan diperoleh oleh seorang Bodhisattva?"

Ketika Vajrapani telah selesai mengucapkan demikian, Yang dimuliakan dunia, Bhagavan Mahāvairocana mengisyaratkan Dia, dengan berkata, “Dengarkan dengan penuh perhatian dan anggaplah jilid paling pertama dengan hati-hati terhadap apa yang Saya katakan. Raja dari Kegaiban Rahasia, ketika orang-orang biasa, bodoh, dan kekanak-kanakan itu mengusahakan perbuatan-perbuatan bermanfaat dan meninggalkan perbuatan-perbuatan tidak baik, mereka akan memperoleh "keberanian Baik." Jika mereka mengetahui diri sebagaimana sesungguhnya apa adanya, mereka akan memperoleh "Keberanian Tubuh." Jika mereka mengamati tubuh mereka sendiri tersusun atas kumpulan (skandha) dari kemelekatan, meninggalkan bahan apapun dari gambaran dari diri mereka sendiri, mereka akan mencapai "Keberanian Tanpa Diri." Jika mereka meninggalkan dharma dan berdiam tanpa objek sasaran kesadaran apapun, mereka akan memperoleh "Keberanian Tanpa Diri dari dharma." Lagi, semua lima kumpulan (panca skandha), 18 unsur (astadasa-dhatu), dan 12 bidang perasaan (dvadasa-ayatana), yang tamak dan ketamakan, diri, hidup, dan seterusnya serta dharma-dharma dan tanpa objek adalah kosong dan sifat alami milik mereka adalah tanpa sifat alami apapun, ketika pengetahuan pada kekosongan ini terlahir, mereka akan memperoleh "Keberanian dari persamaan milik sifat alami dari semua dharma."

"Raja dari Kegaiban Rahasia, jika para Bodhisattva mengolah latihan-latihan bodhisattva melalui pintu gerbang jalan mantra (mantrayana) memeriksa didalam pengolahan yang mendalam sepuluh persoalan
tentang kemunculan yang saling bergantungan, Mereka akan menguasai latihan mantrayana dan mencapai kebangkitan kesadaran di dalamnya. Apakah sepuluh [persoalan tentang kemunculan yang saling bergantungan] itu? Mereka, yaitu bahwa [kemunculan yang saling bergantungan] adalah seperti angan-angan khayalan ilusi keyakinan salah, pembayangan khayalan belaka, mimpi, bayangan pantulan cermin, kota gandharva, gema, bulan [yang tercermin] dalam air, gelembung busa, bunga di ruang angkasa kosong, dan roda api yang berputar. Raja dari Kegaiban Rahasia, para Bodhisattva itu yang sedang mengolah latihan-latihan bodhisattva melalui pintu gerbang mantrayana harus mengamati dengan cara berikut.

"Apakah angan-angan khayalan ilusi itu? Itu adalah sama seperti ketika, melalui seni dari sulap dan kekuatan obat, berbagai gambar terlihat, baik yang menciptakan [angan-angan khayalan ilusi lainnya]
dan yang diciptakan, kedua-duanya sama-sama menipu mata seseorang sehingga orang melihat hal-hal luar biasa yang menghasilkan satu sama lain dalam urutan penggantian, datang dan pergi dalam sepuluh penjuru arah, dan namun mereka tidak baik pergi ataupun tidak pergi. Kenapa? Karena sifat alami aslinya adalah murni. Dalam cara yang sama, angan-angan khayalan ilusi [yang dihasilkan oleh] mantrayana mampu
menghasilkan sesuatu melalui keberhasilan dalam bacaan mantra.

'Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, pembayangan khayalan adalah kosong oleh sifat alaminya; itu adalah dalam ketergantungan pada gagasan pendapat palsu duniawi yang didirikan dan dapat dibicarakan. Dengan cara yang sama gagasan pendapat dari mantrayana adalah hanyalah penunjukan sebutan sementara.

'Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, sama seperti hal-hal yang terlihat didalam mimpi terakhir selama sehari, sebuah muhurta (empat puluh delapan menit), sebuah ksana (sekejap seketika), setahun, atau beberapa [Jangka waktu] lainnya, adalah dari berbagai jenis yang aneh, dan menyebabkan pengalaman-pengalaman dari semua cara sikap dari penderitaan dan kebahagiaan, namun ketika bangun tidur tidak ada
apapun yang dilihat, jadi demikian juga seharusnya latihan mantrayana yang seperti mimpi diketahui sebagai demikian.

'Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan persamaan dari pemantulan bayangan, seorang "mantra yogin (orang yang berlatih mantra yoga)" memahami bagaimana mantra mampu menghasilkan "siddhi (=pencapaian keahlian yang diselesaikan dengan berhasil baik)". Sama seperti wajah dalam ketergantungan pada cermin mewujudkan gambar wajah, jadi demikian juga seharusnya seseorang memahami siddhi [dihasilkan oleh] mantra.

'Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan persamaan dari sebuah [khayalan] kota gandharva, seseorang memahami penyelesaian yang berhasil dengan baik dari istana [yang dihasilkan sebagai] siddhi.

'Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan persamaan gema, seseorang memahami suara mantra. Sama seperti gema ada didalam ketergantungan pada suara, demikian juga
seharusnya "mantrin (=orang yang berlatih membaca mantra)" memahami [mantra].

'Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, seperti bulan terbit dengan hasil yang bersinar diatas permukaan air jernih dan mewujudkan gambar pantulan yang tercermin dari bulan, demikian juga
seharusnya "vidyadhara (=pemegang kegaiban, orang yang menguasai pengetahuan kegaiban mantra)" demikian menjelaskan persamaan mantra pada bulan di air.

'Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, seperti langit surga yang menyebabkan hujan turun, menghasilkan gelembung busa, jadi demikian juga seharusnya berbagai perubahan bentuk dari siddhi [dihasilkan oleh] mantra diketahui sebagai demikian.

"Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, itu adalah sama seperti didalam ruang tiada makhluk maupun kehidupan dan tidak ada pencipta yang dapat ditangkap, namun karena pikiran tertipu dan bingung, dia menghasilkan berbagai macam penglihatan palsu [dari bunga-bunga yang tidak ada dan sebagainya dalam ruang kosong].

"Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, itu adalah seperti puntung api: jika seseorang memegangnya di tangannya kemudian memutarnya di sekeliling udara, akan muncul gambar roda.

"Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan cara yang sama ini seseorang harus memahami keadaan dasar pokok dari Mahayana, keadaan dasar pokok dari pikiran, keadaan dasar pokok dari apa yang sama pada yang tidak sama ini, keadaan dasar pokok dari kepastian ini, keadaan dasar pokok dari kebangkitan sepenuhnya sempurna, dan keadaan dasar pokok dari kelahiran jalan masuk maju bertahap dalam Mahayana (=Kendaraan Agung) ini. Seseorang akan [kemudian] bisa untuk benar-benar memiliki kekayaan Dharma, mendatangkan pengetahuan yang besar dengan berbagai keterampilan, dan sepenuhnya mengetahui semua gagasan pendapat tentang pikiran seperti yang sesungguhnya apa adanya. "



Perlengkapan penuh dan Mantra untuk memasuki Mandala




Maha Vairocana Mandala Raja

Setelah itu, sang Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia berkata kepada sang Buddha. "Itu adalah luar biasa baik sekali, Bhagavan, bahwa Anda harus menjelaskan pencapaian SamBodhi dari diri sendiri ini oleh para Buddha, alam dharma (dharmadhatu) yang tidak terbayangkan yang melebihi dasar pikiran dan bahwa melalui berbagai macam arti dan cara Anda menjelaskan secara terperinci Dharma kepada berbagai macam mahluk sesuai dengan sifat alami mereka dan keyakinan dan pemahaman. Saya memohon Anda, Bhagavan, selanjutnya untuk menjelaskan pengolahan latihan-latihan mantrayana dan Raja Besar Agung dari Mandala (Mahamandalaraja) 'Terlahir dari Vajragarbha dari Belas Kasih Sayang Yang Besar (Mahakaruna)' demi penyelesaian para mahluk di masa depan dan demi keselamatan dan kebahagiaan mereka."

Kemudian Bhagavan Vairocana, setelah benar-benar mengamati perkumpulan majelis yang berjumlah besar, berbicara kepada Vajradhara, sang Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan mengatakan, "Dengarkan dengan penuh perhatian, Vajrapani! Sekarang Saya akan menjelaskan pintu gerbang Dharma untuk mengolah latihan Mandala (bundaran altar) dan membawa tercapainya penyelesaian pada pengetahuan dari Maha Mengetahui Semua (Sarvajnana)."

Kemudian, karena Bhagavan Vairocana dulu telah bersumpah untuk mencapai alam Dharma (dharmadhatu) yang tiada habis-habisnya dan membebaskan alam-alam makhluk tanpa kecuali, semua Tathagata berkumpul bersama dan Dia secara bertahap memasuki samadhi "Mahakaruna Vajragarbha Yuga (Keturunan Vajragarbha dari Belas Kasih Sayang Yang Besar)." Dari setiap bagian tubuh dari Bhagavan ada muncul  para Tathagata yang, demi kepentingan para makhluk mulai dari mereka yang telah membangkitkan pikiran Bodhi untuk pertama kalinya hingga dengan mereka yang di tingkat kesepuluh (dasa bhumi), merambat meliputi sepuluh penjuru arah dan kemudian kembali ke posisi Mereka Sendiri dalam tubuh Buddha (Buddhakaya), di mana, tinggal berdiam di dalam posisi Mereka Sendiri, Mereka masuk kembali kedalam [tubuh sang Buddha Vairocana].

Kemudian Bhagawan berbicara lagi kepada Vajradhara, sang Raja dari Kegaiban Rahasia, mengatakan, "Dengarkan dengan penuh perhatian, Vajrapani, untuk tata letak Mandala ini! Pertama, Acarya (Guru yang ahli dalam jalan mantra tantrayana) harus membangkitkan pikiran Bodhi; Dia harus memiliki kebijaksanaan yang menakjubkan dan kasih sayang, menggabungkan berbagai pencapaian, sangat baik terampil dalam mengolah Prajnaparamita, telah menguasai tiga kendaraan (yana), sepenuhnya memahami arti sesungguhnya dari mantra, mengetahui pikiran makhluk, memiliki keyakinan dalam Buddha dan Bodhisattva, telah memperoleh penyucian (abhiseka) dari pewarisan ajaran dan seterusnya, dan fasih dalam menggambar Mandala; malalui sifat alami Dia harus dapat menyesuaikan diri dan bebas dari kemelekatan/keterikatan diri, dan Dia harus telah sepatutnya mendapat ketegasan dalam latihan mantra, telah benar-benar sepenuhnya berlatih yoga, dan tinggal berdiam dalam pikiran Bodhi yang gagah berani. Raja dari Kegaiban Rahasia, Acarya teladan yang demikian itu adalah disanjung oleh para Buddha dan para Bodhisattva.

Share on Facebook Share on Twitter


ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile
"Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, jika bahwa Acarya melihat makhluk yang cocok sebagai wadah untuk Dharma, bebas dari noda, memiliki keyakinan dan pengertian besar,
ketekunan, dan keyakinan yang mendalam, dan selalu memikirkan memberi manfaat kebaikan kepada orang lain, jika murid itu memiliki sifat-sifat yang seperti itu, Acarya harus atas kemauannya sendiri pergi dan menasihati dia, berbicara kepadanya sebagai berikut:

'Anak dari Buddha, cara-cara dari latihan mantrayana dalam Mahāyāna (Kendaraan Besar) ini,
Saya sekarang akan menjelaskan untuk [Anda,] wadah untuk Mahāyāna.
para Samyak-sambuddha (Yang Bangkit Sepenuhnya dan Sempurna) dari masa lalu dan
para Bhagavan dari masa depan dan dari masa kini tinggal di dalam membawa manfaat kebaikan kepada para mahluk.
Orang-Orang Bijak yang patut dihormati ini memahami cara-cara yang menakjubkan dari mantra;
para Pahlawan Yang Berjuang Keras, Mereka telah memperoleh [semua] bagian pengetahuan ketika duduk didalam Penerangan Bodhi Yang Tak Berbentuk.
Kekuatan dari mantra adalah tanpa bandingan, dan [dengan itu] Sakyasimha (Singa dari kaum Sakya), sang Penyelamat Dunia,
Mampu menghancurkan yang sangat kuat dan sangat penuh murka tentara dari Mara.
Oleh karena itu anda, hai anak Buddha, harus dengan kebijaksanaan dan cara yang berguna melakukan [tata cara] pencapaian sehingga Anda
memperoleh sarvajña [Jnana] (pengetahuan dari Dia yang maha tahu). '

Mantrayogin (Orang yang berlatih mantra yaitu, Acarya), setelah dengan pikiran penuh kasih sayang
menjiwai [murid itu], harus lebih mendorong dia,
dan ketika [murid itu] mapan dan telah menerima Ajaran, dia harus memilih tempat yang rata datar,

Hutan gunung dengan bunga-bunga dan buah-buahan yang berlimpah dan dengan sumber air murni yang menyenangkan -
Ini dipuji oleh para Buddha, dan [disana] Dia harus melakukan perbuatan Mandala (membuat altar bundar).
Atau di tempat yang sungai mengalir terhiasi dengan burung angsa dan bangau,
Di sana, dengan pemahaman yang bijaksana, Dia harus membangun Garbhodbhava Mandala ('Mandala yang Terlahir dari Kasih Sayang)."
Dahulu sering dikunjungi oleh SamyakSamBuddha, Pratyekabuddha,
Dan banyak sekali Sravaka orang suci yang selalu dipuji oleh sang Buddha.
Selanjutnya, di tempat-tempat lain seperti Vihara (tempat umat Buddha), Aranya (tempat pertapaan yang hening tenang),
Rumah [-yang dibungkus] Bunga, menara tinggi, kolam indah dan taman,
Caitya, kuil Dewa Api (Agni), tempat yang dulunya kandang sapi, tempat tumpukan pasir sungai,
Kuil-kuil dewa, kamar kosong yang sunyi, dan tempat-tempat di mana Orang Bijak telah mencapai sang Jalan.
Di tempat-tempat seperti ini yang telah dijelaskan atau [tempat lain] yang menyenangkan pikiran,
Dia harus menggambar Mandala dalam rangka untuk membawa manfaat kebaikan kepada murid-murid.

"Raja dari Kegaiban Rahasia, setelah memilih sebuah tempat, Dia membersihkan dengan membuang kerikil, tembikar rusak, pecahan barang tanah, tengkorak, rambut, sampah jerami, abu, sisa arang, duri, tulang,
kayu busuk, dan seterusnya, serta serangga, semut, kumbang kotoran, dan jenis yang beracun atau jenis yang menyengat [dari makhluk].

"Setelah kecacatan itu telah dihapus, di pagi hari pada hari yang menguntungkan,
setelah Acarya menentukan hari di mana waktu, penanggalan bulan, dan graha (planet) adalah semuanya sesuai,
dan pada waktu sebelum makan [pagi] dengan tanda keberuntungan,
Dia pertama kali harus membuat penghormatan kepada semua Tathagata dan membangkitkan Dewi Bumi (Prthivi Devi) dengan syair-syair gatha ini:

Anda, O Dewi, adalah Saksi bagaimana Buddha, sang Guru Pembimbing,
Melakukan latihan-latihan khusus dan memurnikan [sepuluh] tahap dan Paramita.
Sama seperti Singa dari kaum Sakya (Sakyasimha), sang Penyelamat Dunia, yang mengalahkan rombongan besar tentara Māra,
Saya juga akan mengalahkan Mara, dan [lalu] saya akan menggambar Mandala.

"Dia harus berlutut dengan tangan [ kanan ] nya lurus menyentuh tanah dan menyanyikan syair gatha ini berulang-ulang. Dia harus [ juga ] membuat persembahan obat salep, bubuk wangi puja, bunga, dan seterusnya, dan setelah membuat persembahan, sang mantrayogin harus kembali berlindung pada semua Tathagata. Lalu Dia mempersiapkan tempat sesuai dengan tata cara [ upacara keagamaan ] sehingga itu memiliki banyak kebajikan."

Kemudian Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia bersujud di Kaki Bhagavan dan berbicara syair-syair gatha ini :

" Buddha-Dharma adalah bebas dari semua sifat, mengungguli semua bentuk, dan
Dharma tinggal berdiam di dharmatā ('pangkalan dharma') ;
Apa yang Anda telah jelaskan adalah tak tertandingi, tanpa sifat, dan tak bersyarat.

Namun mengapa , O Yang Bersemangat Besar (Mahavirya), Anda mengajarkan ini yang memiliki sifat bentuk,
serta latihan mantra ? Ini tidak sesuai dengan cara Dharma hakiki ! "

Kemudian sang Bhagavan, Vairocana Buddha, berbicara kepada Vajrapani :
" Dengarkan dengan cermat sifat bentuk Dharma !
Dharma adalah bebas dari perbedaan dan semua gagasan palsu.
Jika orang menghilangkan gagasan palsu dan cara kerja batin dan pikiran,
Yang tertinggi dan sempurna kebangkitan yang Saya capai pada akhirnya seperti ruang angkasa kosong,
Tapi tidak diketahui oleh makhluk bodoh biasa , yang dengan salah melekat pada alam tujuan.
Bahwa mereka rindu mendambakan setelah waktu[ yang penuh harapan ], arah , tanda-tanda , dan seterusnya
adalah karena mereka diselimuti oleh ketidaktahuan,
Dan itu adalah agar untuk membebaskan mereka bahwa ini diajarkan sesuai dengan mereka sebagai kebijaksanaan yang membantu.
Namun dalam kenyataannya tidak ada waktu atau arah , tidak ada yang dilakukan , dan tidak ada pelaku ;
Semua dharma (gejala kejadian) hanya berdiam di dalam sifat nyata [ dari bentuk ] .
Selanjutnya , Raja dari Kegaiban Rahasia, di masa mendatang
Makhluk kecerdasan rendah, yang diselimuti kebodohan dan gairah,
akan hanya pada dasar kemelekatan mereka terhadap keberadaan
selamanya bergembira dalam yang tidak tetap dan yang tetap
Dan dalam tanda-tanda yang baik dan yang buruk dalam waktu, arah, dan tindakan yang mereka lakukan.
Tidak mengetahui jalan ini, mereka secara membabi buta akan mencari hasil ,
Dan itu adalah dalam rangka untuk menyelamatkan mereka bahwa Saya mengajarkan cara ini dalam kesesuaian dengan mereka .

" Raja dari Kegaiban Rahasia, orang mempersiapkan sebuah tempat dari antara tempat-tempat seperti yang digambarkan [ tadi ] dan membuatnya dengan sulit .
Mengambil gomayī ( kotoran/taik sapi ) dan gomūtra ( air kencing sapi ) yang belum jatuh ke tanah , orang mencampurnya bersama-sama
dan mengolesnya [ di sekeliling tempat itu ] . Kemudian , dengan mantra untuk air parfum wangi, orang memurnikan [ tempat itu ] dengan memercikkan [ air parfum wangi itu ].
Mantra nya adalah : Namah samanta buddhānām , apratisame gaganasame Samata nugate prakrti viśuddhe dharma dhātu viśodhani Svaha. ("Penghormatan kepada semua
Buddha ! Yang Tiada Bandingan ! Yang Sama Dengan Langit ! Yang Telah Mencapai Kesetaraan ! Yang Murni Oleh Sifat Alami ! Yang Memurnikan Alam Dharma ! Serukanlah ! )

Selanjutnya, sang mantrayogin , di tengah-tengah [ tempat itu ] dengan pikirannya terkonsentrasi , membayangkan Maha Vairocana,

Arya Bhagavan Maha Vairocana Tathagata
Yang duduk di kursi dari Bunga Teratai Putih, rambut-Nya dilakukan di puncak kepala untuk membentuk mahkota ,
Dan memancarkan sinar cahaya dari berbagai warna yang sepenuhnya mengelilingi seluruh tubuh-Nya.
Selanjutnya, hal ini juga harus dilakukan dalam keadaan meditasi pikiran terkonsentrasi - sang mantrayogin membayangkan Buddha dari empat penjuru arah.

Arya Bhagavan Ratnaketu Tathagata
[ Buddha dari ] arah timur disebut Ratnaketu (Permata Cemerlang) , dan warna tubuh-Nya adalah seperti pancaran sinar matahari [ saat matahari terbit ] .

Arya Bhagavan Ratna Sambhava Sankusumita Rajendra Tathagata
Pahlawan Besar Yang Berjuang Keras ( Mahavira ) pada arah selatan adalah Samyaksambuddha Sankusumitarajendra (Raja Membuka Bunga dari Penerangan Sempurna):
Dia adalah emas dalam warna dan memancarkan sinar cahaya, dan samadhi-Nya adalah "Bebas Dari Segala Noda".

Arya Bhagavan Aksobhya Dundubhi Nirgosha Tathagata
Sang Buddha Yang Tak Bergerak (Dundubhi-nirgosha) Aksobhya di arah utara adalah dalam pemusatan pikiran meditasi, bebas dari penderitaan dan tenang.

Arya Bhagavan Amitayus Tathagata
Yang Baik Hati dan Dia Yang Menang ( Jina ) di penjuru barat
Dia disebut Amitayus.
Pengucap itu (Mantrayogin yang membaca mantra tadi), merenungkan [ demikian ] ,

Arya Bhagavan Usnisa Vijaya Prajna
kemudian tinggal berdiam didalam ruangan Buddha,
Pengucap itu akan dalam pemusatan pikiran bermeditasi pada Prajnā, sang Ibu dari sang Buddha.
Dimana Dia harus menguasai tempat itu dengan [ mantra dari] Acala yang terkenal agung
Atau dengan menggunakan [ mantra dari ] Trailokyavijaya, dimana semua tujuan tercapai.
Dengan kayu cendana digunakan untuk melukis bundaran Mandala yang halus
( yaitu, lingkaran ) -
Yang pertama di tengah adalah untuk diri Saya Sendiri (yaitu, Maha Vairocana ) ,
Yang kedua adalah untuk para Bodhisattva, sang Penyelamat Dunia,
Dan yang ketiga , sama seperti Mereka , adalah untuk Ibu sang Buddha Akasnetra Gaganalocanā;
Yang keempat adalah untuk Padmapani (Teratai di tangan),
Yang kelima adalah untuk Vajradhara ( yaitu, Vajrapani ) ,
Dan keenam , untuk Acalanatha , secara penuh kesadaran ditempatkan di bawah [ untuk Vajrapani ] .
Dia mempersembahkan obat salep, bubuk wangi, bunga , dan seterusnya , memikirkan para Tathagata ,
Dan dengan ketulusan hati dan menunjukkan rasa hormat , Dia mengucapkan syair gatha berikut :
" Karena para Buddha, yang penuh kasih sayang , memperhatikan kami , Semoga Mereka menguasai tempat itu besok, dan semoga Putra Buddha turun juga ! '

"Setelah mengatakan ini , Dia kemudian harus membaca mantra ini : Namah samanta - buddhānām , sarva tathāgatā adhisthānā adhisthite acale vimale smarani prakrti pariśuddhe Svaha. ( Penghormatan kepada semua Buddha ! O Yang Telah Diberikan Kuasa Dengan Pemberdayaan Dari Semua Tathagata! Yang Tidak Bergerak! Yang Tiada Noda! Yang Ingat ! Yang Benar-Benar Murni Oleh Sifat Alami  ! Serukanlah ! )

Sang mantra yogin (Orang yang berlatih mantra) selanjutnya menimbulkan pikiran kasih sayang ,
Dan memperbaiki pada penjuru Barat , dengan pikiran terpusat penuh fokus dia pergi untuk tidur ,
Berpikir "tiada diri" dalam kemurnian pikiran Bodhi.
Dalam mimpinya dia mungkin melihat para Bodhisattva yang terkenal agung
Dan para Buddha tanpa batas muncul dan melakukan berbagai perbuatan ,
Atau , dengan pikiran kenyamanan , Mereka dapat mendorong sang yogin ,
[ mengatakan : ]
"Karena anda penuh perhatian pada makhluk , Anda membangun sebuah Mandala .
Hebat, Mahasattva ! Apa yang Anda gambarkan adalah cukup luhur mulia ! '
Kemudian , pada hari yang lain (yaitu , berikutnya ) , dia menerima menjalani sebagai yang akan diselamatkan .
Jika para murid memiliki keyakinan , telah lahir dalam garis keturunan murni ,
Menghormati Triratna (Tiga Permata : Permata Buddha, Permata Dharma, Permata Sangha) , menghiasi diri dengan kebijaksanaan mendalam ,
Memiliki ketekunan , tidak lesu, murni dan sempurna dalam Sila ( perilaku moral) mereka,
Memiliki kesabaran , tidak kikir , dan pemberani dan tegas dalam sumpah latihan mereka -
Orang seperti itu harus diterima , tanpa memperhatikan yang lain [ yang baru datang ] .
Untuk baik sepuluh atau delapan , tujuh atau lima , dua , satu atau empat [ orang ]
Harus Abhiseka (Pemberkatan) dilakukan , atau bahkan jika jumlah tersebut melebihi ini ."

Kemudian Vajrapani , Raja dari Kegaiban Rahasia, sekali lagi berkata kepada sang Buddha , "Bhagavan , apakah nama yang harus mandala ini dipanggil ? Dan apa artinya dari ' Mandala ' ? "

Sang Buddha berkata , " Ini disebut ' Mandala Yang Menghasilkan Para Buddha. ' Ini adalah dari rasa ( Manda : " intisari pokok" ) yang sama sekali tanpa bandingan
dan dari rasa yang tak tertandingi , dan oleh karena itu ia disebut sebagai ' Mandala . '
Selanjutnya , Raja dari Kegaiban Rahasia, karena kasihan untuk alam yang tak terbatas dari para makhluk ini adalah didalam arti luas Mandala ' Yang Lahir Dari Vajra Kasih Sayang Besar'. "

" Raja dari Kegaiban Rahasia , [ Mandala ] diberi kuasa oleh Anuttara samyaksambodhi yang dikumpulkan oleh Tathagata selama ribuan tahun kalpa yang tak terukur , dan oleh karena itu Mandala diberkahi dengan kebajikan yang tak terhingga . Anda harus memahami sebagai berikut , Raja dari Kegaiban Rahasia : itu adalah bukan demi satu mahluk bahwa sang Tathagata mencapai kesempurnaan dan penuh kesadaran , juga bukan untuk dua atau untuk banyak [ makhluk ]; itu adalah karena belas kasihan untuk alam para makhluk dengan vyakarana (ramalan) lengkap dan ramalan tak lengkap [ untuk Bodhi (kebangkitan) masa depan mereka ] bahwa Sang Tathagata mencapai kesempurnaan dan kebangkitan penuh , dan dengan kekuatan sumpah kasih sayang yang besar Dia membabarkan Dharma secara terperinci di alam yang tak terhitung dari para makhluk sesuai dengan alam mereka sendiri .

" Raja dari Kegaiban Rahasia , mereka yang tidak berlatih Mahayana (Kendaraan Besar) di masa lalu dan tidak pernah berpikir tentang latihan Mantrayana (Kendaraan Mantra) adalah tidak mampu di tingkat yang paling sedikit untuk melihat atau mendengar nya , bersukacita di dalamnya , dan menerima nya dengan keyakinan . Tapi , Vajrasattva , jika para makhluk itu telah di masa lalu maju melalui pintu gerbang yang tak terhitung dari jalur Mantrayana dan Mahayana dan telah melatihnya , itu adalah untuk mereka bahwa syarat dan angka telah ditetapkan dalam batas ini sehingga dia membuat jasa kebajikan dari cara suci.

" Sang Acarya , juga harus dengan pikiran kasih sayang yang besar membuat sumpah berikut : untuk menerima makhluk yang tak terhitung dan menciptakan penyebab dan kondisi untuk benih Bodhi sehingga dapat menyelamatkan [ semua ] alam makhluk tanpa pengecualian .

Sang mantra yogin , setelah menerima [ para murid ] dengan cara ini ,
memerintahkan mereka untuk belindung pada Triratna ,
membuat mereka mengaku kesalahan-kesalahan mereka yang sebelumnya ,
memberi mereka salep obat, bubuk wangi , bunga , dan seterusnya untuk mempersembahkan kepada para dewa suci ,
dan harus memberikan kepada mereka ajaran dari pengetahuan yang tak terhalang diseluruh tiga masa .
Selanjutnya, dia harus memberi batang untuk gigitan gigi , baik dari Udumbara
atau Aśvattha dan seterusnya , dilindungi [ dengan mantra ] , dimurnikan ,
dihiasi dengan parfum wangi dan bunga , lurus , dan sesuai dengan [ perbedaan antara ] atas dan bawah.
[ Murid-murid itu ] menghadap baik timur ataupun utara , dan setelah mengkunyah [ batang tadi ] ,
mereka melemparkan nya turun kebawah -
[ Dengan demikian Acarya ] akan mengetahui tanda-tanda apakah makhluk-mahluk ini sangat cocok sebagai wadah atau tidak .
Sebuah Vajrasutra ( kabel vajra ) dengan tiga simpul lima warna kemudian diikat ke lengan kiri mereka.
Agar murid-murid yang demikian diterima itu dapat dibebaskan dari kekotoran
dan meningkatkan keyakinan mereka , [ sang Acarya ] harus membabarkan Dharma secara terperinci dengan sesuai
dan mendorong mereka , membuat ketetapan mereka kuat , dengan mengumumkan syair gatha ini :

adya yusmabhir atula labha labdha mahatmabhih
yena sarvajinair yuyam saputrair iha sasane
sarvaih parigrhitastu jayamana-mahodayah
tena yuyam mahayane           Svo jata he bhavisyatha


" anda akan mendapatkan anugerah yang tiada bandingnya , posisi Anda sama dengan dari Diri Besar .
semua Jina Buddha dan banyak Bodhisattva di dalam ajaran ini
semua telah menerima anda, dan anda akan mencapai perbuatan besar (penerangan sempurna)
anda akan mendapatkan kelahiran di dalam Mahayana besok. "

[sang Acarya] setelah memerintahkan mereka dengan cara ini, mereka mungkin bermimpi saat tidur
melihat tempat tinggal para bhiksu, hutan kebun semuanya dengan luasnya yang indah,
Ruangan dengan penampilan yang luar biasa, rumah [bertingkat] yang cerah dan luas,
bendera, payung, permata cintamani, pedang permata, bunga-bunga yang menyenangkan pikiran,
Perempuan dalam pakaian putih bersih, tegak, dan corak warna kulit yang indah,
kerabat dekat atau teman yang baik, orang-orang bertubuh dewa,
Kawanan sapi dengan susu berlimpah, gulungan kain sutra yang bersih dan tidak kotor,
Para Yang Maha tahu (yaitu,para Buddha), para Pratyekabuddha, dan sangat banyak para Sravakabuddha,
Para Bodhisattva Mahayana yang berpikiran tinggi, penganugerahan buah hasil yang sebenarnya,
Menyeberangi lautan, sungai atau danau, serta pendengaran pada suara yang menyenangkan di udara yang berkata,
'Betapa pertanda keberuntungan baik!'  atau  'Anda akan diberikan buah dari keinginan pikiran Anda! '
Tanda-tanda yang menguntungkan seperti ini harus secara hati-hati dibedakan,
Dan apa yang berbeda dari ini harus diketahui sebagai bukan mimpi yang baik.
Mereka [para murid] yang mapan di dalam pedoman aturan sila muncul pada keesokan harinya,
dan setelah mereka telah memberitahukan kepada guru mereka [isi mimpi mereka],
sang Guru membabarkan Dharma secara terperinci dengan ungkapan-ungkapan ini agar untuk menasihati para yogin (orang yang berlatih) itu:
"Ini Jalan dari sumpah yang paling baik, Mahayana dari pikiran yang besar agung.
Sekarang Anda mencari demi itu dan akan mencapai [keadaan dari] para Tathagata,
Naga Besar dari pengetahuan kebijaksanaan penerangan spontan yang dihormati oleh dunia seperti stupa-stupa;
Itu benar-benar sepenuhnya melampaui keberadan dan ketiadaan dan tidak ternoda, seperti ruang angkasa kosong.
Kedalaman dari gejala kejadian (dharma) adalah sulit untuk dipahami , tidak terkandung oleh apa pun ,
Dan dihapus dari semua gagasan palsu , karena penyanggahan yang sembrono pada awalnya adalah tidak ada.
Kegiatannya menakjubkan , tanpa bandingan , dan selalu berdasarkan pada dua kebenaran ,
Yana (Kendaraan) ini adalah yang paling baik , dan [selanjutnya] Anda akan tinggal di jalan ini . ' "

Kemudian Vajradhara Aprapañcavihārin (Vajradhara Yang Tinggal Berdiam Didalam Ketiadaan Dari Pembicaraan Yang Tak Berguna) berkata kepada sang Buddha , " Bhagavan , Saya mohon Anda untuk menjelaskan ajaran dari pengetahuan yang tak terhalang di seluruh tiga masa , karena jika Bodhisattva berdiam di dalamnya , hal itu menyebabkan para Buddha dan para Bodhisattva semuanya bergembira . "

Ketika Dia selesai berbicara demikian , sang Buddha bebricara kepada Vajradhara Aprapañcavihārin dan yang lainnya, dengan mengatakan , " Anak Buddha , dengarlah dengan penuh perhatian ! Ketika orang dari [ keluarga yang baik tinggal berdiam didalam ajaran disiplin ini, dia menyatukan tubuhnya , ucapannya , dan pikirannya , membuat mereka menyatu , dan tidak menciptakan gejala kejadian (dharma). Ajaran disiplin apakah [ini] ? Itu adalah berarti mengamati dunia dan meninggalkan milik diri sendiri dan mempersembahkannya kepada para Buddha dan Bodhisattva . Mengapa? Karena jika orang meninggalkan milik diri sendiri , maka orang itu meninggalkan tiga hal . Apakah tiga hal ini ? Mereka adalah tubuh, ucapan , dan pikiran . Oleh karena itu, orang dari keluarga yang baik , dengan menerima ajaran disiplin tubuh , ucapan , dan pikiran , memperoleh gelar sebagai ' Bodhisattva (Mahluk Yang Bangkit) ' . " Mengapa itu demikian ? Karena dia dipisahkan dari tubuhnya , ucapannya , dan pikirannya . Bodhisattva dan Mahasattva harus berlatih dengan cara ini.


Arya Bhagavan Vajrasattva
" Selanjutnya, pada hari berikutnya , setelah diberikan kuasa pada dirinya sebagai Vajra sattva (Mahluk Vajra) dan memberi hormat kepada Bhagavan Maha Vairocana , [ sang Acarya ] harus mengambil kendi/guci bersih dan mengisinya dengan air wangi , membaca mantra Trailokyavijaya , dia memberdayakan itu , menempatkan itu di luar pintu masuk pertama , dan menggunakan itu untuk memercikkan [ air ] diatas umat [ saat mereka memasuki mandala ] . Sang Acarya [ juga ] memberikan mereka air murni yang wangi , dimana Dia membuat mereka minum sehingga pikiran mereka dapat dimurnikan . "

Kemudian Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia bertanya kepada sang Buddha dalam syair gatha :

" Saya mohon kepada Anda, Yang Memiliki [ Semua ] Bagian Pengetahuan Kebijaksanaan dan [ Yang Paling ] Dihormati Di antara Pengkhotbah , untuk menjelaskan pembagian waktu :
Berapa lama akan dilakukan untuk menyelesaikan menggambar Mandala.
Pada waktu apakah para mahluk suci didalam Garbhodbhava Mandala semuanya berkumpul didalam Bodhi Mandala
dan menyebabkan tanda-tanda ajaib muncul ketika sang Acarya bersungguh-sungguh membacakan mantra ?
Sang Acarya yang melihat ke Mandala, akankah dia memberi murid-muridnya mengingat Mantra itu dengan rajin?"

Kemudian sang Bhagawan berbicara kepada Vajrajnanadhara (Pemegang Kebijaksanaan Vajra) :
" Mandala harus dibangun selalu didalam seluruh malam [ ketujuh ] ini.
Sang Penerus Dharma Acarya harus dengan demikian mengambil tali sutra lima warna , dan bersujud kepada semua Buddha ,
Dia memberdayakan dirinya sendiri sebagai Maha Vairocana .
Mulai dari arah timur , [ sang Acarya , ] menghadap [ pembantunya ] , memegang tali sutra di udara di ketinggian pusarnya
dan bergerak secara bertahap putar ke kanan ( yaitu, searah jarum jam ) dan seterusnya di arah selatan dan barat , terakhir di arah utara.
Yang kedua adalah untuk menetapkan batas , dan Dia kembali lagi memulai dari arah awal (yakni , timur ),
Mengingat para Tathagata pada penjuru arah yang sama seperti tadi, dan tindakannya sama seperti yang tadi :
Putar ke kanan ( yaitu , selatan ) , ke bagian belakang (yaitu , Barat ), dan ke sekeliling lagi ke arah yang lebih tinggi (yaitu , utara).
Selanjutnya, sang Acarya memutar di sekeliling dan menempatkan dirinya di nairrtī (yakni , barat daya ) ,
Sedangkan sang murid yang berlatih, yang menghadap dia memegang [ tali ] , secara bertahap berjalan ke arah selatan ;
Dari sini dia bergerak memutar ke kanan , menempatkan dirinya ke arah Vayu ( yaitu, sebelah barat laut ) ,
Sementara sang guru menggeser posisinya sendiri dan berdiam dalam arah Agni ( yaitu, tenggara ) -
Sang mantra yogin (orang yang berlatih mantra) juga melaksanakan upacara ritual tersebut .
Dengan sang murid di arah barat daya, sang guru tinggal berdiam di aiśānī (yakni , timur laut ) ;
Sang murid kembali lagi bergerak di sekeliling , menempatkan kembali dirinya ke arah Agni ,
Sementara sang guru menggeser posisinya sendiri dan tinggal berdiam di dalam arah Vayu .
Dengan cara ini mantra yogin menggambarkan [ mandala ] empat penjuru arah sepenuhnya persegi.
Dia [ kemudian ] secara perlahan masuk ke dalam [ daerah yang ditandai ] dan membaginya menjadi tiga bagian ,
Dan setelah menandai tiga bagian di tanah di sekeliling kanan,
Dia kembali lagi membagi masing-masing bagian menjadi tiga :
Di antara ini [tiga bagian konsentris], bagian pertama adalah jalur dimana perbuatan [upacara ritual] dilakukan,
Dan sisanya yang bagian tengah dan bagian belakang adalah tempat tinggal dari Dewa suci.
Di [empat] sisi ada empat pintu masuk, dimana dia harus mengetahui pengukuran posisi tepatnya,
Dan dengan pikiran yang tulus dan hormat dia menggambar susunan Dewa suci.
Dia dengan demikian membuat banyak ciri istimewa [dari mandala],
secara merata mengatur dan secara hati-hati membedakan.
Didalam pusat tengah ada gambar teratai putih indah, "Garbha Mandala" harus sama sebanding.
Dari dalam Garbha ini seluruh "Karuna Odbhava Mandala (Mandala yang Terlahir dari Kasih Sayang)" dibuat,
Dan dalam ukuran itu adalah enam belas angula atau lebih.
Delapan kelopak nya adalah sungguh sempurna, putik dan benang sari seluruh dengan luasnya adalah indah,
Dan "Jnana Mudra (Segel Kebijaksanaan)" [dalam bentuk] Vajra terlihat diantara semua kelopak.
Dari pusat tengah alas bunga ini Bhagavan Vairocana muncul,
Berwarna emas, megah, dan menyandang di kepala-Nya mahkota rambut yang dilakukan di jambul;
Sang Penyelamat Dunia sepenuhnya dikelilingi dengan cahaya dan, bebas dari panas, berdiam didalam samādhi.
Di timur nya [sang Acarya] harus menggambar "Sarvajnana Mudra (Segel Maha Mengetahui Semua)":
Bersegi tiga dan di atas teratai, itu adalah sepenuhnya berwarna putih
Dan seluruhnya dikelilingi oleh cahaya yang berkobar, putih bersih dan meliputi semuanya.
Selanjutnya, di arah utara (yaitu, timur laut)  sang guru [harus menggambar Gaganalocanā], Buddhamātā (Ibu dari para Buddha):
Bersinar terang warna emas asli dan berpakaian polos jubah putih,
Dia adalah seluruhnya menerangi seperti sinar matahari dan tinggal berdiam di dalam samadhi, bermeditasi.
Lagi, ke arah selatan [dari Segel Maha Mengetahui Semua] ada simbol segel dari sang Penyelamat Dunia, para Buddha dan para Bodhisattva,
Dewa Suci berkebajikan besar, yang disebut Sarvāśāparipūraka (Sang Pengabul Semua Keinginan),
Sebuah permata Cintamani (Permata yang dapat mengabulkan keinginan) bersandar di atas bunga teratai putih.

Arya Bhagavan Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva
Pada arah utara sang Avalokitesvara yang berkekuatan besar,
warna Nya yang berkilau seperti bulan terang, Sankha (kulit keong), atau bunga Kunda (melati),
Duduk tersenyum di atas teratai putih, dengan Amitayus terlihat jambul Nya.

Arya Bhagavan Tara
Di sebelah kanan Nya adalah Arya Tara (Tara Yang Maha Suci) yang dihormati, yang terkenal agung:
Dengan warna biru dan putih bercampur, Dia memiliki penampilan dari seorang perempuan dewasa,
Dengan Anjali Mudra (merangkapkan telapak tangan Nya bersama-sama) dan memegang teratai biru, yang dikelilingi dengan cahaya yang meliputi semuanya,
Bersinar seperti emas murni, tersenyum, dan memiliki jubah putih yang bersih.
Di sebelah kiri [ dari Avalokitesvara] adalah Bhrkutī, tasbih dari hitungan manik-manik (mala) tergantung dari tangan Nya:
Dengan tiga mata dan memakai rambut Nya di jambul, rupa Nya yang mulia seolah-olah bagai warna putih,
Dan cahaya yang mengelilingi diri Nya tidak memiliki warna yang menonjol, dengan kuning, merah, dan pembauran putih.
Selanjutnya, di dekat Bhrkutī, gambarlah Yang Mulia Mahāsthāmaprāpta:
Pakaian-Nya adalah bewarna Sankha, Dia memiliki kasih sayang yang besar, memegang bunga teratai di tangan Nya
Yang subur tetapi belum terbuka, dan dikelilingi oleh lingkaran cahaya.
Sang Vidyārājñī yang disebut Yasodhara berdiam di samping Nya:
Semua macam rangkaian indah dari permata menghiasi tubuh berwarna emas Nya,
Dan Dia memegang ranting indah dari bunga-bunga [di tangan kanan Nya] dan
di tangan kiri memegang [bunga] priyangu.
Di dekat Arya Tara, [sang Acarya] menempatkan gambar yang mulia Pandaravāsinī:
Dia memiliki mahkota rambut [yang diikat di jambul], memakai [jubah] murni dari kain sutra [putih], dan memegang bunga padma (teratai) putih di tangan Nya.

Arya Bhagavan Hayagriva Vidya Raja
Di depan Yang Maha Suci (yaitu, Avalokitesvara), [sang Acarya] membuat gambar Vidyārāja yang sangat kuat:
Dia adalah bewarna sinar matahari pagi, dan tubuh Nya dihiasi dengan bunga teratai putih;
Megah dengan karangan bunga api, Dia mengaum marah dengan taring Nya yang diperlihatkan,
Dia memiliki kuku yang tajam, rambut Nya seperti yang dimiliki raja buas, dan Dia adalah [disebut] Hayagriva.
Di Samadhi ini Mereka adalah pembantu Avalokiteshvara.
Selanjutnya, di permukaan alas berbunga-bunga dan di sebelah kiri Maha Vairocana
Ada Vajrajnanadhara (Pemegang Kebijaksanaan Vajra) (yaitu, Vajrapani), mampu mengabulkan semua keinginan:
Dia adalah bewarna bunga priyangu atau biru gelap seperti permata hijau;
Di kepalaNya Dia memakai mahkota permata yang banyak, dan rangkaian permata menghiasi diri Nya,
Menghiasi dan memperindah, luas dan tak terhitung jumlahnya;
Di tangan kiri Nya Dia memegang Vajra, dan Dia mengeluarkan kobaran nyala api sekeliling Nya seluruhnya.
Di sebelah kanan Vajragarbha (yaitu, Vajrapani) Dia sang Dakini Devi yang disebut Māmakī,
Yang lagi memegang Alu (yaitu, vajra) Kebijaksanaan Teguh dan menghiasi Diri nya dengan rangkaian permata.
Di sebelah kanan Nya [sang Acarya] selanjutnya harus menempatkan gambar Dakini Devi Mahabala Vajrasūcī (Yang Berkekuatan Besar sang Vajrasuci),
Dikelilingi oleh sejumlah utusan yang tersenyum dan bersama-sama menghormat kepadaNya melihat sang Buddha Maha Vairocana.
Di sebelah kiri dari sang Arya Vajradhara (yaitu, Vajrapani) adalah Vajraśrnkhalā:
Dia memegang "vajrasrnkhala (rantai vajra)" dan disertai dengan pengikut sendiri,
TubuhNya bewarna kuning muda, dan Dia memiliki Vajra kebijaksanaan (jnanavajra) sebagai lambang Nya.

Di bawah Vajradhara (yaitu, Vajrapani) adalah Yang Penuh Murka Trailokyavijaya (Raja Berkilauan Cahaya Yang Menundukkan Tiga Masa Waktu (Masa Lampau, Masa Sekarang, dan Masa Depan),
Yang mengalahkan penghalang besar dan disebut sebagai Yang Dimuliakan Candratilaka:
Dia memiliki tiga mata, empat taring yang terlihat, Dia adalah bewarna awan hujan di musim panas,
Mengeluarkan "a ta ta" suara tertawa yang keras, dan [dihiasi dengan] rangkaian vajra dan permata;
Dalam rangka untuk menjaga makhluk, Dia dikelilingi oleh rombongan tentara yang tak terhitung,
Dan seratus ribu tanganNya mengacungkan berbagai senjata
Para Yang penuh murka ini semuanya tinggal di bunga teratai.

Arya Bhagavan Vajradhara
Selanjutnya, pergi ke arah barat, [sang Acarya] menggambar para Vajradhara yang tak terhitung
Dengan berbagai jenis segel vajra (Vajra Mudra), bentuk dan warna yang masing-masing berbeda,
Dan di mana-mana memancarkan cahaya yang mengelilingi Mereka sepenuhnya demi kepentingan makhluk.


Arya Bhagavan Acala Vidya Raja
Di bawah sang Mantraraja (yaitu, Vairocana), ke arah Nairrti (yakni, barat daya),
Adalah Acala, pelayan sang Tathagata itu: Dia memegang Pedang Kebijaksanaan dan tali,
Rambut dari atas kepalaNya menggantung di bahu kiriNya,
dan dengan satu mata Dia terlihat teliti;
Yang Penuh Murka Mengagumkan, tubuhNya [diselimuti] api yang dahsyat, dan Dia bersandar di atas batu;
WajahNya ditandai dengan [kerut seperti] gelombang di atas air, dan dia memiliki sosok seorang anak muda gemuk pemberani.
Dengan cara ini Dia yang memiliki kebijaksanaan selanjutnya harus pergi ke arah Vayu (yakni, barat laut),

Arya Bhagavan Ucchusma Trailokyavijaya
di mana Dia kembali menggambar dewa yang penuh murka, yang disebut Trailokyavijaya:
Dia dikelilingi oleh api yang menakutkan, memiliki mahkota permata, dan memegang Vajra;
Dengan tidak memperdulikan hidupNya sendiri, Dia mengabdikan diriNya untuk meminta dan menerima perintah dari Maha Vairocana Buddha.

Arya Bhagavan Sakyamuni
Posisi dan seterusnya dari para Mahluk Suci kawasan pertama dari Mandala [sekarang] telah dijelaskan,
Dan sang mantra yogin selanjutnya pergi ke kawasan kedua.
Di dalam pintu masuk pertama di arah timur dia menggambar Sakyamuni:
Dia dilingkari dengan warna emas keunguan dan dikaruniai 32 tanda [dari Buddha],
Memakai jubah Kasaya , duduk di atas alas bunga teratai putih,
Dan agar untuk membuat Ajaran beredar, Dia tinggal berdiam di sana, membabarkan Dharma secara terperinci
.

Arya Bhagavan Buddha Locana
Selanjutnya, mewujudkan mata pengetahuan semesta di sebelah kanan (utara) dari sang Bhagavan [sang mantra yogin] menampilkan Buddhalocanā:
Dia adalah rupa yang menyenangkan dan tersenyum, ada lingkaran cahaya murni disekeliling seluruh tubuh Nya,
Tubuhnya menyenangkan untuk dilihat dan tanpa bandingan, dan dia disebut "Ibu Sakyamuni."
Kemudian, di sebelah kanan dari Yang Suci ini, dia menggambarkan Vidyarajni Urna:
Dia berada di atas bunga padma, bersinar diseluruh sekelilingnya dengan warna dari Sankha,
Dan memegang permata cintamani, yang mengabulkan semua keinginan.
Di sebelah kiri dari Yang Suci Śākyasimha (Singa dari kaum Sakya, yaitu, Sakyamuni), sang Penyelamat Dunia
Dengan cahaya terang dan kekuatan yang besar, ada Lima Mahkota (usnīsa) dari sang Tathagata:

Arya Bhagavan Usnisa Sitatapatra
Yang pertama disebut Sitātapatra, dan [yang lainnya adalah] Jayosnīsa, Vijayosnīsa,
yang banyak berkebajikan Tejorāśiosnisa, dan Vikiranosnīsa.
Ini adalah yang disebut 'Lima Mahkota Besar Buddha (Maha Panca Buddha Usnisa)' dan [adalah milik] keluarga Sakya [muni] dari Mahayana keturunan Diri Besar,
Dan di tempat ini [sang mantra yogin] harus dengan hati dan jiwa membentuk gambar banyak ciri istimewa Mereka.
Selanjutnya, diarah utara (dari Sakyamuni), dia mengatur rombongan devaputra penghuni alam Murni (Śuddhāvāsa):
Isvara, Samantakusuma, Raśmimālin, Manojava, dan Svaraviśruti, masing-masing dalam urutan yang benar.
Di sebelah kanan dari Urna, dia kemudian menggambar tiga Mahkota Buddha (Tri Buddha Usnisa):
Yang pertama disebut Mahodgatosnīsa, yang selanjutnya yang disebut Abhyudgatosnīsa,
Dan ada juga Anantasvaraghosaosnisa, semuanya harus benar ditempatkan.
Kelima jenis Mahkota Tathagata adalah berwarna putih, kuning, dan warna dari emas asli,
Dan berikutnya Tiga Mahkota Buddha (Tri Buddha Usnisa) memiliki warna putih, kuning, dan merah.
Kilauan cahaya Mereka adalah menembus semua semesta dunia dan luas, Mereka dihiasi dengan banyak rangkaian permata,
Dan dengan kekuatan sumpah yang luas bahwa Mereka telah membuat semua keinginan terkabul.


Agni Deva
Di sudut penjuru timur, sang yogin membuat gambar Rsi Agni:
Dia tinggal berdiam di tengah-tengah api yang berkobar dan ditandai dengan tiga bintik-bintik abu,
Warna tubuhNya adalah semua merah gelap, segel simbol segitiga ditempatkan pada hatiNya,
Dan Dia berada dalam lingkaran api, memegang manik-manik dan kendi air.


Di sebelah kanan (yaitu, arah selatan) ada Yama Raja, memegang segel danda (tongkat) di tanganNya;
Dia memiliki kerbau sebagai kursi, adalah yang bewarna awan gelap dari petir yang menyambar,
Dan dikelilingi oleh "Sapta-Matrka (Tujuh Ibu)", Kālarātri (deva malam gelap), Yami (permaisuri dari yama raja /Ratu kematian), dan seterusnya.

Raja Iblis (Nairrti) di nairrtī (yaitu, barat daya) memegang pedang dan memiliki penampilan yang menakutkan.


Sri Surya Varuna

Sri Naga

Sri Manasa Devi

Om Sarva Naga Raja Siddhi Hum
Varuna, sang Raja Naga, memiliki tali sebagai simbol segel.


Sakra Devanam Indra
Di penjuru awal, sebelah selatan dari Lima Mahkota Buddha (Panca Buddhaosnisa), Sakra Deva Indra, sang Raja Dewa, tinggal berdiam di Gunung Sumeru,
Dengan mahkota permata, memakai rangkaian permata, dan memegang segel Vajra;

Sang Orang Bijak secara tepat menyusun pembantu (Saci dan 6 Kamadeva) yang lainnya.
Di sebelah kiri (sebelah selatan dari Sakra Devanam Indra) Ia menempatkan Aditya dan rombonganNya: Dia berada di kereta,
Dan istri-Nya Jaya dan Vijaya menjaga Dia, mengikuti di kedua sisi.


Maha Brahma Deva
Maha Brahma adalah disebelah kananNya (sebelah utara dari lima dewa suddhavasa):
Bermuka empat, Dia memiliki mahkota rambut [dilakukan dalam jambul],
Memiliki tanda huruf "Om" sebagai segel, memegang bunga teratai, dan [duduk] diatas angsa.
Pada penjuru Barat adalah Prthivi (sang dewi bumi), Sarasvati,


Visnu Deva
dan Visnu, Skanda, Vayu,


Shiva Deva
Śankara (Siva),


Candra Deva
dan Candra:

Mereka Ini adalah di arah Naga (yaitu, barat). Gambarlah mereka tanpa membuat kesalahan.
Sang Yogin dari Mantrayana, harus dengan pikiran yang tanpa kekacauan,


Vaisravana Caturmaharajika Deva
Atur gambar sang Vaisravanadevaputra di pintu gerbang utara
dan pada kedua sisi dariNya gambarlah sembilan jenderal besar Yaksa : Manibhadra, Purnabhadra, Pancika, Satagiri, Haimavata, Visakha, Atavaka, Pancala dan Hariti.
Dia, sang Buddhaputra (putra Buddha), harus berikutnya, menggambar Vidyādhara yang penuh murka: Yang di sebelah kanan [Sakyamuni] disebut Aparajita,
dan yang di sebelah kiri adalah ratu Aparajita (permaisuri dari Aparajita).


Prthivi Devi
Sang Devi yang memikul Bumi (Dharanimdharā Prthivi), yang memegang kalasa (botol yang berisi air), yang berlutut secara hormat.
Selain itu, dua Maha nagaraja (Raja Naga besar), Nanda dan Upananda,
Wajahnya masing-masing didalam pos penjaga, sang penjaga perkasa dari Layanan pintu masuk [di arah barat].
Mantra-mantra, mudra-mudra (segel-segel), dan altar para dewa yang tersisa dari keturunan Sakyasimha [Sakyamuni],
segala sesuatu yang telah dijelaskan, sang guru harus mengungkapkan secara terperinci.
Sang Yogin dari mantrayana selanjutnya meneruskan ke halaman ketiga,


Arya Bhagavan Manjusri Kumarabhuta Bodhisattva Mahasattva
Dimana Dia pertama kali menggambar Manjusri: tubuhNya adalah bewarna kuning jingga,
Dia memiliki mahkota lima jambul diatas kepalaNya dan seperti seorang anak muda dalam penampilanNya;
Di sebelah kiri [tangan] Dia memegang nilotpala (bunga teratai biru) yang di atasnya ditampilkan segel Vajra;
WajahNya penuh belas kasih memiliki senyum lebar, Dia duduk di atas alas teratai putih,
Dan Dia dikelilingi oleh lingkaran cahaya yang meliputi semua yang rupanya menakjubkan yang bewarna-warni.
Di sisi kananNya [sang mantrayogin] berikutnya harus menggambar Jālinīprabha dengan tubuh seorang anak muda:
Dia memegang jaring permata yang banyak, memiliki berbagai jenis rangkaian kalung perhiasan yang bagus,
Dan berdiam di kursi bunga teratai yang berhias permata, bermeditasi menatap sang Putra Buddha Tertua (yaitu, Manjusri).
Pada sebelah kiri [dari Manjusri] [sang mantrayogin] menggambar lima utusan dari Varadavajra (Manjusri):
Yakni yang bernama, kesini, Upakeśinī,
dan Citra, Vasumatī, dan Ākarsanī.
Kelima utusan ini memiliki lima pelayan,
dan kedua Kelompok ini keduanya mengelilingi dan menjaga Ajitajnana (Kebijaksanaan Yang Tak Terkalahkan) (yaitu, Manjusri).


Arya Bhagavan Sarvanīvaranaviskambhin Bodhisattva Mahasattva
Ke kanan (yaitu, arah selatan, sebelah kiri penjuru utara dari Vairocana) sang yogin (praktisi) berikutnya menggambar yang sangat terkenal Sarvanīvaranaviskambhin,
yang memegang cintamani (permata pengabul keinginan).
Mensampingkan [pembagian ini menjadi] dua subbagian, Dia harus menggambar delapan Bodhisattva:
Yakni, Kautūhala, Sarvasattvābhayamdada,
Sarvāpāyamjaha, sang Bodhisattva Paritrānāśayamati,
Karunāmrditamati, Mahāmaitryabhyudgata,
Sarvadāhapraśāmita, dan Acintyamatidatta.
Kemudian, meninggalkan bagian itu, Dia melanjutkan ke utara, penjuru yang lebih besar,
Dimana sang Yogin dengan pikiran tunggal terus dalam pikiran dan mengatur banyak warna,


Arya Bhagavan Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva
menggambar sang Mahasattva Ksitigarbha, yang diberkahi dengan kesabaran yang baik:
Tempat dudukNya adalah sangat indah yang paling terampil ditempa, tubuhNya dalam tengah-tengah matriks api;
Di tanah dihiasi dengan berbagai macam permata yang halus diletakkan diantara.
Sang Yogin bermeditasi pada sebuah bunga teratai yang dibuat dengan empat benda berharga yang adalah tempat peristirahatan dari sang Bodhisattva yang suci.
Selain itu, ada yang takterukur banyaknya para Bodhisattva besar yang terkenal:
Yakni yang bernama, Ratnakara, Ratnapāni, Dharanimdhara,
Ratnamudrāhasta dan Drdhādhyāśaya, dan para Mahluk Suci yang terkemuka ini,
Masing-masing bersama-sama dengan para Bodhisattva yang tak terhitung banyaknya, yang mengelilingi Mereka baik di depan dan belakang.


Arya Bhagavan Ākāśagarbha Bodhisattva Mahasattva
Selanjutnya, ke arah Naga (yaitu, barat) Yogin harus menggambar Ākāśagarbha,
Sang Pahlawan Yang Berjuang Keras, yang mengenakan jubah putih dan memegang pedang yang menghasilkan cahaya api.
Selain itu, para pembantuNya, anak-anak yang terlahir dari Penerangan Sempurna Bodhi,
Masing-masing duduk dalam urutan yang benar berturut-turut pada bunga teratai standar.
Sekarang Saya akan menjelaskan para pembantu ini, para Bodhisattva dari Mahayana yang adalah pengikutNya, Bodhisattva Tuan dari Diri Besar (yaitu, Ākāśagarbha),
Yang bentukNya yang baik harus digambar dengan baik, cermat dan tanpa mengabaikan apapun:
Yakni yang  bernama, Gaganāmala, selanjutnya disebut Gaganamati,
serta Viśuddhamati, Cāritramati, dan Sthiramati.
Para Bodhisattva ini, selalu berusaha keras dan penuh semangat,
Masing-masing digambar dalam urutan yang benar dengan bentuk Mereka yang dihiasi.
Saya telah [sekarang] selesai menjelaskan secara singkat tata letak dari 'Mahakarunagarbha Mandala.' "

Maha Karuna Garbha Mandala

Setelah itu, dalam seluruh perkumpulan majelis, Vajradhara, sang Raja Kegaiban Rahasia menatap terus menerus Bhagavan Vairocana tanpa berkedip bahkan hanya sesaat dan berbicara syair Gatha ini:
Munculnya sang Sarvajna (Dia yang Maha Mengetahui) di dunia
Adalah seperti bunga Udumbara, yang muncul hanya sekali setiap sekarang dan kemudian;
Jalan dimana Mantrayana dipraktekkan adalah jauh lebih sulit lagi untuk bertemu.
Semua tindakan jahat yang dilakukan selama koti kalpa yang tak terhitung
Akan, ketika seseorang melihat Mandala ini, dipadamkan tanpa sisa jejak apapun,
Dan berapa banyak lagi jika seseorang yang kemasyurannya tak terukur tinggal berdiam di dalam cara praktek Mantrayana,
Berlatih mantra dari keadaan yang tak tertandingi ini, sang Penyelamat Dunia.
Dia akan membawa gati (nasib buruk) berakhir, dan tidak ada penderitaan yang akan muncul,
Dan jika Dia mengolah praktek-praktek latihan itu, kebijaksanaan yang halus akan jadi mendalam dan tak tergoyahkan.

Kemudian seluruh persamuan orang banyak yang berkumpul, serta para Vajradhara, memuji Vajrapani dengan satu suara, mengatakan:
Sangat bagus, sangat bagus, Pahlawan Yang Berjuang Keras !
Anda yang telah mengolah praktek latihan Mantrayana
Melakukannya dengan baik untuk bertanya tentang semua hal mengenai Mantrayana;
Kami semua juga memiliki pikiran [yang sama] pada pikiran Kami.
Kami semua akan memikul kesaksian untuk kepentingan Anda,
Karena Kami tinggal berdiam di dalam kekuatan praktek latihan Mantrayana,
Dan banyak orang lain dengan pikiran besar dari Bodhi
Akan mencapai penguasaan Dharma dari Mantra.

Kemudian Vajradhara sang Raja Kegaiban Rahasia kembali berbicara kepada sang Bhagavan, mengucapkan gatha:
"Apa arti dari 'warna'? Dan warna apa yang akan digunakan?
Bagaimana mereka harus diatur? Manakah dari warna ini yang datang pertama?
Ukuran dari lengkungan (torana) dengan panji-panji mereka dan juga tempat penjaga (niryūha),
Dan bagaimana membangun pintu masuk itu - Saya mohon, Bhagavan, untuk menjelaskan pengukuran mereka.
[Jelaskan juga] persembahan makanan, bunga, dupa, dan seterusnya, serta kunda (mangkok yang dihiasi banyak permata).
Bagaimana seseorang melantik murid? Bagaimana seseorang mentahbiskan mereka?
Bagaimana seseorang membuat persembahan kepada guru seseorang? Saya mohon Anda untuk menjelaskan tatacara upacara homa.
Apa sifat yang khas dari Mantra? Dan bagaimanakah yogin tinggal berdiam didalam Samadhi? "

Ketika sang Pemegang Kebijaksanaan Vajra (Vajrajnanadhara) selesai mengajukan pertanyaan ini,
Muni, sang Raja Dharma, menyapaNya, mengatakan, "Dengan pikiran tunggal Anda harus mendengarkan dengan penuh perhatian!
Jalan Mantra yang tertinggi menghasilkan Buah Mahayana (Kendaraan Besar),
Dan apa yang baru saja Anda tanya Saya akan menjelaskan demi [Anda,] mahluk Hidup yang berjumlah besar!
Untuk mewarnai alam makhluk dengan rasa dharmadhatu (alam dharma)
adalah ajaran dari para Buddha dahulu kala, dan ini dikenal sebagai makna dari 'warna'.
Pertama, atur warna didalam [Mandala], itu adalah bukan warna diluar [Mandala] yang akan ditata [pertama].
Putih tanpa noda adalah yang pertama dari semua, dan warna merah adalah yang kedua;
Demikian juga kuning dan hijau diterapkan dalam urutan,
Dan seluruh bagian dalam adalah hitam gelap - ini disebut urutan warna.
Ketika membangun lengkungan dengan panji-panji mereka, ukuran mereka sama seperti yang dari pusat tengah Garbha Mandala (yaitu, teratai),
Seperti juga tempat penjaga, dan [pusat] bunga alas adalah enam belas ruas jari [luas diameternya].
Anda harus tahu bahwa pintu masuk ke [halaman] pertama sama [lebarnya] ke altar bagian dalam,
Dan orang yang bijak secara bertahap meningkatkan [lebar mereka] di halaman bagian luar.
Di dalam tempat penjaga Dia harus mendirikan dvarapala (wali perkasa).
Untuk menjelaskan samadhi secara singkat, itu adalah untuk tinggal berdiam dalam pikiran tunggal pada obyek tujuan.
Dalam artinya yang lebih luas ada lagi perbedaan-perbedaan.
Mahasattva (Makhluk Besar), dengarlah dengan penuh perhatian!
Sang Buddha telah mengajarkan sunyata (kekosongan) dari semua dan samadhi dari Penerangan Sempurna Bodhi.
Samadhi adalah mengetahui pikiran melalui kesaksian secara langsung, dan tidak diperoleh dari apa pun yang lainnya.
Kekuasaan yang demikian adalah didalam Dhyana (konsentrasi) dari semua Tathagata.
Oleh karena itu, itu dijelaskan sebagai Mahasunyata (kekosongan besar) dan menunaikan Sarvajñana yang sempurna. "


Ini adalah akhir dari gulungan pertama dari Kitab Suci Penerangan Sempurna, Perubahan Gaib, dan Pemberdayaan dari Mahavairocana.
Namo Stu Buddhaya

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile

Namah Samanta Buddhanam
Om Takki Hum Jyah
Om Sri Krisna Hum

BAB 2
Perlengkapan Tambahan dan Mantra Untuk Memasuki Mandala

Pada saat itu Bhagavan Vairocana dan semua Buddha berkumpul bersama, dan masing-masing mengumumkan Jalan dari Samadhi untuk semua Sravaka, PratyekaBuddha, dan Bodhisattva. Kemudian sang Buddha Vairocana memasuki Samadhi "Kekuatan Yang Sangat Cepat Dari Intisari Tunggal Dari Semua Tathagata", dan ketika berada didalam ini, sang Bhagavan kembali menyapa Vajradhara Bodhisattva, dengan berkata :

Dahulu ketika Saya duduk di 'Bodhimandala (Tempat dari Bodhi)'
Saya mengalahkan empat jenis Mara,
Dan dengan suara 'Maha Vira (Pahlawan Pejuang Keras Yang Gagah Berani)', Saya menghapus ketakutan dari para mahluk.
Pada saat itu, Brahma dan dewa-dewa lainnya bergembira dalam pikiran mereka dan  bersama-sama menyatakannya,
Dan oleh karenanya semua dunia memanggil Saya "Maha Vira"
Saya tersadar pada keaslian tiada kelahiran, melampaui jalur bicara,
Memperoleh pembebasan dari semua kesalahan, memisahkan diri Saya sendiri dari 'sebab' dan 'kondisi',
Dan mengetahui kekosongan, yang adalah seperti ruang angkasa kosong, pengetahuan yang cocok sesuai dengan sifat asli dilahirkan;
Setelah terbebas dari semua kegelapan, 'kenyataan yang terutama' adalah tiada noda kotoran.
Jalan Takdir hanyalah cuma ide-gagasan dan nama, dan sifat-sifat sang Buddha adalah juga sama.
Melalui kekuatan dari pemberdayaan, puncak yang terutama ini dijelaskan dengan cara kata yang tertulis agar untuk menyelamatkan dunia.

Kemudian sang Vajradhara, yang terberkahi dengan kebajikan, dan setelah mengalami sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan mata terbuka lebar membungkuk kepada sang 'Sarva-Vidya (Maha Mengetahui Semua)' dan mengucapkan syair gatha ini :

Para Buddha adalah yang paling ajaib luar biasa, dan Jalan Bijaksana dan Pengetahuan Mereka adalah yang tidak dapat dibayangkan;
Pengetahuan yang spontan dari Buddha-Dharma adalah bebas dari penjelasan yang sembrono,
Dan hingga kini masih diajarkan demi kepentingan dunia dan mengabulkan semua keinginan.
Sifat-sifat dari Mantra adalah demikian juga selalu bergantung pada dua kebenaran.
Jika ada mahluk yang mengetahui Ajaran Dharma ini,
para orang dunia harus menyembah Mereka sama seperti mereka akan memuja Caitya.

Lalu, ketika sang Vajradhara selesai mengucapkan gatha ini, dia menatap terus-menerus pada Vairocana tanpa berkedip bahkan untuk sebentar dan tetap tinggal diam.

Kemudian, sang Bhagavan kembali menyapa 'Vajradhara sang raja dari kegaiban rahasia', dengan berkata, "Berikutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, jalur dari Samadhi dimana para Bodhisattva yang akan berhasil pada kedudukan [dari Buddha] setelah satu kali kelahiran lagi tinggal berdiam di 'Buddha-bhumi (tingkat keBuddhaan)' adalah seperti demikian bahwa Mereka terpisah-jauh dari kegiatan dan kesadaran dari sifat-sifat dunia, dan Mereka tinggal berdiam di dalam tingkat dari tindakan dan secara kuat tinggal berdiam didalam tingkat dari Buddha. Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, jalur dari Samadhi untuk para Bodhisattva yang telah menguasai tingkat Bhumi kedelapan adalah seperti demikian bahwa Mereka tidak menangkap 'dharma (unsur-unsur keberadaan dari gejala kejadian)' apapun, Mereka terbebas dari keberadaan dan kelahiran, dan Mereka mengetahui segala sesuatu menjadi perubahan bentuk yang menyesatkan. Oleh karena itu, dunia merujuk Mereka sebagai "Tuan dari Penglihatan". Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, para Sravaka yang berjumlah besar, tinggal berdiam di tingkat dengan objek [dari pengetahuan], mengakui kelahiran dan kepunahan, menolak dua perbedaan besar [dari penghancuran dan keabadiaan], dan dengan 'pengetahuan dari pengamatan yang sungguh-sungguh' memperoleh penyebab dari praktek yang tidak sesuai [dengan siklus dari perpindahan]: Ini disebut jalur dari Samadhi untuk Sravaka. Raja dari Kegaiban Rahasia, para PratyekaBuddha mengamati 'penyebab' dan 'hasil' dan tinggal berdiam didalam Dharma dari 'Diam tanpa bicara', tidak mengajar dan tidak berbicara, dan didalam semua 'dharma (gejala kejadian)' Mereka mencapai Samadhi dari 'Kepunahan total dari berbicara' :  Ini disebut jalan Samadhi dari PratyekaBuddha. Raja dari Kegaiban Rahasia, 'penyebab' dan 'hasil', juga 'tindakan'  didalam dunia pada umumnya, apakah mereka muncul ataupun binasa, begitu juga didalam ketergantungan pada kesatuan atman (Brahma atau Mahesvara) yang lain, dan jadi Samadhi dari 'Kekosongan' dilahirkan : Ini disebut jalan Samadhi dari mahluk duniawi."

Kemudian sang Bhagavan mengucapkan Gatha ini :

Raja dari Kegaiban Rahasia, Anda harus tahu bahwa Ini adalah jalan dari Samadhi: Jika seseorang tinggal berdiam didalam ajaran-ajaran dari Bhagavan Buddha, Bodhisatva penyelamat dunia, PratyekaBuddha atau Sravaka, orang itu akan memusnahkan semua kesalahan;
Dalam kasus dari jalan keduniawian para dewa dari 'ajaran-ajaran dari cara Mantra (Mantra-Dharma)', sang Pahlawan Yang Berjuang Keras telah [mengajarkannya] demikian agar untuk memberi manfaat keuntungan kepada para mahluk.

Kemudian sang Bhagavan menyapa sang Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan mengatakan : "Raja dari Kegaiban Rahasia, Anda harus mendengar dengan penuh perhatian kepada sifat-sifat dari Mantra."

Vajrapani berkata, "Sangat baik, Bhagavan. Saya sangat ingin untuk mendengarkan."

Setelah itu, sang Bhagavan lebih lanjut mengucapkan Gatha ini :

Mantra dari Dia Yang Sepenuhnya Sempurna Tercerahkan adalah digolongkan oleh 'suku kata', 'perkataan', dan 'anak kalimat';
Seperti didalam kumpulan prinsip dari Indra (sabda-sastra), semua 'sasaran tujuan' diselesaikan.
Kadang-kadang ungkapan Dharma ditambahkan sehingga tujuan asli [dari Mantra] dan praktek [untuk itu digunakan] akan cocok sesuai.
Jika [mereka ada] kata 'OM' dan kata 'HUM', juga 'PHATAKA (Mantra dengan kata Phat)' atau 'HRIH', ini adalah penunjukan nama dari 'Buddha-Usnisa (Mahkota Buddha)'.
Jika [mereka ada kata-kata] 'GRHNA (tangkap!)', 'KHADAYA (telan!)', 'BHANJA (hancurkan!)', 'HADA (pukul!)', 'MARAYA (bunuh!)', 'SPHATAYA (belah!)' dan sejenisnya,  mereka adalah mantra-mantra dari pelayan pesuruh dan parivara yang penuh murka.
Jika mereka ada kata-kata 'NAMAH (menyembah kepada)', 'SVAHA (berseru)' dan seterusnya, ini adalah tanda dari [Mantra dari] para Yogin yang hening-tenang berlatih mengolah Samadhi. 
Jika mereka ada kata 'SANTA (Hening-Tenang)', 'VISUDDHA (Memurnikan)', dan seterusnya, Anda harus tahu bahwa mereka mampu untuk mengabulkan semua keinginan : Ini adalah Mantra dari Dia Yang Sempurna Tercerahkan, Putra-putra dari Buddha, dan para Penyelamat dunia.
Dalam kasus dari Mantra yang dijelaskan secara terperinci oleh para Sravaka, masing-masing ungkapan tunggal diperkenalkan;
Diantara ini, Mantra yang dari para PratyekaBuddha berbeda lagi sedikit, karena Samadhi Mereka adalah berbeda dan memurnikan karma dan kelahiran kembali.

"Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, sifat-sifat dari Mantra ini bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh semua Buddha, tidak juga Mereka menyebabkan orang lain untuk menciptakannya, tidak juga Mereka bergembira [Jika yang lainnya telah menciptakannya]. Mengapa? Karena ini adalah 'Dharma (ajaran Buddha)' yang hakiki dari 'dharma (gejala kejadian)'. Oleh karena itu, apakah para Tathagata muncul atau para Tathagata tidak muncul, 'dharma (gejala kejadian)'  secara alami tinggal berdiam demikian. Artinya, Mantra secara alami adalah Mantra. Raja dari Kegaiban Rahasia, ketika Dia Yang Maha Mengetahui Semua (sarvajnajnāna) dan Maha Melihat yang telah menyelesaikan SamyaksamBuddha muncul di dunia, Dia mengajarkan berbagai macam jalan melalui cara-cara ini; Menurut berbagai macam keinginan, dan pikiran para mahluk, dengan cara dari berbagai macam kata, berbagai macam huruf, berbagai macam bahasa daerah, dan berbagai macam suara dari takdir nasib [dari keberadaan yang berpindah-pindah], Dia mengajar melalui pemberdayaan dari Mantrayana."

"Raja dari Kegaiban Rahasia, apa itu jalan Mantra dari para Tathagata? Itu adalah, yaitu, pemberdayaan dari huruf-huruf tertulis ini (Bhagavan memberi kuasa kepada Huruf-Huruf Mantra). Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan kata-kata dari kebenaran, empat kebenaran mulia (Catur Aryasatyani), empat tempat landasan dari penuh kesadaran (catur smrtyupasthana), empat kemampuan super (catur rddhipada), sepuluh kekuatan dari Tathagata (Tathagata Dasa Bala), enam paramita (sadparamita: dana,sila,ksanti,virya,dhyana,prajna), tujuh cabang mulia dari Bodhi, empat kediaman Brahma (catur brahma vihara), dan delapan belas kwalitas yang tidak dibagi dari Buddha yang para Tathagata telah kumpulkan dan olah selama yang tak terukur dari ratusan dari ribuan dari koti nayuta kalpa. Raja dari Kegaiban Rahasia, dalam ringkasan singkat, dengan Pengetahuan Tathagata yang Maha Mengetahui Semua, kekuatan dari jasa kebaikan dan pengetahuan sendiri dari semua Tathagata, kekuatan pengetahuan dari janji Mereka Sendiri, dan kekuatan dari pemberdayaan dari seluruh dharmadhatu, dalam penyesuaian dengan berbagai macam mahluk, Mereka menampakkan Ajaran-ajaran Mantrayana."

"Dan apa itu Ajaran-ajaran Mantrayana? Mereka adalah : pintu gerbang dari huruf 'A', karena semua 'dharma (gejala kejadian)' adalah aslinya tidak dilahirkan (adya-anutpada). pintu gerbang dari huruf 'KA', karena semua 'gejala-kejadian (dharma)' terpisah dari 'tindakan (kārya)';
pintu gerbang dari huruf 'KHA', karena semua dharma adalah 'tidak dapat dipahami (anupalabhya)' sama seperti 'ruang angkasa kosong (kha)';
pintu gerbang dari huruf 'GA', karena semua 'kepergian (gati)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'GHA', karena semua 'Pengelompokan tumpukan (ghana : kumpulan padat berjumlah besar yang tersusun rapat)'  adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'CA', karena semua dharma terpisah jauh dari semua penyimpangan (Cyuti : jatuh)';
pintu gerbang dari huruf 'CHA', karena 'bayangan (chāyā)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'JA', karena 'kelahiran (jāti)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'JHA', karena 'musuh (jhamala)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'TA', karena 'kebanggaan (tanka)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'THA', karena 'memelihara (vithapana : ciptaan khayalan menyesatkan)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'DA', karena 'dendam kebencian (damara : kerusuhan,keributan)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'DHA', karena 'mengenggam (dhanka)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'TA', karena 'apa adanya (tathata)'  adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'THA', karena 'tempat tinggal hunian (sthana)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'DA', karena 'memberi (dana)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'DHA', karena 'dunia dharma (dharmadhatu)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'PA', karena 'kebenaran yang tertinggi (paramartha)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'PHA', karena semua dharma adalah tidak padat-kokoh dan mirip seperti 'busa (phena)'
pintu gerbang dari huruf 'BA', karena 'ikatan (bandha)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'BHA', karena semua 'keberadaan / proses penjelmaan menjadi ada (bhava)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'YA', karena semua 'kendaraan (yana)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'RA', karena semua dharma terpisah jauh dari semua 'pengotoran (rajas)';
pintu gerbang dari huruf 'LA', karena semua 'sifat yang khas (laksana)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'VA', karena 'jalan dari cara berbicara (vakya)' terpotong didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf 'SA', karena semua dharma pada aslinya diam tak bergerak oleh sifat alami (santi : diam tak bergerak);
pintu gerbang dari huruf 'SA', karena semua dharma oleh sifat alami tumpul-bodoh (satha : bodoh,orang tolol);
pintu gerbang dari huruf 'SA', karena semua 'kebenaran (satya)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
dan pintu gerbang dari huruf 'HA', karena 'penyebab (hetu)' adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
Raja dari Kegaiban Rahasia, Na, Na, Na, Na dan Ma adalah penguasa diatas semua Samadhi dan secara cepat mampu untuk mengerjakan semua perbuatan, dan sasaran tujuan dari apa yang dikerjakan adalah semuanya terselesaikan.

Kemudian sang Bhagavan mengucapkan Gatha ini:

Mantrayana, pintu gerbang menuju Samadhi, benar-benar sepenuhnya mengabulkan semua keinginan,
Yaitu, hasil-hasil yang tidak bisa dibayangkan dari para Tathagata.
Diberkahi dengan banyak sumpah yang sangat unggul, arti pasti dari Mantra
Melampaui tiga masa dan tanpa noda, seperti ruang angkasa kosong.
Tinggal berdiam didalam pikiran yang tidak bisa dibayangkan, Yogin melakukan berbagai macam perbuatan,
Dan dia yang mencapai tingkat dari pengolahan budidaya diberikan hasil-hasil yang tidak bisa dibayangkan.
Ini adalah kebenaran yang paling terkemuka, yang diungkapkan oleh para Buddha,
dan jika Yogin mengetahui ajaran Dharma ini, dia akan mencapai Siddhi.
Suara, yang adalah kebenaran tertinggi, Mantra, dan sifat-sifat yang khas dari Mantra,
Dengan berpikir secara jelas pada ini, sang pengolah budidaya akan memperoleh keadaan yang tidak bisa dihancurkan.

Kemudian sang Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia berkata kepada sang Buddha, "Bhagavan, cara yang tak terbayangkan dari jalan dari sifat-sifat yang khas dari Mantra yang diajarkan oleh sang Buddha adalah luar biasa baik sekali; Itu adalah tidak dibagi dengan para Sravaka atau para PratyekaBuddha apapun, tidak juga untuk semua mahluk dimana-mana. Jika seseorang percaya didalam jalan Mantra ini, dharma yang bermanfaat akan semuanya terpenuhi. Saya hanya meminta Anda, Bhagavan, untuk menjelaskan yang berikutnya cara yang diwajibkan untuk Mandala."

Ketika Vajrapani telah selesai berbicara demikian, sang Bhagavan kembali lagi menyapa Dia, dengan mengucapkan syair Gatha ini:

Ketika yogin yang berlatih membaca Mantra menyembah Mahluk Suci,
Dia harus mempersembahkan bunga yang menyenangkan pikiran, yang sangat bersih bewarna putih, kuning, atau merah.
Bunga 'teratai merah jambu (padma)', 'teratai biru (utpala)', 'bunga naga (nagapuspa)', 'pumnaga', 'kesara', 'malika', 'tagara', 'campaka', 'bunga tanpa kesedihan (asoka)', 'tilaka', 'bunga terompet (patala)', dan sala: Bunga-Bunga ini, segar dan indah sekali, adalah menguntungkan dan disukai oleh semua orang.
Dia mengumpulkan mereka, membuat kalung karangan bunga dari mereka, dan mempersembahkannya secara penuh hormat.
'kayu cendana (Candana)', 'kustha' , 'sprkka' , 'kunyit jingga (kunkuma)', dan salep yang sangat baik lainnya.
Dia mengambil mereka semua dan mempersembahkannya.
'Agaru', 'tagaraka', 'damar cemara (dipavrksa)', 'valambharana', 'pohon kapur barus (karpura)', 'kayu cendana putih', 'harum salgum yang mengandung damar (sarjarasa)', 'srivasaka', dan jenis dupa lainnya, wangi semerbak, dan dipuji dunia,
Dia harus mempersembahkan kepada Mahluk Suci sesuai dengan Ajaran petunjuk ritual.
Selanjutnya, Mahasattva, dia mempersembahkan makanan menurut Ajaran:
Dia mempersembahkan 'bubur susu', 'nasi mendidih yang dicampur dengan dadih', 'adonan kue bola kegembiraan (ladduka)', 'mandaka',
'kue kering seratus-kepuasan yang lezat', 'yang murni dan yang menakjubkan kue kering bergula manis', 'purika',
'kue kering yang berlubang-lubang (kenkyu)', 'madhusirsaka', 'phenaka', 'kue gula manis (asokavarti)', 'sejenis kue tipis (parpata)', dan seterusnya,
Makanan-makanan lezat seperti ini dan berbagai macam buah-buahan yang luar biasa,
'manisan gula (Khanda)', gula jelai gandum, sirup gula, madu, mentega segar, mentega jernih,
Berbagai macam hidangan minuman, dan susu dan dadih dari sapi yang murni.
Dia juga mempersembahkan lampu penerangan dalam jenis yang berbeda-beda dari bejana yang baru dan bersih,
Mengisi mereka dengan minyak wangi yang sempurna dan menyalakan mereka untuk cahaya penerangan.
Panji-panji dan payung-payung dari sutera dari berbagai macam warna menyelingi dalam empat penjuru arah,
Dan jalan terbuka dibawah atap gapura yang melengkung, dari bentuk-bentuk dan jenis-jenis yang berbeda, digantung dengan lonceng besar dan kecil.
Sebagai kemungkinan lainnya, dia membuat persembahan dengan pikiran, melakukan semua ini :
Yogin yang berlatih membaca Mantra itu, penuh kesadaran, harus tidak lupa untuk melakukan demikian.
Selanjutnya, dia mempersiapkan 'botol (kalasas)', baik enam maupun delapan belas,
melengkapi mereka dengan benda-benda berharga dan obat-obatan dan mengisi mereka dengan air minyak wangi.
Dengan ranting yang dihiasi dengan kain dan bunga-bunga dan buah-buahan disisip diantara,
[Botol guci itu] dhiasi dengan obat-obatan dan seterusnya, terlindungi, termurnikan,
Dan Leher botol diikat dengan kain halus yang bagus; jumlah dari botol-guci boleh jadi bertambah.
Kepada masing-masing Mahluk Suci, dia mempersembahkan pakaian sutera,
Dan dia mempersembahkannya kepada Mahasattva yang lain juga.
Setelah membuat persembahan dalam cara ini, [Acarya] selanjutnya melantik para murid.
Dia memercik mereka dengan air murni, memberikan mereka obat-obatan dan bunga-bunga,
Dan membuat mereka membangkitkan pikiran Bodhi ketika memanggil para Tathagata ke pikiran;
Mereka semua akan mencapai kelahiran didalam keluarga Buddha yang murni.
Sang Acarya membuat Mudra "Lahir dari dharma-dhatu" dan Mudra "dharma-cakra",
Dan menggunakan Mudra dari Vajrasattva dan seterusnya untuk melakukan pemberdayaan.
Selanjutnya Dia sendiri harus membuat Mudra "samaya dari para Buddha",
Dan memberdayakan kain bersih tiga kali sesuai dengan petunjuk-petunjuk ritual untuk Mantra,
Yang dia pakai untuk menutup kepala [dari para murid itu], menimbulkan pikiran yang dalam dari Kasih Sayang.
Tiga kali membaca 'Samaya (ikrar)', [dia membayangkan bahwa] mereka memiliki diatas puncak kepala mereka huruf 'RA',
Dihiasi dengan 'bulatan titik besar dari kekosongan (anusvara)', dan dilingkari dengan rangkaian bunga dari nyala api:
Pintu gerbang huruf ini memancarkan cahaya putih yang melimpah keluar seperti Bulan Purnama.
[Kemudian] menghadap kearah para Penyelamat Dunia, [para murid] menyebarkan bunga-bunga yang murni-suci milik mereka [kearah Mandala],
Dan dimanapun [bunga-bunga nya] jatuh, sang Yogin pengolah budidaya memuja [Mahluk Suci itu].
Dari tempat prajurit penjaga dari para Maha naga (seperti Nanda dan Upananda) didalam pintu masuk pertama dari Mandala,
Diantara dua pintu masuk, [Acarya] mengukuhkan para siswa pengikut latihan itu,
Dan menempatkan mereka disana, Dia melakukan perbuatan ritual sesuai dengan petunjuk-petunjuk ritual itu.
Setelah demikian membebaskan para murid itu dari kesalahan,
Acarya melakukan SANTIKA HOMA pengamanan, dan ketika sedang melakukan HOMA, Dia tinggal berdiam sesuai aturan yoga.
Dia pertama-tama memulai dari pusat Garbha Mandala hingga melampaui bagian pagar yang kedua,
Dan didalam tengah-tengah dari Mandala itu, tanpa pikiran ragu-ragu apapun,
Dia menggali 'altar cahaya Api (Agni Kunda)', seukuran seperti lengan bawahnya sendiri dalam diameter,
Dengan empat ruas jari lingkarannya [tinggi dan lebar] dan pusat Kunda ditandai dengan Mudra Vajra.
Kearah kanan dari posisi sang Guru, ada perlengkapan perhiasan untuk HOMA,
Sementara para pengikut latihan itu bertempat-tinggal kearah kiri Dia, berjongkok dengan hormat yang ditinggikan.
Dia dirinya sendiri menyebar 'rumput yang menguntungkan (kusa)' diatas tanah dan duduk dengan lancar.
Sebagai kemungkinan lain [ketika itu adalah tidak mungkin untuk menggali sebuah perApian, Dia menggambar nya] dengan zat warna, merah terang yang cemerlang dan yang indah mengagumkan.
Apapun yang dilukiskan akan menjadi berhasil: Ini adalah tempat HOMA yang disederhanakan.
Disekeliling [per-Api-an itu] Dia menyebarkan rumput kusa dengan ujung terhubung saling meliputi satu sama lain
Kearah kanan, semuanya lebar dan tebal, Dia memerciknya dengan air wangi-wangian.
Merenungkan Yang Mulia Agni memberikan belas kasihan untuk semua,
Dia harus mengambil bejana yang penuh dan membuat persembahan kepada Dia dengan itu,
Dan pada saat yang sama, sang penghuni yang baik [Acarya] harus mengucapkan Mantra ini:

"Namah Samanta Buddhanam, Agnaye Svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Agni, Swaha)."

Selanjutnya, dengan tangan kirinya [sang Acarya] lalu memegang para murid
Melalui ibu jari dari tangan kanan mereka dan memberikan HOMA secara singkat.
Setiap waktu Dia membuat persembahan kepada Agni, Dia membaca dengan tulus [Mantra berikut ini] hingga Dia mencapai 'tiga kali tujuh (3x7 = 21 kali)' untuk masing-masing murid itu;
Dia harus tinggal berdiam didalam pikiran dari kasih sayang, Mantra itu sesuai dengan peraturan :

"Namah Samanta Buddhanam, Ah Mahasantigata Santi-kara Prasama-dharma-nirjata Abhava-svabhava dharma-samata-prapta Svaha (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah! Yang Telah Mencapai Kedamaian Hening Tenang Yang Besar! Yang Menyempurnakan Kedamaian Hening Tenang! Yang Terlahir Dari dharma Keheningan Tenang! Yang Telah Memperoleh Kesamaan Dengan dharma Yang Mempunyai Bukan Mahluk Sebagai Sifat Alami Yang Hakiki! Swaha!)"

Ketika sang pengolah budidaya telah selesai melakukan HOMA, Dia harus mengajar [para murid itu] dalam membuat persembahan [kepada Dia] :
Emas, perak, permata langka, gajah, kuda, dan kereta, sapi, domba, pakaian berharga, atau lagi benda-benda yang bagus lainnya.
Murid-murid harus dengan ketulusan yang sepenuhnya dan penghormatan yang menimbulkan kehormatan,
Dan, berbahagia dari dalam hati mereka, mempersembahkan ini kepada [Acarya] yang mereka hormati,
Oleh mengolah budidaya pelepasan yang murni, mereka membuat Dia bergembira.
Setelah melakukan pemberdayaan kepada mereka, Dia harus memanggil mereka dan menyapa mereka, dengan berkata:
"Sekarang, lapangan kebajikan yang sangat unggul ini telah dijelaskan oleh semua Buddha
Keluar dari keinginan Mereka untuk membawa manfaat luas kepada semua mahluk;
Jika Anda mempersembahkan persembahan kepada seluruh Sangha, Anda akan memperoleh hasil yang besar,
Dan didalam hal duniawi kekayaan besar yang tidak habis-habisnya akan selalu bertambah;
Dengan membuat persembahan kepada Sangha, Anda membuat hadiah kepada orang yang terberkahi dengan kebajikan.
Oleh karena itu, Bhagavan selalu mengajarkan bahwa Anda harus menimbulkan kegembiraan,
Sediakan hidangan makanan menurut kemampuan Anda, dan berikan itu kepada Sangha sebagai hadiah pemberian yang sungguh-sungguh."

Kemudian Bhagavan Vairocana kembali lagi menyapa Vajradhara sang Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan mengucapkan syair Gatha ini:

Anda, Mahasattva, harus dengan satu pikiran tunggal mendengar secara penuh perhatian,
Saat Saya menjelaskan secara penuh 'Penyucian (Abhiseka)' itu, diungkapkan oleh para Buddha dahulu kala.
Sang Guru membangun altar kedua, menghadap ke pusat Mandala,
Dan Dia menggambarnya didalam lokasi sebelah luar dua lengan jauhnya [dari Mandala utama]:
Keempat sisinya adalah sama persis [dalam panjang], dan Dia membuka pintu masuk menghadap kearah bagian dalam.
Dia menempatkan empat Vajradhara, menempatkan Mereka disebelah luar dari empat sudut itu:
Yaitu, Aprapancaviharin (Tinggal Berdiam Tanpa Pembicaraan Yang Tak Berguna), Gaganamala (Bersih Tanpa Noda Seperti Ruang Angkasa),
Vimalanetra (Mata Vajra Yang Bersih Tanpa Noda), dan Vicitrambharadhara (Pemilik Pakaian Jubah Beraneka-ragam).
Bunga Teratai besar didalam pusat itu memiliki delapan daun bunga serta benang sari,
Dan diatas daun bunga itu didalam empat penjuru arah ada empat Bodhisattva yang mendampingi,
Adalah dikarenakan oleh kekuatan sumpah yang dahulu kala dari para Mahasattva ini.
Disebut apakah Keempat itu? Mereka adalah, yaitu, Bodhisattva Dharanisvararaja (Raja Yang Bebas Didalam Dharani),
Smrtisamprajanyin (Mengingat Pencerahan), Hitadhyasayin (Mengandung Pikiran Tertinggi Dari Manfaat), dan Karunya (Kasih Sayang Kepada Kawan).
Diatas empat daun bunga yang lain, Dia menempatkan empat 'pelayan (Parivara)':
Vicitrambara (Memakai Jubah Beraneka-ragam), Asaparipuraka (Pengabul Keinginan), Asakta (Tanpa Rintangan), dan Vimukta (Terbebaskan).
Didalam pusat itu, Dia menampilkan bentuk rupa yang tak terbayangkan dari dharmadhatu.
[Empat] botol-guci yang terbuat dari empat benda berharga, terisi dengan obat-obatan dan permata.
[Acarya] memberdayakan dengan [Mantra dari] Samantabhadra, Maitreya,
Sarvanivaranaviskambhin, Sarvanivaranadurgati, dan Sarvapayamjaha.
Pada waktu dari penyucian itu Dia harus menempatkan [para pengikut latihan itu] diatas bunga teratai yang menakjubkan [didalam pusat],
Dan membuat persembahan dengan obat-obatan, bunga-bunga, lampu-lampu, dan 'air murni (argha)';
Dia menaunginya dari atas dengan bendera, panji, dan payung, dan mempersembahkan musik yang menyenangkan,
Dan kata-kata yang luas dan menakjubkan dari syair Gatha yang menguntungkan.
Setelah membuat persembahan dalam cara ini dan membawa kegembiraan [kepada para pengikut latihan],
Dia dirinya sendiri menyucikan kepala [para pengikut latihan itu] didalam kehadiran dari para Tathagata.
Dia harus kembali lagi membuatkan dia persembahan dari obat-obatan dan bunga-bunga yang sangat indah,
Setelah itu Dia harus mengambil belati emas dan, berdiri didepan dia,
Menasehati dia dan membuat dia bergembira dengan mengucapkan Gatha ini:
"Putra dari Buddha, para Buddha telah menghapus selaput ketidaktahuan Anda,
Sama seperti raja dunia tabib penyembuh secara mahir menggunakan belati emas [untuk menghapus kebutaan dunia]."
Yogin yang berlatih Mantrayana itu harus selanjutnya mengambil cermin yang jelas,
Dan agar untuk memperlihatkan  bahwa dharma tidak mempunyai sifat-sifat khas [yang membedakan],
Dia mengucapkan Gatha yang menakjubkan ini: "dharma adalah tiada berbentuk, bening-jelas, dan tanpa kekeruhan,
Tak bisa digenggam, terpisah dari bicara, dan hanya muncul dari sebab dan tindakan.
Mengetahui demikian bahwa dharma-dharma ini adalah oleh sifat alami mereka sendiri tiada kekotoran,
Berindak demi manfaat yang tidak ada bandingannya dari dunia, Anda yang telah dilahirkan dari pikiran sang Buddha!"
Kemudian Dia harus menganugerahkan [pada para pengikut latihan itu] Dharma-cakra (Roda Dharma),  meletakkannya diantara kedua kaki dia,
Dan memberikan dia 'keong-kerang Dharma (Dharma-sankha)' didalam tangan kanannya, kembali lagi mengucapkan Gatha ini:
"Dari hari ini Anda memutar 'roda (cakra)' dari para penyelamat dunia
Dan meniup keong-kerang Dharma yang tiada tandingan, itu mengeluarkan bunyi menyerap meliputi semua.
Jangan menimbulkan kebijaksanaan murtad, dan terbebas dari pikiran ragu-ragu,
Anda harus memperlihatkan kepada dunia jalan yang sangat unggul untuk berlatih Mantrayana.
Jika Anda selalu membuat sumpah yang demikian dan menyatakan hutang budi Anda kepada para Buddha,
Semua Vajradhara akan seluruhnya melindungi Anda."
Kemudian, menimbulkan pikiran belas kasih kearah murid itu,
Sang Yogin Pengolah budidaya harus membawa dia kedalam [Mandala] dan mengungkapkan Samaya-Gatha:
"Putra dari Buddha, mulai sekarang, jangan mengomel tentang kehidupan atau tubuh,
Kamu harus tidak pernah 'meninggalkan Dharma', 'mengabaikan pikiran Bodhi (Bodhicitta)',
'Pelit dengan dharma (fenomena/gejala-kejadian) apapun', atau 'melakukan apapun yang tidak menguntungkan para mahluk'.
Sang Buddha sudah mengajarkan Samaya kepada Anda yang tinggal berdiam dengan baik didalam ajaran sila,
Dan sama seperti Anda melindungi hidup Anda, demikian juga harus Anda melindungi ajaran sila itu."
Dengan ketulusan dan penghormatan yang sungguh-sungguh sepenuhnya [murid itu] harus menundukkan kepala di Kaki dari sang Acarya itu,
Dan bertindak didalam kesesuaian dengan ajaran itu, Dia harus tidak menimbulkan pikiran ragu-ragu apapun.

Setelah itu, sang Vajrapani berkata kepada sang Buddha, "Bhagavan, jika ada putra yang baik dan putri yang baik memasuki "Samaya dari Raja Besar Mandala Yang Lahir dari Rahim Kasih Sayang Besar (Maha Karuna Garbhod Bhava Mandala Raja Samaya)", berapa besar pengumpulan dari kebajikan yang akan mereka peroleh?"

Ketika Vajrapani telah selesai berbicara demikian, sang Buddha menyapa Dia, dengan berkata,"Raja dari Kegaiban Rahasia, total pengumpulan kebajikan [yang diperoleh] dari pembangkitan awal dari pikiran [Bodhi] hingga menjadi Tathagata adalah sama persis dengan pengumpulan kebajikan oleh putra yang baik dan putri yang baik ini. Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan cara pintu gerbang ini ke Dharma itu Kamu harus tahu demikian: bahwa putra yang baik dan putri yang baik ini adalah anak-anak dari pikiran sang Buddha, terlahir dari mulut sang Tathagata. Kemanapun putra yang baik dan putri yang baik ini mungkin berada, ada Buddha yang sedang melakukan perbuatan Buddha. Oleh karena itu, Raja dari Kegaiban Rahasia, jika seseorang ingin untuk menyembah sang Buddha, maka orang itu harus menyembah putra yang baik dan putri yang baik ini, jika seseorang ingin untuk melihat sang Buddha, maka orang itu harus melihat pada mereka."

Kemudian para Vajradhara yang dipimpin oleh Vajrapani dan seterusnya dan para Bodhisattva yang dipimpin oleh Samantabhadra dan seterusnya berbicara didalam kesesuaian yang serempak, dengan mengatakan, "Bhagavan, dari sekarang juga Kami akan memuja dan menyembah putra yang baik dan putri yang baik ini, Mengapa? Karena, Bhagavan, melihat putra yang baik dan putri yang baik ini adalah sama dengan melihat Bhagavan Buddha."

Setelah itu, Bhagavan Maha Vairocana kembali lagi menatap seluruh perkumpulan majelis itu dan menyapa sang Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia dan para Vajradhara yang lainnya, serta juga perkumpulan Orang yang sangat banyak itu, dengan berkata, "Tuan-tuan yang baik, ada ucapan Mantra [yang terlahir dari] tanda dari "lingkaran luas perkataan Tathagata yang melampaui dunia dan yang tak terukur",
yang adalah sama seperti Mani yang beraneka-ragam, pengabul semua keinginan, mengumpulkan kebajikan yang tak terukur, tinggal berdiam didalam tingkah-laku yang tanpa rintangan, dan mantra-pada yang mempunyai kekuatan yang tiada bandingan melalui tiga masa."

Ketika Dia telah selesai mengucapkan itu, Vajrapani, Raja dari Kegaiban Rahasia, dan para Vajradhara yang lainnya, serta juga perkumpulan majelis yang berjumlah besar itu, berbicara didalam kesesuaian yang serempak, dengan berkata, "Bhagavan, sekarang adalah waktunya! Sugata, sekarang adalah waktunya!"

Setelah itu, Bhagavan Maha Vairocana tinggal berdiam didalam Samadhi "Pengamatan Dari Puncak Yang Tinggi Dari Bendera Dharma Yang Murni", dimana, mengabulkan semua keinginan, Dia menjulurkan Lidah Nya yang Maha Luas dan sepenuhnya menutupi semua 'Buddhaksetra (Tanah Suci Buddha)'. Kemudian sang Buddha bangkit dari Samadhi, dimana kemudian Dia mengeluarkan Suara yang menyerap meliputi semua dharmadhatu dari semua Tathagata, mengasihani dunia para mahluk tanpa kecuali, dan mengucapkan Vidyarajni Mahabala-maharaksa (Perlindungan Besar Yang Sangat Kuat) ini:

Namah sarva-tathāgatebhyah sarva-bhaya-vigatebhyo, viśva-mukhebhyah, sarvathā ham kham raksa mahābale sarva-tathāgata-punya-nirjāte hūm hūm, trāt trāt, apratihate svāhā.(Menyembah hormat kepada semua Tathagata, yang tiada rasa takut dan yang ada di semua penjuru arah! Di dalam segala hal, Ham Kham, Lindungilah!, Anda yang dari kekuatan besar! Anda yang terlahir dari jasa kebajikan dari semua Tathagata! Hum Hum Trat Trat! Anda yang tanpa rintangan! Swaha! ).

Kemudian, segera setelah semua Tathagata dan banyak sekali para putra Buddha menucapkan Vidya ini,  alam semesta Buddhaksetra dimana-mana berguncang dalam enam cara yang berbeda, dan semua Bodhisattva itu, setelah mengalami sesuatu yg belum pernah terjadi sebelumnya, dengan mata yang terbuka lebar mengucapkan syair Gatha ini dihadapan para Buddha itu dengan kata-kata yang menyenangkan pikiran:

Itu adalah yang paling luar biasa bahwa para Buddha telah mengucapkan Vidya Mahabala Maharaksa ini;
Perlindungan dari semua Buddha [adalah seperti yang diberikan oleh] benteng dan parit yang mengelilingi adalah sepenuhnya tidak terkalahkan.
Jika seseorang tinggal berdiam melindungi pikiran dengan itu, semua penghalang,
Vinayaka, dan raksasa dari bentuk rupa iblis,
Akan semuanya dibubarkan melalui kekuatan dari berpikir pada Mantra itu.

Kemudian sang Bhagavan, setelah memberdayakan dharmadhatu yang sangat luas, seketika itu juga tinggal berdiam di dalam Samadhi 'dharmadhatugarbha (kandungan harta alam dharma)' dan, bangkit dari keadaan Samadhi ini, mengucapkan Vidya 'Buddha-samaya (Jalan Masuk kedalam Buddha)' :

Namah samanta buddhānām, asame trisame samaye svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha, Ikrar dari tiga kesamaan tanpa tandingan! Swaha!)

Segera setelah dia mengucapkan Vidya "Jalan masuk ke Samaya [Buddha]" di tengah-tengah perkumpulan majelis dari para Bodhisattva didalam semua Buddhaksetra, para putera Buddha yang telah mendengar itu bersama-sama [menjadi sehingga Mereka] tidak akan lagi melanggar dharma apapun.

Kemudian sang Bhagavan juga mengucapkan Mantra "lahir didalam dharma-dhatu":

Namah samanta buddhānām, dharmadhātu svabhāvako ’ham. (Menyembah hormat kepada semua Buddha, Saya memiliki sifat alami yang hakiki dari alam dharma).

Mantra untuk pemberdayaan oleh Vajrasattva:

Namah samanta vajrānām, vajrātmako ’ham. (Menyembah hormat kepada semua Vajra, Saya adalah sifat alami dari Vajra).

Vajra Kavaca Mantra (Mantra Baju Baja Yang Tidak Bisa Hancur):

Namah samanta vajrānām, vajra kavaca hūm (Menyembah hormat kepada semua Vajra, sang Baju Vajra Pelindung! Hum!).

Tathagata-caksu Mantra atau yg dari Avalokitesvara:

Namah samanta buddhānām, tathāgata caksu vyavalokaya svāhā (Menyembah hormat kepada semua Buddha, sang Mata Tathagata! Lihat! Swaha!).

Gandha Mantra (Mantra wewangian): "Namah samanta buddhānām, viśuddhagandhodbhava svāhā."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang telah timbul dari wewangian murni! Swaha!).

Puspa Mantra (Mantra Bunga): "Namah samanta buddhānām, mahāmaitry abhyudgate svāhā."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang telah muncul dari cinta kebaikan besar!, Swaha!).

Mantra dupa:"Namah samanta buddhānām, dharma dhātu anugate svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang sama besar dengan alam dharma! Swaha!).

Bali Mantra (Mantra makanan): "Namah samanta buddhānām, arara karara balim dadāmi balim dade mahābali svāhā."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Saya memberikan persembahan makanan dari arara dan kalala. Saya memberikan persembahan makanan, persembahan makanan besar! Swaha!).

Arci Mantra (Mantra lampu):"Namah samanta buddhānām, tathāgatā arci-spharanāvabhāsana gaganaudārya svāhā."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Pancaran dari cahaya Tathagata, dengan semua kecemerlangan seluas langit! Swaha!).

Argha Mantra:" Namah samanta buddhānām, gagana samāsama svāhā."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang sama dengan langit dan yang tanpa bandingan! Swaha!).

Tathagata Usnisa Mantra (Mantra Mahkota Tathagata):" Namah samanta buddhānām, gaganānanta spharana viśuddha-dharma-nirjāta svāhā."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang tidak terbatas menyerap meliputi langit! Anda yang lahir dari Dharma murni! Swaha!).

Tathagata Kavaca Mantra (Mantra baju Vajra Tathagata):" Namah samanta buddhānām, pracanda vajra-jvāla visphura hūm."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! nyala api Vajra! Kilatan cahaya! Hum!).

Tathagata Jvala Mantra (Mantra lingkaran cahaya Tathagata):" Namah samanta buddhānām, jvālā-mālini tathāgatārci svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang memiliki rangkaian bunga berbentuk lingkaran nyala api! Cahaya dari Tathagata! Swaha!).

Tathagata Jihva Mantra (Mantra lidah Tathagata):" Namah samanta buddhānām, mahāmaha tathāgatajihva satya-dharma-pratisthita svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang Besar diantara Yang Besar! Lidah dari Tathagata! Yang dibuat didalam Dharma Kebenaran! Swaha!).




BAB 3
Memadamkan Rintangan




Kemudian Vajrapani kembali lagi bertanya kepada Bhagavan Mahavairocana, dengan mengucapkan syair Gatha ini:

Ketika [mempersiapkan] tempat ritual itu, bagaimana seseorang melenyapkan para penghalang
Sehingga mereka tidak bisa menyiksa Yogin yang berlatih Mantrayana itu?
Bagaimana seseorang membaca Mantra? Hasil apa yang mereka hasilkan?
Ketika [Vajrapani] telah menanyakan pertanyaan ini, Bhagavan Mahāvairocana berseru,
"Sangat bagus, Mahasattva! Anda telah melakukan dengan baik untuk mengucapkan kata-kata ini.
Menyimpan dengan pertanyaan itu didalam pikiran Kamu, Saya akan sekarang menampakkan segalanya,
Para penghalang dilahirkan dari pikiran seseorang sesuai dengan keserakahan masa lalu,
Agar untuk menghapus penyebab mereka, orang berpikir pada 'pikiran Bodhi (Bodhicitta)',
Yang dihapus dengan dengan baik dari kesalahan perbedaan yang terlahir dari akal kesadaran dan pikiran,
Dan dengan mengingat kembali pikiran Bodhi, sang pengolah budidaya akan terbebas dari kesalahan.
Orang harus selalu berpikir didalam pikirannya pada Acala Mahasattva
Dan membuat Mudra mistik nya, dimana orang akan bisa menghapus semua penghalang.
Raja dari Kegaiban Rahasia, dengarlah lebih lanjut bagaimana untuk membatasi gerakan pergolakan angin.
Dengan huruf 'A' menjelma kedalam tubuh milik seseorang, dan menyimpan pintu gerbang huruf 'HA' didalam pikiran,
Orang melumuri 'salep obat-obatan (gandha)' di atas wilayah untuk membuat [tujuh] titik besar dari kekosongan (anusvara).
Menempatkan diri sendiri didalam arah dari Vayu (arah barat laut), orang menutup nya dengan saravam (mangkuk)
Dan berpikir bejana ini sebagai pikiran besar dari gunung Meru,
[Membayangkan dalam pikiran] diatas puncak dari waktu dan lagi huruf 'A' dengan titik besar dari kekosongan:
Diumumkan oleh para Buddha yang sebelumnya, ini mampu untuk menahan angin besar.
Mahasattva, dengarlah dengan penuh perhatian bagaimana sang pengolah budidaya menjaga dari hujan.
Dia membayangkan dalam pikiran pintu gerbang huruf 'RA', sangat kuat dan warna dari cahaya berapi-api;
Yang menakutkan, rangkaian bunga api berbentuk lingkaran, penuh murka, dan memegang 'pedang (khadga)',
Dia mempersiapkan wilayah, menciptakan [bentuk-gambar dari] awan gelap didalam arah apapun yang mereka telah muncul,
Dan memotong putus mereka dengan Mudra pedang kebijaksanaan: awan penutup akan dengan segera bubar.
Sebagai kemungkinan lain, sang pengolah budidaya, dengan pikiran tanpa takut, membuat 'tiang pancang (kilakam)',
Dan dia dengan sepenuhnya mengenal tiang pancang yang tidak bisa hancur ini dengan Vajra.
Selanjutnya Saya sekarang akan menjelaskan 'Pemadaman Semua Rintangan'.
Seseorang berpikir pada Acala yang ganas dan yang sangat kuat dengan Mantra Nya,
Tinggal berdiam didalam Mandala Nya Sendiri, atau sang pengolah budidaya [dirinya sendiri] tinggal berdiam disana.
Dia membayangkan dalam pikiran gambar patung [dari rintangan itu] dengan [milik Acala atau dirinya sendiri] kaki kiri diletakkan diatas kepala patung itu:
Rintangan itu akan di hapuskan atau di padamkan, tidak muncul [lagi].
Sebagai kemungkinan lain, setelah dengan hati-hati mencampur [racun] dengan 'sesawi hitam (rājikā)',
Sang Pengolah budidaya itu membuat gambar-patung [dari rintangan itu] dan melumuri tubuh patung itu dengan [campuran itu]:
Mereka [para penghalang] yang merampas keinginan orang, karena penawar racun ini,
Menyebabkan organ indera mereka hangus- tentang ini orang harus tidak menimbulkan pikiran ragu-ragu apapun.
Bahkan Sakra dan Brahma yang dihormati, jika mereka tidak mengikuti Ajaran Saya,
Akan dibakar, belum lagi mahluk-mahluk yang lain."

Setelah itu, Vajrapani berkata kepada sang Buddha, "Bhagavan, sejauh seperti Saya mengerti arti dari apa yang sang Buddha telah katakan, Saya juga demikian mengetahui itu, tinggal berdiam didalam pangkalan Mandala Mereka sendiri, para Mahluk suci itu menyempurnakan apa yang membangkitkan semangat yang mengagumkan. Karena Mereka tinggal berdiam dalam cara ini, perintah sang Tathagata tidak bisa digelapkan. Mengapa?  Karena, Bhagavan, Samaya dari semua Mantra adalah untuk tinggal berdiam didalam garis silsilah keturunan Mereka sendiri. Oleh karena itu, para Bodhisattva yang mengolah budidaya latihan Bodhisattva melalui pintu gerbang dari Mantra harus juga tinggal berdiam didalam pangkalan yang pantas milik Mereka Sendiri dan melakukan perbuatan-perbuatan ritual."

[Sang Bhagavan berkata, "Raja dari Kegaiban Rahasia, itu adalah demikian, itu adalah seperti yang telah Anda katakan."] Lebih lanjut, Raja dari Kegaiban Rahasia, jika warna-warna telah di sebutkan [untuk Mahluk suci apapun], Anda harus tahu bahwa pangkalan Mandala dari Mahluk Suci itu dan gambar-bentuk Mahluk Suci itu adalah sama [warnanya]: Ini telah diajarkan oleh para Buddha yang sebelumnya.
Raja dari Kegaiban Rahasia, didalam masa depan 'para mahluk dengan kecerdasan yang rendah dan tidak ada keyakinan' akan, pada saat mendengarkan penjelasan-penjelasan ini, menjadi tidak mampu untuk menerimanya dengan keyakinan karena mereka tidak memiliki kecerdasan, dan keragu-raguan mereka akan meningkat. Jika mereka hanya mendengarnya dan tetap tinggal dalam jalan mereka tanpa mempraktekkannya, mereka akan merugikan diri mereka sendiri dan merugikan orang lain, dan mereka akan membuat pernyataan seperti ini: "Para orang yang bukan pengikut Buddha memiliki cara-metode ini, tapi itu tidak diajarkan oleh Buddha." Orang-orang bodoh ini akan menghasilkan keyakinan dan pemahaman yang seperti demikian itu."

Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini:

Sang Bhagavan Yang Maha Mengetahui Semua telah memperoleh kekuasaan tertinggi atas dharma,
Dan sesuai dengan apa yang Dia telah kuasai, Dia menyelamatkan para mahluk melalui jalan bijaksana.
Ini diajarkan oleh para Buddha yang sebelumnya untuk membawa manfaat kebaikan kepada mereka yang mencari Dharma itu.
Orang-orang yang bodoh itu tidak mengetahui sifat-sifat yang khas dari 'dharma (gejala-kejadian)' [seperti yang diajarkan] oleh para Buddha:
Saya telah mengajarkan bahwa sifat-sifat khas yang dimiliki oleh semua dharma adalah bahwa mereka seluruhnya kosong.
Orang harus selalu tinggal berdiam didalam Mantra dan yakin untuk bertindak dengan ketetapan hati.



BAB 4
Harta Mantra dalam penggunaan umum



Setelah itu, para Vajradhara dengan Raja dari Kegaiban Rahasia didepan Mereka, dan rombongan besar para Bodhisattva dengan Samantabhadra didepan Mereka, membungkuk menundukkan badan kepada Buddha Vairocana, dan karena keinginan untuk menjelaskan secara terperinci didalam Raja Besar dari Mandala "Lahir Dari Rahim Belas Kasih Besar (Maha Karuna Garbhodbhava Mandala)" ucapan Dharma dari Mantra Mereka, [masing-masing] sesuai dengan pintu gerbang murni ke dharmadhatu yang telah Mereka kuasai, Mereka memohon masing-masing dengan kata-kata Mereka Sendiri kepada sang Bhagavan [untuk ijin melakukan demikian]. Kemudian sang Bhagavan memberdayakan Mereka dengan 'Sifat alami dharma yang tidak bisa hancur' dan menyapa para Vajradhara dan para Bodhisattva, dengan berkata, "Tuan-tuan yang baik, Anda harus menjelaskan secara terperinci, didalam kesesuaian dengan alam Dharma sebagaimana Anda telah menguasainya, Kalimat dari Kebenaran yang membersihkan alam-alam dari para mahluk!"

Kemudian sang Bodhisattva Samantabhadra dengan segera tinggal berdiam didalam Samadhi "Penghiasan Lingkungan Buddha" dan mengucapkan Mantra dari Kekuatan yang tidak terhalang: "Namah samanta buddhānām, samatānugata viraja-dharma-nirjāta mahāmaha svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang telah mencapai Kesamaan! Anda yang terlahir dari Dharma yang tanpa kekotoran! Yang besar diantara yang besar! Swaha!)."

Kemudian sang Bodhisattva Maitreya tinggal berdiam didalam Samadhi "Pembangkitan Kebajikan Besar Semesta" dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri: "Namah samanta buddhānām, ajitamjaya sarvasattvāśayānugata svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang mengalahkan yang tidak terkalahkan! Anda yang mengikuti kecendrungan kehendak hati dari semua mahluk! Swaha!)."

Kemudian sang Bodhisattva Akasagarbha memasuki Samadhi "Lingkungan Dari Kemurnian" dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri: "Namah samanta buddhānām, ākāśasamatānugata vicitrāmbaradhara svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang telah mencapai kesamaan dengan ruang angkasa! Anda yang memakai pakaian yang banyak warna! Swaha!)."

Kemudian sang Bodhisattva Sarvanīvaranaviskambhin memasuki Samadhi "Kekuatan Dari Belas-Kasih" dan mengucapkan Mantra ini: "Namah samanta buddhānām, āh sattvahitābhyudgata tram tram ram ram svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah! Anda yang muncul demi keuntungan para mahluk! Tram tram ram ram! Swaha!)"

Kemudian sang Bodhisattva Avalokitesvara memasuki Samadhi "Tatapan Semesta" dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri dan Mantra dari para pelayan Nya: "Namah samanta buddhānām, sarva tathāgatāvalokita karunāmaya ra ra ra hūm jah svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Tatapan dari semua Tathagata! Yang terbentuk dari belas-kasih! ra ra ra hūm jah! Swaha! )."

Mantra dari Mahasthamaprapta: "Namah samanta buddhānām, jam jam sah svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Jam jam sah! Swaha!)"

Mantra dari Tara Devi: "Namah samanta buddhānām, karunodbhave tāre tārini svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang telah muncul dari belas-kasih! Tara! Penyelamat! Swaha!)."

Mantra dari Maha Bhrkuti: "Namah samanta buddhānām, sarvabhaya-trāsani hūm hum sphotaya svāhā (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang mengusir semua ketakutan! Hum! Hum! Membelah! Swaha!)."

Mantra dari Pāndaravāsinī: "Namah samanta-buddhānām, tathāgata-visaya-sambhave padma-mālini svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang lahir dari lingkungan para Tathagata! Anda yang memiliki kalung karangan bunga dari teratai! Swaha!)."

Mantra dari Hayagrīva: "Namah samanta buddhānām, hūm khāda bhanja sphotaya svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Hum! Menelan! Menghancurkan! Membelah! Swaha!)."

Kemudian sang Bodhisattva Ksitigarbha tinggal berdiam didalam Samadhi "Wilayah dari Tingkah-laku Vajra Yang Tidak Bisa Hancur" dan mengucapkan Mantra ini: "Namah samanta buddhānām, ha ha ha sutanu svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ha ha ha! Anda dengan tubuh yang indah! Swaha!)."

Kemudian sang anak muda Manjusri tinggal berdiam didalam Samadhi "Kekuatan Gaib dari kuasa Buddha" dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri: "Namah samanta buddhānām, he he kumāraka vimukti-patha-sthita smara smara pratijnām svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! He! He! Anak muda! Anda yang tinggal berdiam di jalan menuju pembebasan! Ingat, ingat sumpah Mu! Swaha!)." 

Kemudian sang Vajrapani tinggal berdiam didalam Samadhi "Vajra Besar Yang Tak Terkalahkan" dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri dan Mantra dari para pelayan Nya: "Namah samanta vajrānām, canda mahā rosana hūm. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Anda yang kasar dan sangat penuh murka! Hum!)."

Mantra dari Māmakī: "Namah samanta vajrānām, trita trita jayanti svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Trita trita! Perempuan Penakluk! Swaha!)."

Mantra dari Vajraśamkarā: "Namah samanta vajrānām, hum bandha bandhaya mota motaya vajrodbhave sarvatrāpratihate svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Hum! Ikat, ikat! Hancurkan, hancurkan! Anda yang telah muncul dari Vajra! Anda yang dimana-mana tanpa rintangan! Swaha!)."

Mantra dari Vajracandratilaka (= Krodhacandratilaka): "Namah samanta vajrānām, hrīh hūm phat! svāhā! (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Hrih hum phat! Swaha!)."

Mantra dari Vajrasūcī: "Namah samanta vajrānām, sarva dharma-nirvedhani vajrasūci varade svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Anda yang menembus semua dharma! Jarum Vajra [Vajrasūcī]! Anda yang mengabulkan keinginan! Swaha!)."

Mantra dari semua Vajradhara: "Namah samanta vajrānām, hūm hūm hūm phat phat phat jam jam svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! hūm hūm hūm phat phat phat jam jam! Swaha!)."

Mantra dari semua Pelayan (Parivara): "Namah samanta vajrānām, he he kim cirāyasi grhna grhna khāda khāda paripūraya svapratijnām svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! He! He! Mengapa Anda menunda-nuda? Tangkap, tangkap! Telan, telan! Taati sumpah Mu! Swaha!)."

Kemudian Bhagavan Sakyamuni memasuki Samadhi "Tempat Permata" dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri dan Mantra dari para pelayan Nya: "Namah samanta buddhānām, sarva-kleśa-nisūdana sarva-dharma-vaśitā-prāpta gagana-samāsama svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang menghancurkan semua kotoran! Anda yang telah memenangkan kendali atas semua dharma! Anda yang sama dengan langit dan tanpa bandingan! Swaha!)"

Mantra dari Ūrnā: "Namah samanta buddhānām, varade varaprāpte hūm. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang mengabulkan keinginan! Anda telah memenangkan anugerah! Hum!)."

Mantra dari semua Mahkota Buddha (Sarva Buddhaosnisa Mantra): "Namah samanta buddhānām, vam vam vam hūm hūm phat svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! vam vam vam hūm hūm phat! Swaha!)."

Mantra dari Aparājita: "Namah samanta buddhānām, dhrim dhrim rim rim jrim jrim svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! dhrim dhrim rim rim jrim jrim! Swaha!)."

[Lagi] Mantra dari Aparājita:Namah samanta buddhānām, aparājite jayanti tadite svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang Tidak Terkalahkan [Aparājitā]! Perempuan Penakluk! Anda yang memukul! Swaha!)

Mantra dari Prthivī:Namah samanta buddhānām, prthivyai svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Devi bumi [Prthivī], Swaha!)

Mantra dari Visnu:"Namah samanta buddhānām, visnave svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Visnu, Swaha!).

Mantra dari Rudra:"Namah samanta buddhānām, rudrāya svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Rudra, Swaha!).

Mantra dari Vāyu:"Namah samanta buddhānām, vāyave svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Vayu, Swaha!).

Mantra dari Sarasvatī:"Namah samanta buddhānām, sarasvatyai svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Sarasvatī, Swaha!).

Mantra dari Nairrti:"Namah samanta buddhānām, rāksasādhipataye svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Pemimpin Iblis Raksasa, Swaha!).

Mantra dari Yama:"Namah samanta buddhānām, vaivasvatāya svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Vaivasvata [=Anak dari Vaivasvat =Yama], Swaha!).

Mantra dari Mrtyu:"Namah samanta buddhānām, mrtyave svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Dewa kematian [Mrtyu], Swaha!).

Mantra dari Kālarātri:"Namah samanta buddhānām, kālarātriye svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Kegelapan Malam [Kālarātri], Swaha!).

Mantra dari Tujuh Ibu:"Namah samanta buddhānām, mātrbhyah svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Ibu, Swaha!).

Mantra dari Śakra Deva Indra:"Namah samanta buddhānām, śakrāya svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Sakra, Swaha!).

Mantra dari Varuna Nagaraja:"Namah samanta buddhānām, apām-pataye svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Raja Air [=Varuna], Swaha!).

Mantra dari Brahmā::"Namah samanta buddhānām, prajāpataye svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Tuhan Pencipta [=Brahma], Swaha!).

Mantra dari Āditya:"Namah samanta buddhānām, ādityāya svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Matahari [Āditya], Swaha!).

Mantra dari Candra:"Namah samanta buddhānām, candrāya svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Bulan [Candra], Swaha!).

Mantra dari nāga:"Namah samanta buddhānām, meghāśaniye svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Pemakan Awan, Swaha!).

Mantra dari Nanda dan Upananda:"Namah samanta buddhānām, nandopanandayoh svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Nanda dan Upananda, Swaha!).

Kemudian Bhagavan Vairocana, ingin menjelaskan bahwa Ajaran Nya adalah dari Siddhi yang sempurna, [mengucapkan] Mantra dari Vidyārājnī Gaganalocanā, sang Ibu dari semua Buddha dan semua Bodhisattva:

"Namah samanta buddhānām, gagana-vara-laksane gagana same sarvatodgatābhisāra-sambhave jvala, namo ’moghānām svāhā. "
(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang memiliki sifat khusus yang sangat unggul dari langit! Anda yang sama dengan langit! Anda yang lahir dari anugrah yang muncul dimana-mana! Bakar! Menyembah hormat kepada Yang Sempurna! Swaha! ).

Selanjutnya, agar untuk memadamkan rintangan, sang Bhagavan tinggal berdiam didalam Samadhi "Lahir Dari Api" dan mengucapkan Mantra ini dari Maha Pemusnah rintangan, Yang Suci Acalanatha: "Namah samanta vajrānām, canda mahārosana sphotaya hūm traka hām mām." (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Anda yang sangat ganas dan penuh murka! Belah! hūm traka hām mām!).

Selanjutnya, Mantra dari Trailokyavijaya:"Namah samanta vajrānām, ha ha ha vismaye sarva-tathāgata-visaya-sambhava trailokya vijaya hūm jah svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Ha ha ha! Yang Menakjubkan! Anda yang lahir dari wilayah dari semua Tathagata! Penakluk Tiga Dunia [Trailokyavijaya]! hūm jah! svāhā!).

Mantra dari Sravaka:"Namah samanta buddhānām, hetu pratyaya-vigata karma-nirjāta hūm." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang terlahir dari tindakan yang bebas dari sebab dan kondisi! Hum!).

Mantra dari Pratyekabuddha:"Namah samanta buddhānām, vah." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Vah!).

Mantra hati umum untuk semua Buddha dan Bodhisattva:"Namah samanta buddhānām, sarva buddha bodhisattva hrdaya-nyāveśani, namah sarva-vide svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang menyebabkan untuk masuk kedalam hati dari semua Buddha dan Bodhisattva! Menyembah hormat kepada Yang Maha Mengetahui Semua! Swaha!).

Mantra hati umum untuk deva duniawi dan seterusnya:"Namah samanta buddhānām, lokālokakarāya sarva deva nāga yaksa gandharvā asura garuda kimnara mahoragādi-hrdayāny ākarsaya vicitra gati svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Demi menerangi dunia! Gambar didalam hati dari semua dewa, naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kimnara, mahoraga, dan seterusnya! Anda yang bergerak dalam bermacam-macam cara! Swaha!).

Mantra dari semua Buddha:"Namah samanta buddhānām, sarvathā vimati -vikirana dharmadhātu-nirjāta sam sam ha svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang menghilangkan keraguan dalam segala hal! Anda yang terlahir dari dharmadhatu! Sam sam ha! Swaha!).

Mantra dari Durdharsa dvarapala (dvarapala =penjaga pintu):"Namah samanta buddhānām, durdharsa mahārosana khādaya sarvām tathāgatājnām kuru svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang tidak dapat diganggu-gugat [Durdharsa]! Sangat penuh murka! Telan! Melakukan setiap perintah dari Tathagata! Swaha!).

Mantra dari Abhimukha dvarapala:"Namah samanta buddhānām, he mahā pracandābhimukha grhna khādaya kim cirāyasi samayam anusmara svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang sangat ganas! Anda yang berwajah Durdharsa! Tangkap! Telan! Mengapa Anda menunda-nunda! Ingat sumpah Anda! Swaha!).

Mantra untuk membuat perbatasan yang lebih besar [dari Mandala]:"Namah samanta buddhānām, sarvatrānugate bandhaya sīmām mahā-samaya-nirjāte smarane apratihate dhaka dhaka cara cara bandha bandha daśadiśam sarva-tathāgatānujnāte pravara-dharma-labdha-vijaye bhagavati vikuri vikule le lu puri vikuli svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang meresap meliputi semua! Ikat perbatasan! Anda yang terlahir dari sumpah besar! Anda yang ingat! Anda yang tanpa rintangan! Bakar, bakar! Gerak, gerak! Ikat, ikat sepuluh penjuru arah! Anda yang diberi kuasa oleh semua Tathagata! Pemenang yang telah memperoleh Dharma yang paling unggul Bhagavati! vikuri vikule le lu puri [vikuli]! svāhā!).

Mantra dari Bodhi:"Namah samanta buddhānām, a." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! A!).

Mantra dari Carya:"Namah samanta buddhānām, ā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ā!).

Mantra dari SamBodhi:"Namah samanta buddhānām, am." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Am!).

Mantra dari Nirvana:"Namah samanta buddhānām, ah." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah!).

Mantra dari Trailokyavijaya:"Namah samanta vajrānām, hāh." (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Hāh!).

Mantra dari Acalanātha:"Namah samanta vajrānām, hām." (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Hām!).

Mantra dari Sarvanīvaranaviskambhin:"Namah samanta buddhānām, ah." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah!).

Mantra dari Avalokiteśvara:"Namah samanta buddhānām, sah." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Sah!).

Mantra dari Vajrapāni:"Namah samanta vajrānām, vah." (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Vah!).

Mantra dari Manjuśrī:"Namah samanta buddhānām, mam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Mam!).

Mantra dari Gaganalocanā:"Namah samanta buddhānām, gam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Gam!).

Mantra dari dharmadhatu:"Namah samanta buddhānām, ram." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ram!).

Mantra dari Mahavira:"Namah samanta buddhānām, kham." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Kham!).

Mantra dari Jalesvara:"Namah samanta buddhānām, jam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Jam!).

Mantra dari Tara:"Namah samanta buddhānām, tam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Tam!).

Mantra dari Bhrkutī:"Namah samanta buddhānām, bhrh." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Bhrh!).

Mantra dari Mahāsthāmaprāpta:"Namah samanta buddhānām, sam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Sam!).

Mantra dari Pāndaravāsinī:"Namah samanta buddhānām, pam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Pam!).

Mantra dari Hayagrīva:"Namah samanta buddhānām, ham." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ham!).

Mantra dari Yaśodharā:"Namah samanta buddhānām, yam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yam!).

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile
Mantra dari Ratnakara, Ratnapani:"Namah samanta buddhānām, sam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Sam!).

Mantra dari Jālinīprabha:"Namah samanta buddhānām, jām." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Jām!).

Mantra dari Śākyamuni:"Namah samanta buddhānām, bhah." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Bhah!).

Mantra dari TraiBuddhaosnisa (Tiga Mahkota Buddha):"Namah samanta buddhānām, hūm trum." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Hūm trum!).

Mantra dari Sitātapatrosnīsa:"Namah samanta buddhānām, lam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Lam!).

Mantra dari Jayosnīsa:"Namah samanta buddhānām, śam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Sam!).

Mantra dari Vijayosnīsa:"Namah samanta buddhānām, si." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Si!).

Mantra dari Tejorāśyusnīsa:"Namah samanta buddhānām, trim." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Trim!).

Mantra dari Vikiranosnīsa:"Namah samanta buddhānām, hrum." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Hrum!).

Mantra dari Lokavidyārājnī:"Namah samanta buddhānām, tam ham pam ham yam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Tam ham pam ham yam!).

Mantra dari Aparājita:"Namah samanta buddhānām, hūm." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Hūm!).

Mantra dari Prthivī:"Namah samanta buddhānām, bi." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Bi !).

Mantra dari Keśinī:"Namah samanta buddhānām, kili." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Kili !).

Mantra dari Upakeśinī:"Namah samanta buddhānām, dili." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Dili !).

Mantra dari yang berusia muda, Citrā:"Namah samanta buddhānām, mili." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Mili !).

Mantra dari Vasumatī:"Namah samanta buddhānām, hili." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Hili !).

Mantra dari Kautūhala:"Namah samanta buddhānām, hasanam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Tertawa !).

Mantra dari Sarvasattvābhayamdada:"Namah samanta buddhānām, Rasanam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Mencicipi rasa !).

Mantra dari Sarvāpāyamjaha:"Namah samanta buddhānām, dhvamsanam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Pembinasaan!).

Mantra dari Paritrānāśayamati (Karunamrditamati):"Namah samanta buddhānām, vihasanam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Tersenyum!).

Mantra dari Mahāmaitryabhyudgata:"Namah samanta buddhānām, tham." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Tham!).

Mantra dari Mahākarunāmrdita:"Namah samanta buddhānām, yam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yam!).

Mantra dari Sarvadāhapraśāmita:"Namah samanta buddhānām, ī." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ī !).

Mantra dari Acintyamatidatta:"Namah samanta buddhānām, u." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! U !).

Mantra dari Ratnākara:"Namah samanta buddhānām, dam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! dam !).

Mantra dari Ratnapāni:"Namah samanta buddhānām, sam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Sam!).

Mantra dari Dharanimdhara:"Namah samanta buddhānām, nam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Nam !).

Kemudian ini adalah Mantra yang mengikuti:"Namah samanta buddhānām, jam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Jam !).

Mantra dari Ratnamudrāhasta:"Namah samanta buddhānām, pham." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Pham !).

Mantra dari Drdhādhyāśaya:"Namah samanta buddhānām, nam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Nam !).

Mantra dari Gaganāmala:"Namah samanta buddhānām, ham." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ham!).

Mantra dari Gaganamati:"Namah samanta buddhānām, rim." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Rim!).

Mantra dari Viśuddhamati:"Namah samanta buddhānām, gatam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Pergi !).

Mantra dari Cāritramati:"Namah samanta buddhānām, dhiram." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Dhiram!).

Mantra dari Sthiramati:"Namah samanta buddhānām, hūm." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Hūm !).

Mantra dari Kimkara:"Namah samanta buddhānām, dhi śri ham bram." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Dhi śri ham bram!).

Mantra yang dijelaskan oleh para Bodhisattva:"Namah samanta buddhānām, ksah da ra yam kam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ksah da ra yam kam!).

Mantra dari Śuddhāvāsa-Deva (Dewa dari Surga Kediaman Murni):"Namah samanta buddhānām, manorama dharma-sambhava vibhava-kathana sam sam svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang sangat menyenangkan! Anda yang terlahir dari Dharma! Anda yang berbicara dengan martabat! Sam sam! Swāhā!).

Mantra dari Rāksasa:"Namah samanta buddhānām, kram kram keri." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Kram kram keri!).

Mantra dari Dākinī:"Namah samanta buddhānām, hrīh hah." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Hrīh hah!).

Mantra dari Yaksinī:"Namah samanta buddhānām, yaksa-vidyādhari." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang memegang mantra Yaksa !).

Mantra dari Piśācani:"Namah samanta buddhānām, pici pici." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Pici pici!).

Mantra dari Bhūta:"Namah samanta buddhānām, gum ī gum i mamsane." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Gum ī gum i mamsane!).

Mantra dari Asura:"Namah samanta buddhānām, ratam ratam dhvantam mra pra." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Teriak, teriak, mengaum, mra pra !).

Mantra dari Mahoraga:"Namah samanta buddhānām, garalam viralam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Racun, beracun).

Mantra dari Kimnara:"Namah samanta buddhānām, hasanam vihasanam." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Tertawa, tersenyum!).

Mantra dari Manusya:"Namah samanta buddhānām, icchāparam manomaye me svāhā.." (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Bahwa yang adalah bermaksud pada keinginan, Anda yang terdiri dari pikiran! Untuk Saya, Swaha! ).


Maha Vairocana Garbhadhatu Mandala, Siddham "A"

Raja dari Kegaiban Rahasia, Saya telah selesai mengumumkan semua Mantra ini, Anda harus mendengar dengan penuh perhatian [sekarang] pada intisari pokok dari semua Mantra ini: Itu adalah pintu gerbang huruf A. Berpikir pada intisari pokok dari semua Mantra ini adalah sungguh tak terlampaui: Itu adalah dimana semua Mantra berada, dan didalam ini Mantra memperoleh kepastian [dari kemanjuran]. "



[size=18]om   a   mo   gha   vai   ro
ca   na   ma   hā   mu   dra
ma   ni   pad   ma   jvā   la
pra   va   rtta   ya   hūm.[/size]


Om Ma Ni Pad Me Hum


Ini adalah akhir dari gulungan kedua dari Kitab Suci Penerangan Sempurna, Perubahan Gaib, dan Pemberdayaan dari Mahavairocana.
Namo Stu Buddhaya






Om   Vai   Ro   Ca   Na   Hum


Catur Vidya A

a ā am ah


BAB 5
Pencapaian Dunia

Setelah itu, Bhagavan kembali lagi menyapa Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan mengucapkan gatha ini:

Jika orang berlatih sesuai dengan Ajaran Mantra, orang akan mencapai hasil itu.
"Huruf" harus saling berhubungan dengan "huruf", dan "kalimat" demikian juga dengan "kalimat".
Melakukan penggambaran dalam pikiran, orang membaca [Mantra], tinggal berdiam dengan baik, satu laksa (seratus ribu) [kali].
Huruf pertama adalah "pikiran Bodhi (Bodhicitta)", dan yang kedua adalah disebut "bunyi suara".
Orang berpikir tentang "kalimat" [yang pertama] sebagai Mahluk Suci nya dan menempatkannya didalam tubuh nya sendiri;
"Kalimat" yang kedua, orang harus mengetahui sebagai kalimat yang paling unggul dari para Buddha.
Sang yogin menggambarkan dalam pikiran ada berada disana sebuah cakra bulan, sungguh sangat bundar dan jelas,
Didalam tengah-tengah dari dimana dia secara teliti merenungkan huruf-huruf [dari Mantra] didalam urutan tepatnya,
Meletakkan huruf dan kata itu didalam tengah-pusat dan membayangkan bahwa dia mensucikan hidupnya.
Oleh "Hidup" adalah berarti "angin", dan pikirannya mengikuti "nafas yang keluar dan masuk".
Setelah mensucikan ini, dia melakukan upacara dari pendahuluan persiapan pembacaan.
Mantrin yang tinggal berdiam dengan baik itu kemudian membaca selama satu bulan,
Dan didalam permulaan cara jalan bijaksana ini sang pengolah budidaya itu menguasai masing-masing kalimat.
Para Buddha yang termasyhur telah mengajarkan bahwa ini adalah pembacaan awal.
Selanjutnya, sesuai dengan apa yang dia punya, dia harus mempersembahkan obat-obatan, bunga-bunga, dan seterusnya,
Dan demi mencapai kebangkitan sempurna, dia mengalihkan [kebajikan daripadanya] ke Bodhi miliknya sendiri.
Dalam cara ini didalam dua bulan sang Yogin yang berlatih Mantra akan menjadi tiada takut.
Kemudian, setelah menyelesaikan bulan kedua ini, sang pengolah budidaya terlibat dalam pembacaan [yang tepat].
Puncak gunung atau kandang sapi,  tumpukan pasir sungai, persimpangan, ruang, ruang suci, ruang dari dewa besar:
Tempat Mandala itu [dibuat] sepenuhnya seperti Istana Vajra,
Dan setelah membatasi dan menjaga tempat itu, sang pengolah budidaya melakukan [upacara dari] pencapaian.
Didalam tengah malam atau ketika matahari terbit,
Orang yang bijaksana itu harus mengetahui bahwa ada mungkin muncul tanda-tanda yang seperti ini:
Suara [yang mengatakan] “Hūm,” atau suara dari genderang drum, atau lagi guncangan bumi,
Dan dia mungkin mendengar kata-kata yang menyenangkan pikiran di ruang angkasa kosong.
Dia harus mengetahui bahwa dengan tanda-tanda yang seperti ini siddhi akan menjadi seluruhnya seperti yang dia inginkan.
Para Buddha, yang dihormati diantara para mahluk berkaki dua, telah mengumumkan hasil itu:
Jika orang tinggal berdiam didalam latihan Mantra ini, orang akan paling hampir bisa dipastikan menjadi Buddha.
Orang harus di dalam semua hal selalu mengingat Mantra itu:
Para Buddha dari masa lalu, Maha Resi, telah mengajarkan [begitu], dan oleh karena itu orang harus mengingat kembali itu.


BAB 6
Perwujudan dari Siddhi

Setelah itu, Bhagavan kembali lagi menatap pada seluruh perkumpulan majelis yang besar dan, ingin untuk mengabulkan semua keinginan, kembali lagi menjelaskan secara terperinci ucapan Dharma untuk penyempurnaan pengetahuan yang ditentukan oleh pintu gerbang yang tidak terukur diseluruh tiga masa.

(Pikiran dari Yang Maha Mengetahui seperti) Ruang angkasa kosong adalah tanpa noda, tanpa sifat alami asli (svabhava),
dan menganugerahkan berbagai macam jenis dari pengetahuan yang mahir;
Karena sifat alami nya aslinya adalah selalu kosong,
Itu dibangkitkan secara ketergantungan (pratitya-samutpada), paling mendalam, dan sulit untuk dilihat,
Dan didalam kemajuan yang khusus selama masa waktu yang panjang
Itu menganugerahkan hasil yang tak terlampaui sesuai keinginan.
Sebagai contoh, seperti hanya tinggal berdiam didalam semua takdir nasib,
Walaupun tergantung pada ruang angkasa kosong, adalah tidak melekat pada nya,
Demikian juga Dharma yang murni ini adalah seperti itu,
Dan tiga keberadaan tanpa kecuali dilahirkan murni-bersih.
Karena kelahiran yang unggul itu, orang yang mengesankan itu, dari masa lalu mengolah ini,
Dia memperoleh tingkah laku dari semua Tathagata.
Tidak ada keadaan lain yang sesusah itu untuk diperoleh,
Dan itu sepenuhnya menyinari dunia sama seperti sang Bhagavan.
Cara dari pengolahan budidaya yang paling murni telah dijelaskan,
Mendalam, luas, tidak habis-habisnya, dan bebas dari perbedaan.

Kemudian, ketika Bhagavan Vairocana telah mengucapkan gatha ini, Dia memeriksa seluruh perkumpulan majelis dari Vajrapani dan seterusnya dan menyapa para Vajradhara, dengan berkata, "Tuan-tuan yang baik, Anda harus masing-masing menampakkan ucapan yang darimana Siddhi berasal melalui kekuatan batin dari dharmadhatu, para mahluk yang demikian itu, jika begitu melihat Dharma itu, akan menari karena gembira dan mencapai keadaan dari kebahagiaan."

Ketika Dia telah selesai berkata demikian, para Vajradhara itu hormat membungkukkan badan kepada Bhagavan Vairocana, [dengan berkata],
"Jadilah demikian, O Dharma-raja,  seperti yang Anda telah perintahkan!" Dan Mereka membuat permintaan kepada sang Buddha, dengan berkata, "Kami meminta Anda, Bhagavan, untuk mengasihani Kami dan menampakkan ucapan yang darimana Siddhi berasal-memancar keluar. Mengapa? Itu akan menjadi tidak pantas bagi diri Kami sendiri untuk mengumumkan didalam kehadiran Bhagavan yang terhormat Dharma itu seperti yang dikuasai oleh masing-masing dari Kami. Sesungguhnya, Bhagavan, itu adalah hanya karena Kami menginginkan keuntungan dan kebahagiaan dari para mahluk masa depan."

Setelah itu, Bhagavan Vairocana menyapa semua Vajradhara, dengan berkata, "Baik sekali, baik sekali, Tuan-tuan yang baik! Vinaya dari Dharma yang diajarkan oleh Tathagata memuji satu dharma, yaitu, memiliki kerendahan hati. Jika putra yang baik dan putri yang baik yang memiliki kerendahan hati begitu melihat Dharma itu, dua hal akan muncul secara cepat: yaitu, mereka tidak akan melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan dan mereka akan dipuji oleh semua. Ada dua hal lebih lanjut [yang akan muncul]: yaitu, mereka akan mencapai apa yang belum mereka capai dan mereka akan memperoleh persahabatan dengan para Buddha dan para Bodhisattva. Ada dua hal lebih lanjut [yang akan muncul]: yaitu, mereka akan tinggal berdiam didalam Sila dan mereka akan dilahirkan diantara manusia dan dewa. Sekarang  maka dengarlah dengan penuh perhatian dan pertimbangkan itu dengan penuh hati-hati saat Saya mengumumkan ucapan yang berhubungan dengan asal dari pencapaian Mantra, ucapan yang berhubungan dengan asal dimana para Bodhisattva mengolah Bodhi melalui pintu gerbang dari Mantrayana akan secara cepat memperoleh Mantra Siddhi."

"Jika sang pengolah budidaya melihat Mandala, disucikan oleh yang patut dimuliakan [guru], menyelesaikan Mantra, membangkitkan pikiran Bodhi, memiliki keyakinan yang dalam dan belas-kasih, tanpa kepelitan, tinggal berdiam didalam penaklukan [nafsu], bisa dengan baik meneliti bagaimana sesuatu muncul dari kondisi, mengamati aturan larangan sila, didirikan dengan baik didalam berbagai macam disiplin (siksapada), menguasai cara jalan bijaksana yang mahir, pemberani, mengetahui waktu yang tepat dan waktu yang salah [untuk melakukan sesuatu], siap membuat hadiah, tidak memiliki ketakutan dalam pikirannya, secara rajin mengolah latihan Mantra, telah menguasai arti sesungguhnya dari Mantra, selalu bergembira dalam duduk didalam meditasi dhyana, dan bergembira didalam melakukan [upacara dari] pencapaian, [Dia tentu akan mendapat keberhasilan dengan Mantra]."

"Raja dari Kegaiban Rahasia, didalam alam nafsu (kamadhatu), sebagai contoh, ada Vidya dari Isvara 'Menyenangkan dan Memuaskan Pikiran': para dewa didalam seluruh tempat dari nafsu menjadi mabuk dengannya, menghasilkan banyak jenis yang halus dan bermacam-macam dari keriangan juga mewujudkan berbagai macam jenis serba-serbi dari kenikmatan dan kenikmatan penuh, dan mereka memberikan apa yang mereka secara ajaib berubah wujud menjadi dewa Paranirmitavaśavartin dan seterusnya dan juga menikmati nya sendiri."

"Lagi, Tuan-tuan yang baik, dewa Mahesvara, sebagai contoh, memilii Vidya 'Lahir dari pikiran yang baik': Dia mampu memberi manfaat kepada para mahluk diseluruh 'tiga kali lipat ribuan dari ribuan besar sistem dunia (trisuhassramahasahassra lokadhatu)', menciptakan setiap kenikmatan dan kenikmatan penuh, dan dia memberinya kepada dewa dari Śuddhāvāsa dan juga menikmatinya sendiri."

"Lagi, Mantra dari seorang tukang sihir, sebagai contoh, adalah mampu untuk mewujudkan berbagai macam kebun, hutan, orang-orang, dan berbagai hal; Mantra dari para asura, sebagai contoh, menghasilkan perubahan wujud khayalan menyesatkan; seni sihir duniawi,  sebagai contoh, meniadakan racun dan sakit demam dan seterusnya; Mantra dari Matali-devi adalah mampu untuk menimbulkan wabah dan sampar pada mahluk hidup; seni sihir dunia menghapus racun serta kedinginan dan demam dan seterusnya, dan bisa menjelma nyala api, menghasilkan kesejukan yang menyegarkan [di dalam tempatnya]."

"Oleh karena itu, Tuan-tuan yang baik, Anda harus memiliki keyakinan dalam kekuatan Mantra dari ucapan ini dari asal pancaran. Kekuatan dari Mantra ini tidak datang dari dalam Mantra, tidak juga ia memasuki mahluk, tidak juga bisa ia ditawan didalam diri sang pembaca sendiri. Tuan-tuan yang baik, dikarenakan oleh kekuatan Mantra dari pemberdayaan, ia muncul secara alami, dan tidak ada apapun yang diabaikannya karena ia melampaui tiga masa dan dikarenakan oleh ajaran yang paling mendalam dan yang tak terbayangkan dari kemunculan yang saling ketergantungan. Oleh karena itu, Tuan-tuan yang baik, Anda harus mengikuti dan menguasai sifat alami dharma, yang adalah tak terbayangkan, dan tidak pernah terputus di jalan Mantra. "

"Kemudian sang Bhagavan tinggal berdiam didalam Samadhi "Harta Kemurnian Dari Perhiasan", dukungan kekuatan yang tak terintangi di seluruh tiga masa dan dukungan kekuatan yang tak terbayangkan dari pemberdayaan dari Tathagata, lalu sesudah itu sang Bhagavan memancarkan dari dalam samāpatti perwujudan pidato yang tidak habis-habisnya didalam alam yang tidak habis-habisnya. Berdasarkan pada kekuatan dari dharmadhatu, kekuatan yang tak sama, dan keyakinan dan pemahaman dari Dia yang sepenuhnya sempurna terbangkitkan (samyak-sambodhi), ada mengalir keluar dari suara tunggal empat pangkalan [dari huruf A], yang meresap meliputi seluruh dharmadhatu dan sama besar dengan ruang angkasa kosong, dan tidak ada dimanapun juga yang tidak dicapainya. Mantra itu adalah:

"Namah sarvatathāgatebhyo viśvamukhe -bhyah, sarvathā a ā am ah." (Menyembah hormat kepada semua Tathagata di seluruh penjuru arah! Dalam segala hal, a ā am ah !)."

Segera setelah Mantra hati dari Dia yang sepenuhnya sempurna terbangkitkan menyebar dimana-mana, dari Mantra ini, pintu gerbang suara seluruh dharmadhatu satu sama lain saling mengluarkan suara dari suara simbolis dari Dia yang sepenuhnya sempurna terbangkitkan. Ketika para Bodhisattva mendengar ini, setelah mengalami sesuatu yg belum pernah terjadi sebelumnya, dengan mata terbuka lebar Mereka mengucapkan kata-kata yang mulia dan mengucapkan Gatha ini dihadapan Dia Yang Maha Mengetahui Semua dengan tanpa takut:

"Alangkah bagus sekali latihan Mantrayana, mampu memberkahi pengetahuan yang luas!
Jika diliputi oleh itu, orang menjadi Buddha, dihormati diantara mahluk berkaki dua.
Oleh karena itu, orang harus berjuang keras dengan penuh semangat mengenai intisari pokok dari pidato para Buddha
Dan selalu melakukan latihan yang tidak terganggu, memurnikan pikiran dan bebas dari diri."

Kemudian sang Bhagavan lebih lanjut membicarakan ucapan Dharma ini:

"Dia yang akan mencapai pencapaian dari Mantra hati dari "Dia yang sepenuhnya sempurna terbangkitkan (Samyak-sambodhi)"
Jika, didalam taman, vihara, atau dalam gua,
Atau dimanapun yang menyenangkan pikiran, mengamati pikiran Bodhi
Hingga dia sampai pada tempat istirahat yang pertama (pratama bhumi), tanpa menimbulkan pikiran ragu-ragu.
Dia mengambil tiap-tiap dari Mantra Hati [A, Ā, Am, atau Ah], meletakkan Mantra Hati itu di hati dia,
Dan mencapai keadaan dari kemurnian ucapan-kalimat, tanpa noda, stabil, tidak bergerak,
Tanpa perbedaan mirip seperti cermin, dan sangat halus didalam perwujudannya.
Jika dia selalu bermeditasi, berlatih, dan saling cocok bersesuaian [dengan Mahluk suci itu],
Maka Mahluk suci miliknya dan gambar dari dirinya sendiri dua-duanya akan muncul [sebagai satu].
Mengenai 'Bija (huruf)' kedua dari sang Samyak-sambodhi, didalam cermin [seperti lingkaran] Mandala,
Di tempat duduk raja besar dari bunga teratai, sang Buddha tinggal berdiam secara mendalam menyerap didalam Samadhi,
Memakai Mahkota dari rambut yang dibuat didalam jambul dan dikelilingi oleh cahaya yang tak terbatas;
Dia terbebas dari kemelekatan yang palsu dan perbedaan [yang palsu] dan adalah aslinya diam tidak bergerak, seperti ruang angkasa kosong,
Bermeditasi pada ini, [sang yogin] membaca dengan pikirannya terkonsentrasi,
Dan selama satu bulan dia mengolah keseimbangan batin, membaca satu laksa penuh.
Ini adalah aturan dari membaca Mantra selama bulan pertama.
Selanjutnya, di bulan kedua, dia mempersembahkan obat-obatan, bunga-bunga, dan seterusnya,
Dengan cara demikian membawa manfaat kebaikan kepada berbagai jenis dari mahluk,
Dan kemudian selama bulan [ketiga] lainnya dia meninggalkan semua keuntungan,
Pada waktu dimana dia mampu bermeditasi secara bebas didalam [keadaan dari] yoga.
Dia menginginkan semua menjadi tanpa halangan dan [dia ingin] membuat mahluk hidup berbahagia;
Dia ingin untuk menyelesaikan hasil sempurna yang dipuji oleh para Tathagata
Dan untuk mengabulkan banyak keinginan dari semua mahluk.
Sesuai dengan alasan dan tanpa penggelapan apapun, dia menimbulkan ide-gagasan ini:
'Semoga penderitaan dari para binatang yang menelan satu sama lain menjadi selamanya hilang!
Semoga alam dari para hantu 'kelaparan (preta)' menjadi selalu terisi dengan makanan dan minuman!
Pengalaman dari penderitaan dan berbagai macam siksaan pada mereka yang berada didalam neraka,
Saya menginginkan itu secara cepat dilenyapkan melalui jasa kebajikan saya.'
Dan secara berulang-ulang berpikir dalam pikirannya pada pintu gerbang yang tak terbatas lainnya,
Dia membangkitkan belas-kasih yang luas, dan dengan tiga kali lipat pengumuman dari pemberdayaan,
Dia berpikir kepada semua dan dalam pikiran-batin membaca Mantra itu:
Oleh karena kekuatan dari jasa kebajikan saya, kekuatan dari pemberdayaan oleh Tathagata,
Dan kekuatan dari dharmadhatu meresap meliputi alam dari para mahluk,
Semoga tujuan-tujuan yang mereka cari semuanya menjadi manfaat keuntungan pada mereka
Dan semoga apapun yang mereka pikirkan menjadi semuanya tercapai dengan tepat-sesuai!'

Setelah ini, sang Bhagavan kemudian mengucapkan Vidyārājnī  "Sama Dengan Ruang Angkasa Kosong Dalam Kekuatan Dan Berasal Dari Harta Dari Ruang Angkasa Kosong (Gaganaganja)":

"Namah sarva-tathāgatebhyo viśva-mukhe bhyah, sarvathā khamudgate sphara hīmam gaganakam svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Tathagata di seluruh penjuru arah! Anda yang telah datang keluar dari ruang angkasa di segala hal! Menyebar melalui langit ini! Swaha!).

"Jika orang membaca ini tiga kali, segala hal akan tercapai sesuai dengan keinginan baik apapun yang orang telah buat.

Pada bulan purnama sang Yogin selanjutnya terlibat dalam pelaksanaan pembacaan,
Di atas puncak gunung, didalam kandang sapi, didalam kuburan, atau di tumpukan pasir sungai,
di persimpangan, di kaki pohon yang sunyi terpencil, atau dalam ruang tempat suci dari Matali devi.
Dengan segala warna dari Vajra (misal, kuning), dengan sungguh-sungguh tersucikan, dan seperti Vajra,
Para penghalang didalam [Mandala ini] ditaklukkan, pikiran mereka menjadi bingung.
Itu adalah lapangan persegi tepat disekeliling dengan satu pintu masuk dan jalan terusan;
Para Vajra terhubung bersama [di sekeliling lingkaran] dalam cara dari 'sambungan Vajra (Vajra-bandha)'.
Di dalam pintu masuk ada dua 'penjaga pintu (dvarapala)', Durdharsa dan Abhimukha,
Mengarahkan tangan Mereka menunjuk dengan jari [telunjuk] menaik [dengan penuh ancaman],
Mata Mereka merah, dan penuh murka didalam penampilan.
[Sang yogin] secara hati-hati menggambar didalam sudut-sudut tanda segel mudra dari 'Sula (tombak bercabang)' dengan cahaya yang berapi-api;
Didalam tengah pusat ada 'Karma-Vajra (Vajra silang)' yang sangat bagus, secara benar terbaris lurus dengan [empat] bagian,
Diatas puncak ada bunga teratai yang besar dengan delapan daun bunga dan menyebar dengan benang sari.
Dia harus membuat segel 'mudra Vajra kebijaksanaan (Vajra Jnana-Mudra)' dari Vajrapani (Bentuknya Vajra Bercabang lima),
Dan membungkuk kepada semua Buddha, dia secara berulang-kali memperkuat sumpah nya,
Dan dia harus melindungi tempat itu dan memurnikan obat-obatan itu dan benda [yang lainnya].
Malam itu dia membaca, murni dan tak terhalangi;
Baik di tengah malam sampai pagi atau ketika matahari terbit,
Obat-obatan itu atau benda lainnya akan dijelmakan dengan lingkaran dari cahaya bersinar terang di seluruh sekeliling.
Mengambil obat dan benda itu sendiri, sang 'Mantrim (orang yang berlatih mantrayana itu)' menjelajahi sekitar langit terbuka,
Hidup umur panjang, memiliki keagungan besar, memiliki penguasaan atas kelahiran dan kematian,
Pergi ke puncak dari sistem dunia, dan mewujudkan berbagai macam bentuk rupa fisik;
Orang yang beruntung terberkahi dengan kebajikan itu akan membuat persembahan kepada satu demi satu Buddha.
Dari benda yang di kerjakan oleh Mantra: ini disebut Siddhi.
Dengan [pengartian] 'obat-obatan yang dibedakan' dan 'benda-benda [lain] yang tidak dibedakan' tercapai."

"Raja dari Kegaiban Rahasia, para Tathagata dari masa kini dan seterusnya didalam semua sistem dunia, patut [di sembah] dan 'sempurna sepenuhnya terbangkitkan (Samyak-sambuddha)', telah menguasai 'Pāramitā dari cara-cara jalan bijaksana (upaya-paramita)', dan walaupun para Tathagata ini mengetahui bahwa semua perbedaan aslinya kosong oleh sifat alami, dikarenakan oleh kekuatan Pāramitā dari cara-cara jalan bijaksana, Mereka membawa kedepan 'yang berkondisi itu' didalam 'yang tidak berkondisi.' Menanggapi [pada keadaan dari para mahluk], Mereka muncul diseluruh dharmadhatu demi kepentingan para mahluk, menyebabkan mereka untuk melihat Dharma, tinggal berdiam dalam kebahagiaan, dan membangkitkan pikiran penuh kegembiraan, atau pula mereka memperoleh umur panjang, menikmati diri mereka sendiri dengan bersenang-senang diantara lima nafsu keinginan, dan membuat persembahan kepada para Bhagavan Buddha. Tidak ada mahluk duniawi yang mampu untuk percaya pencapaian dari keadaan yang demikian itu, namun karena para Tathagata melihat tujuan itu, dengan pikiran penuh kegembiraan Mereka mengajarkan peraturan-peraturan tata-cara untuk jalan Bodhisattva dari latihan Mantra. Mengapa? [Karena] itu yang tidak bisa diperoleh yang orang mencarinya secara rajin selama kalpa yang tidak terbatas, dengan mengolah latihan-latihan pertapa, para Bodhisattva itu yang berlatih sang Jalan melalui pintu gerbang dari Mantrayana akan mencapainya dalam hidup ini."

"Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, jika Bodhisattva mengolah latihan Bodhisattva melalui pintu gerbang dari Mantrayana, membaca tiga laksa kali dan melakukan [upacara dari] pencapaian dengan 'ketu (bendera)', 'khadga (pedang)', payung, cendana, 'cintāmani (permata pengabul keinginan)', 'anjana (obat)', atau 'rocanā (zat pewarna kuning)', dia juga akan memperoleh Siddhi. Raja dari Kegaiban Rahasia, jika putra yang baik dan putri yang baik terberkahi dengan cara jalan bijaksana bertindak sesuai dengan apa yang mereka inginkan, mereka akan memperoleh keberhasilan melalui penguasaan pikiran saja."

"Raja dari Kegaiban Rahasia, mereka yang mendambakan demi sebab dan hasil, Raja dari Kegaiban Rahasia, orang-orang bodoh itu adalah tidak mampu memahami Mantra dan sifat yang khas dari Mantra. Mengapa?

Itu diajarkan bahwa penyebab adalah bukan perantara, dan hasilnya tidak dihasilkan.
Bahkan sebagai penyebab, penyebab ini adalah kosong, dan jadi bagaimana bisa ada hasil apapun?
Orang harus tahu bahwa hasil dari Mantra sepenuhnya terpisah jauh dari sebab dan tindakan.
Ketika tubuh dia mengalami Samadhi tanpa sifat yang khas,
Maka sang Mantra-Yogin itu akan memperoleh Siddhi yang terlahir dari pikiran."

Kemudian Vajrapani berkata kepada sang Buddha, "Bhagavan, Saya hanya memohon Anda untuk lebih lanjut menjelaskan keadaan ini dari Dia yang sempurna sepenuhnya terbangkitkan, keadaan dari pencapaian Siddhi. Para putra yang baik dan putri yang baik yang melihat Dharma ini memperoleh kegembiraan dalam hati mereka, mengalami keadaan dari kebahagiaan, dan tidak melanggar dharmadhatu. Mengapa? Bhagavan, semua Tathagata, yang patut [di sembah] dan sempurna sepenuhnya terbangkitkan, telah menjelaskan bahwa dharmadhatu disebut 'alam yang tidak terbayangkan.'  Oleh karena itu, Bhagavan, para Bodhisattva yang mengolah latihan Bodhisattva melalui pintu gerbang Mantrayana memperoleh pemahaman bahwa dharmadhatu tidak bisa dipisah atau dihancurkan."

Ketika Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia telah selesai berbicara demikian, sang Bhagavan menyapa Dia, dengan berkata, "Sangat baik, sangat baik, Raja dari Kegaiban Rahasia! Itu tentu sangat baik bahwa Anda telah bertanya kepada Tathagata tentang hal ini. Anda harus mendengar secara penuh perhatian dan pertimbangkan itu secara hati-hati saat Saya sekarang menjelaskan."

Raja dari Kegaiban Rahasia berkata, "Jadi demikianlah, Bhagavan. Saya sangat ingin untuk mendengarkan."

Sang Buddha menyapa sang Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan berkata , "Orang mencapai pencapaian dengan cara dari pintu gerbang huruf "A". Baik di Vihara yang dihuni para Bhiksu, atau didalam gua gunung, atau didalam kamar yang bersih orang menempatkan huruf "A" di seluruh anggota tubuh nya dan membaca tiga laksa kali. Kemudian pada bulan purnama orang menggunakan segala sesuatu yang dipunyainya untuk membuat persembahan hingga sang Bodhisattva Samantabhadra, Manjuśrī, Vajradhara (misal Vajrapani), dan seterusnya atau para 'Mahluk dewa suci (Aryadeva)' lainnya muncul didepan dia dan membelai kepala nya, dengan berseru, 'Yogin yang sangat baik!' Orang harus kemudian membungkuk, menyembah hormat, dan mempersembahkan air argha, lalu sesudah itu orang akan mencapai Samadhi dari 'tidak melupakan pikiran Bodhi (Bodhicitta)'. Lagi, jika orang secara berulang kali membaca nya dengan keringanan demikian dari tubuh dan pikiran, orang akan memperoleh kemurnian pikiran dan kemurnian tubuh dimanapun orang itu dilahirkan. Jika orang menempatkan [huruf 'A' ] di telinga nya membacanya, orang akan memperoleh kemurnian dari organ pendengaran. Jika orang melakukan penghembusan nafas dan penghirupan nafas dengan pintu gerbang huruf "A", bermeditasi tiga kali [tiap hari], dan jika sang pengolah budidaya itu mampu untuk mempertahankan ini, dia akan berumur panjang dan hidup di dunia selama kalpa yang panjang. Jika dia ingin untuk dicintai dan dihormati oleh raja dan seterusnya, maka dia membuat orang itu yang dibujuk kedalam pintu gerbang huruf 'HA', dan memberi dia bunga padma dan dia sendiri memegang sankha, mereka melihat satu sama lain, lalu sesudah itu mereka akan menimbulkan kegembiraan."

Kemudian sang Bhagavan Vairocana kembali lagi menatap pada seluruh perkumpulan majelis yang besar dan menyapa Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan berkata , "Vajrapani, ada yang dilahirkan dari pikiran dari para Tathagata 'permainan dari kegiatan' dan 'tarian dari latihan' yang menampilkan berbagai macam bentuk rupa; mencakup meliputi empat unsur [dari tanah bumi, air, api, dan udara]; tinggal berdiam didalam raja pikiran (dharmakaya yang tak berbentuk yang dari huruf-Bija 'A'); yang adalah sama setara dengan ruang angkasa kosong; mencapai hasil yang luas terlihat dan tak terlihat; melahirkan tingkat dari semua Sravaka, Pratyekabuddha, dan Bodhisattva; menyebabkan semua keinginan dari para Bodhisattva yang mengolah latihan Bodhisattva melalui pintu gerbang Mantrayana sepenuhnya terkabul; diberkahi dengan berbagai macam tindakan; dan membawa manfaat kepada para mahluk yang tak terhitung. Anda harus mendengar dengan penuh perhatian dan mempertimbangkannya dengan penuh hati-hati saat Saya sekarang menjelaskan.

"Raja dari Kegaiban Rahasia, apa itu tarian dari latihan yang menghasilkan hasil yang luas dari 'pembentukan' dan 'kerusakan/pembusukan' dan yang sang Yogin capai untuk dirinya sendiri didalam keseluruhan itu?"

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile
Setelah itu, Bhagavan mengucapkan Gatha ini:

Sesuai dengan tata-cara ritual, sang Yogin pertama-tama melakukan meditasi pada kenyataan dari pikirannya dalam urutan yang benar,
Dan tinggal berdiam seperti sebelumnya sesuai dengan aturan Dharma, dia dengan baik berpikir pada Tathagata.
Dia membuat dirinya sendiri Huruf 'A', dimana dia menambahkan titik besar dari kekosongan (anusvara) [hasilnya adalah 'AM']:
Itu adalah terhormat, sepenuhnya keemasan dalam warna, dan ditandai dengan Vajra bercabang tiga diluar dari huruf 'A' berada didalam empat sudut.
Disitulah dia merenungkan untuk merubah huruf 'A' menjadi sang Buddha (Vairocana) yang dihormati dimana-mana:
Dia sama-setara dengan Samyak-samBuddha yang telah mengajarkan menjadi tanda dari kebenaran diri.
Saat dia berlatih tanpa perasaan kuatir apapun, tanda dari kebenaran diri akan muncul,
Dan dia akan menghasilkan manfaat dan kebahagiaan untuk semua mahluk di dunia.
Diberkahi dengan keajaiban yang luas, dia akan tinggal berdiam didalam keadaan seperti dari ahli ilusi,
Dan penindasan oleh ketidak-tahuan dan [tiga] keberadaan yang ditanamkan sejak waktu yang tanpa awal
Akan sepenuhnya menghilang ketika sang Yogin mencapai 'keseimbangan batin (samhita)'.
Jika dia membayangkan dalam pikiran, 'anuttara Bodhicitta (pikiran Bodhi yang tak tertandingi)',
Oleh karena tindakan dari membaca Mantra dia akan sempurna didalam hasil yang murni dan yang tidak murni
Sesuai dengan alasan selalu tidak kotor, sama seperti teratai yang muncul keluar dari lumpur,
Dan jadi berapa banyak lebih lagi jika dalam dirinya sendiri dia berhasil didalam menjadi 'Dia yang dihormati diantara orang-orang'!



Ah Vi Ra Hum Kham
Kemudian Bhagavan Vairocana lebih lanjut tinggal berdiam didalam Samadhi 'Permainan Vajra Yang Menaklukkan Empat Mara' dan mengucapkan kata-kata dari huruf Vajra untuk menaklukkan empat iblis mara itu, membebaskan enam jenis keberadaan (gati), dan memuaskan pengetahuan dari 'Dia yang maha mengetahui semua (Sarvajnana)': "Namah samantabuddhānām, āh vi ra hūm kham."(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah Vi Ra Hum Kham!).

Kemudian Vajrapani Raja dari Kegaiban Rahasia, dan para Vajradhara yang lainnya, Samantabhadra dan para Bodhisattva yang lainnya, dan seluruh perkumpulan orang banyak itu, setelah mengalami sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan mata terbuka lebar membungkuk kepada semua Sarvajna (Dia yang maha mengetahui semua) dan mengucapkan gatha ini:

"Mantra ini adalah gudang harta kebijaksanaan dari para Buddha dan para Bodhisattva penyelamat dunia,
Dengan cara dari Mantra ini, semua Buddha dan Bodhisattva penyelamat dunia,
juga PratyekaBuddha, yang terbangkitkan pada sebab dan kondisi,
dan Sravaka, yang melenyapkan penderitaan batin,
Adalah mampu untuk menimbulkan berbagai macam keajaiban kemanapun Mereka pergi dengan meliputi pokok dari tingkah laku,
Dan Mereka memperoleh pengetahuan yang tak terlampaui, pengetahuan yang tak terlampaui milik Dia yang sepenuhnya sempurna tercerahkan.
Oleh karena itu Kami memohon Anda untuk menjelaskan secara penuh, cara jalan bijaksana dari Ajaran ini,
Serta berbagai macam perbuatan seperti bagaimana bermeditasi pada penempatan huruf, dan bagaimana mengatur sang lima huruf, dan lima anggota tubuh?
Mereka yang ingin mencari latihan yang tak terlampaui dari Mantrayana di dalam Mahayana,
Melihat Dharma itu dan tinggal berdiam didalam kedamaian, akan memperoleh tempat kediaman dari kegembiraan."

Ketika Mereka telah selesai mengucapkan gatha ini, Bhagavan Maha Vairocana berkata:

"Semua dari Anda harus mendengar dengan penuh perhatian, tinggal berdiam dengan pikiran tunggal didalam keseimbangan batin."

Kemudian sang Buddha memberdayakan bagian bawah Tubuh Nya sebagai permukaan Vajra yang besar
Dan agar untuk menjelaskan Dharma ini, Dia mewujudkan tempat duduk Bodhi.

"Huruf Tertinggi 'A' adalah ' Maha-Indra-cakra (lingkaran Indra besar)'.
Dan orang harus tahu bahwa di dalam dan di luar adalah sama, lingkaran Vajra Mandala;
Disitulah orang bermeditasi membayangkan segala sesuatu, itu disebut sebagai 'Yoga-asana (kursi dari Yoga)'.
Huruf 'A' adalah hidup tertinggi yang terutama, dan ia dianggap sebagai huruf dari pelantikan;
Dengan berpikir pada huruf ini, sang Yogin bisa memerintahkan segala sesuatu. Dia bisa mendapatkan segala sesuatu.
Selalu menempatkan 'titik besar dari kekosongan (anusvara)' pada nya [menjadi bija 'AM'], dan huruf 'AM' akan mampu untuk menarik dan menganugerahkan semua hasil.
Jika selama satu bulan sang yogin membuat mudra dari Vajra kebijaksanaan (mudra dari bagian dalam Vajra bercabang lima)
Dan melakukan pembacaan huruf 'AM' tiga kali setiap hari, dia akan menghancurkan benteng ketidak-tahuan
Dan memperoleh keteguhan kebijaksanaan yang tidak berubah-rubah, tidak dapat dihancurkan oleh para dewa dan asura.
Sebagai tambahan, perbuatan untuk meningkatkan manfaat kebaikan tercapai sesuka hati
Semua ini sang Yogin selalu melakukan didalam tengah pusat dari Bhumicakra-Mandala.
Keemasan warna Nya, tubuh Nya gilang-gemilang gemerlapan, dan sang Buddha memakai mahkota rambut dibuat di jambul,
Dia yang sepenuhnya sempurna tercerahkan tinggal berdiam didalam Samadhi: Ini disebut Maha-vajra-pada (Keadaan Vajra Yang Besar tempat dari Bodhicitta huruf 'A').
Sang Yogin akan mencapai banyak jenis dari Siddhi dengan bermeditasi pada Vajra, 'padma (bunga teratai)', pedang,
'hamsa (angsa putih)', emas, tanah bumi, atau permata cintamani, benda-benda ini,
Dia membayangkan didalam 'Maha-indra Vajrasana ([lingkaran] indra yang besar)' dan melakukan Siddhi.

Sekarang Saya akan menjelaskan cara untuk menundukkan musuh, melindungi kebajikan: semua dari Anda dengarlah dengan pikiran tunggal!
Sang yogin memusatkan pikirannya bermeditasi pada samahita dari gunung meru berpuncak delapan,
Di puncak yang dia membayangkan dalam pikirannya sebuah bunga teratai yang indah menakjubkan dan tegak
[sesudah itu] Vajra bercabang tiga, Mudra dari Vajra kebijaksanaan (Vajra jnana-mudra);
Di puncak [dari ini] sang Yogin membayangkan dalam pikirannya pintu gerbang huruf ['A'] dengan dikelilingi cahaya menyala yang mengagumkan.
Dan ini dia tempatkan diatas mahkota [dari musuhnya], yang akan tetap diam dan tidak bergerak.
Dia akan membaca huruf 'AH' pada obat-obatan yang telah dimantrai seratus delapan kali - ini sang yogin harus menelan,
Dan penyakit yang terlahir dari tindakan dalam kehidupan terdahulu akan semuanya di sembuhkan.
Putra dari Buddha, Anda harus lebih lanjut mendengar pada pintu gerbang 'VA' yang paling utama.
Itu adalah warna dari salju, susu, atau sankha, dan bertumpu pada
Sebuah tumpuan dari bunga teratai putih yang segar yang muncul dari pusar orang;
Didalam konsentrasi yang paling mendalam dan tenang, [itu menyerupai] cahaya dari bulan putih di malam musim gugur:
Mandala yang seperti demikian para Buddha telah mengajarkan adalah yang luar biasa hebat.
Itu dibayangkan menjadi putih murni, [dikelilingi oleh] lingkaran bulan sembilan kali lipat,
Beristirahat dalam kabut dan menghilangkan semua siksaan panas.
Huruf 'VA' adalah semurni susu, seperti rangkaian mutiara, kristal, atau cahaya bulan,
Mengalir kemana-mana, mengisi semua tempat -
Jika sang yogin membayangkan ini dalam pikirannya, dia akan lolos dari gangguan racun.
Dengan seperti perbuatan ini, dia melakukan didalam 'altar bundar (Mandala)' [ritual dari] pencapaian sambil berada didalam 'keseimbangan batin (samahita)':
Susu, dadih, mentega segar, dadih matang, sphatika (kristal), rangkaian mutiara,
akar teratai, air dan benda seperti itu menghasilkan Siddhi dalam urutan yang sesuai.
Dia akan memperoleh jangka hidup yang tak terbatas dan mewujudkan bentuk badan yang terkemuka,
Semua kesusahan nya akan berhenti, dewa dan manusia semuanya akan memuja dia,
Dan dia akan menjadi sangat terpelajar, memiliki ingatan yang bagus, memperoleh dharani dan menjadi pandai, murni dan tanpa noda;
Melakukan [ritual dari] pencapaian melalui cara ini, dia akan secara cepat mencapai hasil dari Siddhi.
Ini disebut Mandala yang menguntungkan dari Dia yang menghentikan bencana;
Sebagai tanda dari penguasaan yang terkemuka, sebuah titik besar dari kekosongan ditempatkan [diatas puncak dari huruf 'VA' menghasilkan 'VAM' ].
Huruf 'RA' adalah kebenaran tertinggi, dan sang Buddha telah mengajarkan bahwa itu adalah pemimpin diantara yang berapi-api;
Semua tindakan penuh kejahatan bahkan lima kejahatan besar yang dimana tidak ada pilihan selain untuk menerima ganjaran
Akan semuanya menghilang ketika sang Yogin yang berlatih dengan baik itu berada didalam samahita.
Bentuk segitiga dimana itu bertumpu adalah menyenangkan pikiran dan sepenuhnya merah;
Tenang dan dikelilingi oleh rangkaian lingkaran bunga api, segitiga itu berada di dalam hati dia.
Saling bersesuaian dengan itu, dia membayangkan disitu huruf 'RA' dengan titik besar dari kekosongan (misal 'RAM', RA diubah menjadi Acala),
Dan orang yang bijaksana itu mencapai berbagai macam perbuatan dengan melakukan yoga yang sesuai itu.
[upacara untuk] 'matahari (surya)' dan 'planet (graha)' yang lainnya dan para pembantunya, serta semua tindakan yang melibatkan api,
Kekuasaan, menyebabkan dendam kebencian, dan mengeringkan seluruh anggota badan [dari musuh].
[Perbuatan] ini dikerjakan seluruhnya dilakukan didalam lingkaran api pengetahuan.
Huruf 'HA' adalah kenyataan yang terkemuka, terlahir dari 'lingkaran angin (vayu mandala)';
Selain itu, penyebab, tindakan, dan hasil, dari mana benih tumbuh,
Semuanya di musnahkan dengan titik besar dari kekosongan [yang ditambahkan ke huruf 'HA' menjadi 'HAM'].
Sekarang Saya akan menjelaskan bentuk jasmani nya: Itu adalah hitam tua, memiliki keagungan besar,
Memperlihatkan bentuk rupa penuh murka, dan sepenuhnya dikelilingi oleh rangkaian bunga lingkaran api.
Orang bijaksana itu membayangkan itu berada di dalam Mandala diantara alis matanya,
Biru tua, cakra setengah bulan, dengan sifat yang khas dari bendera berkibar [didalam angin]:
Disana dia membayangkan pintu gerbang huruf tertinggi 'HA'.
Menempatkannya didalam Mandala ini, dia mencapai apapun yang dikerjakan,
melaksanakan semua tujuan dan mewujudkannya kepada semua mahluk.
Tanpa meninggalkan tubuhnya yang sekarang, dia memperoleh kekuatan gaib atas dunia tujuan:
Dia berkeliaran di pangkalan dari ruang angkasa yang besar dan mencapai kerahasiaan dari tubuhnya,
Dia memiliki pendengaran yang hebat, organ penglihatannya adalah murni, dan dia mampu untuk membuka secara mendalam tempat-tempat rahasia.
Tinggal berdiam di dalam altar Mandala dari pikiran tunggal ini, dia mencapai banyak perbuatan.
Ketika Bodhisattva yang termashyur pertama kali duduk di tempat Bodhi (Bodhi mandala),
Dia menaklukkan rombongan besar pasukan Mara dengan yang tidak dapat dipahami dari semua sebab.
'Penyebab' menjadi tanpa sifat alami, tidak ada 'hasil', dan 'tindakan' adalah demikian juga tidak dilahirkan;
Karena ketiga ini tidak memiliki sifat alami, orang memperoleh kebijaksanaan dari kekosongan.
Bentuk nya seperti yang diumumkan oleh Dia yang sempurna maha mengetahui semua dari kebajikan besar
Adalah huruf 'KHA' dengan titik besar dari kekosongan (menjadi 'KHAM'), yang tertinggi dan [mewakili] kekosongan dari ruang angkasa kosong (kha).
Jika orang juga memperlihatkan segel Mudra Pedang Kebijaksanaan, tindakan orang itu akan secara cepat tercapai.
'Roda Dharma (Dharma cakra)', 'tali simpul (pasa)', 'pedang (khadga)', 'panah besi (naraca)',
'palu (Mudgara)', dan seterusnya - [dengan ini] orang akan mencapai dengan segera keadaan [yang unggul] ini."

Kemudian Bhagavan Vairocana menatap perkumpulan majelis yang besar itu dan menyapa 'Vajradhara Guhyakadipati (Pemegang Vajra Raja dari Kegaiban Rahasia)', dengan mengucapkan gatha ini:

Jika para Bodhisattva mengolah latihan Bodhisattva melalui pintu gerbang Mantrayana,
Membuat dari diri Mereka sendiri Huruf 'A', [menganggap] yang didalam dan yang diluar menjadi sama semua.
Meninggalkan semua tujuan, mempersamakan kerikil, emas dan permata,
Dan memisahkan diri mereka sendiri dari semua tindakan penuh kejahatan, serta tamak iri hati, kemarahan, dan seterusnya,
Mereka akan semuanya memperoleh kemurnian, seperti para Buddha dan Muni,
Mampu untuk menghasilkan manfaat, dan terbebas dari semua kesalahan.
Selanjutnya, dengan hormat kepada huruf 'VA', sang Yogin yang berlatih Mantrayana, mengandalkan pada Yoga
Dan memahami pelaksanaan dari ritual, agar untuk menguntungkan para mahluk
Menjadi penyelamat dunia didalam pribadinya: segala sesuatu adalah seperti ini.
Dengan air dari pikirannya yang tenang dan penuh untuk meluap, putih murni seperti salju atau susu,
Dia harus menimbulkan pikiran yang tegas dan meneteskan [air] di sepanjang seluruh tubuhnya
Sehingga, mengalir yang paling murni, mereka menyebar ke seluruh lubang kulit porinya,
Dari dimana mereka meluap didalam dan menyerap tembus tanah bumi.
Dengan air dari belas kasih ini, dia memeriksa para mahluk yang menderita dari dunia,
Dan siapapun yang meminumnya, atau lagi, tubuh siapapun yang tersentuh oleh itu,
Akan semuanya pasti mencapai Bodhi.
Didalam 'keseimbangan batin (samhita)', dia membayangkan pintu gerbang huruf 'RA' di seluruh tubuhnya,
Memancarkan cahaya nyala api diseluruh sekeliling yang adalah hening-tenang dan bersinar dimana-mana.
Cahaya dari Yogin berputar keluar dan menyerap-meliputi semua tempat,
Dan menguntungkan dunia sesuai dengan keinginan [orang-orang], sang yogin akan berlatih kemampuan gaib.
[Membayangkan] pintu gerbang huruf 'RA' didalam tubuh atasnya dan huruf 'VA' didalam lingkaran pada pusarnya,
Dia akan memancarkan api dan menyebabkan hujan turun, mewujudkan mereka secara bersamaan:
Dengan huruf 'RA' dia mampu untuk melenyapkan penderitaan dari kedinginan yang sangat di dalam neraka,
Dan dengan tinggal berdiam didalam cara Mantra, dia menghilangkan yang panas berapi-api dengan huruf 'VA'
Membuat tubuh bagian bawahnya huruf 'RA' dan dengan huruf 'HA' sebagai sebuah simbol-lencana,
Tindakan akan secara cepat tercapai, dan dia menyelamatkan 'para mahluk yang memiliki perbuatan penuh kejahatan menyedihkan'.
Tinggal berdiam didalam lingkaran 'Vajra Indra yang besar (Vajra-maha-indra)', dia melakukan perbuatan dari naga air [dengan huruf dari 'A' dan 'VA'],
Dan sang Mantra yogin harus tidak memiliki keraguan apapun tentang semua penaklukan dan seterusnya.
Angin [diwakili oleh huruf 'HA'] adalah meresap-meliputi semua dan membuka rintangan dan menghancurkan semua dan segala sesuatu;
Perbuatan yang bermacam-macam dan yang didalam dan yang diluar dari berbagai jenis ini
Orang ini melakukan sesuai dengan aturan didalam Mandala setengah lingkaran dari angin.
Jika orang bermeditasi membaca [huruf 'HA'] dalam lingkaran, menyentuh hati seseorang dengan itu, orang akan memperoleh kemurnian dari organ batin,
Dan jika orang membaca nya ketika sedang berjalan disekitar dan bermeditasi terbang mengapung diudara, orang akan memperoleh kemampuan gaib.
Jika ketika sedang duduk dengan nyaman, orang membayangkan huruf 'A', membayangkannya menjadi berada didalam organ pendengaran,
Dan membaca selama sebulan penuh, orang akan memperoleh kemurnian pendengaran."

"'Raja dari Kegaiban Rahasia (Guhyakadipati)', ini adalah Siddhi yang terlahir dari pikiran. Raja dari Kegaiban Rahasia, ketika orang membayangkan [huruf-huruf ini], bermacam-macam dan serba-serbi dari jenis 'formasi (samskāra)' adalah terlahir seketika pada saat berpikir, dari itu yang tidak memiliki baik bentuk maupun rupa, dan dengan hanya membaca nya orang mampu menghasilkan benih dari semua tindakan bermanfaat seperti ini."

"Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, tidak ada yang sang Tathagata tidak hasilkan. Untuk Bodhisattva yang mengolah latihan Bodhisattva melalui pintu gerbang Mantrayana, Dia adalah seperti pantulan gambar: dia menyesuaikan diri dengan semua tempat, menyesuaikan diri dengan pikiran dari semua mahluk, muncul dihadapan mereka semua, dan menyebabkan semua mahluk memperoleh kegembiraan. Itu semua karena sang Tathagata tidak memiliki pikiran yang membeda-bedakan dan telah memisahkan Diri sendiri dari alam-alam tujuan."

Kemudian Bhagavan Vairocana mengucapkan gatha ini:

Walaupun sang Tathagata melampaui waktu, arah dan kegiatan,
dan terpisah dari apa yang sesuai dengan Dharma dan apa yang tidak sesuai dengan Dharma,
Dia mampu menganugerahkan keadaan dari Siddhi yang terlahir dari latihan Mantra,
Oleh karena itu, Dia yang maha mengetahui, hasil dari Siddhi sang Tathagata,
dianggap sebagai keadaan yang paling dipuja, dan [untuk ini] orang harus melakukan [ritual dari] pencapaian.




Vajra Mudra

BAB 7
Mencapai Siddhi

Kemudian Vajradhara yang menguntungkan membuka lebar mata Nya dalam keingin tahuan,
Dalam tangan Nya Dia memutar-mutar segel Mudra Vajra, yang berkilau-kilau seperti cahaya dari api,
Kecemerlangannya menerangi semua wilayah Buddha dimana-mana,
Dan dengan suara yang maha mulia Dia memuji sang Muni, raja yang berkuasa atas dharma.
"Anda mengajarkan latihan-latihan Mantra, tapi latihan-latihan itu tidak dapat dimengerti.
Dari mana Mantra-Mantra datang dan dimana mereka pergi?
Semoga para Buddha menjelaskan keadaan ini yang melampaui, yang tiada ada apapun yang lebih tinggi,
Tujuan dimana semua dharma kembali, sama seperti aliran sungai menuju ke laut!"

Ketika sang Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia telah selesai mengucapkan demikian, sang Bhagavan menyapa Nya, dengan berkata:

Mahasattva, bidang indera dari pikiran 'hati (hrdaya)' digambarkan sebagai Mandala,
Dan ketika pangkalan dari Mantra dipahami berada didalam hati,
Orang mencapai hasilnya.
Segala sesuatu yang dibedakan adalah semuanya dilahirkan dari pikiran;
Pembeda dari putih, kuning, merah, dan yang seperti itu adalah muncul dari pikiran.
'Pikiran yang tetap' ketika kegembiraan digambarkan sebagai tempat bagian dalam dari hati;
Mantra, ditempatkan di posisi itu, mampu untuk menganugerahkan hasil-hasil yang sangat luas.
Orang bermeditasi-berpikir tentang bunga teratai dengan delapan daun bunga dan menyebar dengan benang sari dan putik;
Diatas tumpuan yang penuh bunga ada pintu gerbang huruf 'A', dengan rangkaian lingkaran bunga api dan sungguh kelihatan bagus,
Pancaran sinarnya meresap meliputi semua sehingga menerangi para mahluk.
Itu adalah seperti kejadian yang terjadi bersama-sama dari seribu cahaya kelap-kelip dari halilintar dan memiliki berbagai macam bentuk dari Buddha;
Huruf 'A' berada [seperti gambar yang dipantulkan] didalam cermin bulat tersembunyi mendalam.
Ia mewujudkan dirinya sendiri didalam semua tempat,
Dan ia muncul dimana-mana dihadapan para mahluk seperti bulan [yang dipantulkan] didalam air yang bersih.
Mengetahui sifat alami dari pikiran seperti ini, orang berhasil dalam tinggal berdiam di dalam latihan Mantra.
Selanjutnya, diatas puncak kepala orang dimana tulang parietal bertemu,
Orang membayangkan huruf 'AM', di tandai dengan titik besar dari kekosongan.
Kelihatan bagus, murni dan tanpa noda, seperti kristal, bulan, atau halilintar,
Itu digambarkan sebagai tubuh dharma (dharmakaya) yang hening tenang dan penyokong dari segala sesuatu.
[Dari itu] Siddhi dari Mantra mewujudkan jenis-jenis yang berbeda dari bentuk,
Dan orang memperoleh kebahagiaan surga dan pembebasan dan melihat dari jauh keadaan dari Tathagata.
Pasang di mata huruf 'RA', bersinar seperti lampu yang terang.
Orang membungkukkan leher, menurunkan kepala sedikit, dan tempatkan lidah dekat langit-langit mulut,
Dan jadi, orang memeriksa tempat dari pikiran: pikiran akan mewujudkan 'keseimbangan batin (samahita)'.
Pikiran itu selalu hadir seperti cermin bulat, tanpa noda, menakjubkan, dan murni:
Yang seperti itu telah diumumkan menjadi pikiran yang benar oleh para Buddha dari masa lalu.
Ketika orang telah menerangi sang jalan dengan mana pikiran menjadi jelas, objek benda semuanya memancarkan cahaya.
Dan sang Yogin akan melihat Dia yang sepenuhnya sempurna tercerahkan, dihormati diantara mahluk berkaki dua:
Jika dia melihat Nya, dia akan mencapai intisari yang terutama dan yang abadi dari Siddhi.
Selanjutnya, dia kemudian bermeditasi membayangkan bahwa dia mengubah bentuk pintu gerbang hururf 'RA' ini,
Menempatkan huruf 'RA' dengan titik besar dari kekosongan (menjadi 'RAM') didalam posisi dari matanya.
Melihat keadaan kekosongan dari segala sesuatu, dia mencapai keadaan dari keabadiaan.
Jika, menginginkan kebijaksanaan yang luas, atau latihan dari lima kemampuan gaib,
Umur panjang dengan tubuh yang kelihatan muda, pencapaian dari [keadaan dari] vidyādhara dan seterusnya,
Sang yogin belum mencapai mereka, itu adalah karena dia belum mengikuti tatacara ini.
Kebijaksanaan yang dibangkitkan oleh Mantra adalah pengetahuan nyata yang tertinggi,
Gudang harta dari semua Buddha dan Bodhisattva penyelamat dunia,
Dengan mana para Samyaksambuddha, para Bodhisattva penyelamat dunia,
Dan para Sravaka mengembara melalui tempat yang lain,
Dan disemua 'wilayah Buddha (Buddha-ksetra)', Mereka memberikan Ajaran yang seperti itu.
Dengan begitu orang memperoleh pengetahuan yang tidak terlampaui, pengetahuan yang tidak terlampaui dari Buddha.






Maha Vairocana Tathagata Arhat Samyak SamBuddha


Maha Vairocana Garbhakosa Dhatu Mandala


Maha Vairocana Abhisekha Jvala Bija Mandala


Maha Vairocana Bija Garbhakosa Dhatu Mandala
BAB 8
Latihan Mandala Dari Roda Huruf Yang Berputar

Setelah itu, Bhagavan Vairocana memeriksa seluruh perkumpulan majelis besar, memeriksa alam dari para mahluk dengan Mata yang telah mengolah Maha Karuna, dan tinggal berdiam di dalam Amrta Samadhi 'Terlahir dari Nektar'. Dari dalam keadaan konsentrasi ini sang Buddha kemudian mengucapkan Vidyārājnī "Kekuatan Yang Tidak Terintangi Diseluruh Tiga Masa": Tad yathā, gaganasame apratisame sarva-tathāgata samant-ānugate gaganasama-vara-laksane svāhā. (Yaitu: Anda yang sama dengan ruang angkasa! Yang tanpa bandingan! Yang telah mencapai kesamaan dengan semua Tathagata! Yang memiliki sifat yang unggul seperti langit! Swaha!).

"Tuan-tuan yang baik, Vidyārājnī  ini mewakili bidang yang tidak berbeda dari tubuh Tathagata." Dan Dia mengucapkan gatha ini:

Dengan pemberdayaan ini oleh sang Buddha, para Bodhisattva 'Mahayasa (kemashyuran besar)' tidak terintangi didalam dharma dan mampu memadamkan semua penderitaan.

Kemudian Bhagavan Vairocana mengingatkan kembali 'awal-mula tiada kelahiran (adi-anutpada)' dari para Buddha, memberdayakan diri Nya sendiri dan para Vajradhara dan menyapa para Vajradhara yang dipimpin oleh Vajrapani dan seterusnya, dengan berkata, "Tuan-tuan yang baik, dengarlah dengan penuh perhatian pada bagian dari latihan Mandala untuk Roda 'Huruf (aksara)' Yang Berputar, dengan mana para Bodhisattva yang mengolah latihan Bodhisattva melalui pintu gerbang dari Mantrayana mampu untuk melakukan perbuatan Buddha dan mewujudkan tubuh-diri Mereka dimana-mana."

Kemudian Vajradhara turun dari kursi 'bunga teratai Vajra Nya (Vajra-padmasana)', berputar [seperti Vajra berputar melalui udara], menundukkan Kepala Nya kepada sang Bhagavan, dan memuji Dia, dengan berkata:

Saya berlindung didalam 'pikiran Bodhi (Bodhicitta)'; Saya berlindung didalam Anda yang telah membangkitkan pikiran Bodhi;
Saya membungkuk kepada intisari pokok dari latihan, 'tingkat-tingkat (bhumi)' dan paramita;
Saya memberi penghormatan kepada Anda yang telah sebelumnya mengerjakannya;
Dan Saya berlindung kepada Anda yang telah mencapai 'Kekosongan (Sunyata)'.

'Sang Raja dari Kegaiban Rahasia (Guhyakadipati)', setelah memuji sang Bhagavan dalam cara ini, berkata kepada sang Buddha, "Saya hanya memohon Anda, Raja Dharma, untuk mengasihani dan memikirkan Kami, dan untuk menjelaskan nya secara terperinci agar untuk menguntungkan para mahluk dan sehingga pengolahan Mantra mungkin bisa disempurnakan sesuai dengan apa yang telah Anda ajarkan."

Ketika Vajradhara Guhyakadipati telah selesai mengucapkan demikian, sang Bhagavan Vairocana menyapa Dia, dengan berkata:

Saya adalah asal mula dari segala sesuatu dan disebut Penyokong dunia;
Ajaran Dharma Saya adalah tiada bandingan, asli diam tak bergerak, dan tak terlampaui.

Kemudian sang Buddha, setelah mengucapkan Gatha ini, melakukan pemberdayaan sedemikian rupa bahwa karena pemberdayaan Nya para Vajradhara dan para Bodhisattva mampu untuk melihat 'tempat duduk Bodhi (Bodhi-mandala)' yang paling unggul dari sang Buddha, dengan sang Bhagavan yang tanpa pendapat yang sembrono sama seperti ruang angkasa kosong dan ditandai dengan yoga dari latihan yang tiada duanya. Yang mewakili pematangan dari Karma. Dengan seketika anggota tubuh dari sang Bhagavan semuanya mewujudkan huruf 'A' ini, yang bagi semua Sravaka dan Pratyekabuddha yang secara rajin mengolah pencapaian Siddhi didalam perenungan dan meditasi adalah sama seperti hidup, sama seperti 'bija (benih)', sama seperti penyokong, dan sama seperti penyelamat dunia:

"Namah Samanta Buddhānām, A"

"Tuan-tuan yang baik, huruf bija 'A' ini telah diberi kuasa pemberdayaan oleh semua Tathagata. [Dengan itu] Para Bodhisattva yang mengolah latihan Bodhisattva melalui pintu gerbang Mantrayana adalah mampu untuk melakukan perbuatan-perbuatan Buddha dan mewujudkan tubuh-tubuh fisik dimana-mana, dan semua Dharma berputar pada pintu gerbang huruf 'A'. Oleh karena itu, Raja dari Kegaiban Rahasia, jika para Bodhisattva yang mengolah latihan Bodhisattva melalui pintu gerbang Mantrayana ingin melihat sang Buddha, ingin membuat persembahan kepada sang Buddha, ingin mencapai pembangkitan dari pikiran Bodhi, ingin berteman dengan para Bodhisattva yang lainnya, ingin menguntungkan para mahluk, ingin mencari Siddhi, ingin mencari pengetahuan dari Dia yang maha mengetahui semua, Mereka harus berlatih didalam intisari dari semua Buddha."

Kemudian sang Bhagavan Vairocana kembali lagi menjelaskan secara pasti kemampuan gaib dari Samadhi,  latihan Mantra, dan cara yang tidak terbayangkan untuk mengatur posisi dari Mahluk Suci didalam Raja Mandala Yang Terlahir Dari Rahim Belas Kasih Yang Besar.

Sang Acarya pertama-tama tinggal berdiam didalam huruf 'A', pintu gerbang ke Dia yang maha mengetahui (sarvajnana), dan memegang tali Sutra, dia membungkuk kepada semua Buddha, dan memperluas itu ke bagian timur, berputar ke selatan dan kemudian ke bagian barat, dan berpindah disekitar ke bagian utara. Selanjutnya, dia membuat [dirinya sendiri] Vajrasattva dengan memberdayakan dirinya sendiri sebagai Vajradhara, baik dengan cara segel Mudra Nya ataupun huruf bija 'VA' . Masuk kedalam Mandala, dia mempersiapkan tengah-pusat Mandala, meletakkan huruf 'VA' di pikiran untuk membuat Mandala. Demikian juga, didalam pusat Mandala kedua juga, karena dia memberdayakan dirinya sendiri dengan keheningan-tenang yang asli, dia mempunyai bentuk dari Yoga yang tiada duanya, bentuk dari Tathagata, dan bentuk dari kekosongan. Selanjutnya, dia meninggalkan jalan [dimana perbuatan ritual] dilakukan dan dua bagian itu sesuai dengan tempat kediaman dari para Mahluk suci itu, dan, meninggalkan tiga bagian ini, dia tinggal berdiam didalam posisi dari para Tathagata [didalam tengah-pusat dari Mandala itu]. Dari bagian timur dia membentangkan tali sutra itu dan berkeliling di garis lingkaran itu. Di dalam sisa dua pusat Mandala juga dia harus melakukan perbuatan ritual dengan cara ini. Kemudian dia memberdayakan dirinya sendiri sebagai Vairocana Buddha, bermeditasi berpikir pada dharmadhatu yang luas dan mengatur lima warna. Sang Yogin yang berlatih Mantrayana harus memulai dengan warna putih yang tak bernoda."

Bhagavan Mahavairocana kemudian mengucapkan gatha ini:

Dengan dharmadhatu yang murni ini, semua mahluk di murnikan.
Dan diri orang adalah sama seperti Tathagata, terhapus dari semua kesalahan.
Bermeditasi dalam cara ini, orang membayangkan pintu gerbang huruf 'RA',
Hening-tenang, dengan rangkaian bunga api berbentuk lingkaran yang terang, dan warna dari bulan cerah atau 'sankha (kulit keong Dharma)'.
Kedua, orang menggunakan warna merah: sang yogin harus menyimpannya dalam pikiran
Dan membayangkan huruf 'A' bersinar terang dengan titik besar dari kekosongan dari 'ketiadaan' yang asli,
Bersinar dengan kecemerlangan dari matahari terbit, yang tertinggi, yang tak bisa dihancurkan,
Ketiga, sang Yogin yang berlatih Mantrayana selanjutnya menggunakan warna kuning:
Pikirannya berkonsentrasi pada pintu gerbang huruf 'KA', dia harus mengikuti ajaran ritual itu.
Penampilan tubuh fisiknya sama seperti emas asli, didalam keadaan dari meditasi dia menghancurkan semua racun;
Sinar dari cahaya menyebar dimana-mana, dan dia adalah keemasan dalam warnanya, seperti sang Muni.
Selanjutnya dia harus menggunakan warna hijau, yang membebaskan orang dari kelahiran dan kematian;
Dia membayangkan pintu gerbang huruf 'VA', tempat duduk Bodhi dari Dia yang hening-tenang besar (mahāmuni),
Dan warna dari tubuhnya adalah seperti pelangi, dia menghilangkan semua ketakutan.
Terakhir dia menggunakan warna hitam, corak warnanya yang paling misterius:
Dia membayangkan pintu gerbang huruf 'HA', menghasilkan lingkaran cahaya di seluruh sekeliling,
Sama seperti nyala api yang sangat dahsyat dari bencana [pada akhir] dari kalpa;
Dengan mahkota permata dan mengangkat segel mudra di tangannya,
Dia membuat takut semua iblis dan menaklukkan pasukan Mara.

Kemudian Bhagavan Vairocana bangkit dari Samadhi itu dan tinggal berdiam didalam Samadhi "Kemenangan Yang Tak Terbatas," dan ketika berada didalam keadaan meditasi ini, Dia mengungkapkan vidyārājnī "Kekuatan Semesta Yang Tak Bisa Diganggu-gugat," terlahir didalam wilayah dari semua Tathagata. Vidya itu adalah:

"Namah sarva-tathāgatebhyah sarva-mukhebhyah, asame parame acale gagane smarane sarvatrānugate svāhā." (Menyembah hormat kepada semua Tathagata di semua penjuru arah! Anda Yang Tertinggi! Yang Diam Tidak Bergerak! Langit! Anda Yang Ingat! Yang Meresap Meliputi Semua! Swaha!)

Selanjutnya, sang Acarya mempersiapkan warna. Dia menundukkan kepalanya kepada sang Bhagavan dan Prajnāpāramitā dan membaca Vidyārājnī ini delapan kali. Kemudian dia bangkit dari tempat duduknya, berputar mengelilingi Mandala itu, masuk kedalam, dan dengan kekuatan dari kebaikan yang besar dan kasih sayang yang besar, dia berpikir tentang murid-muridnya. Sang Acarya kemudian memberdayakan dirinya sendiri sebagai Karma Vajrasattva dengan pintu gerbang huruf 'VA' serta Varadavajra (misal, Manjusri), lalu sesudah itu dia harus menggambar Mandala besar 'Lahir Dari Rahim Kasih Sayang Yang Besar. (Maha Karunodhbhava-Maha-Mandala)'

Di tengah-pusat dia dengan tenang membuat gambaran dari Bhagavan Mahāvairocana, duduk diatas bunga teratai putih, memakai diatas kepala Nya [mahkota dari] rambut yang dikerjakan dijambul, dengan 'pata (kain)' untuk pakaian dalam Nya dan memakai sutera tipis di atas puncak, penampilan tubuh fisik Nya keemasan dalam warnanya, dan dikelilingi dengan rangkaian bunga api berbentuk lingkaran; sebagai kemungkinan lain, [Dia mungkin digambarkan] dengan segel Mudra dari mahkota Tathagata (Buddhosnisa) atau dengan huruf bija, yaitu pintu gerbang huruf 'A'. Semua Buddha didalam bagian timur [digambarkan] dengan pintu gerbang huruf 'A' dengan titik besar dari kekosongan [menjadi 'AM'].
Untuk Gaganalocanā, sang Ibu dari semua Tathagata (Buddha-matrka), didalam penjuru arah aiśānī (arah timur laut) dia harus menulis huruf 'GA'. Untuk semua Bodhisattva, didalam penjuru arah dari Agni (arah bagian tenggara) dia menggambar permata cintamani atau menempatkan huruf 'KA'. Untuk Avalokitesvara, didalam penjuru arah dari Yaksa (arah utara),  [dia menempatkan] segel Mudra dari bunga teratai dan menggambar para Bodhisattva yang akan berhasil menggantikan posisi [dari sang Buddha] setelah satu kelahiran lagi bersama-sama dengan para pembantu Mereka, atau dia membentuk huruf 'SA'. Didalam penjuru arah dari Yama (arah selatan), melewati tiga sub bagian itu, dia menempatkan segel Mudra dari 'kebijaksanaan Vajra (Vajar Jnana Mudra)', Vajradhara 'Raja dari Kegaiban Rahasia (Guhyakadhipati)' dan para pembantu Nya, atau dia menulis huruf 'VA', meninggalkan tiga posisi ini, dia menggambar segel Mudra dari semua Vajradhara atau menulis huruf Mereka, yaitu, huruf 'HUM'. Selanjutnya, dipenjuru arah dari Nairrti (barat daya), dibawah Mahāvairocana Tathagata, dia membuat gambaran dari Acalanātha, duduk diatas batu, sedang memegang tali simpul dan pedang kebijaksanaan di tangan Nya, dilingkari dengan rangkaian bunga api berbentuk lingkaran, dan sedang mengancam para penghalang; sebagai kemungkinan lain, dia menempatkan segel Mudra Nya atau menulis huruf Nya, yaitu, 'HAM'.
Didalam penjuru arah dari Vāyu (arah barat laut) adalah Trailokyavijaya yang dihormati, yang menghancurkan penghalang besar: Dia memiliki nyala api yang terang diatas dan sangat penuh murka seperti Yama, bentuk badan Nya adalah hitam dalam warnanya, diantara mereka yang mengerikan Dia adalah yang paling mengerikan, dan di tangan Nya Dia memutar-mutar Vajra; sebagai kemungkinan lain, sang Acarya membuat gambaran segel Mudra Nya atau menulis huruf Nya, yaitu huruf 'HA'.

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile
"Berikutnya, dalam empat penjuru arah, Acarya menggambar 'Empat Pelindung Besar (Maha Catur Pala)'. Pelindung yang berada di penjuru arah Sakra Indra (yaitu, timur) disebut 'Abhaya (Pala = 'Pelindung', Abhaya ='Tanpa Rasa Takut', Abhaya-pala)': Dia adalah berwarna emas, memiliki jubah putih, wajahnya menunjukkan penampilan yang sedikit murka, dan di tangannya Dia memegang Danda (tongkat); sebagai kemungkinan lain, sang Acarya membuat gambaran segel Mudra Nya atau menulis huruf Nya, yaitu huruf 'Va'. Pelindung yang berada di penjuru arah Yaksa (yaitu, utara) disebut 'Sarva bhaya vināśin (Menghapus Semua Ketakutan)': Dia berwarna putih, memiliki jubah putih, memegang 'Khadga (Pedang)' di tangannya, memiliki api yang terang, dan mampu menghancurkan semua ketakutan; sebagai kemungkinan lain, sang Acarya membuat gambaran segel Mudra Nya atau menulis huruf Nya, yaitu huruf 'Va'. Pelindung yang berada di penjuru arah Naga (yaitu, barat) disebut 'Durdharsa (Tidak Pernah Menyerah)': Dia berwarna merah seperti warna bunga asoka, memakai jubah berwarna merah tua, memiliki wajah tersenyum, dan berada di tengah-tengah nyala api yang cerah, sedang menatap pada seluruh perkumpulan majelis; sebagai kemungkinan lain, sang Acarya membuat gambaran segel Mudra Nya atau menulis huruf Nya, yaitu huruf 'Sah'. Pelindung yang berada di penjuru arah Yama (yaitu, selatan) disebut 'Vajrāparājita (Tidak Terkalahkan Seperti Vajra)': Dia berwarna hitam, memiliki jubah gelap, memiliki ekspresi 'Bhrkuti (cemberut)' dengan pola bergelombang diantara alisnya, dan memakai mahkota rambut [disusun di jambul] di atas [kepalanya], tubuhnya memiliki kemegahan yang mengagumkan yang menerangi alam para makhluk, dan di tangannya Dia memegang Danda dan mampu menghancurkan penghalang besar; sebagai kemungkinan lain, sang Acarya membuat gambaran segel Mudra Nya atau menulis huruf Nya, yaitu huruf 'Ksam'. Selain itu, semua petugas dan utusan semuanya duduk di bunga teratai putih.

"Setelah menata [para Mahluk Suci] dengan cara ini, sang Mantra Yogin selanjutnya harus pergi ke luar dan di sektor kedua menggambar sang Raja Muni dari garis keturunan Sakya (yaitu, Sakyamuni): Dia memakai jubah Kasaya dan memiliki 32 ciri-ciri dari Guru Pembimbing untuk mengajarkan Ajaran Tertinggi dan memberikan Keberanian pada semua makhluk; sebagai kemungkinan lain, Mantra Yogin membuat segel seperti 'Kasaya' atau 'Patra (Mangkok Pindapatta)' atau menulis huruf Nya, yaitu, huruf 'Bhah'.

"Selanjutnya, di Mandala luar, sang Mantra Yogin memberdayakan diri-nya sendiri dengan 'sifat alami dari alam dharma (dharmadhatutva)' dan membangkitkan 'pikiran Bodhi (Bodhicitta)'. Meninggalkan tiga subbagian [dari Mandala luar], sang Mantra Yogin harus membuat penghormatan tiga kali, berpikir dalam pikirannya sang Bhagavan Vairocana dalam warna yang sama seperti sebelumnya. Di penjuru arah Sakra (yaitu, timur), di sektor ketiga, dia menggambar Varadavajra sebagai sosok 'pemuda (kumara)': di tangan kiri-Nya Dia memegang 'bunga teratai biru (utpala)' dengan alu dari 'kebijaksanaan Vajra (jnanavajra)' yang ditempatkan di atas, Dia telah menghiasi diri-Nya dengan untaian permata dan memiliki kain sutra tipis yang indah untuk pakaian dalam dan kain sutra yang sangat ringan dan halus untuk pakaian atas, tubuh-Nya berwarna kuning-jingga, dan Dia memiliki lima jambul di atas kepala-Nya; sebagai kemungkinan lain, sang Acarya Mantra Yogin membuat gambaran segel Mudra Nya atau menulis huruf Nya. Mantra-Nya adalah:  Namah samantabuddhānām, Mam.

"Di sebelah kanan-Nya adalah sang pemuda Jālinīprabha, benar-benar sepenuhnya sempurna dalam segala ciri-ciri fisik-Nya dan memegang mahkota jaring permata di tangan kiri-Nya sebagai Samadhi dan 'kait (ankusa)' di tangan kanannya sebagai Jnana; sebagai kemungkinan lain, sang Mantra Yogin membuat gambaran segel Mudra Nya atau menulis huruf Nya, yaitu huruf 'JAM'. Di penjuru arah Yama (yaitu, selatan) adalah Bodhisattva Sarva-nivarana-viskambhin: Dia berwarna emas, memiliki mahkota rambut [yang disusun di jambul], dan memegang 'permata pengabul keinginan (cintamani)'; sebagai kemungkinan lain, sang Acarya Mantra Yogin membuat gambaran segel Mudra Nya atau menulis huruf Nya, yaitu, huruf 'ah'. Di penjuru arah Yaksa (yaitu, utara) adalah Bodhisattva Ksiti-garbha: berwarna seperti bunga priyangu (warna coklat kemerahan), Dia memegang bunga teratai di tangan-Nya dan dihiasi dengan untaian permata; sebagai kemungkinan lain, sang Acarya Mantra Yogin membuat gambaran segel Mudra Nya atau menulis huruf Nya, yaitu, huruf 'i'. Di penjuru arah Naga (yaitu, barat) adalah Akasagarbha: Dia berwarna putih dan memiliki jubah putih, tubuh-Nya memiliki lingkaran cahaya api berkobar, dan Dia dihiasi dengan untaian permata dan memegang Khadga di tangan-Nya; sebagai kemungkinan lain, sang Acarya Mantra Yogin membuat gambaran segel Mudra Nya atau menulis huruf Nya, yaitu, huruf 'i'.

Sang Mantra Yogin duduk dengan nyaman, tinggal berdiam dengan tenang di dalam dharmadhatu;

Dengan berpikir 'Saya adalah sama persis identik dengan sifat alami dari dharmadhatu,' Dia tinggal berdiam didalam Bodhicitta.

Menghadap penjuru arah Sakra (yaitu, timur), Dia membentuk 'Segel Kebijaksanaan Vajra (Vajra-jnana-mudra)';

Berikutnya, Dia membuat [dirinya kedalam] Tindakan Vajra (yaitu, Karma-Vajrasattva) dan dengan sungguh-sungguh membuat 'persembahan (puja)'.

Dia menampilkan Segel Samaya dari para Bhagavan Buddha,

Berpikir semua tempat penjuru arah dan membaca Mantra itu tiga kali.

Memanggil murid-murid sesuai dengan ritual, dia membuat mereka menghadap Altar itu dan memurnikan mereka.

Dia menganugerahkan pada mereka Tiga Perlindungan, dan biarkan mereka tinggal didalam Bodhicitta yang tertinggi,

Dia harus membuat kepada murid-murid 'Segel Sifat Alami Alam Dharma (dharmadhatutva mudra)';

Berikutnya dia membuat Segel Roda Dharma (dharmacakra mudra), dengan satu pikiran tunggal mengenali dirinya sendiri serta intisari pokoknya.

Dia menutupi wajah mereka dengan kain sutra, dan membangkitkan pikiran kasih sayang,

Dia membuat 'Amogha Mudra' (Mudra dari Samanta puja) memastikan bahwa mereka tidak dengan tangan hampa sehingga mereka bisa mewujudkan Bodhi.

Dengan berbicara ke telinga mereka, Dia mengumumkan kepada mereka 'aturan yang sempurna yang tak tertandingi (anuttara-samyak-sila)'.

Berikutnya, Dia harus membuat kepada mereka Segel Samaya dari SamyaksamBuddha.

Dengan memberi mereka bunga Padma yang telah terbuka, Dia membuat mereka menghasilkan Bodhicitta,

Dan di mana pun bunga-bunga itu mendarat [ketika dilempar ke mandala], Dia mengajari para peserta latihan dengan sesuai;

Dengan melaksanakan janji melalui cara ini, Dia harus mengajarkan semua kepada mereka. "

Kemudian sang Vajradhara, yang diberkahi dengan kebajikan, membuat permintaan lain kepada sang Bhagavan:

"Saya hanya mohon, Yang Tertinggi di antara Laki-Laki, untuk menjelaskan ritual Abhiseka."

Kemudian sang Bhagavan, tinggal berdiam penuh ketenangan didalam dharmadhatu,

menyapa Vajrapani: "Dengan satu pikiran tunggal Anda harus mendengarkan dengan penuh perhatian

Saat Saya jelaskan petunjuk ritual Dharma-sasana yang membawa Penguasaan Tertinggi.

Sang Pengajar memberdayakan dirinya sendiri dengan sifat alami dari Tathagata

Atau lagi dengan 'Segel Mistik (Mudra)'; berikutnya Dia harus memanggil para murid dan membuat mereka tinggal di dalam Mandala 'Raja Bunga Teratai (Padmaraja)' ,' yang memiliki sifat alami dari dharmadhatu.

Dengan [empat] 'botol permata (Ratna-kalasa)' yang diberdayakan oleh empat Bodhisattva besar (Samantabhadra, Manjusri, Avalokitesvara, dan Maitreya),

Dan setelah membuat Segel 'Lahir dari semua anggota badan [Tathagata]  (Angodbhava Mudra = Mudra dari Vajrasattva),'

Dia menggunakan [botol kalasa itu] untuk memercikkan air keatas kepala mereka.

Di jambul mereka Dia harus menganugerahkan pintu gerbang huruf 'AM' dengan [titik besar dari] kekosongan,

Di hati mereka Dia menempatkan huruf dari yang tanpa kelahiran (yaitu, A), dan

Di dada mereka Dia menampilkan huruf dari yang tanpa noda (yaitu, Ra),

Atau Dia menempatkan huruf 'A' di semua kasus, membayangkan dalam hati mereka tokoh dengan mahkota rambut yang disusun di jambul, berseri-seri bersinar warna emas,

Tinggal berdiam di atas alas dari bunga teratai putih, dan sama persis dengan Buddha Jina. "


Ini adalah akhir dari gulungan ketiga dari Kitab Suci Penerangan Sempurna, Perubahan Gaib, dan Pemberdayaan dari Mahavairocana.

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile


Guhya Mudra


Bab 9
Guhya Mudra

Kemudian Bhagavan Vairocana memeriksa seluruh perkumpulan majelis berjumlah besar itu dan menyapa sang Vajradhara, sang Guhyakadipati, dengan mengatakan, "Guhyakadipati, ada lencana lambang yang sama persis dengan perhiasan Tathagata dan sama persis dengan cara dari dharmadhatu. Jika Seorang Bodhisattva, tubuh-Nya dihiasi dengan ini, menampilkan bendera dari Maha Bodhi itu di semua perkumpulan majelis berjumlah besar dari para Tathagata saat Dia melewati semua haluan takdir ketika di dalam [siklus] lahir dan mati, maka para Dewa, Naga, Yaksa, Gandharva , Asura, Garuda, Kimnara, Mahoraga, Manusia, dan Mahluk bukan manusia akan menghormati Dia, berputar mengelilingi Dia, menerima ajaran-ajaran-Nya, dan mempraktekannya. Dengarkan dengan penuh perhatian sekarang dan pertimbangkan dengan hati-hati saat Saya jelaskan. "

Ketika sang Buddha selesai berbicara demikian, Vajrapani mengatakan, "Bhagavan, sekarang adalah waktunya! Bhagavan, sekarang adalah waktunya! "

Kemudian sang Bhagawan segera berdiam di dalam samadhi "Kekuatan Tubuh Yang Tidak Bisa Diganggu-gugat," dan ketika sedang tinggal berdiam didalam Dhyana ini, Dia mengucapkan Vidyārājñī dari 'Asama-Samaya-Bala (Kekuatan Samaya Yang Tiada Bandingan)' , Yang Tidak Bisa Dihalangi, dan kekuatan Samaya untuk masuk ke dalam Samaya dari semua Tathagata: Namah samanta buddhānām, asame trisame samaye svaha.

"Guhyakadipati, Vidyārājñī ini menyatakan tahap Bhumi dari semua Tathagata, itu tidak melanggar batas-batas jalan dari tiga dharma-marga, dan itu menyempurnakan Bhumi dan Paramita. Penampilan segel Mudra mistik untuk Vidyārājñī ini adalah sebagai berikut: dengan tangan kiri dan tangan kanan membentuk jepitan tangan mengenggam yang berrongga/lubang (samputa) [dengan rongga lubang diantara telapak tangan] dan tempatkan dua jempol kiri dan jempol kanan bersama-sama, angkat naik dengan tegak. Syair Gatha mengatakan:

Ini adalah 'Maha Mudra (Segel Besar)' yang menyelamatkan dunia dari semua Buddha;
Samaya dari Samyak-SamBuddha berada di Segel ini.

"Kemudian buatlah 'Musti (kepalan tangan berbentuk tinju)' dengan tangan kiri dan kanan, ibu jari dimasukkan ke dalam diantara telapak tangan, dan ulur-rentangkan jari telunjuk: ini adalah 'Suddha dharmadhatu Mudra (segel untuk memurnikan alam dharma)'.

Mantranya adalah: Namah samanta buddhānām, dharma-dhātu-svabhāvako Ham.

"Berikutnya, putar tangan kiri dan tangan kanan berbalik kembali ke belakang dan saling mengunci semua lima jari melekuk, serta ujung dua jempol saling berhadapan. Syair Gatha mengatakan:

Ini disebut 'Vara Sri Dharma Cakra Mudra (Segel yang sangat unggul dari roda Dharma yang menguntungkan)';
Para 'Loka-Tara (Penyelamat Dunia)', sang pendukung dunia, semua-Nya memutar roda ini.

Mantranya adalah: Namah samanta buddhānām, vajrātmako Ham.

"Berikutnya, ulur rentangkan kedua tangan kiri dan kanan untuk membentuk 'Nama-Anjali (dekapan tangan penghormatan)', tekuk jari telunjuk bersama-sama, dan tempatkan dua jempol di atasnya seperti 'Khadga (pedang)' dalam bentuknya. Syair Gatha ini mengatakan:

Ini adalah 'Maha Jnana Khadga Mudra (Segel dari Pedang Kebijaksanaan Besar)', yang diajarkan oleh semua Buddha;
Ini dapat memotong putus banyak 'darsana (pandangan)', seperti pandangan 'asli bawaan lahir (sahaja)' tentang tubuh (satkaya dristi).

Mantranya adalah: Namah samantabuddhānām, mahā khadga viraja-dharma-samdarśaka sahaja-satkāya-dristi-cchedaka Tathagat-adhimukti-nirjāta virāga-dharma-nirjāta Hum. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Pedang Besar! Yang menyatakan Dharma yang tanpa noda kotor! Yang memotong putus pandangan bawaan lahir tentang kenyataan tubuh! Yang dilahirkan dari keyakinan sang Tathagata! Yang dilahirkan dari Dharma yang bebas dari nafsu! HUM!)

"Berikutnya, buatlah 'samputa-anjali (dengan dua tangan kiri dan kanan membentuk genggaman yang berongga)', tekuk kedua jari telunjuk, dan tekan mereka dengan dua jempol itu melingkarinya - Itu adalah mirip seperti 'Sankha (kulit/tempurung keong besar)' dalam bentuknya. Syair Gatha ini mengatakan:

Ini disebut 'vara-sridharma-sankha-mudra (segel yang sangat unggul dari keong Dharma yang menguntungkan)';
Banyak Buddha, guru dunia, dan Bodhisattva, penyelamat dunia,
Semua-Nya mengajarkan Dharma tak bernoda yang mengarah ke keheningan-tenang Nirwana.

Mantranya adalah: Namah samanta buddhānām, AM.

"Berikutnya, gabung tangan kiri dan tangan kanan bersama-sama, ulur rentangkan semua jari terpisah dan buka mereka sama seperti 'Khanta (lonceng/genta)'; dua jari kelingking dan dua jempol  bersentuhan saling mendukung, dan [ujung] jari tengah dan jari telunjuk dibuat untuk saling menyentuh serasi. Syair Gatha ini mengatakan:

Bunga teratai dari ikrar yang menguntungkan adalah kursi yang tidak bisa dihancurkan dari para Buddha, penyelamat dunia;
Dia yang terbangun tercerahkan disebut 'Buddha,'
Bodhi dan semua anak dari Buddha dilahirkan dari [kursi] ini.

Mantranya adalah: Namah samanta buddhānām, ah.

"Berikutnya, buat 'musti (kepalan tangan berbentuk tinju)' dengan tangan kiri dan tangan kanan, lima jari menghadap ke luar; naikkan jari tengah, ulur rentangkan dua jari telunjuk, tekuk mereka ke dalam bentuk kait, dan tempatkan mereka berdampingan disamping jari tengah, pertahankan mereka; tempatkan ibu jari dan jari kelingking bersama-sama, arahkan mereka menunjuk lurus ke atas, dan buat saling menyilang jari-jari manis itu seperti Vajra dalam bentuknya. Syair Gatha ini mengatakan:

'Vajra Maha Jnana Mudra (Segel kebijaksanaan besar yang tidak bisa dihancurkan)' mampu menghancurkan benteng kebodohan;
Ini membangkitkan mereka yang tertidur, dan bahkan para dewa dan manusia tidak bisa menghancurkannya.

Mantranya adalah: Namah samanta vajrānām, Hum. (Menyembah hormat kepada semua Vajra ! HUM !)

"Berikutnya, buat kepalan tangan berbentuk tinju dengan tangan kiri dan tangan kanan, lima jari hadap ke dalam; naikkan jari tengah, tempatkan dua jari telunjuk berdampingan disamping mereka, dan, tekuk dua jempol, tempatkan mereka berdampingan. Syair Gatha ini mengatakan:

Segel ini adalah 'Mahā Mudra (segel besar)', yang disebut 'Tathāgata Usnisa (mahkota Tathagata)';
Hanya dengan membentuk segel ini, seseorang menjadi sama persis dengan Bhagavan.

Mantranya adalah: Namah samanta buddhānām, Hum Hum. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Hum! Hum!)

"Berikutnya, buat 'musti (kepalan tangan berbentuk tinju)' dengan tangan kanan dan letakkan di antara alis mata. Syair Gatha ini mengatakan:

Ini disebut 'gudang penyimpanan dari sifat jambul (ūrnākośa)', dan itu adalah segel pengabul keinginan konstan dari Buddha;
Dengan hanya membentuk Segel ini, seseorang menjadi sama persis dengan yang terbaik dari 'Pemenang Yang Patut Dihormati (Jina)'.

Mantranya adalah: Namah samanta buddhānām, ah Ham Jah. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah Ham Jah!)

"Tinggal berdiam di sikap yoga (duduk di tempat duduk asana dari yoga) dengan tangan kiri dan tangan kanan ditempatkan di pusar solah-olah sedang memegang 'mangkok pindapatta (Patra)': Ini disebut 'Maha Patra Mudra (Segel Mangkok Besar)' dari Sakyamuni.

Mantranya adalah: Namah samanta Buddhanam, bhah.

"Berikutnya, putar tangan kanan ke atas untuk membuat tanda melimpahkan keberanian (Abhayamdada). Syair Gatha ini mengatakan:

Ini dapat memberikan keberanian pada semua jenis makhluk;
Jika seseorang membuat 'Maha Mudra (Segel besar)' ini, orang itu disebut 'Abhayamdada (Yang melimpahkan keberanian).'

Mantranya adalah: Namah samanta buddhānām, sarvathā jina jina bhayanāśana svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang dalam segala hal menang, menang! Yang menghancurkan rasa takut! Swaha!)

"Berikutnya, turunkan tangan kanan untuk membuat sikap ' varada (mengabulkan keinginan)'. Syair Gatha ini mengatakan:

Varada Mudra ini, diajarkan oleh sang pendukung dunia;
Hanya dengan membuat Mudra ini, para Buddha akan mengabulkan keinginan seseorang.

Mantranya adalah: Namah samanta buddhānām, varada vajratmaka svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Pengabul keinginan! Yang bersifat alami vajra! svaha!)

"Berikutnya, buat kepalan tangan berbentuk tinju dengan tangan kanan, ulur rentangkan jari telunjuk, dan dengan ekspresi 'bhrkuti (kerutan)' tinggal berdiam didalam 'keseimbangan batin (samahita)'. Syair Gatha ini mengatakan:

Dengan segel besar ini para Buddha, penyelamat yang dihormati dunia,
Membuat para penghalang ketakutan dan mencapai Siddhi dengan bebas.
Dengan orang membuat Segel ini, rombongan besar yang paling jahat dari tentara Mara
Dan para penghalang lainnya pasti akan cerai-berai melarikan diri.

Mantranya adalah: Namah samanta buddhānām, mahābalavati dasa balodbhave mahāmaitry-abhyudgate svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang memiliki kekuatan besar! Yang telah muncul dari sepuluh kekuatan! Yang muncul dari cinta kebaikan besar! Swaha!)

"Berikutnya, buat kepalan tangan berbentuk tinju dengan tangan kanan, ulur rentangkan jari tengah dan jari manis, dan tempatkan ibu jari di bawah mereka. Syair Gatha ini mengatakan:

Ini disebut mata yang lahir dari kasih sayang (karunodbhava) dari semua Buddha, para pendukung dunia;
Membayangkan bahwa dia menempatkan pada matanya, orang bijak itu mencapai mata seorang Buddha.

Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, gagana-vara-laksane karunamaya tathagata-caksu svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang memiliki ciri-ciri yang sangat baik dari langit! Mata dari Tathagata membentuk kasih sayang! Swaha!)

"Berikutnya, buat kepalan tangan berbentuk tinju dengan tangan kiri dan tangan kanan, lima jari hadap ke dalam, ulur rentangkan jari telunjuk, dan bengkokkan membulat sehingga mereka bertemu. Syair Gatha ini mengatakan:

Ini adalah Segel tali yang sangat unggul, yang menghancurkan pelaku kejahatan;
Dengan membuat ini, sang mantra yogin mampu mengikat orang-orang jahat.

Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, he he mahāpāśa prasaraudārya sattva-dhātu-vimohaka tathāgatādhimukti-nirjāta svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! He! He! Jerat besar! Yang membentang di wilayah yang luas! Yang membingungkan alam para makhluk! Yang lahir dari keyakinan Tathagata! SWAHA!)

"Berikutnya, genggam tangan kiri dan tangan kanan bersama-sama untuk membuat kepalan tangan berbentuk tinju, ulur rentangkan jari telunjuk tangan kanan, dan tekuk ruas tulang jari ketiga dalam bentuk lingkaran cincin. Syair Gatha ini mengatakan:

Ini disebut 'Ankusa Mudra (Segel kait)'; para Buddha, penyelamat dunia,
Memanggil semua orang berpikiran Bodhi yang besar yang tinggal dalam 'dasa-bhumi (tingkat sepuluh)' dan para makhluk berpikiran jahat.

Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, ah sarvatrāpratihate tathāgatānkuśa bodhicarya-paripūraka svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah! Yang tidak terhalangi di mana-mana! Kail dari Tathagata! Yang membawa sampai penyelesaian praktek kebangkitan! Swaha!)

"Kemudian, dengan Segel Kait ini, ulur rentangkan jari tengah dari tangan kanan dan tekuk sedikit: ini disebut 'Tathagata-citta Mudra (segel hati Tathagata)'. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, jñānodbhava svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang bangkit dari Pengetahuan! Swaha!)

"Berikutnya, dengan segel ini, ulur rentangkan jari manis dan naikkan itu jadi tegak: ini disebut segel pusar Tathagata. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, amrtodbhava svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang bangkit dari Nektar Keabadian! Swaha!)

"Kemudian, dengan segel ini, ulur rentangkan jari manis lurus ke atas dan juga naikkan jari-jari lainnya: ini disebut segel pinggang Tathagata. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, tathagata-sambhava svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang lahir dari Tathagata! Swaha!)

"Berikutnya, bentuk 'samputa anjali (genggaman tangan berongga) dengan tangan kiri dan tangan kanan, tekuk kedua jari telunjuk dan masukkan mereka kedalam diantara telapak tangan, lakukan hal yang sama dengan dua jari manis, tekuk sedikit dua jari kelingking, dan ulur rentangkan jari tengah: ini adalah segel Tathagata-garbha. Mantranya adalah: Namah sarva-tathāgatebhyah, ram ram rah rah svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ram Ram Rah Rah! SWAHA!)

"Kemudian, dengan segel ini, tarik dua jari manis dan arahkan mereka ke atas, pertahankan mereka di sana: ini disebut 'Maha-dhatu Mudra (segel batas yang besar)'.

Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, le la puri vikuri vikule svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! le la puri vikuri vikule! Swaha!)

"Kemudian, dengan segel ini, lengkungkan dua jari tengah sehingga mereka bertemu dan ulur rentangkan kedua jari telunjuk terpisah: ini disebut 'Aksanti Maha-pala Mudra (Segel Pelindung Besar Yang Tidak Bisa Di Tahan). Mantranya adalah: Namah sarva-tathagatebhyah sarva-bhaya-vigatebhyah viśvamukhebhyah, sarvathā ham kham raksa mahābale sarva-tathāgata-punya-nirjāte hum hum trat trat apratihate svaha.

"Berikutnya, ulur rentangkan jari telunjuk terpisah dan masukkan kedua ibu jari kedalam di antara telapak tangan: ini disebut 'Samanta-prabha Mudra (Segel Cahaya Semesta). Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, jvālā-mālini tathāgatārci svaha.

"Kemudian bentuk 'Samputa-anjali (genggaman tangan berongga) dengan tangan kiri dan tangan kanan dan sokong sisi jari tengah dengan dua jari telunjuk: ini disebut segel baju jirah Tathagata. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, pracanda vajra-jvāla visphura hūm. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! nyala api Vajra! Kilatan cahaya! Hum!).

"Tekuk dua jari manis, tempatkan dua jempol bersama-sama, dan masukkan mereka kedalam diantara telapak tangan anjali sehingga mereka menekan pada kuku dari dua jari manis: ini adalah 'Tathagata Jihva Mudra (Segel Lidah Tathagata).

Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, tathāgata-jihva satya-dharma-pratisthita svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Lidah dari Tathagata! Yang didirikan didalam Dharma sejati! Swaha!)

"Dengan segel ini, tekuk jari telunjuk dan jari manis bersama-sama, arahkan jempol ke atas dan tekuk mereka sedikit, tempatkan jari tengah, berdiri tegak, bersama-sama, dan lakukan hal yang sama dengan jari-jari kelingking: ini disebut segel pintu gerbang pidato Tathagata (yaitu, mulut). Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, tathagata-mahāvaktra viśva-jñāna-mahodaya Svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Mulut Yang Besar dari Tathagata! Yang unggul dalam pengetahuan berlipat-ganda! SWAHA!)

"Dengan segel sebelumnya seperti itu, tekuk kedua jari telunjuk dan masukkan mereka kedalam diantara telapak tangan, hadap ke atas: ini disebut 'Tathagata-damstra Mudra (segel tonjolan Tathagata). Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, tathāgata-damstra rasa-rasāgra samprāpaka sarva-Tathagata-visaya-sambhava svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Tonjolan dari Tathagata! Yang berpengaruh terhadap pencapaian rasa yang terkemuka di antara semua rasa! Yang dilahirkan dari lingkup semua Tathagata! SWAHA!)

"Kemudian, dengan wujud segel sebelumnya seperti itu, arahkan kedua jari telunjuk ke atas, pertahankan mereka di sana, dan tekuk tulang ruas jari ketiga: ini disebut segel kefasihan Tathagata. Mantranya adalah: Namah samanta - buddhānām, Acintyadbhutarūpavācam samatā-prāpta viśuddha-svara svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang telah mendapatkan kesetaraan dengan pidato dari bentuk yang tidak terbayangkan dan yang luar biasa! Suara murni! SWAHA!)

"Berikutnya, tempatkan tangan kiri dan tangan kanan bersama-sama untuk membentuk 'samputa-anjali (genggaman tangan yang berongga), tekuk kedua jari kelingking dan jempol, dan masukkan mereka kedalam diantara telapak tangan sehingga mereka bersentuhan: ini adalah 'Tathagata-dasa-bala Mudra (segel sepuluh kekuatan Tathagata). Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, daśabalāngadhara hum sam jam svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang memiliki anggota dari sepuluh kekuatan! Hum Sam Jam! SWAHA!)

"Kemudian, dengan segel sebelumnya seperti itu, tekuk kedua jempol dan jari telunjuk sehingga tulang ruas jari atas bersentuhan: ini adalah 'Tathagata-smrti Mudra (Segel Kesadaran Tathagata). Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, tathāgata-smrti sattva-hitabhyudgata gagana-samāsama svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Kesadaran Tathagata! Yang telah muncul untuk kesejahteraan para makhluk! Yang sama dengan langit dan yang tiada bandingnya! SWAHA!)

"Kemudian, dengan segel sebelumnya seperti itu, dua jempol ditempatkan di atas dua jari manis: ini disebut 'Sarva-dharma-samaya-Bodhi Mudra (Segel kesadaran kesetaraan semua dharma). Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, sarva-dharma-samatā-prāpta Tathagatanugata, Svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang telah mendapatkan kesetaraan dengan semua hal! Yang mengikuti Tathagata! SWAHA!)

"Berikutnya, genggam tangan kiri dan tangan kanan bersama-sama, tempatkan dua jari telunjuk di atas puncak jari tengah, dengan sisa jari lainnya seperti sebelumnya: ini adalah 'Samantabhadra-cintamani Mudra (segel Permata Pengabul Keinginan Samantabhadra)'. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, samatānugata viraja-dharma-nirjāta mahā-maha svaha.

"Kemudian, dengan 'samputa-anjali (genggaman tangan berongga)' ini, tekuk kedua jari telunjuk di bawah dua jari tengah, dengan sisa jari lainnya seperti sebelumnya: ini adalah 'Maitreya Mudra (segel Maitreya)'. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhanam, ajitamjaya sarva-sattvāśayānugata svaha.

"Kemudian, dengan segel sebelumnya seperti itu, masukkan dua jempol kedalam di antara telapak tangan: ini disebut 'Akasagarbha Mudra (segel Akasagarbha). Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, ākāśasamatānugata vicitrāmbaradhara svaha.

"Kemudian, dengan segel sebelumnya seperti itu, tekuk kedua jari manis dan kelingking, masukkan mereka kedalam diantara telapak tangan, dan tempatkan kedua jari telunjuk dan jari tengah bersama-sama: ini adalah 'Sarvanīvaranaviskambhin Mudra (segel Sarvanīvaranaviskambhin)'. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, ah sattva-hitābhyudgata tram tram ram ram svaha.

"Tempatkan tangan kiri dan tangan kanan bersama-sama seperti sebelumnya, ulur rentangkan kelima jari dari kedua tangan secara terpisah, sama seperti lonceng, tempatkan ibu jari dan jari kelingking bersama-sama sehingga mereka saling menyokong, dan buat bentuk bunga teratai: ini adalah 'Avalokitesvara Mudra (segel Avalokitesvara)'. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, sarva-tathagatāvalokita karunāmaya ra ra ra hum jah svaha.

"Bentuk genggaman tangan berongga dengan tangan kiri dan tangan kanan seperti sebelumnya, sama seperti sebuah teratai yang belum terbuka: ini adalah 'Mahāsthāmaprapta Mudra (segel Mahāsthāmaprapta)'. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, jam jam sah svaha.

"Buat tinju dengan tangan kiri dan tangan kanan seperti sebelumnya, lima jari arahkan ke dalam, angkat naik dua jari telunjuk, sama seperti titik jarum, dan tempatkan dua jempol berlawanan terhadap mereka: ini adalah segel Tara yang dihormati. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhanam, Tare Tarini karunodbhave svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Tara! Penyelamat! Yang telah bangkit dari kasih sayang! SWAHA!)

"Dengan segel sebelumnya seperti itu, angkat naik dua jari telunjuk sehingga mereka bersilangan dan tekan terhadap satu sama lain: ini adalah 'Bhrkutī Mudra (segel Bhrkutī)'. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, sarva-bhaya-trāsani hum sphotaya svaha.

"Buat 'Samputa-anjali (genggaman tangan berongga)' dengan tangan kiri dan tangan kanan seperti sebelumnya dan masukkan semua jari manis dan ibu jari kedalam di antara telapak tangan: ini adalah segel Pāndaravāsinī yang dihormati. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, Tathagata-visaya-sambhave padma-mālini svaha.

"Dengan segel sebelumnya seperti itu, tekuk kedua jari telunjuk dan tempatkan mereka di bawah ibu jari, pisahkan mereka seukuran biji gandum: ini adalah 'Hayagriva Mudra (segel Hayagriva)'. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhanam, hum khādaya bhañja sphotaya svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Hum! Lahap! Hancurkan! Belah! Swaha!)

"Dengan segel sama seperti sebelumnya, ulur rentangkan dua jari manis dan jari telunjuk, dengan sisa jari lainnya seperti kepalan tangan tinju menggengam: ini adalah segel dari Bodhisattva Ksitigarbha. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, ha ha ha sutanu svaha.

"Berikutnya, bentuk genggaman tangan berongga dengan tangan kiri dan tangan kanan, jalin jari tengah dan jari manis menyilang sehingga mereka saling menyokong, dan tempatkan kedua jari telunjuk di atas dua jempol dalam bentuk kait, dengan sisa jari lainnya seperti sebelumnya: ini adalah segel Arya Manjusri. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, he he Kumāra vimukti-patha-sthita smara smara pratijñām svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! He! He! Pemuda! Yang tinggal di jalan menuju pembebasan! Ingat, ingat sumpah Anda! Swaha!)

"Bentuk tinju dengan tangan kiri dan angkat naik jari telunjuk dalam bentuk kait: ini adalah segel kait dari Jālinīprabha. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, he he Kumāra māyagata svabhava-sthita svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! He! He! Pemuda! Yang telah memahami angan-angan khayalan ilusi! Yang tinggal di dalam sifat alami yang hakiki! Swaha!)

"Dengan segel sebelumnya seperti itu, semua jari [dari tangan kiri] ditekuk sedikit: ini adalah segel Vimalaprabha. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, he kumāra vicitra-gati kumāra [pratijñām] anusmara svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! He! Pemuda! Pemuda dengan gerakan bervariasi! Ingat sumpah Anda! Swaha!)

"Bentuk tinju dengan tangan kanan seperti sebelumnya, tempatkan jari telunjuk dan jari tengah bersama-sama seolah-olah menyatu, dan ulur rentangkan mereka: ini adalah segel pedang Kesini. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, he he kumārike dayājñānam smara smara pratijñām svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! He! He! Gadis muda! Ingat kasih sayang dan pengetahuan! Dan sumpah Anda! Swaha!)

"Bentuk tinju dengan tangan kanan seperti sebelumnya dan ulur rentangkan jari tengah dalam bentuk tombak: ini adalah segel tombak dari Upakeśinī. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, bhinday-ājñānam he kumārike svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Hancurkan kebodohan! He! Gadis muda! Swaha!)

"Bentuk tinju dengan tangan kiri seperti sebelumnya dan ulur rentangkan jari manis dan jari kelingking: ini adalah 'Bhumi-jnana-ketu Mudra (segel bendera pengetahuan bumi)' dari Vasumatī. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, he smara jñānaketu svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! He! Ingat! Bendera Pengetahuan! Swaha!)

"Bentuk tinju dengan tangan kanan dan ulur rentangkan jari telunjuk dalam bentuk kail: ini adalah segel Ākarsanī kumara. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, ākarsaya sarvan kuru ājñām kumārasya svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Tarik semua [makhluk]! Lakukan perintah dari sang Pemuda [Manjusri]! Swaha!)

"Bentuk tinju dengan tangan kiri dan tangan kanan seperti sebelumnya, ulur rentangkan dua jari telunjuk, dan tekuk tulang ruas jari ketiga sehingga mereka menyentuh: ini adalah segel Parivara (Pelayan). Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, ah vismayanīye svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah! Yang menakjubkan! Swaha!)

"Bentuk tinju dengan tangan kiri dan tangan kanan seperti sebelumnya, ulur rentangkan jari tengah, dan tekuk tulang ruas jari ketiga: ini adalah 'Vajra Mudra (segel Vajra)' dari Kautūhala. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, vimati-cchedaka svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang memotong putus keraguan! Swaha!)

"Angkat naik lengan kanan dan bentuk sikap tangan dari menganugerahkan keberanian: ini adalah segel Abhayamdada. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, abhayamdada svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang memberikan keberanian! Swaha!)

"Ulur rentangkan tangan kanan seperti sebelumnya dan angkat naik itu ke atas: ini adalah segel Apāyamjaha. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhanam, abhyuddharani sattva-dhātum svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang membebaskan alam makhluk! Swaha!)

"Tutup dada dengan tangan kanan seperti sebelumnya: ini adalah segel Paritranasayamati. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, he mahāmaha smara pratijñām svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! He! Yang besar di antara yang besar! Ingat sumpah Anda! Swaha!)

"Bentuk seolah-olah sedang memegang bunga dengan tangan kanan seperti sebelumnya: ini adalah segel Mahā-Maitryabhyudgata. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, svacittodgata svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang telah bangkit dari pikiran Anda sendiri! Swaha!)

"Tutup dada dengan tangan kanan seperti sebelumnya dan tekuk sedikit jari tengah: ini adalah segel Karunāmrditamati. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, karunāmrdita svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang bergembira dengan kasih sayang! Swaha!)

"Bentuk 'Varada Mudra (sikap gerak-isyarat mengabulkan keinginan)' dengan tangan kanan seperti sebelumnya: ini adalah segel Sarvadāhapraśāmita. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, he varada varaprāpta svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! He! Yang mengabulkan keinginan! Yang telah memenangkan anugerah! Swaha!)

"Dengan tangan kanan seperti sebelumnya, bentuk gerak-isyarat seolah-olah sedang memegang permata Cintamani: ini adalah segel Acintyamati. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, sarvasaparipura [ka] svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang mengabulkan semua keinginan! Swaha!)

"Bentuk kepalan tangan berbentuk tinju dengan tangan kiri dan tangan kanan seperti sebelumnya dan buka dua jari tengah terpisah: ini adalah segel bendera Ksitigarbha. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, ha ha ha vismaye svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ha ha ha! Yang menakjubkan! Swaha!)

"Bentuk kepalan tangan berbentuk tinju dengan tangan kanan dan ulur rentangkan tiga jari (yaitu, jari kelingking, jari manis, dan jari tengah): ini adalah segel Ratnakara. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, he mahāmaha svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! He! Yang besar di antara yang besar! Swaha!)

"Bentuk kepalan tangan berbentuk tinju dengan tangan kanan dan ulur rentangkan jari manis: ini adalah segel dari bodhisattva Ratnapāni. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, ratnodbhava svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang telah bangkit dari permata! Swaha!)

"Dengan tangan kiri dan tangan kanan, buat dekapan tangan [dengan dua tangan] menyilang belakang ke belakang (Anjali menyilang), silang sambungkan ibu jari dari tangan kiri dan jari kelingking dari tangan kanan, dan demikian juga untuk tangan kanan di sebelah tangan kiri; sisa jari lainnya adalah seperti tiga cabang vajra dalam penampilan: Ini adalah sama dalam hal melakukan Prajna didalam Samadhi. ini adalah segel Dharanidhara. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, dharanidhara svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang menyokong bumi! Swaha!)

"Buat bentuk dari tombak vajra lima cabang seperti sebelumnya: ini adalah segel Ratna-mudra-hasta. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhanam, ratna-nirjāta svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang lahir dari sebuah permata! Swaha!)

"Kemudian, dengan segel ini, buat semua jari saling bersentuhan: ini adalah segel Drdhādhyāśaya. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, vajra-sambhava svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang lahir dari Vajra! Swaha!)

"Buat segel pedang dengan dua tangan kiri dan tangan kanan seperti sebelumnya: ini adalah segel dari Bodhisattva Gaganāmala (Akasavimala). Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, gaganānanta-gocara svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang memiliki langit sebagai bidang yang tak terbatas dalam bertindak! Swaha!)

"'Cakra Mudra (Segel Roda)', seperti sebelumnya: ini adalah segel dari Gaganamati. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, cakravarti svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Pemutar roda! Swaha!)

"'Sankha Mudra (Segel Keong penghasil suara Dharma)', seperti sebelumnya: ini adalah segel dari Viśuddhamati. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, dharma-sambhava svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang lahir dari Dharma! Swaha!)

"'Padma Mudra (Segel Bunga Teratai)', seperti sebelumnya: ini adalah segel dari Cāritramati. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, padmālaya svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Wadah Bunga Teratai! Swaha!)

"'Nilotpala Mudra (Segel Bunga Teratai Biru)', sama seperti sebelumnya, dengan jari sedikit buka terpisah: ini adalah segel dari Sthiramati. Mantranya adalah: Namah samanta -buddhānām, jñānodbhava svaha.

"Genggam kedua tangan bersama-sama seperti sebelumnya, tekuk jari manis dan buat mereka saling kunci kedalam di antara telapak tangan, arahkan kedua jari tengah dan jari kelingking ke atas sehingga mereka saling menyokong, dan ulur rentangkan jari telunjuk dan tekuk tulang ruas jari ketiga sehingga mereka tidak menyentuh [jari tengah] setara dengan jarak ukuran biji gandum: ini adalah segel dari Vajradhara (= Vajrapani). Mantranya adalah: Namah samanta-vajrānām, canda mahārosana hum.

"Dengan segel seperti sebelumnya, tekuk dua jempol dan jari kelingking dan masukkan mereka kedalam diantara telapak tangan: ini adalah segel dari Māmakī. Mantranya adalah: Namah samanta-vajrānām, trita trita jayanti svaha.

"Seperti sebelumnya, jari-jari dari tangan kiri dan tangan kanan disilangkan belakang ke belakang dan buat jalinan sehingga [jari-jari satu tangan] menghadap rekan-rekan mereka [dari tangan lainnya]; Putar ini dan tempatkan jempol dari tangan kanan terhadap jempol dari tangan kiri: ini adalah segel dari Vajraśrnkhalā. Mantranya adalah: Namah samanta-vajrānām, hum bandha bandha motaya motaya vajrodbhave sarvatrapratihate svaha. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Hum! Ikat,Ikat! Hancurkan, Hancurkan! Yang telah bangkit dari Vajra! Yang di mana-mana tanpa hambatan! Swaha!)

"Dengan segel Vajraśrnkhalā ini, tekuk jempol sedikit sehingga mereka tampak seperti menyokong jari telunjuk tapi tidak menyentuhnya: ini adalah segel dari Krodha-Candratilaka. Mantranya adalah: Namah samanta vajrānām, hrih hum phat svaha.

"Buat tinju dengan tangan kiri dan tangan kanan seperti sebelumnya dan angkat naik kedua jari telunjuk tegak sehingga mereka saling menyokong: ini adalah segel dari Vajrasūcī. Mantranya adalah: Namah samanta-vajrānām, sarva-dharma-nirvedhani vajrasūci varade svaha.

"Buat tinju dengan tangan kiri dan tangan kanan seperti sebelumnya dan tempatkan di dada: ini adalah segel dari Vajramusti. Mantranya adalah: Namah samanta-vajrānām, sphotaya vajra-sambhave svaha. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Belah! Yang dilahirkan dari Vajra! Swaha!)

"Buat kepalan tangan berbentuk tinju dengan tangan kiri, angkat naik lengan, dan rentangkan keluar; Juga buat kepalan tangan berbentuk tinju dengan tangan kanan dan ulur rentangkan jari telunjuk dalam sikap mengancam
dengan penampilan penuh murka: ini adalah segel dari Aparajita. Mantranya adalah: Namah samanta-vajrānām, durdharsa mahārosana khādaya sarvam tathāgatājñām kuru svaha. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Yang tidak bisa diganggu-gugat [Durdharsa]! Yang sangat murka! Lahap! Lakukan setiap perintah dari Tathagata! Swaha!)

"Buat kepalan tangan berbentuk tinju dengan tangan kanan dan pertahankan itu sambil membuat sikap-isyarat memukul: ini adalah segel Abhimukha. Mantranya adalah: Namah samanta-vajrānām, he Abhimukha mahāpracanda khādaya kim cirāyasi samayam anusmara svaha. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! He! Yang berwajah tanpa takut! Yang sangat keras! Lahap! Mengapa Anda menunda-nunda? Ingat janji Anda! Swaha!)

"Sikap-isyarat memegang 'Patra (mangkok pindapatta)', seperti sebelumnya: ini adalah 'Patra Mudra (segel mangkok)' dari Sakyamuni. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhanam, sarva-kleśanisūdana sarvadharmavaśitāprāpta gaganasame svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang menghancurkan semua kekotoran batin! Yang telah memenangkan kendali atas semua dharma! Yang sama dengan langit! Swaha!)

"Segel dari urna sang Sakyamuni adalah seperti segel sebelumnya.
"Kemudian bawa jari-jari tangan kanan bersama-sama dan tempatkan mereka di puncak kepala: ini adalah 'Sarva Buddha Usnisa Mudra (segel semua Mahkota Buddha)'. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, vam vam hum hum hum phat svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha!  Vam vam hum hum hum phat! svaha!)

"Buat tinju dengan tangan kiri, ulur rentangkan jari tengah dan jari telunjuk, dan tempatkan ibu jari di atas jari kelingking dan jari manis; ulur rentangkan jari telunjuk dan jari tengah dari tangan kanan, masukkan mereka kedalam telapak tangan kiri, dan lagi tempatkan ibu jari di atas jari kelingking dan jari manis, sama seperti sarung pedang: ini adalah segel dari Acalanātha.

"Segel Kebijaksanaan Vajra sama seperti segel milik Vajramati: ini adalah segel dari Trailokyavijaya.

"Genggam tangan kiri dan tangan kanan bersama-sama seperti sebelumnya, dengan jari kelingking dan jari manis semuanya mengarah ke bawah; ulur rentangkan jari tengah dengan kedua ujung terhubung bersama-sama, tekuk kedua jari telunjuk dan tempatkan mereka terhadap tulang ruas jari ketiga [jari tengah], dan tempatkan jari jempol berdampingan dalam bentuk tiga mata: ini adalah segel dari Tathagata-usnisa, Ibu dari para Buddha dan Bodhisattva.

"Berikutnya, arahkan tangan kiri diatas dan ulur rentangkan jari, buat kepalan tangan berbentuk tinju dengan tangan kanan, dan angkat naik jari telunjuk [menghadap telapak tangan kiri] sehingga seperti payung dalam bentuknya: ini adalah segel dari Sitātapatrosnīsa.

"Segel Pedang seperti sebelumnya: ini adalah segel dari Jayosnīsa.

"Segel Roda seperti sebelumnya: ini adalah segel dari Vijayosnīsa.

"Sama seperti 'Ankusa Mudra (Segel Kait)' yang sebelumnya, buat kepalan tangan berbentuk tinju dengan tangan kanan dan angkat naik jari telunjuk, tekuk sedikit: ini adalah segel dari Vikiranosnīsa.

"Segel 'Buddha-usnisa (Mahkota Buddha)' seperti sebelumnya: ini adalah segel dari Tejorāśyusnīsa.

"Segel Bunga Teratai seperti sebelumnya: ini adalah segel dari Abhyudgatosnīsa.

"Segel Sankha seperti sebelumnya: ini adalah segel dari Ananta-svara-ghososnīsa.

"Buat kepalan tangan berbentuk tinju dengan tangan kanan dan letakkan di antara alis: ini adalah Cintamani-usnisa, segel dari urna.

"Segel Mahkota Buddha seperti sebelumnya: ini adalah segel dari Locanā Buddha. Namun, ada sedikit perbedaan yang dalam hal ini adalah memiliki tanda Vajra.

"Tangan kanan bertumpu pada dada, seolah memegang bunga teratai; ulur rentangkan lengan kiri lurus ke atas, dan ulur rentangkan lima jari ke atas dan terpisah, arahkan ke luar: ini adalah segel dari Aparajita.

"Buat tinju dengan tangan kiri dan tangan kanan mengarah ke dalam, arahkan kedua jempol ke atas, dan tekuk mereka seperti mulut: ini adalah segel dari Aparajita Vidyarajni.

"Sokong pipi dengan tangan kanan: ini adalah segel dari Isvara-Mahesvara.

"Kemudian, dengan segel ini, putar jari telunjuk dan jari tengah disekitar dan ulur rentangkan mereka: ini adalah segel dari Samantakusuma (Samantapuspa devaputra).

"Dengan segel yang sama seperti sebelumnya, tempatkan ibu jari pada telapak tangan: ini adalah segel dari Raśmimālin (Prabhamala devaputra).

"Dengan segel yang sama seperti sebelumnya, buat gerakan-isyarat sedang memegang bunga dengan jari jempol dan jari telunjuk: ini adalah segel dari Manojava (Paripurna devaputra).

"Tempatkan jari jempol ke jari manis dari tangan kanan, ulur rentangkan jari telunjuk, jari tengah, dan jari kelingking semuanya terpisah, dan tutup telinga: ini adalah segel dari Svaraviśruti (Samantasvara devaputra).

"Genggam tangan kiri dan tangan kanan bersama-sama, dengan dua jempol ditekuk sekitar dalam bentuk melingkar dan sisanya empat jari juga seperti ini: ini disebut 'Prthivī Mudra (segel Prthivī)'.

"Buat sikap menganugerahkan keberanian dengan tangan kanan seperti sebelumnya (Abhaya Mudra) dan tempatkan ibu jari di telapak tangan: ini adalah 'Agni akarsana Mudra (segel untuk memohon pada Agni)'.

"Kemudian, dengan sikap menganugerahkan keberanian, sokong tulang ruas jari kedua dari jari manis dengan jari jempol: ini adalah segel dari semua Resi. Gunakan dengan sesuai dalam urutan yang benar.

"Genggam tangan kiri dan tangan kanan bersama-sama seperti sebelumnya dan masukkan jari telunjuk dan jari kecil kedalam di antara telapak tangan, dengan sisa jari semuanya menghadap ke atas: ini adalah 'Danda Mudra (Segel tongkat)' dari Yama.

"Arahkan tangan kanan kebawah, sama seperti Ghanta: ini adalah segel lonceng dari 'Yami (Permaisuri Yama)'.

"Buat tinju dengan tangan kiri dan ulur rentangkan jari telunjuk dan jari tengah: ini adalah segel dari Kālarātri.

"Kemudian, dengan segel ini, juga tekuk jari telunjuk: ini adalah segel tombak dari 'Permaisuri Rudra (Rudrānī)'.

"Dengan segel sebelumnya buat sikap memegang Bunga Teratai: ini adalah segel dari 'mantra permaisuri Brahmā (Brahmani Vidyarajni)'.

"Dengan segel sebelumnya tekuk jari telunjuk dan tempatkan berlawanan arah dengan belakang tulang ruas jari ketiga dari jari tengah: ini adalah 'Segel Tombak (Sakti Mudra)' dari Kaumārī.

"Kemudian, dengan Segel ini, tempatkan jari telunjuk di atas ibu jari: ini adalah segel roda dari 'Ratu permaisuri Narayana (Narayani)'.

"Buat kepalan tangan berbentuk tinju dengan tangan kiri dan buat ibu jari berdiri tegak: ini adalah segel palu dari 'Tujuh Ibu Yama (Yama Saptamatrka)'.

"Arahkan tangan kiri ke atas, seolah-olah sedang memegang Kapala (tengkorak): ini adalah segel dari Camunda.

"Khadga Mudra seperti sebelumnya: ini adalah segel pedang dari Nairrti.

"Cakra Mudra seperti sebelumnya, buat dengan tangan kiri: ini adalah segel roda dari Narayana.

"Balikkan arah tangan kiri dan tangan kanan, tempatkan kiri ke kanan: ini adalah dua segel awan dari Nandopananda (Nanda dan Upananda).

"Ulur rentangkan tangan kiri seperti sebelumnya dan tempatkan jempol ke jari kelingking: ini adalah segel trisula dari Śamkara.

"Ulur rentangkan tangan kiri seperti sebelumnya, dengan jari jempol dan jari kelingking menyokong satu sama lain: ini adalah segel dari 'istri Śamkara (Śamkarī)'.

"Kemudian, dengan segel ini, ulur rentangkan tiga jari lainnya secara lurus: ini adalah segel dari 'permaisuri Śamkara (Uma)'.

"Dengan tangan kiri buat gerakan memegang bunga teratai: ini adalah segel dari Brahma.

"Bayangkan dalam pikiran [segel terati sebelumnya] sebagai putih bersih: ini adalah segel dari Candra.

"Tampilkan genggaman tangan dengan tangan kiri dan tangan kanan, tekuk jari jempol, dan tempatkan mereka di samping jari manis: ini adalah segel kereta Aditya (Surya).

"Letakkan tangan kanan dan tangan kiri bersama-sama dan arahkan jari kelingking dan jari telunjuk ke dalam, dengan jari manis dan jari tengah saling menyokong satu sama lain seperti busur: ini adalah segel dari Jaya dan Vijaya.

"Segel bendera seperti sebelumnya: ini adalah segel dari Vayu.

"Arahkan tangan kiri ke atas dan tempatkan di pusar, dan pindahkan tangan kanan, dengan jari jempol dan jari telunjuk saling menyokong dan menghadap tubuh, seolah-olah sedang bermain musik: ini adalah 'Vina Mudra (Segel kecapi)' dari Sarasvati.

"Segel jerat seperti sebelumnya: ini adalah segel dari Naga.

"Buat Mudra seperti yang dimiliki Sarasvati seperti sebelumnya, dengan jari telunjuk [dari tangan kanan] ditekuk dan menyeberangi jempol: Ini adalah segel dari semua Asura.
Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, garalayam svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Penyerapan racun! Swaha!)

"Buat kepalan tangan berbentuk tinju [dengan kedua tangan] arah ke dalam dan ulur rentangkan jari manis: ini adalah segel dari Gandharva.
Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, viśuddha-svara-vahini svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang menyampaikan suara murni! Swaha!)

"Kemudian, dengan segel ini, tekuk jari telunjuk: ini adalah segel dari semua Yaksa. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, yakseśvara svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Tuan Yaksa! Swaha!)

"Kemudian, dengan segel ini, jari jempol dan jari-jari kelingking saling menyokong dan jari tengah dan jari telunjuk direntangkan: ini adalah segel dari yaksinī.
Mantranya adalah: Namah samanta-buddhanam, yaksavidyādhari svaha.

"Buat kepalan tangan berbentuk tinju [dengan kedua tangan] mengarah ke dalam dan ulur rentangkan jari tengah: ini adalah segel dari Piśāca.
Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, piśācagati svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang berada di keadaan hidup piśāca! Swaha!)

"Ubah [segel sebelumnya] dan tekuk jari tengah: ini adalah segel dari Piśācī.
Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, pici pici svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Pici pici! Svaha!)

"Genggam tangan kiri dan tangan kanan bersama-sama seperti sebelumnya dan angkat naik jempol secara tegak berdampingan: ini adalah segel dari semua planet.
Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, grahaiśvaryaprāpta jyotirmaya svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang telah memenangkan kekuasaan atas planet! Yang terbentuk dari cahaya! Swaha!)

"Berikutnya, dengan segel ini, jempol dan jari tengah saling disilangkan: ini adalah segel dari semua rasi bulan.
Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, Naksatra-nirju-daniye svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Anda dari rasi bulan yang berteriak, Swaha!)

"Kemudian, dengan segel ini, tekuk kedua jari manis dan masukkan mereka kedalam diantara telapak tangan: ini adalah segel dari rāksasa.
Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, rāksasādhipataye svaha.

"Ulur rentangkan tangan kiri, tutupi mulut dengan itu, dan menyentuhnya dengan 'jihva (=lidah)': ini adalah segel dari dakini. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, hrih Hah.

"Guhyakadipati, Mudra sang Tathagata yang dipimpin oleh Mereka ini adalah terlahir dari 'Adhimukti (kepercayan dan pemahaman)' sang Tathagata. Ini setara dengan lencana lambang dari Bodhisattva, dan jumlah mereka adalah tidak terhitung. Selanjutnya, Guhyakadipati, Anda harus tahu bahwa kegiatan dari anggota tubuh juga, dalam gerakan atau saat istirahat, adalah semuanya 'Guhya Mudra (Segel Mistik), dan Anda harus tahu bahwa banyak ucapan-ucapan yang dibuat oleh lidah semuanya adalah Mantra. Oleh karena itu, Guhyakadipati, para Bodhisattva mengolah-budidaya praktik latihan Bodhisattva melalui pintu gerbang Mantrayana harus, setelah menghasilkan Bodhicitta, tinggal berdiam di dalam tahap bhumi sang Tathagata dan baru kemudian menggambar Mandala. Jika Mereka melakukan sebaliknya (acak atau terbalik), itu sama saja dengan memfitnah para Buddha dan Bodhisattva, dan Mereka akan melanggar Samaya dan pasti jatuh ke dunia yang jahat. "

Ini adalah akhir dari gulungan keempat dari Kitab Suci Penerangan Sempurna, Perubahan Gaib, dan Pemberdayaan dari Mahavairocana.

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile




Bab 10
Aksara Cakra (Roda Huruf)

Kemudian Bhagavan Vairocana menyapa Vajradhara Guhyakadipati, dengan mengatakan, "Dengarlah dengan penuh perhatian, Guhyakadipati! Ada pintu gerbang yang menyerap meliputi segalanya menuju ke Dharma, dan jika, Guhyakadipati, seorang Bodhisattva tinggal berdiam didalam Pintu Gerbang Aksara ini, semua usahanya itu akan benar-benar berhasil sempurna.

Namah samanta-buddhānām, a. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! A!)

Namah samanta-buddhānām, sa. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Sa!)

Namah samanta-vajrānām, va. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Va!)

ka kha ga gha,   ca cha ja jha,
ta tha da dha, ta tha da dha,
pa pha ba bha, ya ra la va,
sa sa sa ha, ksa.

(Huruf diatas semuanya diucapkan dengan nada tinggi, ucapkan dengan pendek)

Namah samanta-buddhānām, ā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! ā!)

Namah samanta-buddhānām, sā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Sā!)

Namah samanta-vajrānām, vā. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Vā!)

kā khā gā ghā, cā chā Jā Jhā,
tā thā dā dhā, tā thā dā dhā,
pā phā bā bhā, yā rā lā vā,
sā sā sā hā, ksā.

(Huruf diatas semuanya diucapkan dengan nada sedang, ucapkan dengan panjang)

Namah samanta-buddhānām, am. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Am!)

Namah samanta-buddhānām, sam. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Sam!)

Namah samanta-vajrānām, vam. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Vam!)

kam kham gam gham,   cam cham jam jham,
tam tham dam dham, tam tham dam dham,
pam pham bam bham, yam ram lam vam,
sam sam sam ham, ksam.

(ucapkan dengan suara yang tepat)

Namah samanta-buddhānām, ah. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah!)

Namah samanta-buddhānām, sah. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Sah!)

Namah samanta-vajrānām, vah. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Vah!)

kah khah gah ghah,   cah chah jah jhah,
tah thah dah dhah, tah thah dah dhah,
pah phah bah bhah, yah rah lah vah,
sah sah sah hah, ksah.

(ucapkan dengan nada masuk)

I i u ū r r l L e ai o au.

Na na na na ma,
Nā nā nā nā mā,
Nam nam nam nam mam,
Nah nah nah nah mah.


"Guhyakadipati, jalur dari pintu gerbang ini adalah pintu gerbang menuju ke Dharma yang melibatkan keterampilan [dalam huruf-huruf ini], dimana Yogin setahap demi setahap datang untuk tinggal berdiam di jalur Mantra; itu diberdayakan oleh kekuatan ajaib dari semua Tathagata, orang akan [demikian] sepenuhnya memahami jalur Samyak-sambodhi, dan itu mewakili tarian dari pratik-pratik Bodhisattva. Bhagavan Buddha dari masa lalu, masa depan, dan masa kini telah mengajarkannya, akan mengajarkannya, dan sekarang sedang mengajarkan itu. Guhyakadipati, ketika Saya sekarang memeriksa banyak Buddha-ksetra di mana-mana, tidak ada satupun di mana Saya tidak melihat pintu gerbang yang menyerap meliputi segalanya menuju ke Dharma ini, juga tidak ada di antara para Tathagata yang tidak memberitakan hal itu. Oleh karena itu, Guhyakadipati, jika Mereka ingin memahami [ritual mantra], para Bodhisattva yang mengolah budidaya praktik Bodhisattva melalui pintu gerbang Mantrayana harus rajin berlatih dalam pintu gerbang yang menyerap meliputi segalanya menuju ke Dharma ini.

"5 huruf yang diawali dengan 'a' adalah fase awal.
20 huruf yang diawali dengan 'ka' adalah fase tengah.
8 huruf yang diawali dengan 'ra' adalah fase akhir.

"Jika seseorang menambahkan fase awal, fase tengah, dan fase akhir untuk 'ka', 'ca', 'ta', 'ta', dan 'pa' dan dengan demikian memasuki keanekaragaman Samadhi, orang akan secara spontan mencapai Bodhi-citta, praktek latihan, penyelesaian Samyaksambodhi, dan Parinirvana. Pintu gerbang huruf Aksara yang telah dijelaskan ini, bila digabungkan dengan petunjuk ritual untuk Mantra, bisa disertai dengan fase awal, fase tengah, dan fase akhir. Jika sang mantra-yogin mengetahui ini, dia akan memperoleh penguasaan menurut [kecenderungan dari] pikirannya. Dia harus menggunakan setiap huruf ini dengan tekad penuh, dan jika dia memahami mereka dengan kecerdasan, dia akan diberikan sebuah keadaan yang tak tertandingi dan yang khusus. Dengan cara ini, Aksara Cakra akan berputar dari Roda tunggal. Karena telah memahami hal ini, sang Acrya-mantra-yogin akan selalu menerangi dunia seperti Bhagavan Vairocana dan memutar 'Dharma Cakra (Roda Dharma)'. "

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile

Om Vairocana Hum


OmVajrasattva Hum
Om Vajrapani Hum

Bab XI
Mandala Rahasia


Kemudian Bhagavan Vairocana memeriksa seluruh dharmadhatu dengan mata sang Tathagata dan memasuki 'dharmadhatu-kosa (gudang penyimpanan alam dharma)', 'Tathagata-samaya-alamkara-kosa-samadhi (Samadhi dari dharmmadhatu-kosa yang dihiasi dengan kesetaraan dari tiga misteri sang Tathagata)' dengan kecepatan Tathagata yang tegas seperti singa. Dalam rangka mewujudkan perhiasan yang tidak habis-habisnya dari dharmadhatu dan dalam rangka untuk membebaskan alam para makhluk tanpa sisa dengan pintu gerbang Mantrayana ini dan memenuhi sumpah asli-Nya. Kemudian, sambil berada didalam samādhi, sang Buddha memancarkan ke seluruh alam para mahluk yang tidak habis-habisnya ini dan dari banyaknya pintu gerbang suara membunyikan sesuai dengan jenis mereka, [suara yang] sesuai dengan sifat alami mereka sendiri [sesuai dengan] pematangan karma mereka dan kelahiran, penerimaan mereka dari hasil dan ganjaran, warna dan bentuk, berbagai bahasa, dan apa yang mereka pikir dalam pikiran mereka, dan Dia membabarkan Dharma secara terperinci kepada mereka, menyebabkan semua makhluk untuk semuanya mendapatkan sukacita. Selanjutnya, dari setiap pori-pori tunggal ada muncul tubuh-tubuh tambahan dari dharmadhatu, dan setelah Mereka muncul, setara dengan ruang angkasa kosong, Mereka membabarkan secara terperinci ke seluruh sistem dunia yang tidak terhitung jumlahnya dan dengan perwujudan kata-kata dari dharmadhatu yang terdiri dari suara tunggal syair gatha pada penghasilan Tathagata.

Sang Tathagata menghasilkan bentuk-bentuk dharma sesuai dengan jenis-jenis mahluk hidup,
Perwujudan adhisthanakaya para Buddha, Sravaka, Pratyekabuddha penyelamat dunia,
Banyak sekali para Bodhisattva pahlawan yang berjuang keras, dan demikian pula
yang dihormati di antara manusia sama-sama dihasilkan dari huruf A;
Para makhluk dan dunia fisik didirikan menjadi ada secara berurutan terus-menerus,
Dan dharma yang dilahirkan, tinggal berdiam, dan seterusnya selamanya dihasilkan dengan cara ini.
Karena Mereka memiliki kebijaksanaan dan sarana terampil
berarti, Mereka bebas dari kebodohan dan keraguan,

Dan karena Mereka telah mengamati jalan ini, sang Samyak-sambodhi mengajar [demikian].

Kemudian tubuh dari sang Vairocana Tathagata melahirkan dharmadhatu, mewujudkan diri-Nya sendiri memenuhi seluruh dharmadhatu dan perwujudan adhisthanakaya-Nya menyebar-meliputi seperti awan. Bhagavan Vairocana, dalam waktu seketika itu juga menghasilkan pemikiran, memancarkan keluar para Buddha yang tidak terhitung jumlah-Nya dari pori-pori-Nya, dan setelah Mereka telah diberdayakan Adhisthana satu demi satu, Mereka kembali memasuki istana dharmadhatu.

Saat Ini Bhagavan Vairocana kembali lagi menyapa Vajradhara Guhyakadipati, dengan mengatakan, "Guhyakadipati, ada tuntunan di mana posisi, huruf-bija, dan lencana lambang dari Mahluk Suci dari Mandala ditetapkan [pada tubuh sang praktisi]. Anda harus mendengarkan dengan penuh perhatian dan mempertimbangkan dengan hati-hati saat sekarang Saya jelaskan. "

Vajradhara Guhyakadipati berkata, "Jadi demikianlah, Bhagavan. Saya ingin mendengarkan. "

Kemudian Bhagawan berbicara dalam syair gatha:

Mantra yogin pertama menempatkan 'altar melingkar (Mandala)' dalam tubuhnya sendiri:
Dari kaki hingga ke pusar buatlah 'Lingkaran Vajra Besar (Maha Vajra Cakra)';
Dari sini hingga ke jantung dia harus membayangkan dalam pikiran sebuah 'Lingkaran Air (Jala Cakra)';
Di atas 'Jala Cakra' adalah 'Lingkaran Api (Agni Cakra)', dan di atas Agni Cakra adalah 'Lingkaran Angin (Vayu Cakra)'.
Kemudian dia harus mengingat dalam pikiran pada permukaan tanah, dia berpikir pada Vasudhara dan menggambar berbagai-macam tokoh.

Kemudian Vajrapani naik ke 'tahap (Bhumi)' dari tubuh, ucapan, dan pikiran dari Bhagavan Vairocana; dengan mengamati bahwa [semua] dharma adalah sama, Dia memikirkan para makhluk di masa depan, dan untuk memutuskan semua keraguan Dia mengucapkan 'Raja Mantra (Mantraraja)': Namah samanta buddhānām asamāpta-dharmadhātu-gatim gatānām, sarvatha am kham am ah sam sah ham hah ram rah vam vah svaha, hum ram rah ham hah svaha, ram rah svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha yang telah pergi ke keadaan alam dharma yang tidak berujung! Dalam segala hal am kham am ah sam sah ham hah ram rah vam vah svaha, hum ram rah ham hah svaha, ram rah svaha!)

Ketika Vajradhara Guhyakadipati telah selesai mengucapkan raja mantra ini, semua Tathagata yang tinggal didalam sistem dunia dalam sepuluh penjuru masing-masing mengulurkan tangan kanan Mereka dan membelai kepala Vajradhara itu, dan dengan seruan tepuk tangan Mereka memujinya, dengan mengatakan, "Sangat baik, sangat baik, Anak Buddha! Anda telah naik ke tahap tubuh, ucapan, dan pikiran Bhagavan Vairocana, dan keluar dari keinginan untuk menerangi para Bodhisattva disemua penjuru yang tinggal di jalur mantra dari kesetaraan Anda telah mengucapkan raja mantra ini. Mengapa? Bhagavan Vairocana, sang Samyaksambuddha, ketika duduk di Bodhi-mandala mengamati dharmadhatu dengan dua belas huruf Bija aksara dan menaklukkan empat mara. [Huruf] Ini melahirkan dharmadhatu mengalir keluar dari tiga tempat [bagian atas, tengah dan bawah dari tubuh sang Buddha] dan menghancurkan rombongan tentara 'iblis surga (mara pāpīya)'. Kemudian Vajradhara memperoleh kesetaraan tubuh, ucapan, dan pikiran dari Bhagavan, ukuran tubuh-Nya sama persis dengan ruang angkasa kosong dan demikian juga ukuran pidato-Nya dan pikiran-Nya. Dia mencapai timbulnya pengetahuan yang tak terbatas, menjadi berdaulat atas semua dharma, dan membabarkan Dharma secara terperinci, yaitu, dua belas suku kata dari raja mantra ini. Anak Buddha, karena Anda sekarang telah mencapai tubuh, ucapan, dan pikiran yang sama dari Bhagavan Vairocana, Anda akan dikenali oleh semua mahluk sebagai yang sama dengan Samyaksambuddha. "

Mereka kemudian mengucapkan syair gatha ini:

Anda telah bertanya kepada Sarvajnana Vairocana, Samyaksambuddha,

Tentang praktek Mantra yang tertinggi, dan Dia akan menjelaskan petunjuk-petunjuk ritual itu.

Di zaman dulu Kita membangkitkan Bodhi yang menakjubkan dengan cara ini,

Mengungkapkan semua dharma, dan menyebabkan orang-orang untuk mencapai Nirwana.

Para Buddha saat ini di banyak alam di sepuluh penjuru arah telah semua-Nya mencapai hal ini.

Kemudian Vajrapani, yang diberkahi dengan kebajikan, sangat bersukacita dalam hatinya dan, dengan diberdayakan adhisthana wibawa yang mengagumkan dari para Buddha, Dia berbicara syair gatha ini:

Dharma ini tidak pernah habis, tidak memiliki sifat alami sendiri (svabhava), dan tidak tinggal berdiam [di satu tempat];

Itu terbebas dari karma dan kelahiran kembali, dan adalah sama seperti Samyak-sambuddha.

Cara-cara bijaksana dari para Penyelamat dunia bekerja sesuai dengan sumpah kasih sayang Mereka,

Saya telah datang untuk memahami pengetahuan yang tidak dilahirkan, bahwa sifat karakteristik dharma adalah demikian.

Kemudian Vajradhara Guhyakadipati kembali lagi berbicara beberapa syair-gatha Udana, meminta Bhagavan Vairocana untuk memutuskan 'demi para makhluk di masa depan' keraguan mengenai Maha Mandala ini yang dihasilkan dari Maha-karuna-garbha."

"Anda telah memutuskan semua keraguan, pengetahuan Anda bebas dari kesusahan,

Dan demi para makhluk Saya mohon ijin untuk mengajukan pertanyaan kepada Anda, Guru Pembimbing.

Tolong jelaskan, Maha Muni, apa yang harus dilakukan pertama dalam Mandala.

Berapa banyak [jenis] Acarya yang ada, dan berapa banyak jenis Murid?

Bagaimana orang mengenali karakteristik tempat? Dan bagaimana orang memilih dan mempersiapkan?

Bagaimana seharusnya orang memurnikannya? Bagaimana orang membuatnya teguh stabil

Dan memurnikan Murid? Saya mohon Guru Pembimbing menjelaskannya.

Apa tanda-tanda bahwa mereka telah dimurnikan? Dengan apa orang melakukan perlindungan?

Bagaimana orang memberdayakan tempat itu? Manakah perbuatan ritual yang pertama dimulai?

Berapa banyak tali yang ada? Bagaimana orang membatasi tempat?

Berapa banyak jenis persembahan yang dibuat orang? Apakah bunga, dupa, dan sebagainya?

Kepada siapakah orang harus mempersembahkan bunga-bunga ini dan juga dupa?

Bagaimana seharusnya orang membuat persembahan, dan dengan bunga dan dupa yang manakah?

Ritual manakah yang digunakan untuk makanan [persembahan] dan homa masing-masing?

Dan kursi dari para Mahluk Suci, Saya mohon Anda untuk menjelaskan petunjuk untuk Mereka.

Tolong uraikan secara terperinci dalam ururtan yang tepat pada warna dan bentuk penampilan fisik Mereka,

Pada Guhya Mudra Mereka yang dihormati, dan di kursi yang ditata untuk Mereka.

Mengapa mereka disebut "Segel (Mudra)"? Dari mana Segel-segel ini muncul?

Sekali lagi, berapa banyak jenis "Penyucian (Abhiseka)" yang ada? Berapa banyak Samaya yang ada?

Untuk berapa lamakah sang Mantra-yogin dengan rajin mengolah budidaya praktek Mantra

Untuk menyempurnakan jalan Bodhisattva? Bagaimana Dia melihat kebenaran?

Berapa banyak jenis Siddhi yang ada? Dan waktu penyelesaian,

Bagaimana orang naik keatas langit yang terbuka? Apa rahasia (yang tidak terlihat) dari tubuh?

Bagaimana orang mencapai tubuh dewa tanpa meninggalkan tubuh ini?

Sekali lagi, dari manakah berbagai-macam perubahan [magis] muncul?

Pertanda buruk yang muncul disebabkan oleh matahari, bulan, api, arah, planet (graha), siklus bulan, bintang (naksatra), dan pembagian waktu, serta penderitaan yang dialami dalam kelahiran-dan-kematian-

Bagaimana orang mencegah mereka terjadi dan, setelah mereka terjadi, benar-benar sepenuhnya menghilangkan mereka?

Dan [bagaimana] orang dapat terus melayani para Buddha, yang paling dihormati di antara manusia?

Berapa banyak jenis Api Homa yang ada? Dan dengan berapa banyak perbuatankah orang meningkatkan potensinya?

Saya hanya mohon Guru Pembimbing untuk menjelaskan sifat alami yang berbeda dari para Buddha.

Hasil-hasilnya dan jumlahnya dan ukurannya dan Samadhi-Samadhi khusus dari sistem-sistem dunia tanpa sisa dan [alam-alam] yang melampaui diatas-duniawi -

Di manakah pematangan berada, dan mengapa mereka tidak bertumbuh?

Sekali lagi, berapa banyak waktu akan berlalu sebelum orang memperoleh pembebasan dari karma dan kelahiran [kembali]? "

Sang Samyak-sambuddha, Sarvajnana, Bhagavan yang bebas dari derita, menyapa Vajrapani, dengan mengatakan, "Bagus, bagus Pahlawan Besar Yang Berjuang Keras! Mandala Rahasia, dengan posisi dari para Mahluk suci ditetapkan, Lahir dari akar kasih sayang yang besar, Mahayana yang tak tertandingi, ialah rahasia tertinggi dari para Buddha.

Sesuai dengan pertanyaan Anda,

Vajradhara yang berkekuatan besar, sekarang Saya akan menjelaskan secara singkat.

Anda harus mendengarkan dengan penuh perhatian, Putra Buddha, untuk perbuatan awal [yang akan dilakukan] di Mandala.

Vidyārāja yang sangat kuat, yang lahir dari Dua Belas Huruf,

Harus dibaca mulai pertama sekali ketika tinggal berdiam didalam Samādhi sendiri,

Dan memahami jalan yoga, orang melakukan berbagai perbuatan.

Ada dua [jenis] Acarya, yang telah [baik] menguasai Mudra dan Mantra;

Karakteristik mereka juga dibagi dua menjadi mendalam dan misterius, dan yang lainnya adalah sederhana dan jelas.

[Dia yang terlebih dahulu] yang akrab dengan makna yang mendalam dan luas [dari Ajaran] dan memberikannya kepada orang-orang yang dapat diajarkan;

Mereka adalah putra tertua dari Samyak-samBuddha dan jauh dari kesenangan duniawi.

Yang kedua mencari dunia sekarang dan sangat melekat pada objek palsu yang bersifat menipu dari kesadaran;

Mandala duniawi biasa semuanya dibuat untuk mereka,

Dan mereka telah 'disucikan (abhiseka)' dan memiliki ajaran yang diwariskan kepada mereka oleh para Buddha, yang dihormati di antara makhluk.

Empat jenis murid dijelaskan, karena perbedaan antara siap dan tidak siap:

Satunya adalah mereka yang siap untuk membaca, dan ada orang-orang yang tidak siap, mereka yang kedua-duanya, dan mereka yang tidak;
[1] Murid yang bisa menyelesaikan hasil dari praktek dengan tepat waktu.
[2] Murid yang tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu dan ulang melakukannya lagi.
[3] Murid yang tidak bisa melakukan praktek dengan seharusnya.
[4] Murid yang tidak punya hubungan dengan Acarya.

Dia yang memiliki semua karakteristik yang dijelaskan oleh Sang Buddha adalah yang sebagai Murid dekat.

Pertama mengetahui karakteristik tempat, maksudnya, 'kondisi pikiran (cittabhumi)';

Saya sudah menjelaskan pemurnian nya: praktekkan perbuatan itu seperti sebelumnya.

Jika ia bebas dari kesalahan, tidak ada yang ditakutkan dalam cittabhumi,

Dan ia akan [kemudian] mencapai kemurnian yang sejati dan bebas dari semua kesalahan.

Tinggal berdiam dengan tegas dalam pengetahuan ini, ia akan melihat Sambodhi dirinya sendiri;

Jika orang melakukan sebaliknya, orang itu tidak akan bisa memurnikan tempat.

Jika sang praktisi memurnikan tempat sambil tinggal berdiam didalam perbedaan yang palsu,

Guhyakadipati, dia tidak sedang memurnikannya karena dia dipisahkan dari 'pikiran Bodhi (Bodhicitta)'.

Oleh karena itu, orang harus meninggalkan perbedaan sebelum memurnikan setiap tempat.

Saya telah menjelaskan secara lengkap tentang Mandala dalam petunjuk-petunjuk ritual,

Dan hal-hal yang datang pertama di antara mereka adalah yang tidak dipahami oleh orang bodoh:

Mereka tidak akan disebut yang tercerahkan di dunia, tidak pula mereka menjadi yang maha tahu,

Dan mereka tidak akan bisa meninggalkan perbedaan, penyebab penderitaan.

Acarya harus memurnikan Bodhicitta demi murid

Dan melindunginya dengan Acalanātha atau dengan menggunakan Trailokyavijaya.

Jika murid tidak terpengaruh oleh kemelekatan palsu,

Dia akan mencapai Samyak-sambodhi, tak bernoda seperti ruang angkasa kosong.

'Pemberdayaan (adhisthana)' awal tempat ini didasarkan pada ajaran para Buddha ',

Dan yang kedua pada kebebasan pikiran, yang hanya ditemukan di sini dan tidak dalam ajaran yang lain.

Keempat jenis 'tali (sutra)' adalah, yaitu, putih, kuning, merah, dan hitam;

Apa yang harus dianggap sebagai yang kelima adalah, yaitu, warna ruang angkasa kosong.

[Pertama,] pegang [tali] menyamakan di udara, orang menentukan batas Mandala [divisualisasikan di udara];

Kedua, orang memegang tali [kedua] dan meletakkannya keluar diatas permukaan tempat ritual.

Kursi dari semua Tathagata dan Mereka dari Anak-anak yang bijaksana dari para Buddha

Adalah Bunga Teratai Putih (Pundarika) yang menakjubkan yang menyenangkan pikiran, dipuji sebagai keberuntungan oleh dunia pada umumnya.

Adapun para Pratyekabuddha dan Sravaka, yakni, Mereka yang [satu] sisi pengetahuan,

Orang harus tahu bahwa kursi yang ditata untuk Mereka adalah daun teratai dan teratai biru (nilotpala).

Untuk Mahluk surgawi dari alam duniawi, yang terutama di antara mereka adalah Brahma dan rombongan-nya,

Ada bunga Padma berwarna merah, yang dipuji sebagai 'raja kursi (Asana-raja)'.

Adapun mereka yang di bawah [dewa] ini, dengan penuh perhatian tempatkan mereka dengan sesuai di bagian mereka dari tempat itu.

Ada empat jenis 'penyembahan (Puja)', yaitu, membuat penghormatan dengan telapak tangan mengatup bersama-sama (Anjali),

Juga kebaikan dan kasih-sayang, bunga dan dupa seperti yang diberikan oleh dunia pada umumnya,

Dan bunga-bunga yang dihasilkan dari buatan tangan orang, dan ini diberikan kepada para Penyelamat Dunia.

Dengan membuat segel 'kelahiran dari semua anggota badan Tathagata', orang mengamati Pikiran Bodhi,

Dan untuk setiap para Tathagata dan anak-anak yang lahir dari Mereka,

Dengan bunga-bunga yang sempurna, harum dan berseri-seri ini,

Dan dharmadhatu telah menjadi raja pepohonan yang sangat besar,

Orang membuat persembahan, kepada yang dihormati di antara manusia.

'Berdayakan (= Beri kuasa/kekuatan)' dengan Mantra dan dengan bebas dikendalikan oleh Samadhi,

Awan-awan yang menakjubkan dan yang besar muncul di dharmadhatu,

Dan dari mereka bunga-bunga selalu berhujanan turun di mana-mana di depan para Buddha.

Untuk para dewa duniawi lainnya orang juga harus menyebarkan bunga-bunga ini,

Dan ketika mempersembahkannya, sesuaikan dengan Mantra mereka sendiri dan sifat alami dan jenis mereka.

Dengan cara ini serbuk wangi salap dan seterusnya juga harus selaras dengan apa yang tepat.

Hubungkan [ujung] jempol dan jari manis bersama-sama: ini disebut Segel Yang Menguntungkan.

Bunga-bunga dan sebagainya yang akan dipersembahkan harus dibawa menyentuh dada dan [kemudian] dipersembahkan;

Dalam kasus dewa surga duniawi, orang harus tahu bahwa itu [ditempatkan] setingkat dengan pusar.

Atau sebagai kemungkinan lain, dengan 'Segel Kepalan tangan tinju Vajra (Vajramusti Mudra)' atau lagi dengan ' Segel Karangan Kalung Bunga Terarati (Padmamala Mudra)',

[Pegang persembahan] di udara dan persembahkan kepada para Guru Pembimbing, Penyelamat Dunia,

Dan sampai para dewa duniawi, masing-masing dalam urutan mereka yang benar.

Ada dua jenis homa, yaitu dalam dan luar:

Orang memperoleh pembebasan dari karma dan kelahiran [kembali], dan ada juga timbul dari kecambah dan bibit [kebangkitan Bodhi].

Karena itu mampu membakar habis karma, hal itu disebut 'homa dalam. "

Untuk pemakaian luar ada tiga posisi (yaitu, 'praktisi (Yogin)', perapian (Homa Kunda), dan Mahluk suci), dan tiga posisi ini tinggal berdiam di dalam [masing-masing] tiga itu.

Mencapai jalan dari tiga perbuatan (tubuh, ucapan, pikiran) adalah homa duniawi yang sangat unggul.

Siapa pun yang melakukan sebaliknya tidak memahami perbuatan-perbuatan homa;

Bodoh, dia tidak akan mendapatkan hasil apapun, telah meninggalkan pengetahuan Mantra.

Mantra-mantra dari 'Keluarga Tathagata (Tathagata-kula)' dan yang diucapkan oleh Samyak-sambuddha

Harus diketahui berwarna putih dan kuning, dan orang-orang dari 'Keluarga Vajra [Vajrapani - Vajrakula]' adalah warna-warni;

Mantra-mantra dari Avalokitesvara adalah berwarna putih bersih, dan itu berubah sesuai dengan perbuatan [ritual].

[Altar itu] adalah persegi ganda di mana-mana [di pusat dan di garis keliling] atau, teratur, melingkar,

Dan demikian juga bentuknya digambarkan sebagai segitiga atau lingakaran setengah bulan.

[Altar Persegi digunakan secara umum untuk semua jenis Homa, Altar Lingkaran Bulat digunakan untuk 'Santika Homa (Homa Hening Tenang)', Altar Segi tiga digunakan untuk 'Abhicarika Homa (Homa Pemikatan)', dan Altar setengah lingkaran bulan digunakan untuk 'Akarsana (Menarik)' dan 'Vasikarana (Manklukkan)']

Pertama orang harus mengetahui bentuk fisik [dari para dewa itu]: mereka memiliki, yaitu, tubuh laki-laki (jnana/kebijaksanaan) atau perempuan (dhyana/meditasi).

Selain itu, di semua tempat dan sesuai dengan bentuk dan warna dari jenis mereka,

Mereka melahirkan pengetahuan yang tak terbayangkan, dan oleh karena itu mereka tak terbayangkan.

Ada perbedaan sesuai dengan hal-hal, tetapi pengetahuan dan pencapaian pengetahuan selalu satu.

Orang harus tahu bahwa 'luas pikiran orang' merupakan 'ukurannya (= ukuran altar)',

Dan demikian juga untuk kursi dan segel dan juga para mahluk surgawi.

Dari tempat yang sama segel dimana Buddha dilahirkan, Mudra sama-sama lahir,

Dan dengan Segel lahir dari Dharma ini [sang Acarya] menganugerahkan Segel pada murid-muridnya.

Oleh karena itu, diajarkan secara singkat bahwa dharmadhatu menggunakan ini (yaitu, segel) sebagai simbol lencana nya.

Ada tiga jenis 'Penyucian (Abhiseka)', dengarkan sepenuh hati, Anak Buddha!

Cara bijaksana dengan segel rahasia adalah terpisah dari tindakan;

Itu disebut metode pertama yang sangat unggul, dan orang disucikan oleh Tathagata.

Bahwa yang disebut kedua menimbulkan penyelenggaraan banyak perbuatan [ritual].

Yang ketiga diberikan oleh pikiran dan sepenuhnya terpisah dari waktu dan tempat;

Dalam rangka untuk menyenangkan mahluk suci yang dihormati, orang harus melakukannya seperti yang dijelaskan,

Dan orang akan diabhiseka langsung oleh Buddha: ini adalah yang paling unggul.

Samyak-sambuddha telah menjelaskan secara singkat Lima Jenis Samaya.

Yang pertama adalah memiliki samaya pada melihat Mandala;

Kata-kata kebenaran (yaitu, Mantra) belum diwariskan, tidak pula Guhya Mudra diberikan.

Samaya kedua adalah memasuki dan melihat perkumpulan majelis Mahluk suci.

Yang ketiga, lengkap dengan Altar dan Segel, orang melakukan perbuatan yang menakjubkan sesuai dengan Ajaran. (Sang Acarya mengajarkan Mudra, Mantra, dan Praktek dari setiap Mahluk Suci)

Berikutnya, [sang Acarya memberikan] izin untuk mewariskan Ajaran, dan ini dikatakan sebagai yang memiliki Samaya [keempat].

Meskipun orang mungkin memiliki [pengetahuan] segel dan posisi [para mahluk suci] di altar seperti yang dijelaskan dalam Ajaran,

Selama orang belum memperoleh penyucian pikiran, kebijaksanaan rahasia tidak muncul.

Oleh karena itu, di tengah-tengah lokasi ritual rahasia itu sang Mantra-Yogin,

Memiliki janji kelima (Samaya), harus 'disucikan (di - abhiseka)' sesuai dengan aturan.

Orang harus tahu bahwa apa pun selain ini tidak disebut Samaya.

Jika, juga taat tinggal berdiam [di dalam sila] dan bermeditasi pada pikiran, sang Mantra-yogin membangkitkan pikiran

Tanpa menangkap tiga loci (Jika dia tidak melekat pada dirinya sendiri, pada dharma meditasi, dan pada penyelesaian), dia dikatakan sebagai seorang Bodhisattva.

Setelah mencapai praktek meditasi tanpa objek apapun, dia memberi manfaat kepada para makhluk dengan cara-cara bijaksana

Untuk menanam akar kebaikan, dan oleh karena itu dia disebut dihormati di antara manusia.

Dalam dharma awalnya diam tanpa gerak dan selalu tanpa sifat alami sendiri (svabhava),

Dia bersandar seperti [Gunung] Sumeru: ini disebut melihat Kebenaran.

Kekosongan ini sesuai dengan puncak kenyataan, dan itu bukanlah kata-kata yang salah;

Apa yang dilihat [olehnya] seperti [apa yang dilihat oleh] Buddha, dan para Buddha masa lampau telah [juga] melihat demikian.

Siddhi dari mencapai Bodhicitta adalah yang sepenuhnya tak tertandingi;

Selain itu, ada perbedaan lima kali lipat diantara Siddhi:

Yakni, masuk ke pengolahan budidaya praktek, maju melalui tahap-tahap Bhumi,

Lima kemampuan 'supranatural duniawi', 'Buddha', dan 'Pratyekabuddha' dan sebagainya.

Jika orang mempraktekkan secara tak henti-hentinya sampai rangkaian kesatuan pikiran murni,

Menyebabkan yang belum matang menjadi matang, Ini adalah kemudian bahwa Siddhi dicapai.

Dalam satu waktu itu, tindakan murni dan pikiran adalah keduanya sama persis,

Dan Mantra-yogin akan mencapai kemunculan Siddhi sesuai keinginan:

Dia naik ke atas langit melalui siddhi seperti orang yang tidak takut pada angan-angan khayalan ilusi;

Pesona-nya dengan cara jaring dari seni magis adalah sama seperti jaring Sakra Indra (Indrajala);

Sama seperti semua orang-orang yang berada di kota gandharva (Gandharva-nagara yaitu, khayalan belaka),

Demikian juga rahasia (yaitu, yang tidak kelihatan) dari tubuhnya, menjadi tidak dari tubuh maupun tidak dari kesadaran.

Sekali lagi, seperti dalam mimpi saat tidur orang bisa mengunjungi istana para dewa

Tanpa meninggalkan tubuh ini dan tanpa [benar-benar] pergi ke sana,

Demikian juga dalam mimpi yoga, bagi dia yang tinggal berdiam di dalam praktek Mantra,

Penampilan fisik nya yang terlahir dari tindakan kebajikan adalah seperti pelangi.

'Permata pengabul keinginan (cintamani)' dari Mantra dilahirkan dari pikiran, ucapan, dan tubuh,

Dan itu menyebabkan banyak hal berhujanan turun sesuai yang diinginkan tanpa pikiran apapun dari membeda-bedakan.

Sama seperti ruang angkasa kosong dalam sepuluh penjuru arah terpisahkan dari bentuk yang berkondisi,

Demikian juga Mantra-yogin tidak tercemar oleh bentuk yang berbeda-beda.

Menyadari bahwa hanya ada Pikiran, dia mengamati segala sesuatu dengan cara ini,

Dan kemudian Mantra-yogin bersukacita bersama-sama dengan para Buddha.

Samyak-sambuddha, yang dihormati di antara manusia, telah menjelaskan dua jenis Homa,

Yakni, dalam dan luar, dan meningkatkan keampuhan [dari persembahan] juga seperti ini.

Setelah memeriksa jenis khusus dan sifat alami dari para dewa, orang harus mengenali mereka.

Sekarang Saya akan menjelaskan ukuran terbatas dari mantra dari [dewa] duniawi.

Dalam kasus dewa surgawi yang dikenal oleh banyak orang, seperti Isvara yang terberkati,

Vidya yang diucapkan oleh mereka, serta 'segel berkekuatan besar (Maha bala mudra)',

Semua memiliki hasil di dunia ini, dan oleh karena itu, diajarkan bahwa itu memiliki batas ukuran tertentu.

Meskipun [hasil] tercapai, itu tidak abadi dan semuanya ditandai dengan kelahiran dan kepunahan.

Mantra dari yang melampaui duniawi adalah yang tidak dihasilkan dan awalnya tidak dilahirkan;

Karma dan kelahiran kembali benar-benar terputus, dan, sang Buddha mengalahkan mara, Dia dipisahkan dari tiga kesalahan (raga,dvesa,moha).

Saya akan [sekarang] menjelaskan ukuran Mantra dari Pratyekabuddha, dan jumlah banyak dari para Sravaka dan Bodhisattva dari Buddha:

Mereka melampaui tiga masa dan muncul dari banyak kondisi,

Dan hasilnya, yang terlihat dan yang tak terlihat, lahir dari pikiran, ucapan, dan tubuh.

Hasil dan rentang mereka beredar di dunia adalah selama satu kalpa;

Mantra-mantra yang diajarkan oleh Samyak-sambuddha melampaui banyak kalpa.

Samadhi dari Maharsi Samyak-sambuddha, dan jumlah besar dari anak-anak dari Buddha

Adalah murni dan terpisahkan dari pikiran; Itu yang terhubung dengan pikiran adalah yang duniawi.

Dalam perolehan hasil melalui tindakan, ada pematangan dan waktu untuk pematangan;

Jika orang mencapai Siddhi, orang melakukan tindakan secara bebas.

Karena Pikiran tidak memiliki sifat alami sendiri (svabhava), itu terbebas dari sebab dan akibat,

Dan dibebaskan dari karma dan kelahiran [kembali], itu setara dengan ruang angkasa kosong.

"Sekali lagi, Guhyakadipati, dengarkan dengan penuh perhatian! Guhya Mudra, Penampilan [dari para Mahluk suci], tata letak posisi dari Mahluk suci, perwujudan sebenarnya dari keberhasilan mereka yang mengagumkan, dan tujuan dari samadhi simbol samaya mereka - lima ini adalah praktik dari 'dharmadhatu-akasa (ruang angkasa kosong dari alam dharma)' dimana para Buddha dari masa lampau mencapai Bodhi, dan sumpah asli Mereka adalah untuk membebaskan alam para makhluk tanpa sisa, berkeinginan untuk menguntungkan dan membahagiakan para Bodhisattva yang mengolah budidaya praktek Bodhisattva melalui pintu gerbang Mantrayana. "

Vajrapani mengatakan, "Jadi demikianlah, Bhagavan. Saya ingin mendengarkan. "

Kemudian sang Bhagawan berbicara dalam syair gatha:

Pertama, tata letak Mandala dari Samyak-samBuddha,

Yang lahir dari rahim kasih sayang yang besar (Maha-karuna-garbha), yang [paling] rahasia diantara rahasia,

Serta yang tidak terhitung banyaknya Mandala duniawi dan Mandala yang melampaui duniawi -

Semua bentuk untuk ini Saya akan jelaskan dalam urutan yang benar. Pastikan untuk mendengarkan.

[Mandala] adalah persegi di sekitar, dengan satu pintu masuk dan jalan terusan;

Itu dihiasi tepat disekitar dengan Vajra-mudra, dan di tengah adalah Karma-vajra (Vajra silang),

Di atas puncak dimana ada bunga teratai yang menakjubkan, terbuka dan mengandung biji.

Di atasnya adalah Mudra teratai besar, dihiasi dengan 'anusvara (titik-titik besar kekosongan)';

Delapan kelopaknya sempurna teratur dan indah, dengan benang sari.

Suku kata yang dilahirkan dari dua belas anggota [Mantra] adalah [ditempatkan] tepat di bagian dalam alas bunga,

Di atasnya [duduk] Guru Pembimbing dan Yang Sempurna Terbangun, yang dihormati di antara para makhluk,

Diri-Nya dikelilingi oleh 'parivara (para pengikut)' di delapan Mandala.

Anda harus tahu bahwa ini adalah yang paling utama, Mandala "Karunodbhava (Lahir dari Kasih Sayang)."

Dari ini ada muncul altar-altar [lainnya], masing-masing sesuai dengan ajaran mereka sendiri,

Bersama dengan perbuatan [ritual], bentuk, siddhi, dan penempatan para putra Buddha (yaitu, para mahluk suci).

Berikutnya, Guhyakadipati, Mandala Tathagata ini

Adalah [bundar] seperti bulan terang yang bulat, mewujudkan warna dari Sankha didalam.

Segitiga dari semua Buddha adalah diatas bunga teratai putih [di pusat],

Ditandai dengan 'anusvara (titik-titik kekosongan)' dan dikelilingi oleh 'Vajra Mudra (segel vajra)'.

Dari Tuan mantra (yaitu, Mahluk suci yang di pusat) sinar cahaya dipancarkan di seluruh sekeliling,

Dan tanpa keraguan, itu memancar keluar di mana-mana.

Berikutnya, Guhyakadipati, ke Mandala rahasia

Dari Avalokitesvara, dengarkan dengan pikiran tunggal, putra Buddha.

Itu memiliki penampilan persegi tepat di sekeliling, dengan Sankha yang menguntungkan berada di tengah,

Yang menghasilkan bunga padma, terbuka dan mengandung biji.

Di atas, kebijaksanaan Vajra diwakili [oleh vajra], yang memikul Mudra 'Maha Padma (teratai besar)',

Tersusun dengan benih [-Huruf/suku kata], dengan terampil dibuat untuk mewakili benihnya [-Huruf suku/kata].

Tara, Bhrkutī, dan Pāndaravāsinī yang dihormati,

Vidyārājñī Bhogavatī dan Mahāsthāmaprāpta,

Mereka Yang Menguntungkan dan para pembantu berada di dalam mandala.

Untuk Mudra Mereka yang telah memperoleh penguasaan, buat simbol lencana Mereka secara khusus dengan baik.

Hayagriva berada di dalam segitiga seperti yang ditentukan,

Dikelilingi oleh mandala [dari para pembantu nya], yang indah mengagumkan, seperti cahaya matahari di pagi hari,

Dia yang berkebijaksanaan terampil harus ditempatkan di samping Vidyārāja. (yaitu, Hayagriva).

Berikutnya, Guhyakadipati, Saya akan menjelaskan sekarang mandala yang kedua:

Ia memiliki penampilan persegi sempurna dan dikelilingi oleh 'Vajra Mudra (segel Vajra)';

Itu semua berwarna emas murni, dengan bunga teratai diletakkan di tengah.

Di tengah-tengah [bunga teratai], sebuah 'bejana air yang berbentuk labu (Kalasa)' muncul, warnanya yang berkilau adalah sama seperti dari bulan yang terang,

Dan itu dikelilingi oleh 'anusvara (titik besar kekosongan)', dengan itu dihiasi.

Di atas puncak [dari bejana air yang berbentuk labu itu] ada ditampilkan 'Maha vayu mudra (segel angin besar)' (yaitu, setengah bulan), mendung [warnanya] seperti awan gelap;

Ia memiliki penampilan dari bendera yang berkibar dan ditandai dengan anusvara.

Di atas, ia menghasilkan api yang dahsyat, seperti api dari bencana [di akhir] kalpa,

Buat bentuk segitiga, dan dikelilingi oleh segitiga.

Ia dikelilingi tepat di sekeliling dengan lingkaran sinar, warna dari sinar matahari pagi.

Dalamnya adalah sebuah padma, merah gelap seperti api [di akhir] kalpa,

Dan 'Vajra Mudra (segel Vajra)' di atas menyebarkan keluar cahaya berapi-api;

Ia memiliki benih bija yang unggul dengan bunyi suara dari huruf Hum.

Para Buddha masa lampau telah menjelaskan ritual ini, Mandala dari 'Vira (Pahlawan Yang Berjuang Keras)' (yakni, Vira Vajrapani).

Sang Ibu dari Keluarga Vajra (Māmakī), Vajra-sankhalā, penguasa 'Vajrakula (Keluarga Vajra)',

Vajrānkuśa, Vajrasuci, Vidyadhara yang patut dihormati dan Vidyārāja yang berkebajikan besar

Adalah semuanya berada di dalam Mandala besar ini.

'Mudra (segel)', 'Mandala (altar)', dan bentuk dan warna dari para putra Buddha (yaitu, para Mahluk suci), masing-masing secara berurutan,

Sesuai dengan kategori Mereka [sehingga] perbuatan [ritual] mungkin berhasil dengan baik.

Berikutnya, Mereka yang berkuasa penuh atas Vajra (yaitu, para Vajradhara) yang telah Saya jelaskan:

Yakni, Gaganāvimala, Vajracakra, Vajradamstra,

Vajrasurata, Vajrayasa Vikhyāta, Mahābhāga Mahakrodha, Vajrāgra Vajrāsigra,

Sivavajra Vajrasanti, Mahāvajra, Nīlavajra,

Padmavajra, Viśālanetra Virupaksavajra, Suvajra[dhara], Vajra,

Aprapañcavihārin Nisprapanca, dan Gaganānantavikrama.

Mandala Mereka digambarkan sebagai putih, kuning, merah,

Dan warna hitam, dan bentuk segel Mereka dan seterusnya

'Trisula (ujung runcing cabang tiga)', segel cabang tunggal, berkepala dua dengan lima cabang di kedua ujungnya,

Atau 'mala (lingkaran karangan bunga)' dari Vajradhara yang dibedakan menurut kategori warnanya.

Untuk Semuanya bentuk benih [huruf bija], dan tahu bahwa itu memiliki manfaat kebajikan yang besar.

Mandala dari Acala memiliki kedua 'vayu cakra (lingkaran angin)' dan 'agni (api)';

Dia berada di arah Nairrti (yaitu, barat daya), di bawah Tathagata Vairocana,

Dikelilingi dengan benih bija (huruf), dan 'Mahajnana-khadga (pedang kebijaksanaan besar)'

Atau 'Pasa Mudra (segel jerat)' Dia yang memiliki kebijaksanaan menjabarkan.

Trailokyavijaya adalah berbeda dalam bahwa Dia berada di dalam 'vayu cakra (lingkaran angin)',

Dikelilingi oleh 'Vajra Mudra (segel vajra), dan tinggal berdiam di tiga tempat.

Berikutnya, Guhyakadipati, Saya akan pertama menjelaskan didalam Mandala

Bagaimana menempatkan altar gambar Ibu dari para Buddha dan para Bodhisattva.

Persegi, warna emas asli, dan dikelilingi oleh 'Vajramudra (segel Vajra)':

Ini adalah Mandala yang tertinggi, dan sekarang Saya akan mengungkapkan penampilan para Mahluk Suci.

Di tengahnya ada sebuah bunga teratai besar, menyala berseri-seri dan benar-benar sepenuhnya berwarna kuning,

Di tengah-tengah dimana ditempatkan 'Tathagata-usnisa (mahkota Tathagata)'; pergi melewati sub-bagian tengah,

Dan pada mencapai sub-bagian ketiga, orang harus menggambar Tathāgatalocanā (= Buddhalocanā):

Dia berdiam di tengah-tengah cahaya nyala api yang berkobar, dan benih-Nya [-Huruf Bija] tersusun di sekitar.

Berikutnya adalah 'Cintamani (Permata Pengabul Keinginan)' yang dihormati dari semua Bodhisattva,

Yang Mandala-Nya adalah lingkaran putih dengan persilangan,

Adalah benar-benar sepenuhnya hening-tenang dan sangat murni, dan mengabulkan semua keinginan.

Berikutnya, Anda harus mendengarkan dengan penuh perhatian altar dari Śākyasimha (yaitu, Sakyamuni),

Yang merupakan 'Mahendra (Indra besar)' [lingkaran]: itu adalah sangat indah dan berwarna emas asli,

Keempat sisinya adalah sama sejajar satu sama lain, dan seperti sebelumnya ada 'Vajramudra (segel Vajra)' [di tengah],

Di atas puncak dimana ada muncul Padma, dengan cahaya kuning di sekitar.

Sebuah 'Patra (mangkok pindapatta)' yang besar [di atas puncak teratai] memiliki kobaran cahaya terang dan dikelilingi oleh 'Vajramudra (segel Vajra)';

Tempatkan 'Kasaya (jubah Biksu)', 'khakkhara (tongkat)', dan seterusnya dalam urutan mereka yang benar.

Adapun tentang 'Panca Buddhosnisa (Lima Mahkota Buddha)', dengarkan dengan penuh perhatian saat Saya sekarang menjelaskannya:

Sitātapatra [diwakili] oleh segel payung; Jayosnīsa, yang memiliki kebijaksanaan,

Dikelilingi oleh pedang kebijaksanaan besar yang semuanya memancarkan cahaya tepat disekeliling;

Untuk Vijayosnīsa sebuah 'cakra-mudra (segel lingkaran)'; untuk Vikiranosnīsa sebuah 'ankusa-mudra (segel kait)';

Sebuah ciri Mahluk besar dari jambul ini disebut segel Tejorāśi;

Untuk Mahodgata sebuah Vajra, untuk Abhyudgata sebuah 'padma (bunga teratai)',

Dan untuk Anantasvaraghosa sebuah 'Sankha (kulit kerang keong yang menghasilkan suara Dharma)' - ketahui jenis gambar Mereka dengan pengamatan.

Untuk Urna sebuah permata mani; berikutnya Anda harus mendengarkan pada Buddhalocanā:

Ini adalah jambul, benar-benar berwarna kuning dan dikelilingi oleh Vajra.

Mudra dari Aparajita adalah sebuah bunga teratai yang dipegang di tangan-Nya;

Aparajita ada mulut besar diatas teratai hitam.

Para dewa yang disebut Kediaman Murni (Śuddhāvāsa), yang perbuatannya memurnikan alam tujuan

Putra Buddha, Anda harus mendengarkan dengan penuh perhatian untuk bagaimana menempatkan tanda Mudra mereka:

Yaitu, tangan [yang melambangkan] perenungan, tangan [yang melambangkan] kebaikan, tangan [yang melambangkan] senyuman,

Tangan [yang memegang] bunga, dan tangan [yang melambangkan] ruang angkasa kosong. Gambarkan ini sesuai dengan aturan.

[lambang] Prthivī adalah Kalasa dalam lingkaran putih yang dikelilingi oleh Vajra.

Untuk segel yang untuk memanggil Agni, orang harus menggunakan Tangan dari Maha Rsi.

Kasyapa, Gautama, Markanda, Garga,

Vasistha, dan Angira - masing-masing [dari resi ini] dalam urutan mereka yang benar

Harus digambarkan dengan tangan [yang melambangkan] Veda di dalam 'Agni Mandala (altar api)' (yaitu, segitiga merah).

Untuk Yama sebuah 'Danda (tongkat)' Mudra yang selalu di dalam 'Vayu-cakra (lingkaran angin)';

Untuk Mrtyu 'Ghanta Mudra (segel lonceng)', untuk Kālarātri sebuah 'Ketu Mudra (segel bendera)',

Untuk Rudra sebuah Sula (trisula), untuk permaisuri besar Brahmā (Brahmani) bunga teratai,

Untuk Kaumārī sebuah 'Sakti (tombak)', untuk Narayana adalah cakra mudra dan untuk wanita Visnu (Vaisnavī) 'cakra mudra (segel lingkaran)';

Anda harus tahu bahwa permaisuri Yama (Yami) [dilambangkan] oleh 'mudgara mudra (segel palu)',

Dan Kauberī, permaisuri [dari Kubera], menggunakan 'Kapala mudra (segel tengkorak)'.

Ini semua berada didalam 'vayu mandala (mandala angin)'

Dan dikelilingi oleh gagak, elang, bhāsa (burung bangkai), serigala, dan seterusnya.

Jika Anda ingin mencapai Siddhi, gambarkan mereka sesuai dengan aturan.

Untuk Nairrti sebuah pedang besar, untuk Visnu sebuah 'cakra (lingkaran roda)' yang indah,

Untuk Kumāra sebuah 'Sakti (tombak)', dan untuk Nanda dan Upananda

Awan tebal dengan petir; [Nanda dan Upananda] keduanya memiliki corak warna kolam biru yang jelas

Dan memberikan bantuan dalam pos penjaga di kedua sisi pintu masuk didalam altar Śākyasimha.

Untuk Śankara (Siva) sebuah trisula, dan untuk permaisurinya gambarkan segel dari Pattisa (tombak dengan tiga mata);

Untuk Candra sebuah Kalasa, putih murni dan ditempatkan pada bunga teratai;

Aditya, dalam 'Vajra-cakra (lingkaran Vajra)', dilambangkan oleh rupa sebuah kereta tempur;

Ketahuilah bahwa Jaya dan Vijaya, yang sangat kuat,

Keduanya [dilambangkan] oleh segel busur besar didalam 'indra cakra (lingkaran indra)'.

Di penjuru arah Vayu (yaitu, barat laut) adalah 'Ketu Mudra (segel bendera)'

[yang berkibar] didalam angin, untuk Sarasvati 'Vina Mudra (segel alat musik)',

Dan untuk Varuna sebuah jerat didalam altar bundar,

Yang Anda, O 'Mahatman (Diri besar)', harus tahu dikelilingi melingkar dengan huruf Bija.

Simbol Lencana ini adalah dalam urutan mereka yang adalah para 'Parivara (pembantu)' Śākyasimha

Di dalam Mandala, yang sekarang Saya telah selesai jelaskan secara singkat.

Putra Buddha, selanjutnya dengarkan dengan penuh perhatian pada Varadavajra Mandala (altar dari Manjusri):

Keempat sisinya adalah sama setara satu sama lain tepat di sekeliling, dan itu dilindungi oleh 'Vajra Mudra (segel vajra)'.

Di dalam pusat buat sebuah [segitiga] Mandala yang lahir dari api;

Di tengahnya lanjut tempatkan segel dari teratai biru yang indah,

Dikelilingi oleh mantra sang bijaksana Mañjughosa

Susun benih [-huruf bija] sesuai dengan aturan, buat mereka benih-Nya [-huruf Bija Manjusri].

Kemudian hiasi empat sisi dengan teratai biru

Dan gambar banyak pahlawan yang berjuang keras, masing-masing dalam urutan mereka yang benar.

Jālinīprabha [dilambangkan] oleh 'Ankusa Mudra (segel kait)', Ratnamukuta memiliki 'Ratna Mudra (segel permata)',

Dan untuk sang pemuda Vimalaprabha sebuah teratai biru yang belum terbuka.

Adapun untuk Parivara yang dijelaskan untuk Mañjughosa, memiliki kebijaksanaan yang besar,

Anda harus tahu Guhya Mudra mereka, masing-masing sebagaimana layaknya:

Untuk Kesini 'Khadga Mudra (segel pedang); untuk Upakesini 'Sula Mudra (segel tombak pendek)';

Untuk Citra 'Danda Mudra (segel tongkat pemukul); Vasumatī [dilambangkan] oleh segel bendera;

Dan sang utusan Ākarsanī oleh 'ankuśi mudra (segel pengait)'.

Lakukan segala sesuatu dengan cara ini dan kelilingi mereka dengan 'nilotpala (bunga teratai biru)';

Semua Parivara [dilambangkan oleh] 'khangari Mudra (segel pisau / pedang kecil)'.

Berikutnya, segel pada bagian selatan adalah Sarvanīvaranaviskambhin,

Bija dari 'Mahavirya (energi yang besar)', yaitu, sebuah Cintamani,

Yang berada di dalam 'agni cakra (lingkaran api)', didampingi oleh banyak orang tampan.

Anda harus tahu lambang rahasia dari para 'parivara (pembantunya)',

Dan Anda harus gambar mereka secara berurutan: Sekarang Saya akan menjelaskan mereka secara penuh.

Kautūhala [dilambangkan] oleh 'ratnakalasa (bejana air berbentuk labu yang terhias permata)' dengan Vajra satu cabang ditempatkan [di atas];

Untuk Arya Abhayamdada buat 'Abhaya-hasta (gerak isyarat tangan dari melimpahkan keberanian)';

Sarvāpāyamjaha ditandai dengan tangan yang diangkat;

Bodhisattva Paritrānāśayamati selalu menempatkan tangan kiri bersikap kasih sayang di dadanya;

Bodhisattva Mahāmaitryabhyudgata harus [dilambangkan] oleh tangan memegang bunga;

Untuk Karunāmrdita tangan di dadanya, dengan jari tengah ditekuk kebawah;

Untuk Sarvadāhapraśāmita bentuk tangan [dengan gerak isyarat] mengabulkan keinginan,

Dengan 'amrta (air nektar)' mengalir keluar dari ujung jari;

Dan untuk Acintyamati tangan memegang 'cintamani (permata pengabul keinginan)'.

Semua-Nya tinggal diatas bunga teratai didalam mandala.

Berikutnya, Saya akan menjelaskan Guhya Mudra dari Ksitigarbha yang dihormati pada bagian utara.

Pertama, buat kursi yang terhias didalam 'indra mandala (altar indra)',

[Di atas puncak] adalah teratai besar memancarkan kobaran cahaya api yang beraneka ragam dengan banyak warna;

Di atas puncak ini berdirikan sebuah bendera besar dengan permata besar diatas ujungnya:

Ini disebut yang tertinggi, bentuk dari Guhya Mudra-Nya.

Kemudian Anda harus rajin membuat mudra

Dari yang tidak terukur dan yang tidak terhitung banyaknya para pembantu utama-Nya.

Untuk Ratnākara sebuah segel vajra tiga cabang diatas permata;

Untuk Ratnapāni sebuah segel vajra satu cabang diatas permata;

Untuk Dharanimdhara (Vasudhara) sebuah segel vajra berkepala dua diatas permata;

Untuk Ratnamudrāhasta sebuah segel vajra lima cabang diatas permata;

Dan untuk Drdhādhyāśaya (Sthiramati) sebuah 'karma-vajra mudra (segel vajra menyilang)':

Semua ini harus tinggal di dalam mandala Mereka.

Pada bagian barat Akasagarbha berada di dalam sebuah altar yang bulat, putih, dan menyenangkan pikiran;

Diatas kursi bunga teratai putih besar, tempatkan 'Maha jnana khadga mudra (segel dari pedang kebijaksanaan yang besar)',

Yang keras dan tajam, pedang tajam seperti embun beku.

Dengan huruf Bija sendiri [punya Akasagarbha] sebagai huruf Bija, orang bijak harus mengaturnya,

Serta menggambar bentuk segel dari para pembantu nya sesuai dengan petunjuk ritual.

Gaganāmala yang dihormati harus [dilambangkan] oleh 'Cakra Mudra (segel lingkaran)',

Sendiri dikelilingi oleh rupa-rupa dari cakra dan semuanya berada di dalam 'Vayu Mandala (altar angin)';

Untuk Gaganamati sebuah Sankha di dalam Vayu Mandala;

Untuk Viśuddhamati sebuah bunga teratai putih di dalam Vayu Mandala;

Mudra dari Cāritramati harus [dilambangkan] oleh 'Musaragalva (kerang laut berbentuk labu)'

Dengan bunga teratai biru dimasukkan di atas puncak di dalam Vayu Mandala;

Dan untuk Sthiramati sebuah Vajra [di atas puncak] teratai di dalam Vayu Mandala.

Saya telah selesai menjelaskan secara singkat Guhya Mudra dari para mahluk suci dalam gudang rahasia Buddha.

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile




Om Vairocana Hum

Bab XII
Ritual untuk Memasuki Mandala Rahasia


Setelah itu, sang Bhagavan kemudian mengumumkan ritual untuk memasuki Mandala Rahasia dengan Udana:

Dia yang sepenuhnya terpelajar di dalam Mantra dan telah menguasai mandala rahasia

Memadamkan demi para muridnya semua kesalahannya sesuai dengan aturan.

Dia benar-benar membakar habis kehidupan [para murid] sehingga tidak pernah dilahirkan kembali,

Dan setelah dikurangi menjadi abu, hidupnya kembali lagi diperbarui.

Artinya, dengan huruf '(yaitu, Ra) [yang mewakili api]' Dia membakar huruf '(yaitu, A) [yang mewakili tubuh murid]',

Dan atas dasar huruf (yaitu, Va) [yang mewakili air] Dia dilahirkan kembali.

Seluruh kehidupan dan kelahiran nya [yang sekarang] adalah murni dan benar-benar tanpa noda,

Dan kedua belas anggota huruf bija terbentuk pada wadah itu.

Dengan Samaya ini Dia sama sebanding dengan dan tidak bertentangan dengan

semua Tathagata dan para Bodhisattva penyelamat dunia,

Serta banyak sekali para Sravaka Buddha dan dunia.

Dia yang mengerti janji sumpah 'Samaya (kesetaraan)' dalam Mandala Rahasia ini

Memasuki semua ajaran ritual dan memperoleh penguasaan semua altar (yaitu, mandala).

Tubuh Saya (yaitu, Bhagavan Vairocana) adalah sama dengannya, dan demikian juga dalam kasus Mantra Yogin ini,

Karena mereka tidak berbeda: ini disebut Samaya.

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile


Bab XIII
Tempat Masuk ke Pangkalan dari Mandala Rahasia

Kemudian sang Bhagavan Maha Vairocana memasuki samādhi 'pencapaian yang sama-setara (samapatti)', dan agar untuk mengamati para makhluk di masa depan Dia tinggal berdiam di dalam dhyana. Seketika itu juga 'tanah Buddha (Buddha-ksetra)' menjadi datar seperti telapak tangan, bertaburan dengan lima benda berharga, digantung dengan kanopi permata besar, dan dihiasi dengan gapura, yang memiliki bendera panji warna-warni, panjang dan luas dalam penampilan, dan lonceng permata, jerami putih, pakaian yang halus, dan spanduk perhiasan digantung indah sebagai hiasannya; di sudut-sudut dalam delapan penjuru arah bendera mani berdiri tegak, dan ada berbagai-macam kolam renang mandi yang penuh dengan air yang memiliki delapan kualitas khusus dan wangi, di mana burung yang jumlahnya tak terhitung seperti bebek mandarin, angsa, dan angsa leher panjang mengeluarkan suara yang cantik dan di mana bunga musiman dan bermacam-macam pohon tumbuh subur berkembang dan berdiri pada jarak di barisan, rimbun dan indah mengagumkan; dalam delapan arah untaian dari lima benda berharga dihubungkan bersama-sama; tanahnya lembut, seperti kapas, dan mereka yang menyentuh dan menginjaknya semuanya merasakan kesenangan; alat musik yang tak terhitung jumlahnya dimainkan secara alami selaras, suara mereka sangat indah dan sehingga orang akan ingin mendengar; dan ada istana, ruang besar, dan kursi yang secara batin dihasilkan diciptakan dalam menanggapi jasa pahala kebaikan para Bodhisattva yang tidak terhitung jumlahnya. Ada muncul sebuah raja besar bunga teratai, sang lambang dharmadhatu, yang dilahirkan oleh kebajikan dari sumpah Tathagata pada keyakinan-dan-pemahaman, dan tubuh Tathagata, yang memiliki sifat alami dharmadhatu, beristirahat di tengah-tengah itu dan membawa sukacita untuk para makhluk sesuai dengan berbagai-macam kesukaan mereka.

Kemudian, dari semua anggota tubuh sang Tathagata, yang kekuatannya tidak bisa dihalangi, ada seketika itu juga muncul tanda-tanda penghiasan dengan bentuk-bentuk dan warna yang tidak terhitung yang terlahir dari keyakinan dan pemahaman dalam sepuluh kekuatan kebijaksanaan, tubuh yang telah dipelihara oleh jasa pahala kebaikan dari 'kesempurnaan memberi (dana paramita)', 'kesempurnaan moralitas (sila paramita)', 'kesempurnaan kesabaran (ksanti paramita)', 'kesempurnaan kekuatan semangat (virya paramita)', 'kesempurnaan penyerapan meditasi (dhyana paramita)', dan 'kesempurnaan kebijaksanaan (prajna paramita)' pada yang tidak terhitung dari ratusan dari ribuan koti nayuta kalpa. Ketika Mereka telah muncul, didalam perkumpulan majelis besar di seluruh 'sistem dunia (lokadhatu)' Mereka mengucapkan syair-gatha ini dengan suara nyaring:

Buddha adalah yang paling luar biasa, dan cara bijaksana dan pengetahuan Mereka adalah yang tidak terbayangkan;

Kebijaksanaan Mereka tanpa 'Alaya (dasar kesadaran)' menggabungkan pertunjukan dharma.

Jika yogin memahami tahap tanda dharma dari 'dharma yang tidak bisa dipahami (sunyata dharma)',

Dia akan memahami apa yang tidak bisa dipahami dan mendapatkan [tingkat dari] Buddha dan Guru pembimging.

Ketika Mereka telah mengucapkan suara ini, 'Mereka (Para Buddha Nirmana-kaya)' masuk kembali kedalam 'Tubuh Dharma (Dharma-kaya)' Yang Tidak Terbayangkan dari sang Tathagata.

Kemudian sang Bhagavan kembali menyapa sang Vajradhara Guhyakadipati, dengan mengatakan, "Tuan yang baik, dengarkan dengan penuh perhatian pada [pertunjukan] Mandala dalam. Guhyakadipati, tempat tubuh (yaitu, tubuh orang) diberdayakan oleh pemberdayaan Mantra dan Guhya Mudra yang memiliki 'sifat alami (svabhāva)' dari dharmadhatu, karena sifat alami asli mereka adalah murni. Melalui perlindungan dari Karma-Vajra[sattva] semua kekotoran batin dibersihkan sepenuhnya, [yaitu,] kesalahan yang membingungkan seperti [keyakinan pada] diri, orang, mahluk, kehidupan, dilahirkan oleh pikiran, anak, dan pencipta.

"Sebuah 'mandala (altar)' persegi, memiliki empat pintu masuk, diakses dari arah barat, dan dikelilingi oleh jalan batas. Di dalamnya ada muncul sebuah raja besar bunga teratai, yang lahir dari pikiran dan delapan daun bunga: ia memiliki tangkai dan tersebar dengan benang sari, berwarna cerah, dan cantik. Di tengahnya adalah sang Tathagata, tubuh yang paling dihormati di seluruh dunia, yang telah melampaui tubuh, ucapan, pikiran dan 'bhumi (tingkat)', mencapai 'citta-bhumi (tingkat pikiran)', dan mencapai hasil yang khusus dan menyenangkan pikiran. Pada arah timur nya adalah Ratna-Ketu Tathagata, di selatan adalah Samkusumita-rāja Tathagata, di utara adalah Dundubhi-svara-nirghosa Tathagata, di barat adalah Amitayus Tathagata, di tenggara adalah Samantabhadra Bodhisattva, di timur laut adalah Avalokitesvara Bodhisattva, di barat daya adalah Mañjuśrīkumārabhūta Bodhisattva, dan di barat laut adalah Maitreya Bodhisattva. Di antara semua benang sari adalah Ibu dari para Buddha dan para Bodhisattva, dihiasi dengan Parivara-nya, Sadparamita, dan Samadhi. Di bawah disusun jumlah besar dari Vidyādhara dan yang penuh murka. Bodhisattva Raja dari para Vajradhara (yaitu, Vajrapani) bertindak sebagai tangkainya, dan Dia ditempatkan di samudra lautan yang tak habis-habisnya, dikelilingi oleh semua dewa dunia seperti dewa dari Suddhavasa dan seterusnya, tidak terhitung dalam jumlah mereka.

"Kemudian sang 'yogin (sang praktisi)', agar untuk mencapai Samaya, harus, dengan 'dupa, bunga, lampu, salep bubuk wangi, dan berbagai macam hidangan' yang 'dilahirkan/diciptakan' dari pikiran, buat itu untuk persembahan kepada para Mahluk Suci itu semua. Sebuah Udana mengatakan:

Mantra Yogin harus bersungguh-sungguh menggambar Mandala;

Menganggap dirinya sendiri sebagai 'Mahatman (Diri besar)', Dia memurnikan kotoran dengan huruf Ra.

Beristirahat di dalam sikap Yoga, Dia bermeditasi berpikir tentang para Tathagata,

Dan menganugerahkan di atas kepala para murid huruf A dengan 'Maha-anusvara (titik besar kekosongan)' (yaitu, AM).

'Orang bijak (asisten sang Acarya Mantra Yogin)' memberikan bunga yang indah [untuk para murid] dan menyuruh mereka menaburkannya di atas tubuh sang Acarya, sang guru.

Dia menjelaskan kepada mereka tempat [di dalam Mandala] untuk dipuja oleh para 'yogin (praktisi)' yang Dia lihat di dalam [dirinya sendiri].

Karena ini adalah Mandala yang tertinggi, Dia harus memberi [kepada mereka] Samaya. "

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile



Bija Samaya


Bab XIV
Delapan Mudra Rahasia

Kemudian Bhagavan Vairocana kembali menatap pada seluruh perkumpulan majelis besar dan menyapa Vajradhara Guhyakadipati, dengan mengatakan, "Putra Buddha, ada delapan Guhya Mudra yang adalah yang paling rahasia. [Ketika digunakan dalam] pangkalan dari para Mahluk suci [di Mandala], kedewataannya yang mengagumkan adalah sama [seperti yang dari para Mahluk suci itu]; Mereka disimbolkan dengan Mantrayana Mereka sendiri dan memiliki Mandala [sendiri], dan Orang harus saling bersesuaian dengan Mereka seperti dengan Dewatanya sendiri. Jika Mereka mengandalkan ajaran ritual [ini], para Bodhisattva yang mengolah budidaya praktik Bodhisattva melalui Mantrayana harus tahu bahwa diri Mereka sendiri harus tinggal berdiam dalam bentuk Dewatanya sendiri, teguh dan tak bergerak, dan setelah mengetahui [keadaan] Dewatanya sendiri, Mereka akan tinggal berdiam di dalam cara Dewatanya sendiri dan memperoleh Siddhi.

"Apakah delapan Mudra itu? Dengan tangan kanan dan tangan kiri membentuk 'samputa-anjali (genggaman tangan berongga)' dan bentangkan jari-jari kecil dan jari-jari telunjuk terpisah seolah memancarkan nyala cahaya. Ini adalah Mudra 'Lahir dari Keagungan Wibawa sang Bhagavan'. "Mandalanya adalah segitiga dan memiliki sinar cahaya. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, ram rah svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ram! Rah! SWAHA!)

"Lalu dengan Mudra [yang sama] ini, tekuk jari telunjuk [ke bawah] di atas puncak ibu jari seperti bentuk huruf [Sansekerta] Vam. Ini adalah Mudra 'Vajra yang tidak bisa dihancurkan dari sang Bhagavan.' Mandalanya adalah seperti huruf Vam dalam penampilan (yaitu, bulat) dan memiliki cahaya Vajra. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhanam, vam vah svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Vam! Vah! SWAHA!)

"Kemudian, dengan Mudra yang pertama, bentangkan jari manis dan jari tengah terpisah. Ini disebut 'Padma-garbha Mudra (Segel Rahim Bunga Teratai)'. Mandalanya adalah seperti 'candra-cakra (lingkaran bulan)' dalam penampilan dan dikelilingi oleh bunga padma. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, sam sah svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Sam! Sah! SWAHA!)

"Kemudian, dengan Mudra [yang sama] ini, tekuk dua jari kelingking dan masukkan mereka kedalam di antara telapak tangan. Ini adalah Mudra 'Penghiasan dengan kebajikan yang tidak terhitung dari Tathāgata.' Mandalanya seperti bulan sabit dalam bentuknya dan dikelilingi oleh 'mahanusvara (titik besar kekosongan)'. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, ham hah svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ham! Hah! SWAHA!)

"Kemudian, dengan tangan kiri dan tangan kanan bentuk genggaman tangan [anjali yang berongga] seperti bunga teratai yang belum terbuka, angkat naik dua jempol, dan bengkokkan mereka sedikit. Ini adalah Mudra 'Lahir dari semua anggota badan Tathāgata'. Mandalanya adalah dalam bentuk seperti sebuah Kalasa, [bulat seperti] bulan purnama, dan dikelilingi oleh Vajra. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānam, am ah svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Am! Ah! SWAHA!)

"Kemudian, dengan Mudra [yang sama] ini, tekuk jari tengah; Tampilan jari yang tersisa adalah sama seperti sebelumnya. Ini adalah Mudra 'Dharani dari sang Bhagavan'. Mandalanya seperti pelangi, dan itu benar-benar sepenuhnya dikelilingi [oleh simbol lencana disekitar Mandala sebelumnya] dan digantung dengan bendera Vajra. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, buddha-dhārani smrti-bala dhānakari dharaya sarvam bhagavati ākāravati samaye svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ingatan Buddha! Anda yang bertindak sebagai wadah dari kekuatan Ingatan! Tegakkan semuanya! Bhagavati dari bentuk [yang baik]! Berjanji! SWAHA!)

"Lalu, dengan 'genggaman tangan berongga (samputa-anjali)', buka sebarkan jari-jari tengah terpisah, sementara jari-jari kelingking dan jempol bergabung bersama-sama untuk saling mendukung. Ini disebut 'Mudra Keadaan Tathagata yang tinggal berdiam di dalam Dharma'. "Mandalanya adalah seperti ruang angkasa kosong, dikelilingi oleh warna-warna yang beraneka ragam, dan ia memiliki dua titik kekosongan. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānām, āh vedavide svaha (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ā! Anda yang mahir dengan pengetahuan [suci]! SWAHA!).

"Seperti sebelumnya, buat samputa-anjali dan, dengan tangan kanan dan tangan kiri ditempatkan bersama-sama, putar mereka. Ini disebut 'Mudra Dukungan yang sangat cepat dari sang Bhagavan'. Mandalanya adalah sama lagi seperti ruang angkasa kosong; menggunakan titik-titik warna biru untuk menghiasnya. Mantranya adalah: Namah samanta-buddhānam, mahāyoga - yogini yogeśvari khāñjalike svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yogini dari yoga yang besar! Nyonya yoga! Anda yang genggaman tangan berongga! SWAHA!)

"Guhyakadipati, ini disebut Mudra rahasia Tathagata, dan mereka adalah yang tertinggi dan rahasia. Anda harus tidak memberikannya tanpa pandang bulu kepada orang-orang, kecuali kepada mereka yang telah di abhiseka, yang bisa menyesuaikan diri didalam sifat alami, yang rajin dan teguh, yang telah membuat sumpah khusus, yang menghormati guru mereka, yang memikirkan orang-orang yang mereka berhutang budi, yang murni dalam dan luar, dan yang meninggalkan tubuh mereka sendiri dan hidup dalam mencari Dharma. "

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile


Om Vairocana Hum


Bab XV
Pedoman larangan dalam Melafalkan Vidya

Kemudian Vajrapani, demi para Bodhisattva yang mengolah budidaya praktek Bodhisattva melalui Mantrayana, lebih lanjut bertanya kepada Bhagavan Vairocana dalam syair gatha tentang pedoman larangan dalam membaca Vidya.

Bagaimana orang mencapai pedoman larangan?

Bagaimana orang tinggal berdiam di dalam disiplin Sila?

Bagaimana orang mempraktikkan dalam situasi apapun, bebas dari kemelekatan?

Butuh berapa lama orang mempraktikkan sebelum pedoman larangan mencapai akhir?

Tinggal berdiam di dalam ajaran-ajaran ritual manakah orang mengenali potensi mereka?

Bebas dari waktu, tempat, kegiatan, dan 'benar (Dharma)' dan 'salah (Adharma)' -- Bagaimana orang dengan cepat mencapai [ini]?

Saya memohon sang Buddha menjelaskan lamanya [waktu] itu.

Tentang itu yang diajarkan oleh para Buddha masa lampau, yang menghasilkan Siddhi,

Saya meminta yang Mahatahu, yang Sempurna Terbangun dan yang dihormati di antara makhluk,

Demi para makhluk masa depan. Semoga Anda yang dihormati di antara manusia bersaksi [pada kesungguhan niat Saya]!

Kemudian Bhagawan Vairocana, mengasihani para makhluk, berbicara syair-gatha ini:

Sangat baik, 'Vira (Pahlawan Yang Berjuang Keras)', Vajradhara yang berkebajikan besar!

Disiplin Sila khusus yang telah Anda bicarakan dijelaskan secara terperinci oleh para Buddha masa lampau.

Disiplin Sila yang muncul dalam ketergantungan pada Vidya -- tinggal berdiam di dalam Sila ini seperti Samyaksambuddha,

Dan itu akan menghasilkan pencapaian Siddhi untuk kepentingan dunia.

Membangkitkan kebenaran diri, dan tanpa menimbulkan pikiran meragukan,

Orang selalu tinggal berdiam di dalam 'samahita (keseimbangan batin)', dan [kemudian] pengolahan budidaya sila akan berakhir.

Jika Bodhi-citta dan dharma, serta pelatihan, tindakan, dan hasil,

Digabungkan menjadi satu ciri khas, orang akan terlepas jauh dari semua kegiatan;

Orang akan sama seperti pengetahuan Buddha dalam penguasaannya pada Sila, dan siapa pun yang melakukan sebaliknya tidak memiliki Sila.

Orang akan mendapatkan kedaulatan atas semua dharma dan menguasai bagaimana memberi manfaat kepada makhluk,

Dan jika orang selalu mengolah budidaya praktik ketidakterikatan, kerikil dan permata akan menjadi sama.

Ketika orang mencapai laksa penuh atau jumlah [pembacaan] Mantra yang dijelaskan,

Atau ketika orang menyelesaikan jangka waktu [yang ditetapkan], lamanya [waktu] untuk [mengamati] larangan sila berakhir.

Pertama, dengan meditasi pada lingkaran emas, dan tinggal berdiam di dalam [lingkaran] Indra besar,

Orang harus membuat Vajra Mudra (segel Vajra) dan minum susu sehingga dapat menyehatkan tubuh,

Dan ketika satu bulan telah berlalu, yogin akan mampu mengendalikan napas keluar dan napas masuk.

Berikutnya, pada bulan kedua, secara hati-hati mengatur dirinya sendiri dalam lingkaran air,

Dia harus menggunakan 'Padma Mudra (segel bunga teratai)' dan minum air murni.

Berikutnya, pada bulan ketiga, dengan meditasi pada 'agni-cakra (lingkaran api)' yang paling menakjubkan,

Dia makan makanan yang tidak dia cari, dan Mudra yang dia gunakan 'Maha-jnana-khadga (pedang kebijaksanaan besar)';

Dia akan membakar semua kesalahan yang dihasilkan oleh tubuh, ucapan, dan pikiran.

Pada bulan keempat, dengan [meditasi pada] 'vayu-cakra (lingkaran angin)', yogin terus-menerus menyerap-menelan angin,

Dan dengan membuat 'Dharma-cakra pravartana Mudra (segel memutar roda Dharma)', dia membaca [Mantra] dengan pikirannya terkonsentrasi.

Dengan meditasi pada Vajra dan lingkaran air, dia tinggal berdiam di dalam yoga:

Ini adalah di bulan kelima, dan terlepas jauh dari 'mendapatkan' dan 'tidak mendapatkan',

Yogin, yang tanpa 'keterikatan/kemelekatan', menjadi sama seperti Sambuddha.

Menggabungkan lingkaran angin dan lingkaran api, dan melampaui semua kesalahan,

Dia membaca selama sebulan lagi, meninggalkan 'keuntungan' dan 'ketidak-untungan'.

Penghuni surga seperti Brahma, Sakra, dan seterusnya, mahoraga, dan piśāca

Akan menghormati dia dari jauh, semua akan melindunginya,

Dan semuanya akan melakukan perintahnya - dia akan selalu mendapatkan [keadaan] ini.

Para manusia, dewa, dewa dari tanaman obat, vidyādhara, dan yang melampaui kedewataan

Akan hadir kepadanya di sebelah kiri dan kanan dan melakukan apa yang dia perintahkan.

Para penghalang jahat, rāksasa, 'sapta-matrka (tujuh Ibu)', dan seterusnya,

Melihat sang mantra yogin, akan menghormati dia sambil menjaga jarak mereka,

Dan melihat pancaran sinar dari tempat [di mana dia berada] itu, mereka akan bubar berpencar seolah-olah itu adalah kobaran api yang mengamuk.

Sesuai dengan ajaran ritual yang mana dia tinggal berdiam, dan semua karena dia mengikuti larangan pada Vidya,

Sang Anak yang sesungguhnya dari Samyak-sambuddha akan mendapatkan kedaulatan atas segala sesuatu.

Dia akan menundukkan mereka yang sulit untuk dikalahkan, sama seperti Vajradhara yang agung,

Dan dia akan membawa manfaat kepada makhluk hidup, sama seperti Avalokitesvara.

Ketika enam bulan telah berlalu, dia akan mencapai hasil sesuai dengan keinginannya,

Dan dia akan selalu mengasihani dan menyelamatkan dirinya sendiri dan orang lain.



ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile

Vajradhara

Panca Dyani Buddha

Acarya Lu Sheng Yen
Om Guru Lian Sheng Siddhi Hum


Bab XVI
Kebijaksanaan Pengetahuan Sejati sang Acarya

Kemudian Vajradhara [Vajrapani] lebih lanjut bertanya kepada Bhagavan Mahavairocana tentang intisari dari Mantra dari Mandala, dengan mengucapkan syair gatha ini:

"Apakah intisari dari semua Mantra, atau Perkataan yang benar?

Apa yang harus dipahami sehingga dapat disebut Acarya? "

Kemudian Bhagavan Mahavairocana
Menghibur Vajrapani, [dengan berkata,] "Sangat unggul, Mahasattva!"
Dan dengan membuat hatinya bersukacita, Dia lebih lanjut menyapanya dengan kata-kata ini:

"Bagaimana memahami rahasia yang paling rahasia, intisari besar dari pengetahuan Mantra

Saya sekarang akan menjelaskannya untuk Anda: dengan pikiran tunggal Anda harus mendengarkan dengan penuh perhatian!

Huruf A adalah intisari dari semua Mantra,

Dan dari sana mencurahkan keluar di mana-mana beragam Mantra yang tidak terhitung;

Semua pendapat sembrono berhenti, dan mampu menghasilkan kebijaksanaan terampil.

Guhyakadipati, mengapa [huruf A] intisari dari semua Mantra?

Sang Buddha, yang dihormati di antara makhluk berkaki dua, telah mengajarkan bahwa huruf A disebut 'Bija (benih)'.

Oleh karena itu, semuanya seperti ini, [memiliki huruf A sebagai benih,] dan itu terletak di semua anggota tubuh;

Setelah menyediakannya dengan sesuai, limpahkan itu dimana-mana sesuai dengan aturan.

Karena huruf yang ada sejak permulaan (yaitu, A) menyerap-meliputi huruf-huruf tambahan,

Huruf-huruf membentuk suara, dan anggota tubuh muncul dari ini.

Oleh karena itu, ini menyerap-meliputi semua tubuh dan menghasilkan berbagai kebajikan.

Saya sekarang akan menjelaskan di mana [huruf-huruf] harus disebarkan: dengarkan dengan pikiran tunggal, Putra Buddha!

Tempatkan intisari (yaitu, A) ke hati Anda dan sediakan sisa [huruf] untuk anggota tubuh Anda.

Jika Anda melakukan segala sesuatu dengan cara ini, maka Anda akan sama persis dengan tubuh Saya.

Beristirahat di dalam sikap yoga, berpikir pada para Tathagata.

Jika orang memahami pengetahuan yang luas ini dalam ajaran ini,

Samyak-samBuddha, yang berkebajikan besar, telah mengajarkan bahwa [orang tersebut] adalah Acarya.

Dia adalah sang Tathagata dan juga disebut Buddha,

Seorang Bodhisattva, Brahma, Visnu, Mahesvara,

Aditya, Candra, Varuna, Sakra, Tuhan Dunia (Prajapati Lokesvara),

Kālarātri, Yama, dan seterusnya, Prthivī, Sarasvati, Manjughosa, Brahmarsi dan Tuhan dari mereka yang selalu di air

Seorang Brahmacarin, dan yang memulai rumah tangga, dan  juga disebut yang tidak kawin,

Seorang Bhiksu yang telah habis arus keluarnya (āśrava), yang menguntungkan, sang pemegang rahasia (guhyadhara),

Yang maha-mengetahui-semua dan maha-melihat-semua (Sarva-jnana-darsana), yang berkuasa penuh atas dharma (dharmesvara), dan kekayaan (vasudhara).

Jika Orang tinggal berdiam didalam bodhi-citta dan didalam sifat alami pengetahuan suara (sabda-jnana),

Dan tidak melekat pada dharma apapun, Dia disebut yang menyerap-meliputi semua;

Ini adalah Mantrin, sang pemegang Mantra yang menguntungkan,

Seorang Raja dari berbicara benar (yaitu, Mantra), dan Vajra-mudra-dhara (segel dari Vajradhara).

Jika seluruh 'roda huruf (aksara-cakra)' adalah [ditempatkan] pada anggota tubuh orang,

Orang harus tahu bahwa di antara alis mata ada berada huruf HUM, tempat dari Vajra (yaitu, Vajrapani);

Huruf SA dibawah dada, dan ini disebut tempat dari Teratai (yaitu, Padmapani).

Saya (yaitu, 'A' = 'Bhagavan Maha Vairocana') adalah sama persis dengan posisi dada, yang berkuasa penuh di mana-mana,

Dan secara semesta menyerap-meliputi berbagai makhluk yang berkesadaran dan mahluk yang tidak berkesadaran.

Huruf A adalah hidup utama,

Huruf VA disebut 'air,'

Huruf RA disebut 'api,'

Huruf HUM disebut 'murka,'

Huruf KHA adalah sama dengan ruang angkasa kosong, dan [itu memiliki,] yaitu, titik kekosongan utama (yang menghasilkan KHAM).

Dia yang mengetahui kebenaran tertinggi ini disebut Acarya.

Oleh karena itu, Orang harus dengan cara-cara yang bijaksana memahami apa yang diajarkan oleh sang Buddha,

Dan jika Orang terus berlatih dengan tekun, Dia akan mencapai keadaan abadi (AMRTA). "





Namah Sakyamunaye Tathagataya Arhate Samyaksambuddhaya tadyatha Muni Muni Maha Munaye Svaha
Om Ah Sakyamunaye Bhrum Hum
Om Sakyamunaye Vajradhara Hum Bhrum
Om Ah Hum Sakyamunaye Siddhi Hum


Ucchusma Maha Krodha Vidya Raja

Vajrayaksa Maha Krodha Vidya Raja
Bab XVII
Penyediaan Huruf

Kemudian sang Bhagavan kembali lagi menyapa Vajrapani, dengan mengatakan:

Berikutnya, Guhyakadipati, dengarkan dengan pikiran tunggal, Putra Buddha,

Untuk bagaimana mengatur pintu gerbang Huruf seperti yang diajarkan oleh para Buddha.

Huruf KA di bawah tenggorokan;

Huruf KHA adalah di atas gusi;

Huruf GA dikenali dengan leher;

Huruf GHA di dalam tenggorokan;

Huruf CA dikenali dengan lidah;

Huruf CHA adalah di tengah-tengah lidah;

Huruf JA dikenali dengan ujung lidah;

Huruf JHA adalah di mana lidah timbul;

Huruf TA dikenali dengan betis;

Huruf THA harus dikenal sebagai paha;

Huruf DA dijelaskan sebagai pinggang;

Huruf DHA adalah pantat;

Huruf TA adalah dubur anus;

Huruf THA harus dikenali sebagai perut;

Huruf DA dikenali dengan kedua tangan;

Huruf DHA disebut ketiak;

Huruf PA dikenali dengan punggung;

Huruf PHA harus dikenal sebagai dada;

Huruf BA dikenali dengan kedua lengan atas;

Huruf BHA dikenali dengan lengan bawah;

Huruf MA berada di hati;

huruf YA adalah alat kelamin;

Huruf RA disebut mata;

Huruf LA dikenali dengan dahi;

I dan i berada di kedua canthi (dua sudut mata);

U dan Ū dikenali dengan kedua bibir;

E dan Ai dikenali dengan kedua telinga;

O dan Au dikenali dengan kedua pipi;

Huruf AM adalah tempat Bodhi, dan huruf AH adalah Parinirvana.

Dengan mengetahui seluruh metode ini, sang Yogin akan mencapai kebangkitan sempurna;

Milik dari Dia Yang Maha Tahu akan selalu ada di hatinya,

Dan dunia akan memanggilnya "Maha Tahu": ini disebut sebagai Sarvajña (Yang Maha Tahu).



Manjusri Kumara
Namah Samanta Buddhanam A Veda Vide Svaha


Atavaka Maha Krodha Vidya Raja
Ini adalah akhir dari gulungan kelima dari Kitab Suci Penerangan Sempurna, Perubahan Gaib, dan Pemberdayaan dari Mahavairocana.
Namo Stu Buddhaya

ajita

  • Administrator
  • Sr. Member
  • *****
  • Posts: 350
    • View Profile

HUM

LAMA TASHI VAJRAPANI

VAJRA

Krodha Vajrapani Maha Yaksa Senapati

Vajra Yogini Mandala

Gulungan Enam

Bab XVIII

Menerima Disiplin Pelatihan dengan Cara Bijaksana





om   va   jra   pā   ni   hūm

Kemudian sang Vajradhara Guhyakadipati berkata kepada sang Buddha, "Bhagavan, Saya mohon Anda untuk menjelaskan dasar pelatihan dari para Bodhisattva dan Mahasattva, yang diberkati dengan kebijaksanaan dan cara trampil, yang menyebabkan Mereka yang di antara para Bodhisattva dan Mahāsattva yang berlindung di dalamnya menjadi tanpa ketidakpastian dan bebas dari pikiran ragu-ragu dan menjadi selalu tidak bisa dihancurkan dalam perjalanan dari perpindahan melalui kelahiran dan kematian. "

Ketika Dia telah selesai berbicara demikian, sang Bhagavan Vairocana menatap pada seluruh dharmadhatu dengan mata seorang Tathagata dan menyapa sang Vajradhara Guhyakadipati, dengan mengatakan, "Dengarlah dengan penuh perhatian, Vajrapani! Sekarang Saya akan menjelaskan jalan dari latihan terampil. Jika Bodhisattva dan Mahasattva tinggal berdiam di dalam ini, Dia akan mendapatkan penguasaan Mahāyāna. Guhyakadipati, sang Bodhisattva mematuhi ajaran sila pada tidak membunuh. Berikut ini adalah yang harus tidak dilakukan; mengambil apa yang tidak diberikan, kelakuan seksual, ucapan dusta, ucapan kasar, ucapan fitnah, ucapan tak berguna, ketamakan, amarah, dan pandangan salah, di dalam semua yang Dia seharusnya tidak terlibat. Guhyakadipati, dasar dari pelatihan ini yang sang Bodhisattva praktekkan sesuai dengan pelatihan dalam cara yang sama seperti yang dilakukan oleh para Samyaksambuddha dan para Bodhisattva; dengan cara ini Dia harus berlatih. "

Kemudian Vajradhara Guhyakadipati berkata kepada sang Buddha, "Bhagawan telah juga menjelaskan jalan dari sepuluh tindakan yang bajik ini untuk Sravakayana, dan orang-orang di dunia pada umumnya dan yang bukan pengikut Buddha juga selalu berkeinginan mengolah budidaya jalan dari sepuluh tindakan bajik itu. Bhagavan, apakah perbedaannya dengan mereka? Apakah berbagai-macam kualitasnya yang khusus? "

Ketika Vajradhara Guhyakadipati telah selesai berbicara demikian, sang Buddha menyapa-Nya, dengan mengatakan, "Sangat baik, sangat baik, Guhyakadipati! Itu adalah sungguh sangat baik bahwa Anda telah bertanya kepada sang Tathagata tentang hal ini. Guhyakadipati, Anda harus mendengarkan dengan penuh perhatian saat sekarang Saya menjelaskan Pintu Gerbang Dharma dari 'jalan yang berbeda' dan 'satu jalan'. Guhyakadipati, dalam kasus 'disiplin (siksapada)' pelatihan untuk Sravakayana, [meskipun] Saya telah mengajarkannya, itu adalah terpisah dari 'kebijaksanaan (jnana)' dan 'cara trampil (upaya kausalya)', memerintahkan pencapaian [dari moralitas], menumbuhkan [satu-] sisi pengetahuan, dan adalah tidak sama dengan mempraktekkan jalan dari sepuluh tindakan bajik. Duniawi, lebih lanjut, karena mereka terpisah dari kemelekatan pada diri, tunduk pada penyebab lain. Sang Bodhisattva mengolah budidaya Mahāyāna, memasuki kesetaraan semua dharma, dan mencakup kebijaksanaan dan cara trampil, dan tindakan-Nya diungkapkan demi diri-Nya dan orang lain. Oleh karena itu, Guhyakadipati, sang Bodhisattva di sini menguasai kebijaksanaan dan cara trampil, memasuki kesetaraan semua dharma, dan harus rajin di dalam pelatihan-Nya. "

Kemudian sang Bhagavan kembali lagi menatap pada alam-alam para makhluk dengan mata kasih sayang yang besar dan menyapa sang Bodhisattva Vajrapani, dengan mengatakan, "Guhyakadipati, para Bodhisattva itu mematuhi ajaran sila tidak membunuh selama Mereka hidup. Mereka harus meninggalkan pedang dan tongkat, bebas dari niat membunuh, dan menjaga kehidupan yang lain seolah-olah itu adalah kehidupan Mereka sendiri. Ada [juga] cara trampil lainnya: Demi membebaskan beberapa jenis makhluk dari ganjaran pada perbuatan jahat sesuai dengan perbuatan mereka, adalah dilakukan, tapi tanpa pikiran permusuhan atau kebencian.

"Berikutnya, Guhyakadipati, sang Bodhisattva mematuhi ajaran sila pantang mengambil apa yang tidak diberikan. Berkenaan dengan harta milik orang lain, Dia tidak menimbulkan pikiran untuk menyentuh atau mengambilnya, apalagi mengambil hal-hal lain yang tidak diberikan. Ada [juga] cara trampil lainnya: jika Dia melihat makhluk yang kikir, menimbun benda, dan tidak mengolah budidaya kebaikan memberi, maka, menurut jenis mereka, dan untuk melawan kekikiran mereka, Dia melakukan [tindakan] memberi atas kepentingan mereka, bebas dari [pikiran] diri dan lainnya. Oleh karena itu, ketika memuji [tindakan memberi, Dia mengatakan bahwa] jika orang memberi, orang akan mendapatkan penampilan yang baik dan seterusnya. Guhyakadipati, jika Bodhisattva menimbulkan pikiran ketamakan dan menyentuh atau mengambil [apa yang tidak diberikan], Bodhisattva ini akan jatuh dari faktor kondusif untuk Bodhi dan melanggar aturan Vinaya yang tidak berkondisi.

"Berikutnya, Guhyakadipati, sang Bodhisattva mematuhi ajaran sila pada tidak melakukan hubungan seksual. Dalam kasus [istri] milik orang lain, istrinya sendiri, [wanita] sukunya sendiri, dan [wanita] dilindungi oleh tanda, Dia tidak menimbulkan pikiran ketamakan ingin memiliki, apalagi melakukan hubungan fisik yang tidak pantas. Ada [juga] cara trampil lainnya: sesuai dengan orang-orang yang seharusnya diselamatkan, Dia mungkin [melakukan tindakan tersebut untuk] menjaga para makhluk.

"Berikutnya, Guhyakadipati, sang Bodhisattva mematuhi ajaran sila pada tidak berbohong selama Dia hidup. Bahkan demi menyelamatkan nyawanya, Dia harus tidak berbohong, karena ini akan mengkhianati Bodhi para Buddha '. Guhyakadipati, ini disebut sang Bodhisattva tinggal berdiam di dalam Mahāyāna yang tertinggi. Jika orang berbohong, orang melanggar dharma dari Bodhi sang Buddha. Oleh karena itu, Guhyakadipati, Anda harus tahu Pintu Gerbang Dharma ini dengan cara ini dan meninggalkan ucapan tidak benar.

"Berikutnya, Guhyakadipati, sang Bodhisattva mematuhi ajaran sila pada tidak terlibat dalam caci-maki kasar. Dia harus merangkul makhluk dengan pidato dari pikiran yang lembut dan dengan kata-kata yang tepat. Mengapa? Guhyakadipati, praktek pertama Bodhisattva adalah untuk membawa manfaat dan kebahagiaan kepada para makhluk. Sebagai kemungkinan lain, Bodhisattva lain, melihat orang yang tinggal di dalam penyebab dari [kelahiran kembali di dalam] takdir jahat, boleh menunjukkan ucapan kasar untuk membantah dia.

"Berikutnya, Guhyakadipati, sang Bodhisattva mematuhi ajaran sila pada tidak menggunakan pidato yang menyebabkan perselisihan; Dia memisahkan dirinya sendiri dari berbicara memecah belah dan memisahkan dirinya sendiri dari ucapan yang menyakitkan. Dia yang melanggar [ajaran ini] tidak disebut seorang Bodhisattva, yang tidak menyebabkan pikiran pada pertikaian diantara makhluk. Ada [juga] cara trampil yang berbeda: jika para makhluk itu menghasilkan kemelekatan sesuai dengan sudut pandang mereka [yang salah], Dia akan mengucapkan pidato memecah belah sesuai dengan jenis mereka dan [jadi] membuat mereka tinggal di dalam satu jalur, artinya, jalan menuju ke pengetahuan dari Dia Yang Maha Tahu.

"Berikutnya, Guhyakadipati, sang Bodhisattva mematuhi ajaran sila pada tidak terlibat dalam omong kosong yang tidak berguna. Dengan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan waktu dan tempat, Dia menghasilkan manfaat, menyebabkan semua makhluk untuk menimbulkan pikiran sukacita, dan memurnikan jalur organ pendengaran. Mengapa? Karena Bodhisattva memiliki kosakata yang beragam. Sebagai kemungkinan lain, Bodhisattva lain dapat menempatkan kelucuan ke bagian depan, membuat kesenangan bagi para makhluk, dan [jadi] membuat mereka tinggal berdiam di dalam Buddha Dharma. Meskipun Dia mengucapkan banyak pembicaraan yang tidak berarti, Bodhisattva yang seperti itu adalah tidak melekat pada perpindahan melalui kelahiran dan kematian.

"Berikutnya, Guhyakadipati, sang Bodhisattva harus mematuhi ajaran sila pada tidak tamak. Dia tidak menimbulkan pikiran kotor terhadap hal-hal milik orang lain yang Dia manfaatkan. Mengapa? Karena tidak ada Bodhisattva yang menghasilkan pikiran kemelekatan. Jika pikiran Bodhisattva memiliki pikiran kotor, Dia akan menjadi tidak berdaya di pintu gerbang menuju ke Maha-tahuan dan akan jatuh ke satu sisi. Lagi, Guhyakadipati, Bodhisattva harus menimbulkan sukacita dan menghasilkan pikiran, 'Ini adalah yang paling baik bahwa apa pun yang saya harus lakukan dibuat dilakukan secara spontan,' secara berulang kali merasa bahagia untuk Dirinya sendiri, karena Dia harus tidak menyebabkan para makhluk kehilangan milik mereka .

"Berikutnya, Guhyakadipati, sang Bodhisattva harus mematuhi ajaran sila pada tidak marah. Dalam semua situasi Dia selalu mengolah budidaya kegigihan kesabaran dan tidak melekat pada kemarahan atau sukacita, dan pikirannya berjalan sama terhadap musuh dan kerabat. Mengapa? Seorang Bodhisattva tidak memiliki maksud jahat. Mengapa demikian? Karena Bodhisattva adalah dengan sifat alami aslinya yang murni. Oleh karena itu, Guhyakadipati, Bodhisattva harus mematuhi ajaran sila pada tidak marah.

"Berikutnya, Guhyakadipati, sang Bodhisattva harus meninggalkan pandangan salah. Dia berlatih pandangan yang benar, khawatir pada masa depan, dan tanpa permusuhan, tanpa kebohongan, dan tanpa tipu daya; pikirannya jujur, dan pikirannya telah menjadi tetap pada Buddha, Dharma, dan Sangha. Oleh karena itu, Guhyakadipati, pandangan salah adalah yang dianggap yang sangat terbesar dari kesalahan, itu memotong habis semua akar Bodhisattva pada kebaikan, dan itu dianggap sebagai ibu dari semua dharma yang tidak baik. Oleh karena itu, Guhyakadipati, orang harus tidak menimbulkan penyebab dan kondisi pada pandangan salah, bahkan didalam bercanda. "

Kemudian sang Vajradhara Guhyakadipati berkata kepada sang Buddha, "Bhagavan, Saya mohon Anda untuk menjelaskan 'pemotongan habis' dengan jalan mana ajaran disiplin dari jalur sepuluh [tindakan] kebajikan memotong habis akar utama [dari perbuatan buruk]. Bagaimana seorang Bodhisattva, sementara bertindak bebas di dalam posisi seorang raja, tinggal berdiam di dalam istana, dikelilingi oleh orang tuanya, istri, anak, dan pembantu, dan mengalami kesenangan surgawi, tidak melakukan kesalahan apapun? "

Ketika sang Vajradhara telah selesai berbicara demikian, sang Buddha menyapa-Nya, dengan mengatakan, "Bagus, bagus, Guhyakadipati! Anda harus mendengarkan dengan penuh perhatian dan mempertimbangkannya dengan hati-hati saat sekarang Saya menjelaskan keterampilan dalam menentukan 'Aturan Bodhisattva (Vinaya Bodhisattva)'. Guhyakadipati, ketahuilah bahwa ada dua jenis Bodhisattva. Apakah dua [ini]? Mereka adalah yang berumah dan yang meninggalkan rumah.

"Guhyakadipati, Bodhisattva yang berumah mematuhi lima dasar disiplin sila, bertindak secara bebas dalam posisi kekuasaan, sesuai dengan waktu dan tempat dengan jalan dari berbagai cara trampil, bertindak secara bebas untuk merangkul [para makhluk], dan berusaha mencari [pengetahuan] Dia Yang Maha Tahu. Artinya, diberkahi dengan cara trampil, Dia menampilkan berbagai seni, seperti yang dimiliki penari dan ahli kuil, dan dengan mengikuti cara trampil ini berarti Dia merangkul para makhluk dengan empat cara pengubahan, menyebabkan mereka semua untuk ingin mencari Anuttara Samyaksambodhi. Dia mematuhi, yaitu, ajaran sila pada 'tidak membunuh' dan sila yang menentang 'mengambil apa yang tidak diberikan', 'ucapan dusta', 'kelakukan buruk seksual', dan 'pandangan salah'. Ini disebut lima dasar disiplin sila untuk yang berumah. Sang Bodhisattva, yang mematuhi disiplin sila yang bajik sebagaimana yang telah diajarkan, harus memiliki keyakinan yang jelas [di dalamnya] dan harus rajin dalam latihannya. Mengikuti dasar-dasar latihan dari para Tathagata masa lampau, Dia tinggal berdiam di dalam disiplin sila yang berkondisi, diberkahi dengan kebijaksanaan dan cara trampil, dan mencapai kumpulan dari tiada tandingan sang Tathagata dan disiplin sila menguntungkan yang tidak berkondisi.

"Ada empat macam kesalahan mendasar yang tidak boleh dilakukan bahkan demi menyelamatkan kehidupan orang. Apakah empat [ini]? Mereka adalah memfitnah Dharma, meninggalkan Bodhi-citta, pelit dalam mengajar Dharma, dan melukai makhluk. Mengapa demikian? Mereka adalah yang oleh sifat alaminya tercemar dan tidak menunjukkan kepatuhan pada sila Bodhisattva. Mengapa?

Para Samyaksambuddha dari masa lalu, Mereka yang di masa depan,

Dan yang dihormati di antara manusia di masa kini, memiliki kebijaksanaan dan cara trampil,

Mengolah budidaya 'kebangkitan (Bodhi)' yang tak tertandingi dan memperoleh Siddhi yang tanpa arus keluar.

Juga mengajarkan bahwa adalah dasar lain dari pelatihan dan pengetahuan terpisah dari 'cara trampil (upaya kausalya)':

Anda harus tahu, Maha Vira, bahwa ini adalah untuk membimbing para Sravaka. "